Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN

YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


MELALUI PELATIHAN

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru  menggunakan
pelatihan. Pelatihan Model Pembelajaran Kooperatif dalam peningkatan
kompetensi guru. Pelatihan ini dapat digunakan guru untuk meningkatkan
aktivitas siswa.

Untuk mencapai tujuan, maka digunakan Penelitian Tindakan Sekolah. Waktu


penelitian selama 3 bulan, Februari sampai April tahun 2020. Dalam
pelaksanaan tindakan ada 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen pengambilan
data menggunakan data instrument dan observasi. Pelatihan digunakan untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Rencana Peaksanaan
Pembelajaran dan Pelaksanaan Pembelajaran.

1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 standar proses
pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk


melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih
terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. (Kunandar, 2011: 264).

Kenyataan belum terpenuhi standar proses di SD Negeri 2 Sentolo terlihat dari


hasil supervisi yang dilakukan terhadap guru-guru pada semester 1 tahun
pelajaran 2019/2020. Kegiatan ceramah dan mencatat paling banyak
mendominasi guru selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa
belum tampak. Akibatnya, hasil pembelajaran hanya membuat siswa tahu atau
paling tinggi paham. Hal ini dikarenakan ada 2 guru yang memperoleh nilai
capaian ‘Baik’ dan ada 4 guru yang memperoleh nilai capaian ‘Cukup’. Baik
dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, maupun dalam
Pelaksanaan Pembelajaran.

Penyebab rendahnya standar proses yang terimplementasi kemonotonan guru


dan masih bertahannya dengan pola lama (tradisional) adalah tidak adanya
balikan dari pihak lain, baik oleh teman sejawat atau kepala sekolah dan
pengawas sebagai supervisor, ketertinggalan guru terhadap teknologi
pembelajaran, semakin menurunnya identitas profesi, adanya kejenuhan
professional, malasnya guru dalam melakukan inovasi pembelajaran, belum
pahamnya guru terhadap konsep penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, karena hanya copy paste hasil KKG di tingkat kapanewon.
Pengamatan dalam melakukan proses belajar mengajar masih menggunakan
metode ceramah. Pengamatan dilakukan dalam semester 1.  Pengamatan
ditekankan pada model pembelajaran dan keaktifan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tindakansekolah


dengan judul “Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Yang
Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif  Melalui Pelatihan Bagi Guru SD
Negeri 2 Sentolo Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020”
Rumusan masalah yang diambil adalah. bagaimana pelaksanaan pelatihan
dalam meningkatkan kompetensi guru yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif? Dan

apakah pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru yang menerapkan


berbagai model pembelajaran kooperatif? Sedangkan Tujuan Penelitian  adalah
untuk meningkatkan kualitas kompetensi guru dalam pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif,dan ntuk meningkatkan kompetensi
guru yang menerapkan berbagai model pembelajaran kooperatif.

Kompetensi Guru

Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Pendidik, Kompetensi pedagogik yaitu


kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik.
Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam membantu,
membimbing, dan memimpin peserta didik. Selain itu, dalam kompetensi ini
seorang guru harus mampu: Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.  Menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.  Memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi
yang dimiliki. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik.

Cooperatif Learning

Slavin, Robert E. (2011) R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar,


Problematika dan implementasinya, (Jakarta: PT.Indeks, 2011), J.B Situmorang
dan Winarno berpendapat bahwa belajar melalui cooperative learning dapat
dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial,
perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif.
Ibrahim (2000:10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu: menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar,
evaluasi, memberikan penghargaan.

Keaktifan

Menurut Sriyono, dkk. (2012 : 75), keaktifan guru dalam mengajar adalah
berusaha membuat siswa-siswanya aktif jasmani maupun rohani meliputi
keaktifan indera, akal ingatan, dan emosi.

Mel. Siberman (2012 : 23) mengemukakan pernyataan mengenai apa yang


disebut belajar aktif yaitu apabila hanya mendengar maka akan mudah lupa,
apabila mendengar dan melihat maka akan sedikit ingat, tetapi apabila bisa
mendengar, melihat, dan membahas akan mudah mendapat pengetahuan dan
keterampilan. Selain itu, apabila bisa mengajarkan pada orang lain maka akan
mudah untuk menguasainya.

Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru harus memiliki
kompetensi khususnyadalam menyusun RPP maupun melaksanakanproses
pembelajaran sehingga  mmpu meningkatkan keaktifan siswa sehingga
memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta mampu menguasainya, siswa
mengerjakan banyak namuntetap aktif. Mereka perlu mendengarkan, melihat,
membahasnya dengan orang lain. Siswa juga perlu untuk mengerjakannya yakni
dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan.

Pelatihan

Pelatihan pada hakekatnya merupakan jawaban terhadap permasalahan yang


dihadapi gru-guru di SD Negeri 2 Sentolo dalam memperoleh dan meningkatkan
kemampuan-kemampuan yang dilakukan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Manfaat pelatihan bagi guru akan memberikan manfaat serta memberikan
kemudahan dalam mengerjakan tugasnya. Pelatihan juga membantu guru dalam
mengembangkan kemampuannya ke arah yang lebih baik dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan.

Sedangkan menurut Marzuki dalam Kamil (2010, hlm. 11) ada tiga tujuan pokok
yang harus dicapai dengan pelatihan, yaitu: memenuhi kebutuhan organisasi,
memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan
dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang
normal serta aman, membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan
tugasnya.

Beberapa manfaat nyata yang dapat diperoleh dari pelatihan adalah:


meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas, menciptakan sikap loyalitas,
dan kerja sama yang lebih menguntungkan, mengurangi jumlah dan biaya
kecelakaan kerja. membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan
pribadi.

Dengan adanya uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa mendapatkan


perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang telah didapat dari proses
pelaksanaan pelatihan. Serta bermanfaat bagi peserta pelatihan dalam
meningkatkan kompetensi guru/kinerja yang menjadi  tanggung jawabnya.

Berdasarkan latar belakang,tinjauan pustaka, dan kerangka berpikirmaka


hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, Melalui pelatihan oleh kepala
sekolah kepada guru di SD Negeri 2 Sentolo dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif.

 METODE PENELITIAN

Suharsimi Arikunto mengemukakan (2015:136) bahwa teknik pengumpulan data


adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya. Sedangkan menurut Sugiyono (2015:25) teknik pengumpulan data
adalah langkah yang paling strategis dalam mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sentolo, Kapanewon Sentolo,


Kabupaten Kulon Progo,  subyek guru-guru tahun ajaran 2019/2020. Data guru
kelas yaitu guru kelas I, II, III. kelas IV, kelas V, kelas VI, sebanyak 6 orang guru
perempuan.

Sedangkan jumlah siswa SD Negeri 2 Sentolo tahun pelajaran 2019/2020 ada


153 siswa yang terbagi dalam 6 rombongan belajar dengan rincian sebagai
berikut: kelas I sampai VI berjumlah: I = 22 siswa, II = 29 siswa, III = 29 siswa, 
IV = 24 siswa,  V = 29 siswa, dan, VI = 29 siswa.

Penelitian ini menggunakan  data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa
perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan analisis keaktifan siswa.
Sedangkan data kualitatif berupa situasi.
Hasil pengamatan dan pengelolaan proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif  belum dilakukan beberapa (4 guru) sehingga
mendapatkan nilai Cukup.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data adalah berupa


instrument, yaitu Monitoring Pelaksanaan Pelatihan yang diisi oleh peserta
pelatihan, Instrumen Pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
diisi oleh kepala sekolah, Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran yang diisi oleh
kepala sekolah, dan Instrumen Monitoring Keaktifan Siswa diisi oleh peserta
pelatihan.

Pelaksanaan pelatihan tindakan sekolah ini sebagai berikut: sebanyak duasiklus,


Siklus I Pertemuan 1, Pertemuan 2, dan Pertemuan 3. Begitu juga dengan Siklus
II, pelaksanaan pelatihan pembelajaran kooperatif dan penyusunan RPP,
Pengamatan dan refleksi.

Secara lebih ringkas prosedur pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini


meliputi: Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, Refleksi.

Tindakan penelitian dikatakan berhasil  apabila : 81% guru RPP nya baik, dan
sangat baik, jika kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru 81% lebih baik,
dan sangat baik, jika 80 % siswa masing-masing kelas sangat aktif dan aktif,
sudah mencapai  penilaian kinerja guru melebihi ≥ 81. Sedangkan keaktifan
siswa dikatakan meningkat jika rata-rata nilai lembar observasi siswa mengalami
peningkatan di akhir pembelajaran, dalam hal ini dikatakan aktif mengikuti
pelajaran.

     Berikut ulasan selama proses pembelajaran yang terjadi selama


pembelajaran,terlihat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, ketika guru
menyampaikan materi siswa ada yang melamun, ngobrol dengan temannya,
atau bermain sendiri sambil tersenyum, ada yang ramai sehingga kelas kurang
kondusif. Guru mengingatkan siswa utuk tenang, tapi kurang diperhatikan, ketika
diberi kesempatan bertanya siswa hanya terdiam seperti kebingumgan. Ketika
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, siswa cenderung diam (terlihat
kebingumgan). Proses pembelajaran kurang menarik karena guru hanya
membaca dari buku tema kemudian mengambil Lembar Kerja Siswa. Begitu
tugas diberikan siswa semakin bingung apa yang akan dikerjakan. Siswa kurang
dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga terlihat kurang antusias dan
bermalas-malasan.

Menindaklanjuti kondisi demikian maka dilakukan penelitian tindakan sekolah


untuk mengatasi masalah ini adalah kualitas pembelajaran yang menerapkan
model pembelajaran kooperatif di SD Negeri 2 Sentolo dalam penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan penerapannya. Harapannya
pembelajaran lebih menarik, siswa lebih aktif, termotivasi dalam mengikuti
proses pembelajaran. Selain itu dengan diterapkannya berbagai model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan  dan kreatifitas keaktifan siswa
dalam kegiatan bertanya, menjawab pertanyaan, maupun, memperbaiki
kesalahannya sendiri.

Semua kegiatan penelitian dilakukan dengan teknik pengumpulan data, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang nantinya dapat
mendukung keberhasilan penelitian.

Teknik analisis yang digunakan yaitu menyajikan data dan menarik kesimpulan.
Proses melalui pengamatan berdasar instrument yang telah dibuatdan diperoleh
hasilnya selama proses berlangsung.
 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil observasi yang dilakukan melalui wawancara dengan guru kelas yaitu
Instrumen Telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Instrumen
Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan oleh para guru tidak
disusun oleh guru sendiri namun hasil Kelompok Kerja Guru di tingkat
kapanewon. Sehingga memungkinkan Instrumen Telaah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dan Instrumen Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran yang
digunakan tidak sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
kelasnya. Sering ditemui materi yang belum pernah diberikan kepada siswa
namun keluar di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hal tersebut disebabkan
karena tingkat penguasaan dan kedalaman materi setiap guru berbeda.

Selain itu, ditemukan guru masih menggunakan metode ceramah, dimana guru
menjelaskan secara terus menerus sambil membuka buku guru atau membaca
LKS yang tersedia, siswa hanya mendengarkan guru memberikan materi. Guru
kurang memberikan penjelasan, dan tidak memperhatikan situasi kelas. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya komunikasi satu arah serta tidak ada interaksi
antara guru dan siswa. Kondisi ini mengakibatkan siswa menjadi cepat bosan,
tidak fokus belajar, tidak memperhatikan materi, berbicara sendiri, berbicara
dengan siswa lain, menggambar, membaca buku. Hal ini tentu membuat
suasana kelas menjadi tidak kondusif dan tidak terkendali.

Tabel : Hasil Supervisi Akademik Semester I Tahun Ajaran 2019/2020

Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan


No Kelas
Pembelajaran Pembelajaran

Nilai
Kriteria Nilai (%) Kriteria
(%)
1 I 83,33 B 84,56 B
2 II 76,85 C 78,68 C
3 III 76,85 C 79,41 C
4 IV 78,70 C 82,35 B
5 V 77,78 C 77,21 C
6 VI 88,89 B 86,76 B
Rata-
80,40 C 81,50 B
rata

Dengan kriteria:

Amat Baik (A): 91-100, Baik (B): 81-90, Cukup (C): 70-80, Kurang (K): <70

Berdasarkan hasil observasi tersebut di atas, maka peneliti ingin meningkatkan


kompetensi guru dalam menyusun instrumen penilaian pengetahuan melalui
Pelatihan. Model Pembelajaran Kooperatif dinilai efektif dan dapat meningkatkan
profesionalisme guru. Model Pembelajaran Kooperatif berbasis sekolah dengan
melibatkan semua warga sekolah baik pendidik maupun tenaga kependidikan.
Muatan-muatan materi yang disajikan didasarkan pada kondisi riil yang dihadapi
sekolah khususnya guru dalam kesehariannya. Oleh karena itu diadakan
penelitian tindakan sekolah dengan 2 siklus.
Siklus 1
Siklus I dilaksanakan pada taggal 18 Februari sampai 28 Februari 2020. Materi
pada pertemuan 1 adalah teori tentang Model Pembelajaran Kooperatif.

Hasil Pengamatan Siklus I, pada Instrumen Pengamatan Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran terdapat dua orang guru dengan kriteria Baik (B) dan empat orang
guru dengan kriteria Cukup (C). Rata-rata nilai yang diperoleh dari keenam guru
adalah 81,60%.

Tabel : Instrumen Pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

No Kelas Nilai (%) Kriteria


1 I 84,26 Baik
2 II 77,78 Cukup
3 III 79,41 Cukup
4 IV 79,63 Cukup
5 V 78,70 Cukup
6 VI 89,81 Baik
Rata-rata 81,60 Baik

Sedangkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran hasilnya memperoleh nilai 


Cukup3orang guru.

Tabel : Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

No Kelas Nilai (%) Kriteria


1 I 85,29 Baik
2 II 79,41 Cukup
3 III 77,79 Cukup
4 IV 83,09 Baik
5 V 78,68 Cukup
6 VI 87,50 Baik
Rata-rata 81,96 Baik

Berdasar pengamatan di atas kepala sekolah berdikusi dengan para guru dan
menciptakan suasana yang nyaman dan mengingatkan kesadaran guru tentang
tanggung jawabnya terhadap penyusunan RPP dan membantu guru untuk
menganalisis dan mengidentifikasi  masalah dalam pelaksanaan penyusunan
RPP, yang seharusnya tidak hanya copy paste dari RPP yang dibuat bersama
dalam KKG yang dilaksanakan ditingkat kapanewon, sehingga guru mampu
menyusun sendiri RPP.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan guru mengajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif masih perlu ditingkatkan lagi.
Aspek yang harus  lebih ditingkatkan lagi yaitu: memeriksa kesiapan siswa,
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan,
memberikan waktu kepada siswa untuk bediskusi, menumbuhkan partisipasi aktif
siswa melalui interaksi antara guru dengan siswa dan sumber belajar sehingga
siswa memilki keberanian untuk bertanya, menjawab pertanyaan, untuk
memperbaiki kesalahannya sendiri dalam menjawab pertanyaan.
Sedangkan  Keaktifan Siswa, terdapat satu kelas dengan kriteria Kurang (K) dan
lima kelas dengan kriteria Cukup (C). Rata-rata nilai yang diperoleh keenam
kelas adalah 64,05%. Hal ini menunjukkan bahwa Instrumen Penilaian Keaktifan
Siswa yang dilakukan berada pada kriteria Cukup (C) dan amat sangat kurang,
sehingga perlu untuk ditingkatkan.

Berdasarkan hasil refleksi siklus pertama, semua kekurangan atau kelemahan


guru yang menjadi bahan kajian untuk merefleksi, dan revisi yang akan dilakukan
pada siklus II.

Siklus 2
Kegiatan Pelatihan Model Pembelajaran Kooperatif pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Maret 2020 di SD Negeri 2 Sentolo.
hingga hari Kamis tanggal 12 Maret 2020.

Dalam penyusunan RPP guru lebih baik dari sebelumnya, guru menggunakan
berbagai model pembelajaran kooperatif sedangkan pelaksanaan proses
pembelajaran guru lebih menekankan pada kegiatan diskusi digunakan berbagai
model pembelajaran kooperatif, juga digunakan media yang lebih bervariasi
serta memanfaatkannya bersama siswa.  Guru melibatkan siswa dalam kegiatan
pemanfaatan alat peraga, Siswa lebih aktif ketika proses pembelajaran, siswa
berani mengacungkan tangan untuk bertanya, suasana kelas lebih ramai saat
siswa asyik melakukan diskusi kelas, mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Keberaniaan siswa dalam bertanya kepada guru atau siswa lain, mengajukan
pertanyaan kepada guru atau siswa semakin meningkat. Siswa lebih antusias
dalam  pemanfaatan sumber belajar yang disediakan guru, serta dapatmenilai
dan memperbaiki pekerjaannya.  

Terbukti Pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, guru kelas

kelas II nilai capaian 86,11% (Baik/B), guru kelas III nilai capaian 85,19%
(Baik/B). Guru kelas IV nilai capaian 87,96% (Baik/B). Guru kelas V nilai capaian
84,26% (Baik/B). Guru kelas VI nilai capaian 90,74% kriteria (Amat Baik/A).

Pada Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II, guru kelas I memperoleh nilai


capaian 88,24% (Baik/B). Guru kelas II nilai capaian 86,11% (Baik/B). Kelas III
nilai capaian 83,82 (Baik/B). Kelas IV nilai capaian 87,50% (Baik/B). Kelas V nilai
capaian 83,09% ( Baik/B). Kelas VI nilai capaian 92,65% (Amat Baik/A). Rata-
rata keaktifan siswa kelas I sampai VI dari siswa bertanya, siswa mengajukan
pendapat,siswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada, serta dapat
menilai dan memperbaiki pekerjaannya sebesar 80,68%, 80,17%, 82,76%,
82,29%, 81,04%, 81,04%.

Tabel : Perbandingan Instrumen Pengamatan RPP Siklus II

No Kelas Siklus I Siklus II Kena ikan (%)

Nilai
Kriteria Nilai (%) Kriteria
(%)
1 I 84,26 B 88,89 B 4,63
2 II 77,78 C 86,11 B 8,33
3 III 79,41 C 85,19 B 5,78
4 IV 79,63 C 87,96 B 8,33
5 V 78,70 C 84,26 B 5,56
6 VI 89,81 B 90,74 AB 0,93
Rata-
81,60 B 87,19 B 5,59
rata
Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran guru lebih menguasai materi,
menggunakan media yang dengan maksimal, siswa dilibatkan dalam kegiatan
diskusi. 

Terbukti hasil perbandingan  dari Instrumen Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran siklus I dengan siklus II semakin meningkat sebesar 5,59%, Salah
satu guru mendapat nilai amat baik yaitu 90,74, 

Pada  tahap pengamatan pelaksanaan pembelajaran ini guru melaksanakan


proses pembelajaran dengan lebih baik  persiapan langkah-langkah
pembelajaran baik menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan media
yang digunakan dimanfaatkan bersama siswa dengan baik. Guru memfasilitasi,
membimbing kegiatan dimulai dari pendahuluan apersepsi  tujuan pembelajaran
disampaikan dengan baik. Alat peraga atau media pembelajaran  sudah
disiapkan guru sehingga anak-anak diawal pembelajarn sudah antusias untuk
mengikuti pembelajaran. Apalagi ada kelas yang siswanya juga diminta guru
untuk membawa media yang digunakan untuk diskusi kelas. uru diskusi
sehingga keaktifan siswa lebih baik daripada siklus sebelumnya.

Tabel : Perbandingan Instrumen Pelaksanaan PBM Siklus II

No Kelas Siklus I Siklus II Kena ikan (%)

Nilai
Kriteria Nilai (%) Kriteria
(%)
1 I 85,29 B 88,24 B 2,95
2 II 79,41 C 86,11 B 6,7
3 III 77,79 C 83,82 B 6,03
4 IV 83,09 B 87,50 B 4,41
5 V 78,68 C 83,09 B 4,41
6 VI 87,50 B 92,65 AB 5,15
Rata
81,96 B 86,90 B 4,94
-rata

Keaktifan Siswa Siklus I, II.


No Kelas Siklus I Siklus II Kena ikan (%)

Nilai
Kriteria Nilai (%) Kriteria
(%)
1 I 54,55 K 80,68 B 26,13
2 II 64,66 C 80,17 B 15,51
3 III 64,66 C 82,76 B 18,1
4 IV 62,5 C 82,29 B 19,79
5 V 67,25 C 81,04 B 13,79
6 VI 70,69 C 81,04 B 10,35
Rata
64,05 C 81,33 B 17,28
-rata

Berdasarkan hasil penelitian digambarkan bahwa pelatihan yang dilakukan


kepala sekolah terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif berpengaruh
pada peningkatan kompetensi guru dan  dengan model pembelajaran kooperatif
mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran di SD Negeri 2
Sentolo, Sentolo, Sentolo, Kulon Progo.

PENUTUP
Berdasar temuan, analisis  dan dalam pelaksanaan  model pembelajaran
kooperatif dapat disimpulkan bahwa:

1.    Pelatihan  dapat  diingkatkan dari kondisi awal ke kondisi akhir terhadap


peningkatan kompetensi guru baik dalam pembuatan RPP maupun pelaksanaan
pembelajaran.

2. Pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran  model


pembelajaran kooperatif juga menunjukkan sebuah peningksaan terbukti
berdasar analisis data meningkat sebesar   17,28 %.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2015). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Ibrahim. Mukhsin, dkk, . (2000) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University
Press
Kamil, M, (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta
Mel Silberman, (2012). Pembelajran Aktif 101 Strategi untuk Mengajar Secara Aktif.
Jakarta Barat: PT Indeks.
Slavin, Robert E., (2011). Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik.
Sriyono dkk, (2012). Teknik Belajar Mengajar CBSA. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabet.

Anda mungkin juga menyukai