Anda di halaman 1dari 81

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kemampuan profesional guru dapat diartikan sebagai

upaya membantu guru yang belum profesional menjadi profesional. Upaya

peningkatan profesionalisme tersebut pada intinya harus bermula dari

keinginan dan usaha yang kuat dari diri guru itu sendiri. Guru harus aktif

dalam upaya pengembangan dirinya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan

pembinaan yang dinilai baik bagi peningkatan kualitas kompetensinya.

Kepala sekolah dan guru pada intinya sudah difasilitasi kegiatan yang

bertujuan untuk mendapatkan pembinaan yang memadai dalam

mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam organisasi profesi. Salah

satu kegiatannya adalah kegiatan musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS)

bagi kepala sekolah dan kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)

bagi guru-guru bidang studi di tingkat menengah. Musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP) adalah wadah/forum kegiatan profesional guru mata

pelajaran pada sekolah yang berada pada suatu wilayah.

Pada forum MGMP, guru dapat bersama-sama mendiskusikan dan

memikirkan mengenai pemahaman sampai dengan implementasi terkait

kompetensi yang diuraikan dalam kurikulum dan mencari alternatif

pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi dan metode, serta

variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan MGMP


3

adalah untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru

dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Apabila aktivitas MGMP

dapat aktif dan efektif untuk dilakukan di berbagai daerah tentu akan memicu

percepatan peningkatan kualitas pendidikan.

Data Unesco dalam Global Education Monitoring Report 2016

dikemukakan Maura dalam Hoesny dkk (2021: 124) menunjukkan bahwa

pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke 10 dari 14 negara

berkembang, sedangkan kualitas guru di Indonesia berada di peringkat ke

14 dari 14 negara berkembang atau peringkat terakhir. Kualitas guru ini

merupakan salah satu fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas

pendidikan. Dengan kondisi dan kenyataan yang dihadapi, pada intinya

upaya peningkatan kualiats kompetensi guru dapat diatasi melalui aktivitas

MGMP, termasuk cara mengembangkan kurikulum dan komponen-

komponen pendukungnya, serta mencari alternatif pembelajaran yang tepat

dan menemukan berbagai variasi metode, dan variasi media untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Proses belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari kegiatan

pendidikan. Tugas guru dalam proses belajar meliputi tugas pedagogis dan

tugas administrasi. Tugas pedagogis adalah tugas membantu, membimbing

dan memimpin. Adapun tugas guru dalam proses pembelajaran dapat

dikelompokkan ke dalam beberapa hal, antara lain: (1) menyusun program

pengajaran, meliputi program tahunan pelaksanaan kurikulum, program

semester, program rencana pembelajaran dan perencanaan program

pengajaran; (2) menyajikan/melaksanakan pengajaran, meliputi


4

menyampaikan materi, menggunakan metode mengajar, menggunakan media

atau sumber dan mengolah kelas/mengelola interaksi belajar mengajar: (3)

melaksanakan evaluasi belajar, meliputi menganalisa hasil evaluasi belajar,

melaporkan evaluasi belajar dan melaksanakan program perbaikan dan

pengayaan.

Dalam melaksanakan perannya sebagai pengajar, hal-hal yang

harus dilakukan guru dikemukakan Davies dalam Suyono dkk (2014: 188)

mengungkapkan adanya enam peran dan fungsi guru terdiri dari; (1) a scene

designer (perancang adegan) dengan asumsi suasana pembelajaran adalah

teater dengan guru sebagai sutradaranya; (2) a builder (pembangun)

membangun kecakapan dan keterampilan peserta didik secara utuh; (3) a

learner (pembelajar) bahwa sambil mengajar guru belajar, sehingga siswa

adalah seorang co-learner; (4) an-emancipator (penggagas dan pelaksana

emansipasi) guru harus secara adil memberikan kesempatan kepada semua

murid untuk mengembangkan potensinya dengan tidak memandang jenis

kelamin, ras, bangsa, suku, agama, dan posisi sosial ekonominya; (5) a

conserver (pemelihara, pelestari) melalui pembelajaran guru melakukan

pelestarian nilai-nilai luhur bangsa; serta (6) a culminate (peraih titik puncak),

guru merancang pembelajaran dari awal sampai akhir (kulminasi) dari yang

sederhana menuju yang kompleks, selanjutnya bersama siswa meraih titik

puncak berupa kesuksesan pembelajaran.

Dengan perannya yang begitu kompleks, melalui MGMP ini

diharapkan semua kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam
5

pembelajaran dapat dipecahkan, dan diharapkan dapat meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah. Efektivitas MGMP dikemukakan Mulyasa dalam

Nurlaeli dkk (2018: 310) dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja

guru. Dengan adanya kegiatan MGMP semua guru dapat meningkatkan

kinerjanya dalam menjalankan tugas sebagai pendidik dan dapat

mempersatukan persepsi dengan guru mata pelajaran sejenis. Beberapa

sekolah yang telah mengembangkan kegiatan MGMP secara efektif pada

umumnya dapat mengatasi berbagai kesulitan dan permasalahan yang

dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam setiap

kegiatan MGMP semua guru mata pelajaran sejenis disatukan agar dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam rangka

peningkatan kinerja guru.Dengan aktif mengikuti kegiatan yang dilaksanakan

di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) maka di harapkan seluruh

angggotanya dapat mengiplementasikan semua ilmu yang sudah di peroleh di

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dengan optimal guna tercapainya

tujuan pendidikan.

Aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan MGMP selain dikontrol oleh

diri guru itu sendiri, maka perlu ada dorongan dari pihak lain, seperti halnya

pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai

pengawas pendidikan (supervisor) dikemukakan Syafaruddin (2014: 5) juga

merupakan pimpinan pendidikan yang mempengaruhi proses pembelajaran

melalui pengawasan dan pembinaan terhadap guru. Meskipun pengawas tidak

berhadapan langsung dengan siswa, namun perilaku pengawas dipastikan

mempengaruhi perilaku guru jika kepengawasan dilaksanakan dengan


6

manajemen yang baik. Karena itu, kepengawasan pendidikan juga

dikembangkan sebagai profesi tenaga kependidikan yang dipandang penting

dalam bingkai sistem pendidikan nasional.

Supervisi pendidikan dikemukakan dalam Syafaruddin dkk (2014: 11)

adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu proses

pendidikan yang dilaksanakan di sekolah/madrasah yang didukung dengan

optimalisasi peran guru, ketersediaan sarana dan prasarana, desain kurikulum,

sistem pembelajaran dan mekanisme penilaian dan pengukuran. Supervisor

bertugas dan bertanggung jawab memperhatikan perkembangan unsur-unsur

tersebut secara berkelanjutan.

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan

bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu

sekolah. Tugas supervisor dikemukakan Sagala dalam Slameto (2016: 193)

adalah (1) menstimulir guru-guru agar mempunyai keinginan menyelesaikan

problema pengajaran dan mengembangkan kurikulum; (2)

mengidentifikasikan kebutuhan guru-guru sebagai bahan in-service dan survei

sebagai permintaan dan observasi; (3) merencanakan langkah-langkah

pelaksanaan dan mengevaluasi in-service program, dengan mengembangkan

rencana pengajaran untuk pengembangan staf membuat komponen-komponen

pengetahuan, fasilitas yang digunakan; (4) mencatat partisipasi guru-guru dan

sukses keberhasilan in- service. Dengan demikian tugas besar bagi pemimpin

pengajaran adalah merubah guru-guru dari ‘apatis menjadi dinamis”, dari

tidak mampu menjadi berkemampuan, dari tidak peduli menjadi peduli, dari
7

yang sembrono menjadi cermat, kritis, dan mengerti tugas-tugasnya sebagai

guru.

Kegiatan MGMP yang diharapkan dapat selalu aktif dan pengawasan

menjadi faktor pendukung dalam peningkatan kualitas mengajar guru. Oleh

karena itu berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, melalui wawancara dan

pengamatan beberapa guru dari masing-masing sekolah di kabupaten Kaur

dan beberapa peserta didik ditemukan masih ada guru yang mengajar secara

rutinitas, berperan hanya sebagai pengajar yang memberikan materi yang

statis. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kualitas

mengajar guru yang dikaitkan dengan pelaksanaan MGMP dan pengawasan

manajerial.

Berdasarkan latar belakang di atas diasumsikan bahwa ada pengaruh

kegiatan MGMP dan pengawasan akademik terhadap kualitas mengajar guru.

Sehubungan dengan hal ini penulis akan melakukan pengujian terhadap

hipotesis ini. Dengan kondisi kekinian yaitu adanya dampak yang cukup

besar yang dihadapi oleh semua bidang kehidupan akibat pandemi Covid-19,

termasuk dalam bidang pendidikan yang telah dialami memasuki tahun ke 2,

maka peneliti juga tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan melihat

pengaruh partisipasi guru dalam MGMP, serta supervisi akademik terhadap

kualitas guru serta fenomena yang terjadi akibat Covid-19.

Wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan Juni 2021, dengan

salah seorang guru di sebuah SMK di kabupaten Kaur, didapatkan informasi

bahwa kegiatan MGMP yang dilakukan di kabupaten Kaur khususnya bagi

guru SMK pada era pandemi Covid-19 ini dilakukan dengan daring. Beberapa
8

kegiatan yang telah berjalan antara lain adanya webinar dengan tema

peningkatan kompetensi guru dalam mempersiapkan pembelajaran daring di

sekolah. Hal ini dikemukakan guru diawali dengan banyaknya keluhan guru

yang terkendala dengan jaringan dan konten materi yang disampaikan dengan

conference (misalnya menggunakan zoom meeting, google meet atau aplikasi

lain dapat menghabiskan kuota internet dengan cepat. Dengan demikian pada

forum MGMP dilakukan inisiatif untuk memberikan solusi atas permasalahan

yang ada yaitu mengadakan webinar dalam bentuk pelatihan pembuatan

materi ajar dengan kapasitas kecil dan tidak menghabiskan kuota internet bagi

guru dan siswa dalam jumlah yang besar. Hal ini senada dengan penelitian

yang dilakukan Sudiarta dkk (2020: 1004) yang mengemukakan bahwa

kegiatan pendampingan forum MGMP dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan

Agustus-September 2020, berupa diskusi online melalui group whattsapp dan

pelatihan pembuatan konten e-learning untuk membantu guru dalam

penyelenggarakan Belajar dari Rumah (BDR) dalam masa Pandemi ini. Hasil

kegiatan menunjukkan terjadinya peningkatkan kompetensi guru-guru

MGMP Matematika di wilayah kegiatan dalam membuat dan mengunakan

media pembelajaran video tutorial matematika sebagai konten E-learning

selama masa pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 tentu bukan alasan untuk berdiam diri bagi para

guru, karena dengan pandemi Covid-19 ini tentu saja semua bidang

kehidupan dituntut untuk tetap menjalankan proses, apalagi dalam bidang

pendidikan yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengelola siswa

di sekolahnya. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi guru untuk tetap
9

dapat berkiprah melakukan upaya peningkatan kompetensi diri dalam

menghadapi pembelajaran di era pandemi Covid-19. Pada pertengahan era

pandemi Covid-19, guru di kabupaten Kaur juga masih tetap aktif mengikuti

kegiatan MGMP. Hal ini dikemukakan dalam web fkip unib (2021) yang

memperlihatan bahwa terdapat salah satu program studi di perguruan

tinggi negeri kota Bengkulu melaksanakan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat (Abdimas) di kabupaten Kaur provinsi Bengkulu.

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 26 september 2020 bertempat di

gedung MKKS kabupaten Kaur dengan peserta guru IPA yang

tergabung dalam MGMP Kabupaten KAUR. Jumlah peserta yang

mengikuti kegiatan berjumlah 40 orang guru IPA dengan menerapkan

protokol dan prosedur keamanan Covid-19 yang ketat.  Aktivitas forum

MGMP di kabupaten Kaur yang masih tetap aktif walaupun terdapat masa

yang berat dalam era pandemi Covid-19 ini menunjukkan sesuatu hal yang

bernilai positif.

Sehubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru

melalui forum MGMP yang tetap berjalan pada tahun pertama pandemi

Covid-19 di tahun 2020, maka pada tahun ini dengan data jumlah

peningkatan kasus positif Covid-19, termasuk propinsi Bengkulu yang dalam

kategori zona merah, maka aktivitas forum MGMP perlu mempertimbangkan

situasi dan kondisi kekinian. Pemberlakuan pembelajaran daring bagi sekolah

di propinsi Bengkulu untuk tahun ajaran baru yang dimulai pada bulan Juli

2021 tentu juga berlaku untuk aktivitas MGMP yang perlu melakukan tatanan

ulang dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya. Oleh karena itu dalam


10

hal ini diperlukan komitmen yang kuat dari pihak sekolah, terutama kepala

sekolah sebagai pengambil kebijakan untuk dapat berperan memberikan

masukan dan memutuskan terkait dengan keberlangsungan kegiatan MGMP

dalam upaya peningkatan kualitas mengajar guru. Hal ini sejalan dengan

Leithwood et. al dalam Kurniawan dkk (2021: 57) yang mengemukakan

bahwa untuk dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi pembelajaran,

para guru memerlukan dukungan dari kepala sekolah sebagai pemimpin.

Diperkuat oleh Hanum et. al dalam Kurniawan dkk (2021: 57) bahwa pada

masa pandemi Covid-19, para kepala sekolah perlu meningkatkan

kemampuan manajerial dan kepemimpinan untuk mendukung terciptanya

iklim belajar yang kondusif, pembelajaran yang efektif, dan guru-guru yang

kreatif. Namun faktanya, tidak semua kepala sekolah berhasil

mengembangkan kreativitas guru pada masa pembelajaran jarak jauh,

akibatnya berbagai keluhan muncul dari para siswa maupun para orang tua.

Fenomena yang telah dikemukakan tersebut menjadi catatan penting

dalam proses pendidikan, karena dalam masa pandemi Covid-19 ini semua

orang dalam dunia pendidikan berperan penting dalam upaya menjaga kondisi

dan kemajuan bersama. Tidak hanya pihak sekolah, orang tua pun menjadi

salah satu pendukung utama dalam pembelajaran pada saat pandemi Covid-19

masih berlangsung. Sebagai bentuk mengurangi keluhan orang tua dalam

menghadapi pembelajaran yang berlangsung, memang guru perlu menjadi

lebih aktif dan kreatif untuk memantau dan membimbing siswa secara online

dalam pembelajaran dan oleh karena itu guru perlu bersama dengan teman
11

sejawatnya, seperti dalam forum MGMP mendiskusikan kendala dan mencari

solusi ketika terjadi permasalahan dalam pembelajaran.

Dalam masa pandemi Covid-19 ini, secara internasional dikemukakan

Schleicher (2020: 18) bahwa keterampilan TIK sangat penting mengingat

perubahan radikal menuju pengajaran online selama pandemi Covid-19 di

banyak negara-negara. Bahkan sebelum krisis, guru melaporkan kebutuhan

yang kuat untuk pelatihan dalam penggunaan TIK untuk mengajar, dengan

18% rata-rata di seluruh negara mengidentifikasi ini sebagai kebutuhan

pelatihan. Data aktif pengembangan profesional menunjukkan bahwa rata-

rata di seluruh negara-negara, 36% guru sekolah menengah pertama

melaporkan berpartisipasi dalam kursus atau seminar online, kurang dari

setengah berpartisipasi dalam kursus atau seminar secara langsung. Meskipun

ini adalah kasus di sebagian besar negara, ada beberapa pengecualian seperti

Korea dan Shanghai (Republik Rakyat Cina) di mana lebih dari 90% guru

melaporkan melakukan profesional online dalam satu tahun terakhir. Praktek

ini juga tersebar luas di Australia, Cina Taipei, Inggris (Inggris Raya), Israel,

Meksiko, Federasi Rusia dan Amerika Serikat. Kondisi yang digambarkan ini

merupakan salah satu bentuk upaya peningkatan guru dalam memenuhi

kebutuhannya mengajar. Walaupun dilakukan secara online, maka guru

secara internasional tetap difasilitasi dengan pelatihan-pelatihan TIK.

Indonesia yang pada tahun kedua pandemi Covid-19 ini mengalami

peningkatan kasus positif yang signifikan, kondisinya berkebalikan dengan

kondisi negara lain di dunia yang sudah mulai menata pola baru dalam proses

kehidupannya. Dengan demikian pihak sekolah tentu harus lebih bijak dan
12

berhati-hati dalam melakukan aktivitas guna memutus penyebaran rantai

Covid-19 yang semakin meningkat di Indonesia, termasuk di propinsi

Bengkulu. Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka

peneliti mencoba untuk melakukan penelitian pengaruh partisipasi guru

dalam MGMP, serta supervisi akademik terhadap kualitas guru serta

fenomena yang terjadi akibat Covid-19 di SMK kabupaten Kaur. Dengan

keterbatasan waktu dan tempat dan menyesuaikan kondisi yang terjadi pada

masa pandemi Covid-19 ini, maka peneliti membatasi penelitian di tingkat

sekolah menengah kejuruan di kabupaten Kaur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh supervisi akademik terhadap kualitas mengajar

guru pada masa pandemi Covid-19 di Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Kabupaten Kaur?

2. Bagaimana pengaruh partisipasi guru dalam kegiatan musyawarah guru

mata pelajaran (MGMP) terhadap kualitas guru pada masa pandemi

Covid-19 di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Kaur?

3. Bagaimana pengaruh supervisi akademik dan partisipasi guru dalam

kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) terhadap kualitas

mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kabupaten Kaur?

C. Tujuan Penelitian
13

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh supervisi akademik terhadap kualitas

mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kabupaten Kaur.

2. Menganalisis pengaruh partisipasi guru dalam kegiatan musyawarah

guru mata pelajaran (MGMP) terhadap kualitas guru pada masa

pandemi Covid-19 di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Kabupaten Kaur.

3. Menganalisis pengaruh supervisi akademik dan partisipasi guru

dalam kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) terhadap

kualitas mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Kaur.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan kepada

pihak-pihak yang terlibat. Kegunaan penelitian ini diharapkan berguna dari

tinjauan teoritis dan secara praktis.

a. Kegunaan Secara Teoretis

1. Temuan dalam penelitian ini dapat memperkaya teori manajemen

pendidikan yang berhubungan dengan kegiatan MGMP, supervisi

akademik akademik dan kualitas mengajar guru.

2. Temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

pengaruh supervisi akademik dan partisipasi guru terhadap kualitas

mengajar guru.
14

3. Memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pendidikan

secara umum dan secara khusus berhubungan masalah-masalah

kegiatan MGMP, supervisi akademik dan kualitas mengajar guru.

b. Kegunaan secara Praktis

1. Bagi Dinas Pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi

pertimbangan dalam melakukan pembinaan, atau supervisi, atau

pelatihan guru dengan memperhatikan kegiatan MGMP, pengawasan

akademik dan kualitas mengajar guru.

2. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan

yang baik untuk mengelola sekolah yang dipimpinnya dalam

mensupervisi guru atau memberikan pelatihan khusunya dalam

kegiatan MGMP, pengawasan akademik dan kualitas mengajar guru.

3. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk lebih

meningkatkan kompetensinya dalam bekerja sehingga terutama

dalam masalah kegiatan MGMP, supervisi akademik dan kualitas

mengajar guru.

4. Bagi peneliti yang akan melakukan peneliti dapat menjadi dasar

dalam melakukan penelitian lanjutan atau dapat melakukan

perbandingan dari segi teknis penelitian maupun hasil penelitian

sehingga nantinya akan saling melengkapi untuk pengembangan

dalam wawasan keilmuan.

E. Ruang Lingkup Penelitian


15

Fokus penelitian ini yaitu pada kerangka peningkatan kualitas

mengajar guru yang dipengaruhi oleh partisipasi dalam kegiatan MGMP dan

supervisi akademik. Dengan demikian penelitian ini fokus pada tiga variabel

penelitian dan terbagi menjadi 2 (dua) variabel bebas dan 1 (satu) variabel

terikat. Variabel bebasnya adalah Supervisi Akademik (X 1) dan Partisipasi

Guru dalam MGMP (X2) dan sebagai variabel terikat yaitu kualitas mengajar

guru (Y). Penelitian dilakukan dalam kondisi pandemi Covid-19, dengan

demikian peneliti mencoba untuk mengetahui pengaruh ketiga variabel

tersebut dengan dilengkapi dengan fenomena yang terjadi selama masa

pandemi Covid-19.

F. Definisi Konsep

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah yang

digunakan, maka perlu diberikan definisi konsep dalam penyusunan tesis ini,

antara lain:

1. Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yaitu suatu kegiatan

yang terdiri dari beberapa guru mata pelajaran dari berbagai sekolah

tingkat menengah yang berkumpul dalam satu gugus sekolah untuk

membahas hal-hal yang mengenai materi pelajaran yang diajarnya, baik

itu dari segi rumusan tujuan instruksional, metode yang akan dipakai

dalam penyampaian materi pelajaran, sumber-sumber rujukan buku yang

akan dipakai dan sampai pembicaraan evaluasi bahan pengajaran yang

telah disampaikan kepada siswa.

2. Supervisi dikemukakan Sagala (2010: 195) sebagai bantuan dan

bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional


16

guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan cara memberikan

rangsangan, koordinasi, dan bimbingan secara terus-menerus baik secara

individual maupun kelompok.

3. Supervisi akademik dikemukakan Sudiyono (2011: 83) adalah

serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya

mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Kualitas pembelajaran didefinisikan sebagai derajat keunggulan belajar,

yang menekankan pada aspek proses atau hasil atau keduanya. Setiap

makna kualitas belajar yang dimiliki seseorang penggunaannya memiliki

karakteristik tersendiri. Aspek yang berkaitan dengan dimensi kualitas

pembelajaran sebagai sistem memiliki kualifikasi dan kriteria sendiri.

pemenuhan kualifikasi dan kriteria tersebut aspek yang mempengaruhi

kualitas pembelajaran sebagai suatu sistem (Ghufron dkk, 2017: 259).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Deskripsi Teoritik

A. Kegiatan Musyaswarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Kegiatan atau aktivitas dikemukakan Sriyono (2021: 1) adalah

segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.

Sedangkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran dikemukakan Mulyasa dalam

Riza (2015: 100) merupakan organisasi atau wadah yang dapat meningkatkan

profesionalisme dan kinerja guru. Dengan demikian kegiatan Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) yaitu suatu kegiatan yang terdiri dari

beberapa guru mata pelajaran dari berbagai sekolah tingkat menengah yang

berkumpul dalam satu gugus sekolah untuk membahas hal-hal yang

mengenai materi pelajaran yang diajarnya, baik itu dari segi rumusan tujuan

instruksional, metode yang akan dipakai dalam penyampaian materi

pelajaran, sumber-sumber rujukan buku yang akan dipakai dan sampai

pembicaraan evaluasi bahan pengajaran yang telah disampaikan kepada

siswa.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran merupakan organisasi atau

wadah yang dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran adalah forum/wadah kegiatan professional

guru mata pelajaran pada SMP/MTs, SMPLB/MTsLB, SMA/MA,

SMK/MAK, SMALB/MALB

16
17

yang berada pada suatu wilayah / kabupaten / kota / kecamatan /

sanggar / gugus sekolah. Gugus sekolah adalah sekelompok atau gabungan

dari 3-8 sekolah yang memiliki tujuan, semangat maju bersama dalam

meningkatkan mutu pendidikan melalui penerapan Sistem Pembinaan

Profesional.Musyawarah Guru Mata Pelajaran adalah tempat guru-guru

mengadakan kegiatan-kegiatan dalam upayanya untuk meningkatkan

kemampuan profesional.Oleh karena itu MGMP adalah obyek sekaligus

subyek pembinaan.

Tujuan dari kegiatan MGMP dikemukakan Depag dalam

Ma’rifataini (2014: 73) adalah untuk membahas materi pelajaran yang akan

disampaikan nantinya kepada siswa, meningkatkan keberhasilan mengajar,

meningkatkan kualitas guru mata pelajaran dalam menyampaikan materi

pelajaran dan lain sebagainya. Sedangkan yang menjadi program

kegiatanpada Musyawarah Guru Mata Pelajaran terdiri dari program rutin

dan program pengembangan. Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Diskusi permasalahan pembelajaran b. Penyusunan silabus, program

semester, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran c. Analisis kurikulum d.

Penyusunan instrument evaluasi pembelajaran e. Pembahasan materi dan

pemantapan menghadapi Ujian Nasional. Program pengembangan dapat

dipilih sekurang-kurangnya tiga hari kegiatan-kegiatan berikut : a. Penelitian

b. Penulisan Karya Tulis Ilmiah c. Seminar, lokakarya, koloqium (paparan

hasil penelitian), dan diskusi panel d. Pendidikan dan pelatihan berjenjang

(diklat berjenjang) e. Penerbitan jurnal MGMP f. Penyusunan website

MGMP g. Forum MGMP provinsi h. Kompetisi kinerja guru i. Peer


18

Coaching (pelatihan sesama guru menggunakan media ICT) j. Lesson Study

(kerjasama antar guru untuk memecahkan masalah pembelajaran) k.

Professional Learning Community (komunitas-belajar professional) l. TIPD

(Teachers International Professional Development)/ kerjasama MGMP

internasional m. Global Gateway.

Kegiatan MGMP dikemukakan Suadilah dkk dalam Ma’rifataini

(2014: 71) diharapkan dapat berfungsi dalam meningkatkan mutu pendidik

(guru) dan tentunya hal ini akan berimbas pada peningkatan mutu

pembelajaran di sekolah. MGMP sebagai wadah profesi yang strategis dalam

memberdayakan guru, agar guru benarbenar menjadi guru yang profesional,

dan menguasai kompetensi sesuai standar pendidik yang disyaratkan dalam

standar nasional pendidikan, pemerintah pun telah memberikan perhatian

dengan menyalurkan blockgrant untuk MGMP baik dari Depdiknas maupun

Departemen Agama.

Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

dikemukakan dalam Depdiknas (2010: 5) tercetus dari tantangan-tantangan

yang muncul, diantaranya:

a. Mutu sumber daya manusia semakin menurun. Hal ini dibuktikan

dengan beberapa kompetesi internasional yang dari tahun ke tahun

menunjukadanya penurunan kualitas. Dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, diperlukan sumber daya

manusia yang ben-nutu agar tidak ketinggalan dengan negara lain.


19

b. Masih banyak guru yang memiliki kualifikasi akademik

dibawahKetentuan Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen yang mensyaratkan kualifikasi akademik guru sekurang-

kurangnya SI/D-IV.

c. Situs kerja guru tersebar di sduruh wilayah Indonesia yang merupakan

pulau-pulau besar dan kecil dan bahkan sebagian di antaranya

merupakan daerah terpencil.

d. Terbatasnya jumlah Perguruan Tinggi yang memiliki program

studitertentu yang dibutuhkan oleh Guru dalam upaya peningkatan

kualifikasi akademiknya.

e. Pelaksanaan sertifikasi guru dilaksanakan hanya satu kali sepanjang guru

menjalankan tugasnya. Dengan demikian perlu ada sistem peningkatan

profesionalisme guru secara berkelanjutan sebagai upaya memelihara

dan meningkatkan kompetensi guru.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam pertemuan Musyawarah Guru

Mata Pelajaran (MGMP) dikemukakan dalam depdiknas (2010: 5) antara

lain:

a. Meningkatkan pemahaman kurikulum. Kegiatan Musyawarah Guru

Mata. Pelajaran (MGMP) dilaksanakan dalam rangka untuk

meningkatkan pemahaman guru mengenai kurikulum yang dipakai

dalam proses pembelajaran beserta, perangkat yang dibutuhkan dalam

mengajar sesuai dengan tuntutan kurikulum, sehingga setelah mengikuti

kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) guru diharapkan


20

dapat membuat perangkat pembelajaran dan dapat menjalankan

kurikulum yang digunakan dengan benar.

b. Mengembangkan silabus dan system penilaian. Guru diharapkan mampu

mengembangkan silabus yang sudah ada dan diharapkan mampu

memilih metode penilaian pembelajaran disesuaikan dengan Matari,

kemampuan siswa, media alat bantu pembelajaran.

c. Mengembangkan dan merancang bahan ajar. Guru dilatih untuk dapat

mengembangkan bahan pelajaran pokok sehingga guru diharapkan

mampu menyusun rancangan bahan pelajaran.

d. Meningkatkan pemahaman tentang pendidikan berbasis luas (Broad

based education) dan pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life

skill). Guru dalam mengajar tidak hanya berfokus terhadap Matari yang

diajarkan tetapi mampu menanamkan keterampilan kepada siswa.

e. Mengembangkan model pembelajaran efektif. Guru dalam mengajar

harus fokus terhadap pencapaian tujuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran yang bervariasi.

f. Mengembangkan dan melaksanakan analisis sarana pembelajaran. Guru

mampu merencanakan sarana pembelajaran yang tepat untuk menunjang

pencapaian tujuan pembelajaran.

g. Mengembangkan dan melaksanakan pembuatan alat pembelajaran

sederhana. Guru dapat membuat alat pembelajaran sesuai dengan Matari


21

dan kemampuan sekolah guns menunjang pencapaian tujuan

pembelajaran.

h. Mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran berbasis

komputer.

i. Mengembangkan media dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Program kegiatan pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) dikemukakan dalam Depdiknas (2010: 7) terdiri dari program rutin

dan program pengembangan. Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Diskusi permasalahan pembelajaran. b. Penyusunan silabus,program

semester, dan rencana, pelaksanaan Pembelajaran. c. Analisis kurikulum. d.

Penyusunan instrument evaluasi pembelajaran. e. Pembahasan Matari dan

pemantapan menghadapi Ujian Nasional.

Program pengembangan yang dibahas dalam kegiatan

Musyawarah Guru Mata. Pelajaran (MGMP) dikemukakan dalam Depdiknas

(2010: 7) terdiri dari: a. Penelitian. b. Penulisan Karya Tulis Ilmiah. c.

Seminar, lokakarya, koloqiurn (paparan hasil penelitian), dan diskusi panel.

d. Pendidikan dan pelatihan berjenjang. e. Penerbitan jumal MGMP. f.

Penyusunan website MGMP. g. Forum MGMP Provinsi. h. Kepetensi kineda

guru. i. Peer Teaching (pelatihan sesama guru). j. Lesson Study (kerjasama

antar guru untuk memecahkan permasalahan pembelajaran).

B. Supervisi Akademik

Supervisi akademik dikemukakan Sagala (2011:84) menyatakan

supervisi akademik bisa dikatakan juga sebagai supervisi pendidikan


22

kontekstual, yaitu upaya membina guru-guru dalam mengembangkan proses

pembelajaran pada daerah tertentu yang mencakup unsur-unsur; materi

pelajaran, proses pembelajaran, kecakapan hidup yang dibutuhkan, tingkat

kompetensi setiap guru, dan kondisi para siswa. Esensi supervisi akademik

itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses

pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan

profesionalismenya. Dikemukakan Balyer et. al (2020: 309) bahwa kepala

sekolah tidak berkontribusi banyak terhadap pengembangan profesional

guru. Kepala sekolah menghadapi masalah proses kompetensi pengawasan.

Selain itu, keterlibatan mereka dalam proses pengawasan menyebabkan

kecemasan dan stres pada guru dan murid. Oleh karena itu, mereka

berpendapat bahwa observasi rekan mungkin lebih bermanfaat. Kondisi ini

pada dasarnya tidak akan terjadi apabila kepala sekolah menjalankan tugas

supervisi dengan baik dan profesional.

Tujuan umum supervisi akademik dikemukakan Sagala (2011: 102)

yaitu membantu guru melihat tujuan pendidikan, membimbing pengalaman

belajar mengajar, menggunakan sumber belajar, menggunakan metode

mengajar, memenuhi kebutuhan belajar murid, menilai kemajuan belajar

murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri dengan masyarakat dan

membina sekolah. Ditegaskan bahwa tujuan supervisi adalah untuk

meningkatkan situasi dan proses belajar mengajar berada dalam rangka

tujuan pendidikan nasional dengan membantu guru-guru untuk lebih

memahami mutu, pertumbuhan, dan peranan sekolah untuk mencapai tujuan

dimaksud. Dari pandangan yang serupa, dikemukakan Prasojo dkk (2011:


23

89) bahwa beberapa tujuan supervisi akademik adalah: (1) membantu guru

mengembangkan kompetensinya, (2) mengembangkan kurikulum, (3)

mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan

kelas (PTK).

Tujuan umum dan tujuan khusus supervisi dikemukakan Arikunto

dalam Syafaruddin dkk (2014: 20) bahwa supervisi memiliki tujuan umum

yaitu memberikan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staff sekolah lain)

agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama

dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran.

Selanjutnya apabila kualitas kinerja guru dan staf sudah meningkat,

demikian pula mutu pembelajarannya maka diharapkan prestasi siswa juga

akan meningkat. Pemberian bantuan pembinaan dan pembimbing tersebut

dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung kepada guru yang

bersangkutan, yang penting adalah bahwa pemberian bantuan dari

pembimbing tersebut didasarkan atas data yang lengkap, tepat, akurat, dan

rinci, serta benar-benar harus sesuai dengan kenyataan.

Tujuan khusus supervisi akademik dikemukakan Arikunto dalam

Syafaruddin dkk (2014: 21) adalah : (1) Meningkatkan kinerja siswa di

sekolah dalam perannya sebagai peserta didik yang belajar dengan semangat

tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara optimal; (2)

Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan

membimbing siswa mencapai prestasi belajar dan pribadi sebagaimana

diharapkan; (3) Meningkatkan kefektifan kurikulum sehingga berdaya guna

dan terlaksana dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta


24

mendukung dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan

lembaga; (4) Meningkatkan ke efektifan dan keefisienan sarana dan

prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga

mampu mengoptimalkan keberhasilah belajar siswa; (5) Meningkatkan

kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung tercapainya

suasana kerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi

belajar sebagaimana diharapkan. Dalam mensupervisi pengelolaan ini

supervisor harus mengarahkan perhatiannya pada bagaimana kinerja kepala

sekolah dan para walinya dalam mengelola sekolah, meliputi aspek-aspek

yang ada kaitannya dengan faktor penentu keberhasilan sekolah; (6)

Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga

terciptanya situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan

sekolah pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang

menunjukkan keberhasilah lulusan.

Pentingnya supervisi belajar mengajar juga secara langsung

mempengaruhi guru. Dikemukakan Glickman et. al dalam inkeeree et. al

(2019: 1346) bahwaa spek pengetahuan, keterampilan interpersonal dan

keterampilan teknis efektif dalam melakukan supervisi mengajar di sekolah.

Jelas, pengawasan yang sistematis dan terencana dapat membantu

pencapaian tujuan pengawasan di sekolah. Dalam kondisi pandemi Covid-

19, maka supervisi yang dilakukan pada dasarnya juga dapat melibatkan

orang tua siswa dalam melihat kualitas mengajar guru. Hal ini diperkuat oleh

hasil penelitian Ozdemir et. al (2015: 67) bahwa sistem pengawasan belum

sepenuhnya diselesaikan meskipun ada perubahan peraturan yang telah


25

dibuat. Guru telah menegaskan bahwa ada keuntungan dan juga kerugian

dari tugas supervisi kepala sekolah. Tinjauan terhadap sistem supervisi

merupakan persyaratan penting untuk mempromosikan sistem supervisi yang

sehat dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan demikian,

terlihat jelas dalam hal ini studi menemukan bahwa model pengawasan

pendidikan baru, di mana orang tua juga dapat menjadi terlibat, dan yang

didasarkan pada berbagai sumber data, harus dikembangkan.

C. Kualitas Mengajar Guru

Kualitas pembelajaran menurut Mariani dalam Haryati dkk

( 2012: 2) secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan

sistemik dan sinergis antara guru, siswa, iklim pembelajaran, serta media

pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal

sesuai dengan tuntutan kurikuler. Diperkuat Daryanto dalam Prasetyo (2013:

12) bahwa kualitas pembelajaran adalah suatu tingkatan pencapaian dari

tujuan pembelajaran awal termasuk didalamnya adalah pembelajaran seni,

dalam pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan pengembangan sikap peserta didik melalui proses

pembelajaran dikelas.

Kualitas pembelajaran memiliki indikator menurut Depdiknas

dalam Prasetyo (2013: 13) antara lain: (a) Perilaku pembelajaran pendidik

(guru), maksudnya bahwa keterampilan dalam mengajar seorang guru

menunjukkan karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan

pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan; (b)

Perilaku atau aktivitas siswa, maksudnya bahwa disekolah banyak aktivitas


26

yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas sekolah tidak hanya

belajar, membaca buku, mencatat ataupun mendengarkan guru mengajar.

Aktivitas siswa bisa berupa aktivitas diluar kelas, ekstrakuliler atau kegiatan

lainnya; (c) Iklim pembelajaran, maksudnya bahwa iklim pembelajaran dapat

berupa suasana kelas yang kondusif dan suasana sekolah yang nyaman; (d)

Materi pembelajaran, maksudnya bahwa materi pembelajaran yang

berkualitas terlihat dari kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan

kompetensi yang harus ditempuh; (e) Media pembelajaran, maksudnya bahwa

media pembelajaran menciptakan suasana belajar menjadi aktif, memfasilitasi

proses interaksi antara siswa dan guru, siswa dan siswa, siswa dan ahli bidang

ilmu yang relevan; (f) Sistem pembelajaran, maksudnya bahwa sistem

pembelajaran disekolah mampu menunjukkan kualitasnya jika sekolah

menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki penekanan dan kekhususan

lulusannya.

Peningkatan kualitas guru dalam proses belajar mengajar

dikemukakan dalam Khotimah dkk (2021: 125) dilakukan dengan tiga hal,

yaitu 1) adanya bertukar pikiran dengan guru senior, 2) menambah

pengetahuan cara mengajar, 3) melihat dan membandingkan guru lain yang

sudah dianggap berkualitas cara mengajarnya. Berdasarkan hal tersebut,

dikemukakan Syafaruddin dalam Khotimah dkk (2021: 125) bahwa guru

perlu melakukan kegiatan kolaborasi dalam pertemuan guru sejenis di

sanggar kerja guru yang sekarang dikenal dengan MGMP/KKG atau dalam

seminar-seminar yang berkaitan dengan hal itu. Kegiatan ilmiah ini

hendaknya selalu mengangkat kegiatan yang bersifat aplikatif. Artinya hasil


27

pertemuan bisa digunakan langsung untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran. Hanya perlu dicatat dalam kegiatan ilmiah semacam ini

hendaknya faktor-faktor yang bersifat struktural administratif harus

disingkirkan jauh-jauh. Dalam MGMP pada hakikatnya guru akan merasa

memiliki mentor apabila MGMP dijalankan secara professional.

Dikemukakan Heather Wolpert-Gawron dalam Utami (2019: 523) bahwa

setiap guru membutuhkan mentor yang akan menantang, menasihati, dan

merayakan keberhasilan bersama. Mentor akan menjadi lebih dari sekedar

teman, mentor adalah praktisi yang luar biasa yang menyampaikan

pengetahuan mereka melalui percakapan informal dan permodelan sehari-

hari. Mentor yang mendukung, bahkan tidak setuju dengan pendapat kita

namun merekalah yang bisa membantu kita mengembangkan diri menjadi

pendidik yang lebih baik.

Upaya pengembangan kualitas mengajar guru tentu akan menjadi

baik apabila forum MGMP di wilayahnya dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan. Dalam forum MGMP ini guru dengan pengalaman yang lebih

banyak akan dapat menjadi mentor bagi guru pemula. Selain itu

dimungkinkan wawasan akan berkembang dengan adanya diskusi yang

bermakna terutama dalam pendidikan secara umum dan proses pembelajaran

secara khusus.

Dengan aktifnya forum MGMP tentu akan membangkitkan

mentor-mentor yang baik. Mentor yang baik menurut Gawron dikemukakan

dalam Utami (2019: 523) antara lain: (1) Menghargai apa yang sedang kita

lakukan, dan membantu menyelesaikan masalah menggunakan perspektif


28

yang berbeda; (2) Mendengarkan, tetapi tahu kapan harus mengangkat

tangannya untuk membuat seseorang berhenti dan mendengarkannya; (3)

Berkolaborasi, berbagi ide dan membangun “reciprocal learning”; (4)

Merayakan kesuksesan bersama; (5) Memberikan ruang nyaman untuk

berbagi, mengeluh, bahkan merasa gagal dan malu; (6) Memberikan model

prakter terbaik sambil tetap menghargai perbedaan dalam gaya mengajar.

Kualitas guru ditunjukkan dengan pembelajaran yang dikelolanya

dapat efektif. Hal ini dperkuat penyataan yang dikemukakan Rowikarim

(2013: 49) bahwa guru yang berkualitas mampu menciptakan pembelajaran

yang efektif. Belajar Efektif artinya cepat dan tepat. Cepat berarti sesuai

rencana pelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan tujuan pengajaran yang

digariskan. Dengan singkat dapat mengatakan bahwa kualitas Guru di

tentukan oleh efektivitas mengajarnya. Guru efektif Memiliki komitmen

tinggi sebagai sebagai pengajar, memiliki pengetahuan, keahlian profesional,

menguasai materi strategi pengajaran. Guru efektif mampu menetapkan

tujuan dan merencanakan pembelajaran, memanage kelas ketika proses

belajar mengajar, mengetahui kultur siswa serta latar belakngnya, guru efektif

memiliki keahlian komunikasi yang ditunjang dengan penguasaan teknologi

sehingga guru bisa memotivasi siswa untuk mengembangkan segala potensi

yang dimilikinya.

2. Penelitian yang Relevan


29

Dalam rangka mengantisipasi adanya pengulangan penelitian

dengan pokok permasalah yang sama, maka berikut dikemukakan beberapa

penelitian yang relevan menurut peneliti.

1. Muhajirin dkk (2017) dengan judul penelitian “Pengaruh Supervisi

Akademik dan Partisipasi Guru pada MGMP melalui Motivasi Kerja

terhadap Profesionalisme Guru SMA/MA”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik, partisipasi guru pada

MGMP, dan motivasi kerja terhadap profesionalisme guru. Populasi

penelitian adalah guru-guru SMA/MA. Sampel diambil dengan teknik

proportional cluster random sampling dari tiap sekolah di SMA/MA di

kota Bima. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner

yang diberikan kepada responden secara langsung, dengan melalui uji

validitas dan reliabiltas. Analisis data menggunakan, path analysis dan

Sobel test.Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi akademik

berpengaruh terhadap motivasi kerja sebesar 0, 203 atau 20, 3%,

partisipasi guru pada MGMP berpengaruh positif terhadap motivasi

kerja sebesar 0, 225 atau 22, 5%, supervisi akademik berpengaruh

terhadap profesionalisme guru sebesar 0, 196 atau 19, 6%, partisipasi

guru pada MGMP berpengaruh terhadap profesionalisme guru sebesar

0, 250 atau 25% dan motivasi kerja berpengaruh terhadap

profesinalisme guru sebesar 0, 404 atau 40, 4% supervisi akademik

berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap

profesionalisme guru. Secara tidak langsung supervisi berpengaruh

terhadap profesionalime guru melalui motivasi sebagai mediasinya


30

dengan kontribusi sebesar 2, 18308. Partisipasi guru pada MGMP

langsung maupun tidak langsung terhadap profesionalisme guru

melalui motivasi kerja sebagai mediasinya dengan kontribusi sebesar

2, 2343. Disimpulkan bahwa semakin baik pelaksanaan supervisi

akademik dan partisipasi guru pada MGMP berpengaruh langsung

maupun tidak langsung terhadap profesinalisme guru melalui motivasi

sebagai variabel mediasi. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada

kepala sekolah agar terus meningkatkan supervisi akademik dan

memotivasi para guru, dan kepada guru agar terus berpartisipasi

secara aktif pada kegiatan MGMP.

2. Nurlaeli dkk (2018) dengan judul penelitian “Efektivitas Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam Meningkatkan Kinerja Mengajar

Guru Bahasa Inggris”. Penelitian ini dilatar belakangi bahwa guru

merupakan faktor utama dalam sistem pendidikan, khususnya di

sekolah, dan kinerja guru merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam upaya menciptakan pembelajaran yang berkualitas untuk

mencapai tujuan. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya

menggunakan tiga teknik utama, yaitu obsevasi, wawancara, dan studi

dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1).

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ditinjau dari perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi kegiatan dalam meningkatkan kinerja

mengajar guru di SMPN 1 Situraja sudah dilaksanakan dengan efektif.

Hal ini dibuktikan dengan tercapainya target materi yang ingin dicapai
31

setelah kegiatan MGMP dilaksanakan 2). Kegiaan Musyawarah Guru

Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris Ditinjau dari Perencanaan

pembelajaran, Proses pelaksanaan pembelajaran dan Penilaian

Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kinerja Mengajar guru di SMPN

1 Situraja Kabupaten Sumedang secara umum sudah efektif. Hal ini

dilihat dari kemampuan mereka dalam membuat perencanaan

pembelajaran dengan baik sehingga guru – guru tidak merasa

kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal

dan melakukan penilaian pembelajaran kepada siswa dengan baik. 3).

Hambatan- hambatan yang dihadapi guru dalam mengikuti kegiatan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris secara

umum tidak dirasakan oleh seluruh guru karena Kepala Sekolah selalu

memfasilitasi dan memotivasi semua guru dalam mengikuti kegiatan

MGMP baik ditingkat intern sekolah, wilayah, maupun tingkat

kabupaten.4). Upaya yang dilakukan sekolah dalam mengikuti MGMP

adalah dengan mendorong dan memfasilitasi guru untuk mengikuti

kegiatan MGMP. Baik di tingkat sekolah, wilayah maupun kabupaten.

3. Ma’rifataini (2014) dengan judul penelitian “Efektivitas MGMP

dalam peningkatan profesionalisme Guru Mata Pelajaran Umum di

MTs.” Penelitian ini bertujuan untuk melihat Efektivitas MGMP

dalam Peningkatan Profesionalisme Guru Mata Pelajaran Umum di

MTs. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method dengan

metode analisisnya deskriptif presentatif. Sebagai respondennya

adalah Ketua MGMP, Guru yang menjadi anggota MGMP, Kasi


32

Mapenda, Ketua Pokjawas, dan Kepala Madrasah sebagai pembina

sanggar MGMP yang tersebar di tujuh propinsi. Teknik pengambilan

sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling. Hasil

penelitian menunjukkan terdapat kecenderungan MGMP di MTs

belum efektif dalam membina profesionalitas guru mata pelajaran

umum sesuai dengan tujuan dan fungsi MGMP, yang didasarkan atas

temuan hasil penelitian bahwa dari 6 komponen instrumen efektivitas

MGMP hanya komponen efektivitas MGMP terhadap Kebutuhan

Guru saja yang tergolong efektif, 2 komponen cukup efektif dan 3

komponen instrumen yang lainnya hasilnya cenderung kurang efektif.

4. Sasmito (2015) dengan judul penelitian “Kontribusi Pengawas

Sekolah terhadap Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui (i) kontribusi Pengawas Sekolah

terhadap pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di SMA Negeri 1

Unggulan Kota Ternate ditinjau dari aspek supervisi manajerial (ii)

kontribusi pengawas sekolah terhadap pemenuhan Standar Nasional

Pendidikan di SMA Negeri 1 Unggulan Kota Ternate ditinjau dari

aspek supervisi akademik, dan (iii) Kontribusi pengawas sekolah

terhadap pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di SMA Negeri 1

Unggulan Kota Ternate ditinjau dari evaluasi terhadap penerapan

aspek supervisi manajerial dan supervisi akademik. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan 4 orang

Pengawas Sekolah, 1 orang Kepala Sekolah, 1 orang Kepala Tata

Usaha, 3 orang Wakil Kepala Sekolah, dan 4 orang Guru. Data


33

diambil melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian

menunjukkan (i) Kontribusi Pengawas Sekolah dalam aspek supervisi

manajerial berupa bimbingan mengenai standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan diberikan kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala

Sekolah, dan Kepala Tata Usaha. (ii) Kontribusi Pengawas Sekolah

dalam aspek supervisi akademik berupa bimbingan mengenai standar

isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian

pendidikan diberikan pada Guru. (iii) Kontribusi Pengawas Sekolah

dalam aspek evaluasi pendidikan berupa partisipasi aktif dalam

menilai pelaksanaan penerapan aspek supervisi manajerial dan aspek

supervisi akademik.

3. Paradigma Penelitian

Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada dasarnya

merupakan sarana yang efektif untuk pengembangan kompetensi guru, baik

dalam pemahaman materi, pengembangan model/metode atau media

pembelajaran dan hal-hal lain terkait tugas profesi guru. Namun demikian,

guru kadang-kadang merasa tidak harus rutin datang untuk menghadiri

kegiatan MGMP tanpa adanya pengawasan. Oleh karena itu, pengawasan

akademik dirasa penting dalam memotivasi guru untuk dapat berperan aktif

dalam MGMP. Dengan MGMP dan diperkuat oleh pengawasan yang baik,

memungkinkan untuk mempercepat peningkatan kualitas mengajar guru.


34

Kondisi kekinian dalam masa pandemi Covid-19 memberikan

dampak yang cukup besar dalam aktivitas dan proses pendidikan, termasuk

dalam aktivitas forum MGMP. Kebutuhan guru dalam memahami dan

mengembangkan kreativitas dalam media pembelajaran bagi siswa menjadi

meningkat selama pandemi Covid-19. Dengan demikian tentu dibutuhkan

dukungan yang baik dari kepala sekolah sebagai supervisor. Studi tentang

kualitas mengajar guru dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

pengaruh berbagai faktor yaitu supervisi akademik dan partisipasi guru

dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19. Pengaruh antar variabel

tersebut dijelaskan melalui konsep paradigma penelitian pada gambar

berikut.

X1

Y
X2

Gambar 2. ParadigmaPenelitian
Keterangan:

X1 : Supervisi Akademik Pada masa pandemi Covid-19

X2 : Partisispasi Guru dalam MGMP pada Masa Pandemi Covid-19

Y : Kualitas Mengajar Guru pada Masa Pandemi Covid-19

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:


35

1. Terdapat pengaruh supervisi akademik pada masa pandemi Covid-19 (X1)

terhadap kualitas mengajar Guru pada masa pandemi Covid-19 (Y) di

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Kaur

2. Terdapat pengaruh partisipasi Guru dalam MGMP pada masa pandemi

Covid-19 (X2) terhadap kualitas mengajar Guru pada masa pandemi

Covid-19 (Y) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Kaur.

3. Terdapat pengaruh secara simultan supervisi akademik pada masa pandemi

Covid-19 (X1) dan partisipasi guru dalam kegiatan MGMP pada masa

pandemi Covid-19 (X2) dan terhadap Kualitas mengajar Guru pada masa

pandemi Covid-19 (Y) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten

Kaur.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan metode regresi sederhana, mengkaji

tentang pengaruh MGMP dan pengawasan akademik terhadap

Kualitas mengajar Guru pada masa pandemi Covid-19 (Y) di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Kaur.

Penelitian ini bersifat ex-post facto karena penelitian ini hanya

akan mengambil data dari peristiwa yang telah dirasakan responden

sebelumnya tanpa memberikan perlakuan apapun terhadap responden

atau manipulasi terhadap variabel-variabel yang diteliti, yaitu pada

masa pandemi Covid-19. Hal ini merujuk kepada pendapat Sappaile

(2010: 105-106) yang mengemukakan bahwa penelitian ex-post facto

meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau tidak

diberi perlakuan oleh peneliti. Penelitian sebab-akibat dilakukan

terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau

telah terjadi. Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian

teoretis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh

variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu.

35
36

Data yang diperoleh berupa angka-angka dan pengolahannya

menggunaan metode statistik yang di analisis menggunakan program

microsoft excel dan menggunakan SPSS 20. Variabel penelitian ini

terdiri dari dua variable bebas (independent variabel) dan satu

variabel terikat (dependen variabel). Adapun variabel bebasnya

adalah Supervisi Akademik pada masa pandemi Covid-19 (X 1) dan

Partisipasi Guru dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19 (X2)

serta variabel terikat yaitu Kualitas Mengajar Guru pada masa

pandemi Covid-19 (Y).

2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di

Kabupaten Kaur. Penelitian direncanakan dimulai pelaksanaannya

pada bulan Juli 2021 sampai dengan bulan September 2021.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2012: 80) adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas subyek kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulan.

Rincian populasi ini selanjutnya dirangkum dalam Tabel 1 berikut :

Table 1. Rincian Populasi Penelitian

Jumlah
No Nama Sekolah Kecamatan
PD Rombel Guru
1 SMKN 1 KAUR Semidang Gumai 291 13 25
2 SMKN 2 KAUR Padang Guci Hilir 57 3 8
3 SMKN 3 KAUR Kaur Utara 359 15 33
4 SMKN 4 KAUR Nasal 168 7 14
5 SMKN 5 KAUR Kaur Selatan 264 10 19
6 SMKN 6 KAUR Tanjung Kemuning 149 6 13
7 SMKN 7 TECHNOPRENEUR MERDEKA Maje 71 3 14
8 SMKN 8 PUSAKA KAUR Kaur Selatan 78 5 13
37

Populasi penelitian ini yaitu seluruh guru SMK di Kabupaten

Kaur yaitu sebanyak 140 orang guru SMK.

2. Sampel Penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini didasarkan Baley dalam

Mahmud (2011: 159) yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang

menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling minimum

adalah 30. Senada dengan pendapat tersebut, Roscoe dalam Sugiono

(2012: 91) menyarankan tentang ukuran sampel untuk penelitian

sebagai berikut: Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah

antara 30 sampai dengan 500, dengan penjelasan sebagai berikut:

(1) Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel

setiap kategori minimal 30.

(2) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate

(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota

sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya

variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka

jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.

(3) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota

sampel masing-masing antara 10 s/d 20.

Berdasarkan teori yang dikemukakan, maka sampel dalam

penelitian ini minimal 30 orang guru SMK Negeri di Kabupaten Kaur.


38

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dikemukakan Sugiyono (2012: 38) adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang

memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan judul

penelitian yaitu Pengaruh Supervisi Akademik Terhadap Partisipasi

Guru Dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap

Kualitas Mengajar Guru Sekolah Menengah Kejuruan Kabupaten

Kaur, maka dalam penelitian ini dikelompokkan variabel menjadi

variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).

Variable bebas (independent variable) atau juga dikenal

sebagai variable stimulus, predictor, abtecedent dikemukakan

Sugiyono (2012: 39) merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen

(terikat). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yang

diteliti yaitu supervisi akademik (X1) dan Partisipasi Guru Dalam

Kegiatan MGMP (X2).

Variable terikat dikemukakan Sugiyono (2012: 39) merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variable bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat (variable

dependen) adalah kualitas mengajar guru (Y).


39

D. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan melalui studi lapangan kuantitatif dengan

menggunakan kuesioner/angket yang diberikan kepada responden dengan

teknik angket model skala Likert. Kuesioner/angket berisi sejumlah

pertanyaan yang telah disusun berdasarkan indikator yang telah ditentukan

sebelumnya, sehingga responden dapat mengisi kuesioner/angket secara

langsung sesuai dengan pemahaman atau pengalaman yang telah

dialaminya sendiri.

Komunikasi langsung juga dilakukan dengan responden dengan

tujuan untuk menjamin objektivitas/kejujuran pengisian kuesioner/angket,

selain itu sebagai upaya agar pengembalian kuesioner/angket dansebagai

upaya agar pengembalian kuesioner yang telah diisi dapat dilakukan secara

optimal.

2. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dikemukakan Sugiono (2012: 76) adalah suatu

alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati, secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian.

Berdasarkan teknik dan alat pengumpulan data, maka instrumen dalam

berupa penelitian ini yaitu berupa lembar angket.

Penyusunan angket untuk masing-masing variabel dilakukan dengan

terlebih dahulu membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel dan


40

penyusunan butir-butir pernyataan sesuai indikator variabel. Langkah

penyusunan instrumen berdasarkan konsep dan teori yang diuraikan

terdahulu, kemudian dirumuskan kedalam bentuk definisi operasional

yang kemudian dijabarkan dalam bentuk kisi-kisi sesuai dengan

komponen-komponennya. Skala pengukuran pada penelitian ini

menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu selalu (SL), sering (SR),

jarang (JR), tidak pernah (TP).

a. Instrumen variabel supervisi akademik (X1)

Supervisi akademik dikemukakan Sagala (2011: 84) menyatakan

supervisi akademik bisa dikatakan juga sebagai supervisi pendidikan

kontekstual, yaitu upaya membina guru-guru dalam mengembangkan proses

pembelajaran pada daerah tertentu yang mencakup unsur-unsur; materi

pelajaran, proses pembelajaran, kecakapan hidup yang dibutuhkan, tingkat

kompetensi setiap guru, dan kondisi para siswa. Esensi supervisi akademik

itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses

pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan

profesionalismenya. Tujuan umum supervisi akademik dikemukakan Sagala

(2011: 102) yaitu membantu guru melihat tujuan pendidikan, membimbing

pengalaman belajar mengajar, menggunakan sumber belajar, menggunakan

metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar murid, menilai kemajuan

belajar murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri dengan masyarakat

dan membina sekolah.


41

Tabel 2 Kisi-kisi Variabel Supervisi Akademik


pada masa pandemi Covid-19 (X1)

No Indikator Jumlah
1 Membangun hubungan guru dengan supervisor 1

2 Perencanaan supervisi akademik 7


3 Menganalisis proses belajar mengajar 5

b. Instrumen variabel Partisipasi Guru Dalam MGMP (X2)

Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yaitu suatu

kegiatan yang terdiri dari beberapa guru mata pelajaran dari berbagai sekolah

tingkat menengah yang berkumpul dalam satu gugus sekolah untuk

membahas hal-hal yang mengenai materi pelajaran yang diajarnya, baik itu

dari segi rumusan tujuan instruksional, metode yang akan dipakai dalam

penyampaian materi pelajaran, sumber-sumber rujukan buku yang akan

dipakai dan sampai pembicaraan evaluasi bahan pengajaran yang telah

disampaikan kepada siswa.Musyawarah Guru Mata Pelajaran merupakan

organisasi atau wadah yang dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja

guru. Musyawarah Guru Mata Pelajaran adalah forum/wadah kegiatan

professional guru mata pelajaran pada SMP/MTs, SMPLB/MTsLB,

SMA/MA, SMK/MAK, SMALB/MALB yang berada pada suatu wilayah /

kabupaten / kota / kecamatan / sanggar / gugus sekolah. Gugus sekolah

adalah sekelompok atau gabungan dari 3-8 sekolah yang memiliki tujuan,

semangat maju bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui

penerapan Sistem Pembinaan Profesional. Musyawarah Guru Mata Pelajaran


42

adalah tempat guru-guru mengadakan kegiatan-kegiatan dalam upayanya

untuk meningkatkan kemampuan profesional. Oleh karena itu MGMP adalah

obyek sekaligus subyek pembinaan.

Tabel 3. Kisi-kisi Variabel Partisipasi Guru Dalam MGMP


pada masa pandemi Covid-19 (X2)

No Indikator Jumlah
Item
1 Penerimaan Hasil/Manfaat MGMP pada masa 5
2 Pelaksanaan program MGMP pada masa 6
pandemi Covid-19
3 Pengaruh Program atau control partisipan pada 3
masa pandemi Covid-19
4 Tanggung jawab partisipan MGMP pada masa 2
pandemi Covid-19

c. Instrumen variabel Kualitas Mengajar Guru (Y)

Kualitas pembelajaran didefinisikan sebagai derajat keunggulan

belajar, yang menekankan pada aspek proses atau hasil atau keduanya. Setiap

makna kualitas belajar yang dimiliki seseorang penggunaannya memiliki

karakteristik tersendiri. Aspek yang berkaitan dengan dimensi kualitas

pembelajaran sebagai sistem memiliki kualifikasi dan kriteria sendiri.

pemenuhan kualifikasi dan kriteria tersebut aspek yang mempengaruhi

kualitas pembelajaran sebagai suatu sistem (Ghufron dkk, 2017: 259)

Kualitas pembelajaran memiliki indikator antara lain: a. Perilaku

pembelajaran pendidik (guru), keterampilan dalam mengajar seorang guru

menunjukkan karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan

pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. b.


43

Perilaku atau aktivitas siswa, disekolah banyak aktivitas yang dapat

dilakukan oleh siswa di sekolah.

Tabel 4. Kisi-kisi Variabel Kualitas Mengajar Guru


pada masa pandemi Covid-19 (Y)
Jumlah
No Indikator
Item
Perencanaan Pembelajaran pada masa pandemi
1 8
COVID-19
Pelaksanaan Pembelajaran pada masa pandemi
10
2 COVID-19
3 Evaluasi Pembelajaran pada masa pandemi COVID-19 4

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis regresi dan

analisis korelasi parsial.

1. Uji Coba Instrumen

Pengujian instrument dalam penelitian ini meliputi validitas (kesahihan)

dan reabilitas (keterhandalan) dari item angket yang ada. Disamping itu uji

instrumen untuk melihat sejauh mana responden dapat memahami butir-butir

pernyataan yang ada.

a. Uji Validitas angket

Untuk melihat validitas butir-butir angket diuji dengan

menggunakan korelasi product momen seperti yang dikemukakan

Arikunto (2010: 162) sebagai berikut:

rXY =

dimana:
rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Jumlah skor total distribusi X
Y = Jumlah skor total
 XY = Jumlah perkalian skor X dan Y
44

N = Jumlah responden
 X2 = Jumlah kuadrat skor distribusi X
 Y2 = Jumlah kuadrat skor distribusi Y.

Besarnya rhitung dikonsultasikan pada rtabel dengan batas signifikan

5%.Apabila didapat rhitung> rtabel maka butir soal tergolong valid dan

demikian sebaliknya.

Item pertanyaan dikatakan valid jika pertanyaan tersebut mampu

mengukur apa yang perlu diukur dan mampu mengungkapkan apa yang

ingin diungkapkan. Uji instrumen diberikan pada 20 orang guru. Proses

penghitungan nilai rhitung dilakukan dengan bantuan program SPSS 20

(Statistical Product and Service Solutions). Hasil uji coba yaitu 51 item

yang terdiri dari 13 item pertanyaan untuk variabel supervisi akademik

pada masa pandemi Covid-19 (X1), 16 item pertanyaan untuk variabel

partisipasi guru dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19 (X 2) serta 22

item pertanyaan untuk variabel kualitas mengajar guru pada masa pandemi

Covid-19 (Y).

Hasil uji validitas item variabel supervisi akademik pada masa

pandemi Covid-19 (X1) ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 5. Validasi item supervisi akademik pada masa pandemi Covid-19 (X1)
Item Koefisien Korelasi Nilai Kritis
Kategori
Pertanyaan (rhitung) (rtabel)
1 0.653 0.3783 Valid
2 0.639 0.3783 Valid
3 0.750 0.3783 Valid
4 0.620 0.3783 Valid
5 0.652 0.3783 Valid
6 0.882 0.3783 Valid
7 0.784 0.3783 Valid
8 0.613 0.3783 Valid
9 0.467 0.3783 Valid
45

10 0.831 0.3783 Valid


11 0.601 0.3783 Valid
12 0.511 0.3783 Valid
13 0.606 0.3783 Valid

Berdasarkan tabel 5, didapat hasil bahwa semua item variabel X 1

tergolong valid, sehingga semua item variabel X1 yaitu variabel supervisi

akademik pada masa pandemi Covid-19 dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian. Adapun hasil uji validitas item partisipasi guru dalam MGMP pada

masa pandemi Covid-19 (X2) ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 6. Validasi item partisipasi guru dalam MGMP


pada masa pandemi Covid-19 (X2)

Item Koefisien Korelasi Nilai Kritis


Kategori
Pertanyaan (rhitung) (rtabel)
1 0.334 0.3783 Tidak Valid
2 0.846 0.3783 Valid
3 0.831 0.3783 Valid
4 0.893 0.3783 Valid
5 0.783 0.3783 Valid
6 0.876 0.3783 Valid
7 0.945 0.3783 Valid
8 0.780 0.3783 Valid
9 0.894 0.3783 Valid
10 0.869 0.3783 Valid
11 0.879 0.3783 Valid
12 0.894 0.3783 Valid
13 0.889 0.3783 Valid
14 0.824 0.3783 Valid
15 0.899 0.3783 Valid
16 0.873 0.3783 Valid

Berdasarkan tabel 6, didapat hasil bahwa hanya terdapat 1 item variabel

X2 tergolong tidak valid (item soal no 1 pada variabel X2), sehingga item variabel

X2 yaitu variabel partisipasi guru dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19

(X2) sebanyak 15 item dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Adapun


46

hasil uji validitas item kualitas mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 (Y)

ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 7. Validasi item kualitas mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 (Y)
Item Koefisien Korelasi Nilai Kritis
Kategori
Pertanyaan (rhitung) (rtabel)
1 0.700 0.3783 Tidak Valid
2 0.777 0.3783 Valid
3 0.796 0.3783 Valid
4 0.699 0.3783 Valid
5 0.701 0.3783 Valid
6 0.273 0.3783 Tidak Valid
7 0.488 0.3783 Valid
8 0.571 0.3783 Valid
9 0.649 0.3783 Valid
10 0.555 0.3783 Valid
11 0.575 0.3783 Valid
12 0.694 0.3783 Valid
13 0.676 0.3783 Valid
14 0.601 0.3783 Valid
15 0.601 0.3783 Valid
16 0.787 0.3783 Valid
17 0.588 0.3783 Valid
18 0.638 0.3783 Valid
19 0.680 0.3783 Valid
20 0.751 0.3783 Valid
21 0.711 0.3783 Valid
22 0.729 0.3783 Valid

Berdasarkan tabel 7, didapat hasil bahwa hanya terdapat 1 item variabel

Y tergolong tidak valid (item soal no 6 pada variabel Y), sehingga item variabel Y

yaitu variabel kualitas mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 (Y) sebanyak

20 item dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.


47

b. Uji Realibilitas angket

Sedangkan untuk menguji reliabilitas butir angket digunakan rumus

Alpha seperti yang dikemukakan Arikunto (2010: 186) sebagai berikut:

dimana:
r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya soal

i2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

t2 = Varians total.

Besarnya r11 yang diperoleh tersebut dikonsultasikan dengan indeks

korelasi yang dikemukakan Arikunto (2010: 65) sebagai berikut:

a. Antara 0,81 – 1,00 tergolong sangat tinggi

b. Antara 0,61 – 0,80 tergolong tinggi

c. Antara 0,41 – 0,60 tergolong cukup

d. Antara 0,21 – 0,40 tergolong rendah

e. Antara 0,00 – 0,20 tergolong sangat rendah

Reliabilitas item diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan melakukan

reliability analisis dengan SPSS versi 20. Agar lebih teliti, dengan menggunakan

SPSS, juga akan dilihat kolom Corrected Item Total Correlation. Nilai tiap-tiap

item sebaiknya ≥ 0.50 sehingga membuktikan bahwa item tersebut dapat

dikatakan punya reliabilitas Konsistensi Internal. Berdasarkan hasil uji realibiliy

dengan menggunakan SPSS versi 20, didapat hasil sebagai berikut.

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan Kategori


Y 0.725 Reliabel Tinggi
48

X1 0.894 Reliabel Sangat Tinggi


X2 0.970 Reliabel Sangat Tinggi
Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas

2. Uji Persyaratan Analisis

Untuk mengetahui apakah data penelitian sudah mempunyai sebaran

normal dan mengetahui apakah data variabel endogen linier terhadap data

variabel eksogen.Untuk itu dilakukan uji normalitas dan uji linieritas.

a. Uji Normalitas

Uji persyaratan dilakukan dengan menggunakan uji

normalitas.Untuk uji normalitas data variabel penelitian digunakan SPSS

Versi 20.

b. Uji Linieritas

UjiLinieritas untuk mengetahui apakah data variabel endogen linier

terhadap data variabel eksogen, dilakukan dengan uji regresi linear

sederhana yang dikemukakan Sudjana (2015: 315), dengan persamaan

sebagai berikut:

Ŷ = a + b Xi

dimana:
49

Uji kelinearan dan keberartian variabel eksogen dan variabel

endogen dengan terlebih dahulu mengelompokkan data dapat dihitung

jumlah kuadrat Galat dengan rumus :

JK(G) =

Uji kelinearan selanjutnya dihitung F dengan rumus :

Dengan mengkonsultankan F hitung dengan F tabel pada taraf =

1% dan db pembilang = N-K dan db penyebut = k- 2. Jika Fhitung <

Ftabel, maka persamaan regresi adalah linear dan sebaliknya.

Uji keberartian persamaan regresi digunakan rumus :

Dari F tabel dengan db pembilang = 1 dan db penyebut = N-2. Pada taraf

= 5%, karena Fhit > Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa Koefisien

Arah Persamaan Regresi cukup berarti dan sebaliknya.

3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk

mendeskripsikan/menggambarkan ciri-ciri pada sampel penelitian untuk

variabel tunggal. Variabel yang akan dianalisis adalah partisipasi guru

dalam MGMP, pengawasan akademik dan kualitas mengajar guru.


50

Variabel tersebut dibagi kedalam beberapa kriteria berdasarkan hasil rata-

rata (mean). Kriteria tersebut dibagi seperti berikut ini: sangat baik, baik,

cukup baik, dan kurang baik.

4. Analisis Regresi

a. Regresi Linier Sederhana

Uji regresi linier sederhana dilakukan untuk menguji pengaruh

diantara variabel independen X terhadap variabel dependent Y secara

parsial, yaitu pengaruh antara supervisi akademik (X1) terhadap kualitas

mengajar guru (Y) dan pengaruh antara partisipasi guru dalam MGMP

(X2) terhadap kualitas mengajar guru (Y). Pengujian uji regresi linier

sederhana disini menggunakan program SPSS 20. Perumusan regresi linier

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Pengaruh supervisi akademik (X1) terhadap kualitas mengajar guru

(Y)

Y = a + b1 X1

Dimana:

Y = Kualitas mengajar guru

a = Nilai konstanta

b = Nilai koefisien regresi

X1 = Supervisi akademik

2) Pengaruh partisipasi guru dalam MGMP (X2) terhadap kualitas

mengajar guru (Y)

Y = a + b2 X2
51

Dimana:

Y = Kualitas Mengajar Guru

a = Nilai konstanta

b = Nilai koefisien regresi

X2 = Partisipasi Guru dalam MGMP

b. Regresi Linier Berganda

Pengolahan data dari hasil penelitian ini dengan menggunakan

analisis diferensial (kuantitatif). Pengolahan data penelititan tersebut akan

dianalisis menggunakan aplikasi SPSS versi 20. Analisis data dilakukan

menggunakan metode regresi linier berganda.

Regresi linier berganda ini dilakukan untuk menghitung dan

mengestimasi nilai valiabel dependen Y terhadap lebih dari satu variabel

independen (X1, X2, ....Xn). Secara umum persamaan regresi berganda yang

mempunyai variabel dependen (Y) dengan dua atau lebih variabel

independen (X1, X2, ....Xn) dengan persamaan sebagai berikut.

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + bn Xn+ e

Pada penelitian ini variabel yang mempengaruhi terdiri dari

variabel dependen (Y) adalah kualitas mengajar guru, sedangkan yang

merupakan variabel independen 1 (X1) adalah supervisi akademik, dan

variabel independen 2 (X2) adalah partisipasi guru dalam MGMP, maka

dari penjelasan diatas persamaan regresi berganda menggunakan satu

variabel dependen (Y) dan dua variabel independen (X 1), dan (X2) maka

persamaan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Y = a + b 1 X 1 + b2 X 2
52

Keterangan :

Y : Kualitas Mengajar Guru

a : Konstanta

b1,b2 : Koefisien regresi

X1 : Supervisi Akademik

X2 : Partisipasi Guru dalam MGMP

e : Residu

c. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) biasa digunakan untuk menghitung

sampai seberapa besar persentase variasi variabel independent pada model

dapat diterangkan oleh variabel dependen. Koefisien determinasi (R 2)

dinyatakan dalam prosentase nilai R2 ini berkisar antara 0 < R2 < 100%.

d. Uji t dan Uji F

Uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar keberartian dari

sebuah hipotesis, pengujian hipotesis yang telah dirumuskan dilakukan

menggunakan uji t untuk uji parsial dan uji F untuk uji simultan.

1. Uji t

Pengujian Uji t dilakukan dengan dengan langkah-langkah sebagai

berikut.

a) Membuat hipotesis

Hipotesis untuk kasus pengujian t-test adalah :

1. Ho : β1 = 0 : Tidak ada pengaruh positif yang signifikan

antara Supervisi Akademik terhadap Kualitas Mengajar

Guru
53

Ha : β1 > 0 : Ada pengaruh positif yang signifikan

antara Supervisi Akademik terhadap Kualitas Mengajar

Guru

2. Ho : β2 = 0 : Tidak ada pengaruh positif yang signifikan

antara Partisipasi Guru dalam MGMP terhadap kualitas

mengajar guru

Ha : β2 > 0 : Ada pengaruh positif yang signifikan

antara Partisipasi Guru dalam MGMP terhadap kualitas

mengajar guru

b) Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dari pengujian uji t menggunakan

aplikasi SPSS versi 20, dimana hasil dari pengujian tersebut

pengambilan keputusannya dengan mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Apabila nilai signifikan pengujian > 0,05 (α=5%), maka Ho

diterima dan Ha ditolak, sehingga hipotesis yang

dirumuskan tidak terbukti kebenarannya.

2. Jika nilai signifikan pengujian < 0,05 (α=5%), maka Ho

ditolah dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang

dirumuskan terbukti kebenarannya.

2. Uji F (pengujian simultan)


54

Pengujian ini dilakukan untuk melihat pada setiap variabel

penelitian apakah variabel independen secara simultan (bersama-sama)

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian F ini

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Perumusan Hipotesis

1. Ho : β: β2 = 0 : Tidak ada pengaruh positif yang signifikan

antara supervisi akademik dan partisipasi guru dalam MGMP

terhadap kualitas mengajar guru.

2. Ha : β 1: β2> 0 : Ada pengaruh positif yang signifikan

antara supervisi akademik dan partisipasi guru dalam MGMP

terhadap kualitas mengajar guru.

b. Pengambilan keputusan

Melakukan analisis uji F menggunakan bantuan aplikasi SPSS

versi 20, dengan ketentuan dalam pengujian adalah sebagai

berikut:

1. Apabila nilai signifikan pengujian > 0,05 (α=5%) menunjukkan

Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga hipotesis yang

dirumuskan tidak dapat terbukti .

2. Apabila nilai signifikan pengujian < 0,05 (α=5%) menunjukkan

Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang

dirumuskan dapat terbukti.

F. Pertanggungjawaban Peneliti
55

Tesis ini merupakan karya ilmiah peneliti dan peneliti tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan.

Sebagai pertanggungjawaban penelitian maka peneliti mengemukakan terkait

dengan keabsahan data, orisinalitas penelitian, kejujuran dan keterpercayaan

proses dan hasil penelitian, kaidah karya ilmiah.

Peneliti melakukan observasi awal untuk memperkuat identifikasi masalah

penelitian. Dalam mempersiapkan intrumen penelitian, peneliti terlebih dahulu

mengumpulkan referensi. Referensi digunakan peneliti sebagai dasar untuk

menyusun instrument penelitian serta pada akhirnya nanti untuk memperkuat dan

membuktikan data penelitian.

Peneliti melakukan pertimbangan pemilihan teknik analisis data sebelum

mengolah data yang telah didapat berdasarkan referensi yang sesuai dengan jenis

penelitian yang dilakukan. Peneliti melakukan olah data sesuai dengan kaidah

ilmiah dan melakukan pembahasan sesuai dengan temuan di lapangan dan

diperkuat oleh referensi yang telah dipersiapkan. Dengan demikian, peneliti

mengemukakan bahwa penelitian yang dilakukan sesuai dengan kaidah ilmiah


56
BAB IV
HASIL PENELIITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data Responden dan Kuesioner

Penelitian tentang “Pengaruh Supervisi Akademik Dan Partisipasi Guru

Dalam Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Terhadap Kualitas

Mengajar Guru Pada Masa Pandemi Covid-19 Di SMK Kabupaten Kaur” ini

dilaksanakan pada bulan Juni 2021 sampai dengan September 2021. Sesuai

dengan rancangan penelitian yang telah dibuat, peneliti mendapatkan data hasil

penelitian dari angket yang telah disusun berdasarkan kisi-kisi pada bab 3.

Angket yang telah dibuat terdiri dari 13 butir pernyataan untuk variabel

Ssupervisi Akademik pada masa pandemi Covid-19 (X 1), 16 butir pernyataan

untuk variabel Partisipasi Guru dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19 (X 2)

dan 22 butir pernyataan untuk variabel Kualitas mengajar Guru pada Masa

pandemi Covid-19 (Y). Sehingga total pernyataan yang terdapat dalam kuesioner

yaitu sebanyak 51 item pernyataan. Kuesioner divalidasi dengan melibatkan 20

responden pada tahap awal. Data yang terkumpul pada uji coba instrumen

penelitian ini dianalisis dengan uji validasi dan reliabilitas. Hasil uji validitas dan

reliabilitas kuesioner menunjukkan bahwa semua terdapat 3 item penyataan

dinyatakan tidak valid dan 48 item dinyatakan valid. Uji reliabilitas menunjukkan

bahwa instrumen penelitian reliabel. Dengan demikian kuesioner yang disusun

telah dapat disebarkan pada penelitian ini. Kuesioner disebarkan kepada

56
responden yang telah ditetapkan dalam penelitian ini berdasarkan berbagai

pertimbangan dan referensi ilmiah.

57
57

Setelah dilakukan uji validasi kuesioner, selanjutnya dilakukan

pengambilan data dari responden dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner

dibuat dengan menggunakan aplikasi google form (lampiran 3). Data yang

didapat dalam penelitian ini yaitu sejumlah jawaban dari 77 responden (gambar

4.1), sehingga penelitian ini telah memenuhi jumlah sampel penelitian yang telah

dirancang sebelumnya pada bab 3. Responden terdiri atas 61% perempuan dan

39% laki-laki dari 77 sampel guru SMK di kabupaten Kaur. Data yang didapat

dari responden secara otomatis terekam dalam database pada aplikasi Google

Form.

Gambar 4.1. Total Sampel Penelitian

Peneliti selanjutnya melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum

melakukan uji hipotesis. Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas dan uji

linearitas. Berikut dideskripsikan hasil dari uji klasik dan distribusi data masing

masing variabel. Berdasarkan data yang didapat, seluruh uji dilakukan dengan

bantuan SPSS atau Statistic Product and Servise Solution versi 20. Pemilihan

tekhik analisis data telah dijelaskan pada bab sebelumnya.


58

2. Deskripsi Data Uji Normalitas


a. Variabel Supervisi Akademik pada masa pandemi Covid-19 (X1)

Hasil pengolahan data untuk variabel Supervisi Akademik pada

masa pandemi Covid-19 (X1), menunjukkan data sebagai berikut.

Tabel 4.1. Deskripsi Data Statistik Variabel Supervisi Akademik pada masa
pandemi Covid-19

Supervisi Cases
Akademik pada Valid Missing Total
masa pandemi N Percent N Percent N Percent
Covid-19 (X1)
Total 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%

  Statistic Std. Error


Supervisi Mean 55.7273 .61610
Akademik 95% Lower Bound 54.5002  
Confidence  
Interval for  
Upper Bound 56.9543
Mean  
 
5% Trimmed Mean 56.0779  
Median 56.0000  
Variance 29.227  
 
Std. Deviation 5.40623  
Minimum 38.00
Maximum 65.00
Range 27.00
Interquartile Range 6.00
Skewness -1.096 .274
Kurtosis 2.179 .541

Berdasarkan deskripsi tabel 4.1, maka data menunjukkan bahwa dari 77

responden, maka data yang ada dikategorikan valid dengan perekaman data total

100% dapat ditunjukkan dengan baik. Hasil Data menunjukkan distribusi normal

dan diperkuat dengan histogram berikut.


59

Gambar 4.2. Histogram Frekuensi Data Supervisi Akademik


pada masa pandemi Covid-19 (X1)

Data variabel supervisi akademik pada masa pandemi Covid-19 (X 1)

telah dapat dibaca dengan baik. Selanjutnya dilakukan uji normalitas liliefors

dengan bantuan SPSS versi 20. Berikut hasil yang didapatkan.

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Variabel Supervisi Akademik


pada masa pandemi Covid-19 (X1)

Pada tabel di atas, dapat dilihat nilai Sig. pada kolom Kolmogorov-

Smirnova adalah .167 yang artinya 0,167 > 0,005. Maka sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan dalam uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau persyaratan normalitas sudah

terpenuhi. Catatan kaki a yang diberikan pada kolom Kolmogorov-Smirnov,


60

tertulis Lilliefors Significance Correction, yang artinya dengan penyesuaian

Lilliefors.

b. Variabel Partisipasi guru dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19

(X2)

Hasil pengolahan data untuk variabel partisipasi guru dalam

MGMP pada masa pandemi Covid-19 (X 2), menunjukkan data sebagai

berikut.

Tabel 4.3. Deskripsi data statistik variabel partisipasi guru dalam MGMP
pada masa pandemi Covid-19 (X2)
partisipasi Cases
guru dalam
MGMP pada Valid Missing Total
masa pandemi N Percent N Percent N Percent
Covid-19 (X2)
Total 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%

Statistic Std. Error


Mean 44.7273 1.67432
Lower
41.3926
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
48.0620
Bound
5% Trimmed Mean 44.3723
Median 40.0000
MGMP Variance 215.859
Std. Deviation 14.69214
Minimum 15.00
Maximum 75.00
Range 60.00
Interquartile Range 25.00
Skewness .350 .274
Kurtosis -.921 .541
61

Berdasarkan deskripsi tabel 4.3, maka data menunjukkan bahwa dari 77

responden, maka data yang ada dikategorikan valid dengan perekaman data total

100% dapat ditunjukkan dengan baik. Hasil Data menunjukkan distribusi normal

dan diperkuat dengan histogram berikut.

Gambar 4.3. Histogram Frekuensi Data partisipasi guru dalam MGMP pada
masa pandemi Covid-19 (X2)

Data variabel partisipasi guru dalam MGMP pada masa pandemi Covid-

19 (X2) telah dapat dibaca dengan baik. Selanjutnya dilakukan uji normalitas

liliefors dengan bantuan SPSS versi 20. Berikut hasil yang didapatkan.

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Variabel partisipasi guru dalam MGMP pada
masa pandemi Covid-19 (X2)
62

Pada tabel di atas, dapat dilihat nilai Sig. pada kolom Kolmogorov-

Smirnova adalah .170 yang artinya 0,138 > 0,005. Maka sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan dalam uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau persyaratan normalitas sudah

terpenuhi. Catatan kaki a yang diberikan pada kolom Kolmogorov-Smirnov,

tertulis Lilliefors Significance Correction, yang artinya dengan penyesuaian

Lilliefors.

c. Variabel Kualitas mengajar Guru pada masa pandemi Covid-19 (Y)

Hasil pengolahan data untuk variabel kualitas mengajar guru pada

masa pandemi Covid-19 (Y), menunjukkan data sebagai berikut.

Tabel 4.5. Deskripsi data statistik variabel kualitas mengajar guru pada
masa pandemi Covid-19 (Y)
Kualitas
mengajar
Cases
pada masa Valid Missing Total
pandemi
Covid-19 (X2) N Percent N Percent N Percent
Total 77 100.0% 0 0.0% 77 100.0%

Statistic Std. Error


Mean 85.8442 1.01679
95% Confidence Lower Bound 83.8190
Interval for Mean Upper Bound 87.8693
5% Trimmed Mean 86.1775
Median 85.0000
Variance 79.607
Kualitas
Std. Deviation 8.92227
Mengajar
Minimum 40.00
Maximum 100.00
Range 60.00
Interquartile Range 12.50
Skewness -1.488 .274
Kurtosis 7.771 .541
63

Berdasarkan deskripsi tabel 4.3, maka data menunjukkan bahwa dari 77

responden, maka data yang ada dikategorikan valid dengan perekaman data total

100% dapat ditunjukkan dengan baik. Hasil Data menunjukkan distribusi normal

dan diperkuat dengan histogram berikut.

Gambar 4.4. Histogram frekuensi data kualitas mengajar guru pada masa
pandemi Covid-19 (Y)

Data variabel kualitas mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 (Y)

telah dapat dibaca dengan baik. Selanjutnya dilakukan uji normalitas liliefors

dengan bantuan SPSS versi 20. Berikut hasil yang didapatkan.

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Variabel kualitas mengajar guru pada masa
pandemi Covid-19 (Y)
64

Pada tabel di atas, dapat dilihat nilai Sig. pada kolom Kolmogorov-

Smirnova adalah .125 yang artinya 0,125 > 0,005. Maka sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan dalam uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau persyaratan normalitas sudah

terpenuhi. Catatan kaki a yang diberikan pada kolom Kolmogorov-Smirnov,

tertulis Lilliefors Significance Correction, yang artinya dengan penyesuaian

Lilliefors

3. Pengujian Prasyarat Analisis

Untuk normalitas distribusi digunakan Uji Kolmogorov-Smirnov Z dengan

bantuan SPSS 20. Besar probabilitas Uji kolmogorov-smirnov Z dapat dilihat dari

nilai Asymp.sig. Jika nilai Sig. lebih besar dari tingkat signifikan yang ditentukan

yaitu 0,05 (α = 5 %) maka hipotesis nol diterima artinya berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas didapat hasil sebagai berikut.

a. Uji normalitas supervisi akademik pada masa pandemi Covid-19 (X 1)

terhadap kualitas mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 (Y)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas supervisi akademik pada

masa pandemi Covid-19 (X1) terhadap kualitas mengajar guru pada masa pandemi

Covid-19 (Y) diperoleh nilai sig 0,2 Nilai sig. ini lebih besar dari α = 0,05 ,

sehingga H0 diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Uji


65

normalitas distribusi menggunakan uji kosmogorov-Smirnov Z dapat dilihat pada

tabel 4.7.

Table 4.7 Tabel Uji normalitas X1 terhadap Y

b. Uji Normalitas partisipasi guru dalam kegiatan MGMP pada masa

pandemi Covid-19 (X2) terhadap kualitas mengajar guru pada masa

pandemi Covid-19 (Y)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas partisipasi guru dalam

kegiatan MGMP pada masa pandemi Covid-19 (X2) terhadap kualitas mengajar

guru pada masa pandemi Covid-19 (Y) diperoleh nilai sig 0,2 Nilai sig. ini lebih

besar dari α = 0,05 , sehingga H0 diterima yang berarti data tersebut berdistribusi

normal. Uji normalitas distribusi menggunakan uji kosmogorov-Smirnov Z dapat

dilihat pada tabel 4.8.

Table 4.8. Tabel Uji normalitas X2 terhadap Y


66

c. Uji normalitas supervisi akademik pada masa pandemi Covid-19 (X 1)

dan partisipasi guru dalam kegiatan MGMP pada masa pandemi Covid-

19 (X2) terhadap kualitas mengajar guru pada masa pandemi Covid-19

(Y)

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas supervisi akademik pada

masa pandemi Covid-19 (X1) dan partisipasi guru dalam kegiatan MGMP pada

masa pandemi Covid-19 (X2) terhadap kualitas mengajar guru pada masa pandemi

Covid-19 (Y) diperoleh nilai sig 0,2 Nilai sig. ini lebih besar dari α = 0,05 ,

sehingga H0 diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Uji

normalitas distribusi menggunakan uji kosmogorov-Smirnov Z dapat dilihat pada

tabel 4.9.

Table 4.9. Tabel Uji normalitas X1 dan X2 terhadap Y


67

4. Pengujian Hipotesis

a. Uji Linearitas

Uji linearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah dua

variable mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.Uji

linearitas data menggunakan Uji Fisher (F). Hasil perhitungan uji kelayakan

model regresi diperoleh F hitung = 79,026 (linearity), dengan nilai probabilitas (Sig.)
68

0,00 Karena nilai sig = 0,00 < α = 0,05, maka model regresi tersebut signifikan.

Hasil perhitungan dapat dituangkan ke dalam tabel 4.10

Uji Linearitas (Deviation from linearity) dari hasil perhitungan diperoleh F

hitung = 8,356 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,000 nilai sig 0,000 lebih besar dari

α = 0,05 Karena nilai sig.0,000 > α = 0,05 maka uji linearitas dapat di terima.

Tabel 4.10. Uji signifikan dan linearitas regresi antara variable X1 dan X2
terhadap Y

b. Uji T

Uji hipotesa yang dilakukan dengan menggunakan uji t, ini dimaksudkan

untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel

terikat. Setelah analisis dilakukan, maka hasil perhitungan yang diperoleh

digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan untuk menarik kesimpulan

melalui perhitungan nilai koefisien jalur dan keberartian/ signifikansi untuk setiap

variabel yang diteliti.

Tabel 4.11 Hasil Uji T


69

Hasil keputusan terhadap seluruh hipotesis yang diajukan dapat dijelaskan

sebagai berikut ;

1) Pengaruh supervisi akademik pada masa pandemi Covid-19 (X 1)

terhadap kualitas mengajar guru pada masa pandemi Covid-19 (Y)

Hipotesis yang diujikan : H0 ≤ 0; H1> 0. Dari hasil perhitungan nilai

koefisien = 0,412 dengan menggunakan uji t, maka diperoleh t hitung 4,210,

sig. = 0,000 Karena nilai sig. = 0,000 < α = 0,05, maka maka H 0 ditolak H1

diterima. Dari hasil tersebut maka supervisi akademik pada masa pandemi

Covid-19 berpengaruh terhadap kualitas mengajar guru pada masa pandemi

Covid-19.

2) Pengaruh partisipasi guru dalam kegiatan MGMP pada masa pandemi

Covid-19 (X2) terhadap kualitas mengajar guru pada masa pandemi

Covid-19 (Y)

Hipotesis yang diujikan : H0 ≤ 0; H2> 0. Dari hasil perhitungan nilai

koefisien = 0,375 dengan menggunakan uji t, maka diperoleh t hitung =

3,840, sig. = 0,000 Karena nilai sig. = 0,000 < α = 0,05, maka maka H 0

ditolak H1 diterima. Dari hasil tersebut maka partisipasi guru dalam kegiatan

MGMP pada masa pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap kualitas guru

pada masa pandemi Covid-19.

5. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variable-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.

Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan nilai Adjusted R.square


70

Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil perhitungan regresi pada tabel 4.12 dapat diketahui bahwa koefisien

determinasi (Adjusted R Square) yang diperoleh sebesar 0,679. Hal ini berarti

67,9% kualitas mengajar guru dipengaruhi oleh variabel supervisi akademik dan

partisipasi guru dalam kegiatan MGMP pada masa pandemi Covid-19, sedangkan

sisanya yaitu 32,1% kualitas mengajar guru dipengaruhi oleh variabel-variabel

lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. PEMBAHASAN

Data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

positif supervisi akademik dan partisipasi guru dalam MGMP terhadap kualitas

mengajar guru di SMK kabupaten Kaur sesuai dengan hasil uji statistik yang

telah dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif,

sehingga peneliti tidak secara mendalam menggali hubungan antara variabel.

Penelitian ini mendalami tiga variabel utama yaitu: (1) supervisi

akademik, (2) partisipasi guru dalam MGMP, dan (3) kualitas mengajar guru.

Ketiga variabel yang diteliti mengenai pengaruh antara variabel satu dan yang lain

dilakukan pada situasi pandemi Covid-19 yang memiliki fenomena secara alami

bahwa terdapat keterbatasan waktu dan gerak dengan adanya pandemi Covid-19
71

ini bagi guru dan semua pihak yang terkait untuk menjalankan aktivitas. Namun

demikian, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ketiga variabel

penelitian memiliki pengaruh positif antar satu variabel dengan variabel yang

lainnya.

Sebagaimana hasil uji yang dilakukan diketahui bahwa terdapat

pengaruh positif supervisi akademik dan partisipasi guru dalam MGMP terhadap

kualitas mengajar guru di SMK kabupaten Kaur. Maka hal ini menunjukkan

bahwa indikator yang digali dalam penelitian ini memberikan respon yang positif

dan saling mempengaruhi.

Adanya indikasi pengaruh yang positif antara variabel supervisi

akademik, partisipasi guru dalam MGMP terhadap kualitas mengajar guru pada

masa pandemi Covid-19, dapat menunjukkan beberapa hal, antara lain terdapat

hubungan guru dengan supervisor pada masa pandemi Covid-19. Hal ini

merupakan kondisi yang baik dimana proses supervisi akademik, perencanaan

supervisi akademik serta adanya aktivitas analisis proses belajar mengajar pada

masa pandemi Covid-19 terindikasi berjalan di SMK kabupaten Kaur.

Supervisi akademik yang dilakukan di SMK Kabupaten Kaur telah

sesuai dengan tujuan adanya supervisi. Tujuan umum dan tujuan khusus supervisi

dikemukakan Arikunto dalam Syafaruddin dkk (2014: 20) bahwa supervisi

memiliki tujuan umum yaitu memberikan teknis dan bimbingan kepada guru (dan

staff sekolah lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas

kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses

pembelajaran. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh positif


72

supervisi akademik di SMK kabupaten Kaur merupakan indikator dalam

keberlangsungan aktivitas supervisi akademik yang dilakukan pada masa pandemi

Covid-19.

Guru SMK kabupaten Kaur memiliki hubungan yang baik dengan

supervisor. Dalam hal ini 70,1% guru melakukan koordinasi dalam

mempersiapkan pembelajaran dalam masa pandemi Covid-19. Hal ini ditunjukkan

dengan grafik berikut.

Gambar 4.5. koordinasi guru dan kepala sekolah dalam perencanaan


pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 (Y)
Koordinasi guru dan kepala sekolah dalam merencanakan pembelajaran

pada masa pandemi Covid-19 perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Guru dapat

lebih leluasa dalam menyampaikan kesulitan dalam pembelajaran masa pandemi

Covid-19 dan guru berhak mendapatkan pendampingan dari kepala sekolah untuk

mengatasi kesulitan pada pembelajaran masa pandemi Covid-19. Sebagaimana

dikemukakan Maisaro dalam Amaliyah dkk (2021: 896) bahwa kepala Sekolah

perlu mengelola krisis pandemi Covid-19 ini secara efektif dan efisien. Supervisi

dalam masa pandemic Covid-19 menjadi salah satu upaya yang efektif dan efisien

dalam menjaga kualitas pembelajaran di sekolah yang dipimpinnya. Hal ini


73

menjadi salah satu indikator bahwa supervisi akademik yang dilakukan kepala

sekolah pada akhirnya tentu akan mempengaruhi kualitas mengajar guru di

sekolahnya.

Penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh positif partisipasi

guru dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19 terhadap kualitas mengajar

guru. Sebagaimana dialami bersama dalam dunia pendidikan bahwa pandemi

Covid-19 ini sangat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah. Guru dituntut

untuk lebih bijaksana, aktif dan kreatif dengan mengelola pembelajaran daring

dalam upaya memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Dengan demikian ketika

guru berpartisipasi dalam kegiatan MGMP, maka hal ini akan memberikan

dampak positif dalam membantu guru menjaga kualitas keberlangsungan

pembelajaran yang dikelolanya. Pengaruh positif yang ada antara partisipasi guru

dalam MGMP terhadap kualitas mengajar guru, memberikan indikasi bahwa guru

SMK di Kabupaten Kaur telah menerima hasil/manfaat MGMP pada masa

pandemi Covid-19. Selain itu terdapat proses pelaksanaan program MGMP di

SMK kabupaten kaur selama masa pandemi Covid-19. Hal lain adalah adanya

pengaruh program MGMP atau control partisipan MGMP SMK kabupaten Kaur

pada masa pandemi Covid-19, serta terdapat tanggung jawab guru sebagai

partisipan MGMP pada masa pandemi Covid-19.

Hasil yang menunjukkan adanya pengaruh postif secara bersama-sama,

yaitu supervisi akademik di SMK kabupaten Kaur dan partisipasi guru SMK

kabupaten Kaur dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19 terhadap kualitas

mengajar guru SMK kabupaten Kaur pada masa pandemi Covid-19 menunjukkan

bahwa guru SMK kabupaten Kaur dapat melakukan perencanaan, pelaksanaan


74

dan evaluasi pada pembelajaran di masa pandemi Covid-19 dengan adanya

kontribusi dari pelaksanaan supervisi akademik di SMK kabupaten Kaur serta

kontribusi partisipasi guru SMK kabupaten kaur dalam kegiatan MGMP guru

SMK di kabupaten Kaur. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan

Leithwood et. al dalam Kurniawan dkk (2021: 57) yang mengemukakan bahwa

untuk dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi pembelajaran, para guru

memerlukan dukungan dari kepala sekolah sebagai pemimpin. Diperkuat oleh

Hanum et. al dalam Kurniawan dkk (2021: 57) bahwa pada masa pandemi Covid-

19, para kepala sekolah perlu meningkatkan kemampuan manajerial dan

kepemimpinan untuk mendukung terciptanya iklim belajar yang kondusif,

pembelajaran yang efektif, dan guru-guru yang kreatif.


BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut.

1. Supervisi akademik pada masa pandemi Covid-19 memiliki pengaruh positif

dan kuat terhadap kualitas mengajar guru SMK di Kabupaten Kaur.

2. Partisipasi guru dalam MGMP pada masa pandemi Covid-19 memiliki

pengaruh positif terhadap kualitas mengajar guru SMK di Kabupaten Kaur.

3. Supervisi akademik dan partisipasi guru dalam kegiatan MGMP pada masa

pandemi Covid-19 memiliki pengaruh positif terhadap kualitas mengajar guru

SMK di Kabupaten Kaur. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien determinasi

(Adjusted R Square) yang diperoleh sebesar 0,679 dengan makna bahwa

67,9% kualitas mengajar guru dipengaruhi oleh supervisi akademik dan

partisipasi guru dalam kegiatan MGMP pada masa pandemi Covid-19.

B. IMPLIKASI
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dikemukakan, maka

implikasinya dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Supervisi akademik yang dilakukan pada masa pandemi Covid-19 merupakan

upaya yang baik dalam peningkatan kualitas mengajar guru. Seorang guru

yang profesional, tentu memiliki keinginan untuk dapat meningkatkan

kualitas dirinya. Salah satu sarana dalam pembinaan diri guru yaitu dengan

aktif dalam kegiatan MGMP. Dengan demikian, maka dapat dimugkinkan

67
guru akan semakin berkualitas karena melalui proses supervisi akademik dan

aktif berpartisipasi dalam kegiatan MGMP.

68
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan salah satu wadah bagi

guru unruk dapat mengembangkan kompetensi dirinya dalam upaya peningkatan

kualitas profesi. Dengan adanya partisipasi guru pada kegiatan MGMP, sangat

dimungkinkan guru dapat salaing berbagi, terinspirasi atas pencapaian kinerja

yang baik dari rekan sejawat maupun peningkatan keterampilan lain seperti

pengembangan bahan ajar, pengembangan media pembelajaran, mengetahui

perkembangan kemajuan teknologi dan informasi dan sebagainya yang memiliki

arah positif dan baik bagi pengembangan profesi guru. Dengan demikian

diharapkan seluruh pihak terkait dapat mendukung aktivitas MGMP untuk dapat

meningkatkan kualitas pengembangan profesi guru.

2. Kunci utama dalam peningkatan kualitas mengajar guru adalah guru itu

sendiri. Faktor dari luar yang memungkinkan memberi pengaruh pada

peningkatan kualitas mengajar guru yaitu supervisi akademik dan partisipasi

dalam kegiatan MGMP. Dengan adanya supervisi akademik maka guru akan

terbantu dalam mendapatkan masukan-masukan untuk perbaikan kualitas

mengajarnya. Adapun dengan kegiatan MGMP maka guru akan mendapatkan

berbagai informasi mengenai pengembangan berbagai bentuk instrumen

pembelajaran yang juga akan mempengaruhi kualitas mengajarnya. Dengan

demikian guru perlu meyakinkan dirinya untuk dapat berupaya meningkatkan

kualitas mengajarnya dengan menyeimbangkan antara faktor internal dan

faktor eksternal yang menunjang proses yang dialaminya menuju peningkatan

kualitas mengajar yang lebih baik.

1. SARAN

68
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dan implikasi yang telah

dikemukakan, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut.

1. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan

dalam control supervisi akademik dalam upaya perbaikan kualitas mengajar

guru.

2. Bagi kepala sekolah, diharapkan kepala sekolah dan guru dapat memperkawa

wawasan mengenai implementasi supervisi akademik dan mendukung guru

untuk aktif pada kegiatan MGMP.

3. Bagi guru, penelitian ini diharapkan guru dapat berupaya dengan maksimal

meningkatkan kompetensinya dengan aktif berperan serta dalam kegiatan

MGMP.

69

Anda mungkin juga menyukai