BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan menjadi bagian integral dan upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia
Indonesia telah ditunjuk dan diangkat seorang Pegawai Negeri Sipil yang
dan pembinaan dari segi teknik pendidikan yang lebih dikenal dengan istilah
2007:111).
serangkain kegiatan yang sistematis dan menunjang satu dengan yang lainnya.
1
2
itu kepala sekolah juga harus terampil dalam mendorong dan memotivasi guru
Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam supervisi klinis,
1. Membimbing guru agar dapat memilih metode mengajar yang tepat, yang
guru saat proses belajar dan mengajar, serta mendiskusikan hasil observasi
tersebut.
guru harus terus menerus diupayakan melalui pendidikan dan pelatihan. Hal ini
mendidik para siswa dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan pada jenjang
anak.
terkait dengan norma perilaku seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sperti
dedikasi, mandiri, disiplin, etos kerja dan sejenisnya, (ii) kemampuan mengajar
keingintahuan dan kreativitas siswa merupakan wujud dari profesional skil yang
disyaratkan. Pada posisi seperti ini peningkatan kemampuan sumber daya manusia
seperti ini peningkatan kemapuan sumber daya manusia seperti guru merupakan
prioritas utama sejalan dengan penataan dan pengembangan elemen inti (core
media pembelajaran oleh guru belum terlaksana dengan baik. Selain itu, hasil
peserta didik pasif saat pelaksanaan pembelajaran dikelas, hal ini terlihat dari cara
guru yang cenderung menerangkan dan siswa mencatat, sehingga interaksi yang
kemampuan penguasaan kelas antara guru yang satu dengan yang lainnya berbeda
hal ini terlihat dari peserta didik yang bercanda atau siswa yang tidak
memperhatikan saat guru mengajar. Untuk itu menurut peneliti penggunaan media
pembelajaran ini harus dioptimalkan, dan diperlukan tindakan sebagai upaya agar
SMA Negeri 1 Mempawah Hulu yaitu dengan kegiatan supervisi klinis. Supervisi
berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyekif sebagai pegangan
pengamatan serta analisis yang intesif dan cermat tentang penampilan mengajar
yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional
(Asmendri 2008:12). Supervisi klinis merupakan salah satu model atau proses
sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif
yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar
yang sistematis. Dalam menjalankan tugas kesehariannya guru tidak selalu dapat
menggunakan alat yang murah dan efesien yang meskipun sederhana, tetapi
digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya
tujuan pendidikan.
B. Identifikasi Masalah
pembelajaran
C. Rumusan Masalah
2022/2023?
2022/2023?
D. Tujuan Penelitian
pelajaran 2022-2023.
2022/2023.
8
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
memberi dorongan kepada para guru agar para guru tetap bekerja
b. Bagi guru: dapat membangkitkan inisiatif bagi para guru agar kreatif
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kompetensi Guru
2004:4). Berdasarkan pendapat tersebut seorang yang bekerja sebagai guru, yang
oleh Depdiknas.
bersifat holistik yang dapat dilihat dari bebrapa kompetensi (Herawati, 2009:62).
dihayati, dan di kuasai oleh guru atau dosen dalam menjalankan tugas
9
10
perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak
kasat mata.
pembelajaran)
perlu mendapat perhatiaan yang serius. Hal ini penting karena guru merupakan
yang harus dilakkukan, yaitu menilai kesesuian program yang ada dengan
program.
Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari siswa, yaitu
c. Perancangan pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu pre-tes, proses, dan post-
test.
materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses
oleh siswa.
g. Pengembangan siswa
(Suprihatiningrum, 2014:101-103).
perkembangan.
katanya secara etimologis, “supervisi berasal dari kata super and vision”. Super
artinya diatas, dan vision mempunyai arti melihat atau pandangan, jadi supervisi
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah
13
sebagai penjabat yang berkedudukkan diatas atau lebih tinggi dari guru untuk
Supervisi klinis ialah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan
guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan proses
profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri.
Klinis berasal dari kata Clinical artinya berkenaan denga menangani orang
sakit. Sama halnya dengan mendiagnosis orang sakit, maka guru pun dapat
yang membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan baik. Kemudian aspek-aspek
itu satu-persatu diperintahkan secara intensif. Jadi supervisi klinis itu merupakan
salah satu model atau proses supervisi yang difokuskan pada perbaikan
sebab-sebab atas kelemahan yang terjadi didalam proses belajar mengajar, dan
kelemahan atau kekurangan tersebut. Ibarat seorang dokter yang akan mengobati
pasiennya, mula- mula dicari dulu sebab-sebab dan jenis penyakitnya dengan jalan
menanyakan kepada pasien, apa yang dirasakan, dibagian mana dan bagaimana
pendapat bagaimana sebaiknya atau penyakit itu tidak semakin parah, dan pada
waktu itu juga dokter mencoba memberikan resep obatnya. Tentu saja prosedur
supervisi klinis tidak persis sama dengan prosedur pengobatan yang dilakukan
oleh dokter didalam supervisi klinis cara memberikan obatnya dilakukan dengan
bersangkutan, maksud dari diskusi balikan disini adalah diskusi yang dilakukan
segera setelah guru selesai megajar, kelemahan yang terdapat selama guru
klinis merupakan suatu proses tatap muka antara supervisor denga guru yang
membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu. Pembicaraan
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru melalui serangkain perbaikan yang
sistematis. Acheson dan Gall (1987) menyatakan bahwa tujuan supervisi klinis
yang dilaksanakan.
pengajaran.
15
pengajaran.
pembelajaran.
klinis yaitu:
c. Supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru sifatnya berupa
d. Jenis keterampilan yang akan disupervisi oleh kepala sekolah diusulkan atau
berasal dari guru yang membutuhkan supervisi itu sendiri dengan terlebih
e. Kegiataan supervisi klinis yang dilakukan hanya berfokus pada beberapa aspek
sesuai dengan tujuannya. Terlalu banyak aspek yang disupervisi menjadi tidak
guru dan kepala sekolah sesuai dengan tujuan supervisi yang telah ditentukan.
g. Umpan balik kegiatan mengajar guru diberikan secara objektif dengan jangka
pembicaraan yang mendalam antara kepala sekolah selaku supervisor dengan guru
yang akan disupervisi. Dengan demikian maka akan terjadi kesepahaman antara
evaluasi selama guru mengajar, kualitas hubungan interpersonal antara guru dan
dibicarakan hasil observasi supervisor terhadap guru yang sedang mengajar. Guru
ini dilakukan dengan menyepakati tindakan lanjutan yang perlu dilaksanakan pada
waktu yang berikutnya. Dengan demikian maka hasil dari supervisi klinis yang
telah dilakukan dapat digunakan sebagai bahan peleksanaan supervisi klinis pada
Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam supervisi klinis,
a. Membimbing guru agar dapat memilih metode mengajar yang tepat, yang
guru saat proses belajar dan mengajar, serta mendiskusikan hasil observasi
tersebut.
C. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
keterampilan, atau sikap. Pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
vebal.
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara
batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani
19
(1997:2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
“media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan
mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar
siswa dan isi pelajaran. Disamping itu mediator dapat pula mencerminkan
mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media.
pesan pembelajaran.
melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Adapun Aqib
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam
penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian
dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat media
tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam
klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip,
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang
tidak bersuara.
4. Televisi
Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media
2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya
liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang
4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua
siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran
sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang
rumit dan komplek. Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto
darah.
belajar.
10) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
pembelajaran, yaitu :
informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu
individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada
pembedahan (kedokteran).
bervariasi
3) Alternatif pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang
dapat dibandingkan.
para guru untuk lebih kreatif dan produktif. Walaupun tidak dapat disangkal, saat
ini masih banyak guru yang belum sampai ke tahap itu. Mereka hanya menjadi
Lusinta, 2011:53).
Guru kreatif dapat diartikan sebagai guru yang tak pernah puas dengan apa
baru untuk menemukan potensi unik siswa. Baginya, setiap tahun harus ada
materi yang sama tanpa ada kreativitas di dalamnya. Padahal setiap tahun guru
akan mendapatkan peserta didik yang tidak sama dengan tahun sebelumnya.
Pergeseran pemahaman anak didik pada setiap tahunnya inilah yang mewajibkan
guru untuk bertindak lebih kreatif dalam menyampaikan bahan ajarnya akan
Sementara itu, guru kreatif akan dapat menangkap peluang itu dan
membuatnya menjadi guru produktif. Selalu saja ada ide-ide segar yang
peserta didiknya menerima materi pelajaran dengan baik. Tak salah, bila guru
seperti itu menjadi guru yang kaya. Guru yang tak pernah kehabisan ide kreatifnya
dan membuatnya menjadi semakin produktif dalam menjadi guru di era baru.
siswa untuk belajar lebih banyak, mengerti apa yang dipelajarinya lebih baik, dan
antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar.
produktif menyusun media agar benar-benar bermanfaat bagi siswa, sebab setiap
Hal-hal di atas penting sebab jangan sampai guru hanya membuat media
untuk keperluan kenaikan pangkat atau sertifikasi. Intinya kunci pembuatan media
E. Kerangka Berfikir
26
dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah. Supervisi dilakukan bukan
untuk mencari-cari kesalahan guru tetapi untuk melihat apakah guru mengalami
mengatasinya.
proses pembelajaran, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan
(Purwanto, 2006). Inti dari program supervisi pada hakekatnya adalah untuk
Jadi dapat peneliti simpulkan ada beberapa pengaruh atau faktor yang
dimiliki oleh seorang guru, salah satunya adalah supervisi klinis kepala sekolah.
kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Jadi, guru tersebut mau tidak
mau harus professional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik agar dapat
didiknya.
27
Berdasarkan uraian di atas, berikut ini adalah bagan dari kerangka berfikir
Supervisi Klinis
Media Pembelajaran
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Subyek Penelitian
penelitian ini adalah semua guru di SMA Negeri 1 Mempawah Hulu Kabupaten
Landak yang berjumlah 42 terdiri dari 18 guru yang sudah PNS dan 24 guru
Hulu terhadap guru di SMA Negeri 1 Mempawah Hulu. Pemilihan subjek ini
media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar. Berikut nama guru
2. Lokasi Penelitian
meningkatkan kompetensinya.
3.Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dimulai bulan Juli sampai
28
September tahun 2022 dengan jadwal tersusun sebagai berikut:
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Pembuatan instrumen
4 Pelaksanaan tindakan
siklus I
7 Seminar PTS
B. Prosedur Penelitian
serta rata-rata 75% dari semua guru SMA Negeri 1 Mempawah Hulu.
Kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
1. Persiapan Tindakan
sekolah
2. Pelaksanaan
diterapkan
3. Evaluasi
pembelajaran
pembelajaran
4. Refleksi
pembelajaran. Hal ini sebagai salah satu upaya peneliti sebagai kepala
pemahaman kepada guru pentingnya untuk memahami dan berterus terang dalam
penelitian ini serta permasalahan apa yang menjadi kendala dalam pembuatan
Mempawah Hulu untuk terbuka dan transparan karena hal ini demi kebaikan
bersama.
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
32
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
bersifat mendalam yang masuk dalam kategori in-depth interview. Adapun alat
bantu yang digunakan dalam wawancara seperti buku catatan, tape recorder, dan
kamera. Menurut Sugiyono (2012: 115-116) menyatakan bahwa: tujuan dari jenis
dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam
penelitian kualitatif “… ada pula sumber (data) non manusia (non human
(2020: 124) “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
Hulu dilakukan sejak sebelum siklus I, selama pelaksanaan penelitian dan setelah
selesai penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi
dan dokumentasi. Analisis data yang bersifat kualitatif yang dimaksud adalah
dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah untuk dipahami.
interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil penelitian.
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data),
Pengumpulan
Data Penyajian Data
Kesimpulan-
Reduksi Data kesimpulan,
Penarikan/verifikasi
Data
Gambar 3.1
Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
34
BAB IV
Kegiatan ini dimulai pada hari Senin 18 Juli tahun 2022 dengan cara
saat pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan pra tindakan kondisi awal ini, ini
media yang baru dan unik; 2) media pembelajaran kurang variatif; 3) tingkat
pembelajaran pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
36
35
7 Fitriana, S. Pd
80
NIP
8 Dra. Rosmiaty
80
NIP.
9 Evi Ralia, S. Pd
70
NIP
10 Oktavia Dara, S. Pd
80
NIP.
11 Krisna Aryanti, S. Pd
70
NIP.
12 Heri Saputra, S. Pd
80
NIP.
13 Ira Desiana, S. Pd
60
NIP
14 Hery Kurniawan Putra, S. Pd
60
NIP
15 Asriani Dwi Handayani, S. Pd
80
NIP
16 Musawimin, S. Pd
60
NIP
17 Ulus, S. Pd
80
NIP
18 F. Sridewi Anggreini, S. Pd
60
NIP
19 Alexius Berianto, S. Pd
60
20 Antonia Ria Issaura, S. Pd
80
21 Evi Andryani, S. Pd. I
60
22 Egianus Egi, S. Pd
50
23 Esekiel Falmadi B., S. P
50
24 Kristoforus F. Irwanto, S. Pd
60
25 Herna Kristina, S. Pd
50
26 Juniarti Ika, M. Pd
50
27 Marsianus Niko, S. Pd
50
28 Monika
50
29 Martenius Romi, S. Pd
50
30 Margareta Maret S., S. Pd
50
31 Onggos, S. Pd
60
32 Retno AS., S. Pd
50
33 Rinto, S. Pd
60
34 Siis, S. Pd
50
35 Stefanus Padri, S. E
50
36
36 Sofia Rakiah, S. Th
60
37 Sherly Sri Wardhani, S. Pd
50
38 Tea Yesiani Aisa Putri, S. Pd
50
39 Yulia Feni P. Septieni, S. Pd
50
40 Yanti, S. Pd
50
41 Yulianus Sujoko Arsan, S. Th
50
42 Yuspin, S. Ag
50
Jumlah 2550
Rata-rata 60,71
Dari data di atas, guru yang telah memenuhi indikator nilai ambang batas
Nilai tertinggi yang diperoleh guru adalah 80 dan nilai terendah yaitu 50. Rata-
rata nilai yang didapat pada pra siklus ini sebesar 60,71. Hasil pra siklus ini belum
Gambar 4.1 Grafik Hasil Nilai Ketuntasan Guru Pada Pra Siklus
18
16
14
12
10
Jumlah Guru
8
6
4
2
0
Nilai Guru 50 60 70 80 90
adalah 0 guru (0%), 9 guru (21,42%) mendapat nilai 80, sebanyak 2 guru (4,78%)
mendapat nilai 70, 14 guru (33,33%) mendapat nilai 60, sementara 17 guru
menjadi catatan pada pengamatan hari ini adalah: 1) guru belum mampu membuat
media yang baru dan unik; 2) media pembelajaran kurang variatif; 3) tingkat
pembelajaran.
B. Hasil Penelitian
1. Siklus I
1. Perencanaan
2022. Adapun perencanaan yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
75%, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil apabila 75% guru semakin
2. Pelaksanaan
2 Rahimin, S. Pd
80
NIP
3 Muthmainnah, S. Pd
70
NIP
4 Udin Supriatna, S. Pd
90
NIP
5 Drs. Heni Haryadi
70
NIP
6 Leni Hariantini, S. Pd
80
NIP.
7 Fitriana, S. Pd
90
NIP
8 Dra. Rosmiaty 36 80
NIP.
9 Evi Ralia, S. Pd
80
NIP
10 Oktavia Dara, S. Pd
90
NIP.
11 Krisna Aryanti, S. Pd
80
NIP.
12 Heri Saputra, S. Pd
80
NIP.
13 Ira Desiana, S. Pd
80
NIP
14 Hery Kurniawan Putra, S. Pd
80
NIP
15 Asriani Dwi Handayani, S. Pd
90
NIP
16 Musawimin, S. Pd
80
NIP
17 Ulus, S. Pd
80
NIP
18 F. Sridewi Anggreini, S. Pd
80
NI
19 Alexius Berianto, S. Pd
80
20 Antonia Ria Issaura, S. Pd
80
21 Evi Andryani, S. Pd. I
80
22 Egianus Egi, S. Pd
60
23 Esekiel Falmadi B., S. P
60
24 Kristoforus F. Irwanto, S. Pd
80
25 Herna Kristina, S. Pd
60
26 Juniarti Ika, M. Pd
60
27 Marsianus Niko, S. Pd
60
28 Monika
60
41
29 Martenius Romi, S. Pd
60
30 Margareta Maret S., S. Pd
60
31 Onggos, S. Pd
80
32 Retno AS., S. Pd
60
33 Rinto, S. Pd
80
34 Siis, S. Pd
60
35 Stefanus Padri, S. E
60
36 Sofia Rakiah, S. Th
80
37 Sherly Sri Wardhani, S. Pd
60
38 Tea Yesiani Aisa Putri, S. Pd
70
39 Yulia Feni P. Septieni, S. Pd
60
40 Yanti, S. Pd
80
41 Yulianus Sujoko Arsan, S. Th
60
42 Yuspin, S. Ag
50
Jumlah 3050
Rata-rata 72,62
Dari data di atas, guru yang telah memenuhi indikator nilai ambang batas
Nilai tertinggi yang diperoleh guru adalah 90 dan nilai terendah yaitu 50. Rata-
rata nilai yang didapat pada siklus I ini sebesar 72,62. Hasil siklus I ini belum
20
18
16
14
12
10 Jumlah Guru
8
6
4
2
0
Nilai Guru 50 60 70 80 90
adalah 4 guru (9,52%), 19 guru (45,24%) mendapat nilai 80, sebanyak 4 guru
(9,52%) mendapat nilai 70, 14 guru (33,33%) mendapat nilai 60, sementara 1 guru
nilai yang diperoleh pada siklus I sudah mengalami peningkatan yang signifikan,
dimana jumlah guru yang sudah sesuai dengan nilai kompetensi naik menjadi 23
43
guru atau rata-rata 54,76%. Dari hasil yang didapat tersebut jelas terlihat bahwa
4. Refleksi
permasalahan yang terjadi pada tindakan siklus I. Maka dalam supervisi klinis ini
namun secara penilaian masih belum mencapai kriteria keberhasilan yakni 75.
Dari hasil evaluasi tersebut, peneliti akan lebih mendorong guru untuk
2. Siklus II
1. Perencanaan
44
Agustus 2022. Adapun perencanaan yang akan digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
75%, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil apabila 75% guru semakin
2. Pelaksanaan
NIP.
11 Krisna Aryanti, S. Pd
90
NIP.
12 Heri Saputra, S. Pd
90
NIP.
13 Ira Desiana, S. Pd
90
NI
14 Hery Kurniawan Putra, S. Pd
90
NIP
15 Asriani Dwi Handayani, S. Pd
90
NI
16 Musawimin, S. Pd
80
NIP
17 Ulus, S. Pd
90
NIP
18 F. Sridewi Anggreini, S. Pd
80
NIP
19 Alexius Berianto, S. Pd
90
20 Antonia Ria Issaura, S. Pd
80
21 Evi Andryani, S. Pd. I
90
22 Egianus Egi, S. Pd
70
23 Esekiel Falmadi B., S. P
80
24 Kristoforus F. Irwanto, S. Pd
90
25 Herna Kristina, S. Pd
70
26 Juniarti Ika, M. Pd
70
27 Marsianus Niko, S. Pd
80
28 Monika
80
29 Martenius Romi, S. Pd
80
30 Margareta Maret S., S. Pd
80
31 Onggos, S. Pd
90
32 Retno AS., S. Pd
80
33 Rinto, S. Pd
90
34 Siis, S. Pd
80
35 Stefanus Padri, S. E
80
36 Sofia Rakiah, S. Th
90
37 Sherly Sri Wardhani, S. Pd
80
38 Tea Yesiani Aisa Putri, S. Pd
80
39 Yulia Feni P. Septieni, S. Pd
80
40 Yanti, S. Pd
90
47
Nilai tertinggi yang diperoleh guru adalah 90 dan nilai terendah yaitu 70. Rata-
rata nilai yang didapat pada siklus II ini sebesar 83,81. Hasil siklus II ini sudah
Tercapai Siklus II
No Aspek yang dinilai
Jumlah guru Persentase
22
20
18
16
14
12
Jumlah Guru
10
8
6
4
2
0
Nilai Guru 50 60 70 80 90
adalah 20 guru (47,62%), 18 guru (42,86%) mendapat nilai 80, sebanyak 4 guru
(9,52%) mendapat nilai 70, 0 guru (0%) mendapat nilai 60, sementara 0 guru (0%)
nilai yang diperoleh pada siklus II sudah mengalami peningkatan yang signifikan,
dimana jumlah guru yang sudah sesuai dengan nilai kompetensi naik menjadi 38
guru atau rata-rata 90,48%. Dari hasil yang didapat tersebut jelas terlihat bahwa
4. Refleksi
permasalahan yang terjadi pada tindakan siklus II. Maka dalam supervisi klinis ini
sudah mencapai kriteria keberhasilan yakni 75. Dari hasil refleksi tersebut dengan
ketuntasan atau ketercapaian yang sudah didapat guru, maka penelitian ini tidak
Dari hasil perolehan data pengamatan mulai dari pra siklus, siklus I dan
kompetensi guru dari pra siklus, siklus I dan siklus II, dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kompetensi Guru Menggunakan Media
Pembelajaran Melalui Supervisi Klinis dari Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II
50
Nilai
No Nama Guru
Siklus II
Pra Siklus Siklus I
1 An Edi Wahyono, S. Pd 60 70 80
NIP.
2 Rahimin, S. Pd 80 80 90
NIP
3 Muthmainnah, S. Pd 60 70 80
NIP
4 Udin Supriatna, S. Pd 80 90 90
NIP
5 Drs. Heni Haryadi 60 70 80
NIP
6 Leni Hariantini, S. Pd 60 80 90
NIP.
7 Fitriana, S. Pd 80 90 90
NIP
8 Dra. Rosmiaty 80 80 90
NIP.
9 Evi Ralia, S. Pd 70 80 90
NIP
10 Oktavia Dara, S. Pd 80 90 90
NIP.
11 Krisna Aryanti, S. Pd 70 80 90
NIP.
12 Heri Saputra, S. Pd 80 80 90
NIP.
13 Ira Desiana, S. Pd 60 80 90
NIP
14 Hery Kurniawan Putra, S. Pd 60 80 90
NIP
15 Asriani Dwi Handayani, S. Pd 80 90 90
NIP
16 Musawimin, S. Pd 60 80 80
NI
17 Ulus, S. Pd 80 80 90
NIP
18 F. Sridewi Anggreini, S. Pd 60 80 80
NIP
19 Alexius Berianto, S. Pd 60 80 90
20 Antonia Ria Issaura, S. Pd 80 80 80
21 Evi Andryani, S. Pd. I 60 80 90
22 Egianus Egi, S. Pd 50 60 70
23 Esekiel Falmadi B., S. P 50 60 80
24 Kristoforus F. Irwanto, S. Pd 60 80 90
25 Herna Kristina, S. Pd 50 60 70
26 Juniarti Ika, M. Pd 50 60 70
27 Marsianus Niko, S. Pd 50 60 80
51
28 Monika 50 60 80
29 Martenius Romi, S. Pd 50 60 80
30 Margareta Maret S., S. Pd 50 60 80
31 Onggos, S. Pd 60 80 90
32 Retno AS., S. Pd 50 60 80
33 Rinto, S. Pd 60 80 90
34 Siis, S. Pd 50 60 80
35 Stefanus Padri, S. E 50 60 80
36 Sofia Rakiah, S. Th 60 80 90
37 Sherly Sri Wardhani, S. Pd 50 60 80
38 Tea Yesiani Aisa Putri, S. Pd 50 70 80
39 Yulia Feni P. Septieni, S. Pd 50 60 80
40 Yanti, S. Pd 50 80 90
41 Yulianus Sujoko Arsan, S. Th 50 60 80
42 Yuspin, S. Ag 50 50 70
Jumlah 2550 3050 3520
Nilai Rata-Rata 60,71 72,62 83,81
Berikut disajikan perbandingan hasil evaluasi pra siklus, siklus I dan siklus
Tabel di atas jika disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
100.00%
80.00%
60.00%
0.9048
40.00% 0.7262
20.00% 0.2143
0.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
52
klinis yang dilaksanakan oleh peneliti dari perencanaan hingga proses pelaksanaan
berlangsung dengan baik, maka kegiatan penelitian ini membawa perubahan yang
pembelajaran yang lebih variatif dan tidak monoton memberi kesan yang baik
bagi dirinya serta siswa SMA Negeri 1 Mempawah Hulu. Untuk itu peneliti
mengaharap bahwa tidak hanya saat sedang dilakukan penelitian tindakan sekolah
saja, akan tetapi kompetensi guru hendaknya selalu diasah dan terus
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
supervisi klinis sudah berjalan dengan dengan baik dan meningkatkan kesadaran
B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada guru SMA Negeri 1 Mempawah Hulu
mengajar di dalam kelas. Maka melalui kesempatan ini peneliti ingin mengajukan
beberapa saran:
sebaiknya meminta bantuan kepala sekolah atau guru-guru senior yang ada
55
54
DAFTAR PUSTAKA
Lusinta Afrisanti. 2011. Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif, dan
Inovatif. Yogyakarta: Araska.
Narwanti. 2011. “Creatif Learning “Kiat Menjadi Guru Kreatif dan Favorit”.
Yogyakarta: Familia Pustaka.
56
55
Rismi Somad dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Supervisi dan
Kepemimpinan Kepala Sokolah. Bandung: Alfabeta.