Anda di halaman 1dari 19

PERMASALAHAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN

DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

PERMASALAHAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DAN


ALTERNATIF PEMECAHANNYA

Disusun
guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Supervisi Pendidikan
Pengampu : Dr. H. Fatah Syukur, M.Pd.

Oleh :

Wildan Syifaur Rakhman


(125112058)

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
PERMASALAHAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DAN
ALTERNATIF PEMECAHANNYA

I. PENDAHULUAN
Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah merdeka lebih dari enam puluh tahun.
Cita-cita kemerdekaan yang digagas oleh para pendiri bangsa (founding fathers) menjadi
tanggung jawab kita untuk melanjutkan tonggak-tonggak perjuangan pergerakan nasional
tersebut (Musthofa, 2010:10), termasuk dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu alasan Negara didirikan, dan hal tersebut
telah tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Tetapi pada kenyataannya, jika kita menilik pendidikan yang telah berjalan di Indonesia,
sungguh masih banyak sekali kekurangan sehingga kita harus melakukan perombakan berbagai
system pendidikan, mulai dari cara pandang yang dipakai (paradigma), dari model atau metode
pembelajaran, penekanan tujuan pendidikan, dan masih banyak hal lainnya. Lebih- lebih,
pendidikan di Indonesia selama ini masih dibayang-bayangi oleh kepentingan untuk
mempertahankan status quo sebagaimana yang terjadi pada masa orde baru. Itulah mengapa
pendidikan kita belum bisa menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, tetapi malah
menciptakan manusia- manusia yang selalu tunduk dan tidak kritis terhadap system kekuasaan
yang menindas.
Dari hal tersebut, proses berjalannya suatu pendidikan pun tidak akan lepas dari dukungan
supervisi atau pengawasan yang akan mengontrol jalannya proses pendidikan terebut.
Supervisi kepala sekolah sangat berpengaruh menghasilkan pelayanan pendidikan dan
pembelajaran pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu. Pelaksanaan supervisi oleh
kepala sekolah diharapkan akan mampu mempengaruhi kinerja guru serta mampu
mengembangkan potensi yang ada pada staf atau guru di sekolah dalam melaksanakan KTSP
secara efektif. Dalam menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar
dalam tujuan, isi, metode, dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru
mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari pendapat tersebut
mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum
sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru,
sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan sedikit menyampaikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan supervisi di sekolah berikut cara mengatasinya.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Pengertian Supervisi Pendidikan
B. Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.
C. Alternatif Pemecahan Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Dilihat dari sudut pandang etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang
masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah
penglihatan dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi
dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. Hal ini dapat diartikan
bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Pelaksanaan supervisi atau
pengawasan di setiap organisasi memiliki peran yang cukup penting. Manullang (2005: 173)
mendefinisikan pengawasan sebagai Suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Supervisi dilakukan di setiap lini organisasi, termasuk
organisasi di dalam ranah pendidikan, salah satunya adalah sekolah.
Kepala sekolah merupakan atasan di dalam lingkungan sekolah. Dimana seorang kepala
sekolah memiliki peran strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir
guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik. E. Mulyasa
(2004: 111), Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan
sebagai supervisor. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan
hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai
dalam proses pembelajaran, maka untuk memperbaiki kondisi demikian peran supervisi
pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi bukan untuk
mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian
layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru
dan meningkatkan kualitas hasil belajar.
Menurut E. Mulyasa (2004), untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan
pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, salah
satunya yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses
pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang
digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pada hakeketnya, tujuan akhir dari
kegiatan supervisi pendidikan adalah untuk memperbaiki guru dalam hal proses belajar mengajar
agar tercapai kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, sebelum mendalami kajian akan supervisi pendidikan, perlu diketahui terlebih
dahulu mengenai definisi/ pengertian tentang supervisi pendidikan. Berikut pendapat para ahli
mengenai pengertian supervisi pendidikan.
Sergiovanni dalam Made Pidarta (1999: 2) mengemukakan pernyataan bahwa:
1. supervisi lebih bersifat proses daripada peranan
2. supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggungjawab
terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para
personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.
Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain
melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.
(E. Mulyasa, 2004: 113). Dari beragam pendapat mengenai teknik supervisi pada dasarnya
mempunyai kesamaan dan semuanya itu erat sekali hubungan dalam rangka upaya pemberian
bantuan terhadap guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya sehingga akan mampu
mencapai tujuan pendidikan.

B. Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.


Dalam melaksanakan supervisi kepala sekolah pasti menghadapi kendala-kendala. Hal ini
sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007), Para kepala
sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam
melaksanakan supervisi pendidikan. Berdasarkan kajian teori yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa kendala supervisi pendidikan yang sangat umum terjadi di lapangan adalah
kurangnya motivasi dari para guru ketika mendapat supervisi. Hal tersebut terjadi dikarenakan
adanya anggapan yang telah melekat dalam diri guru bahwa supervisi hanyalah kegiatan yang
semata-mata untuk mencari-cari kesalahan.
1. Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah.
Program kegiatan supervisi pendidikan tidak dapat dilakukan oleh kepala sekolah seorang diri.
Kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah mengakibatkan seorang kepala sekolah tidak
dapat menangani sendiri pelaksanaan supervisi pendidikan, khususnya supervisi yang lebih
menekankan pada aspek pembelajaran.
2. Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi.
Kondisi ini dapat diartikan bahwa motivasi guru untuk disupervisi dinilai masih kurang, hal
tersebut dikarenakan masih melekatnya anggapan dari para guru bahwa supervisi semata-mata
hanyalah kegiatan untuk mencari-cari kesalahan. Meskipun pelaksanaan supervisi pendidikan
dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada guru yang akan mendapat supervisi,
masih saja para guru yang akan disupervisi belum mempersiapkan diri secara matang.
3. Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi.
Unsur subjektifitas dari supervisor yang ditunjuk oleh kepala sekolah dirasa masih tinggi.
Keadaan ini terjadi dikarenakan kegiatan supervisi pendidikan tidak dilakukan sendiri secara
langsung oleh kepala sekolah, tapi oleh guru-guru yang dianggap telah senior oleh kepala
sekolah. Dimana masing-masing guru tersebut memiliki kepribadian yang berbeda-beda dan
prinsip supervisi maupun teknik supervisi yang saling berbeda pula.
4. Sering terjadi pergantian kepala sekolah
Terjadinya pergantian kepala sekolah mengakibatkan jalannya pelaksanaan supervisi
pendidikan menjadi tesendat-sendat, kurang lancar, dan dinilai kurang rutin/ kontinyu.
5. Sarana dan prasarana yang terbatas
setiap proses belajar mengajar yang berhubungan dengan masalah sarana dan prasarana,
seorang guru pasti merasakan ketidak nyamanan dalam menyampaikan materi pelajaran. Karena
sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor utama lancarnya pelaksanaan supervisi
pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru.
6. Kurangnya disiplin guru
Masalah yang menyangkut faktor disiplin. hal ini sering dilakukan oleh beberapa tenaga
pengajar terutama disiplin waktu hal ini menimbulkan kelas menjadi tidak kondusif sehingga
siswa tidak tau apa yang harus dilakukan selain bermain di dalam kelas sambil menunggu guru
yang memiliki jadwal pada hari itu ia akan datang atau karena tidak belum ada kejelasan.
7. Masih kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif
seorang guru dintuntut agar mampu melaksanakan belajar mengajar yang efektif sehingga
suasana kelas menjadi kondusif
Dari beberapa kendala pelaksanaan supervisi di atas, dapat dikategorikan dalam dua aspek,
yaitu struktur dan kultur. Pada aspek struktur birokrasi pendidikan di Indonesia
ditemukan kendala antara lain sebagai berikut :
Pertama, secara legal yang ada dalam nomenklatur adalah jabatan pengawas bukan
supervisor. Hal ini mengindikasikan paradigma berpikir tentang pendidikan yang masih dekat
dengan era inspeksi.
Kedua, lingkup tugas jabatan pengawas lebih menekankan pada pengawasan administrasti
yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru.Asumsi yang digunakan adalah apabila
administrasinya baik, maka pengajaran di sekolah tersebut juga baik. Inilah asumsi yang keliru.
Ketiga, rasio jumlah pengawas dengan sekolah dan guru yang harus dibina/diawasi sangat
tidak ideal. Di daerah-daerah luar pula Jawa misalnya, seorang pengawas harus menempuh
puluhan bahkan ratusan kilo meter untuk mencapai sekolah yang diawasinya; dan
Keempat, persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi
terhadap jabatan pengawas juga belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap pentingnya
implementasi supervisi pada ruh pedidikan, yaitu interaksi belajar mengajar di kelas.
Pada aspek kultural dijumpai kendala antara lain :
Pertama, para pengambil kebijakan tentang pendidikan belum berpikir tentang
pengembangan budaya mutu dalam pendidikan. Apabila dicermati, maka mutu pendidikan yang
diminta oleh customers sebenarnya justru terletak pada kualitas interaksi belajar mengajar antara
siswa dengan guru. Hal ini belum menjadi komitmen para pengambil kebijakan, juga tentu saja
para leksana di lapangan.
Kedua, nilai budaya interaksi sosial yang kurang positif, dibawa dalam interaksi fungsional
dan professional antara pengawas, kepala sekolah dan guru. Budaya ewuh-pakewuh, menjadikan
pengawas atau kepala sekolah tidak mau masuk terlalu jauh pada wilayah guru.
Ketiga, budaya paternalistik, menjadikan guru tidak terbuka dan membangun hubungan
professional yang akrab dengan kepala sekolah dan pengawas. Guru menganggap mereka
sebagai atasan sebaliknya pengawas menganggap kepala sekolah dan guru sebagai bawahan.
Inilah yang menjadikan tidak terciptanya rapport atau kedekatan hubungan yang menjadi syarat
pelaksanaan supervisi.
Dari berbagai kendala diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kendala-kendala
supervisi oleh kepala sekolah dalam penerapan kurikulum di sekolah adalah kendala yang
berasal dari dalam diri kepala sekolah itu sendiri/ kendala internal dan kendala yang berasal dari
luar diri kepala sekolah/ kendala eksternal. Kendala internal tersebut adalah kompleksitas tugas
manajerial seorang kepala sekolah. Sedangkan kendala-kendala eksternalnya meliputi:
kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi, unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih
tinggi, dan sering terjadi pergantian kepala sekolah.

C. Alternatif Pemecahan Permasalahan Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di Sekolah.


Oemar Hamalik mengatakan (1992:67) supervisi nampaknya menjadi penentu yang utama
untuk memutuskan kurikulum, menyeleksi pola-pola organisasi sekolah, fasilitas belajar, dan
menilai proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat agar
apa yang menjadi tujuan utama dari pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dalam
penerapan kurikulum di sekolah dapat sepenuhnya tercapai.
Kepala sekolah selaku supervisor pendidikan yang memiliki otoritas tertinggi di sekolah harus
mengupayakan beberapa cara dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi,
antara lain:
1. Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior.
Pelaksanaan supervisi terutama pada aspek pembelajaran tidak dapat dilakukan seorang diri
oleh kepala sekolah tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, kepala sekolah yang notabene
pimpinan sekolah yang memiliki otoritas tertinggi memiliki keleluasaan untuk melakukan
delegasi wewenang. Kegiatan supervisi pada aspek pembelajaran dapat dilimpahkan kepada guru
yang dianggap senior berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria guru senior yang dipilih
adalah dilihat dari masa kerja, prestasi kerja, kompetensi, dan kualifikasinya, misal guru yang
bergelar S2. Kegiatan supervisi oleh guru supervisor terhadap rekannya sering disebut dengan
pembimbingan teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan.
Kurangnya persiapan dari guru dalam pelaksanaan supervisi, lebih diakibatkan karena
kuranganya motivasi dari dalam guru sendiri akan pentingnya supervisi pendidikan. Motivasi
yang minim itu juga disebabkan kerena anggapan yang telah melekat dalam diri guru bahwa
supervisi hanyalah kegiatan yang semata-mata untuk mencari-cari kesalahan. Pemberian
motivasi dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya dengan menyelipkan pengarahan
atau motivasi pada saat rapat guru, lokakarya, atau bahkan secara langsung dengan individunya.
Selain itu, pembinaan secara psikologis juga dilakukan kepada diri masing-masing guru
yang ditunjuk sebagai supervisor bahwa dirinya memang memiliki capability yang lebih
dibanding dengan guru lain, seperti kelebihan dalam hal prestasi kerja, kedisiplinan, ulet, penuh
inisiatif, dan lain sebagainya, sehingga diharapkan dengan cara itulah akan muncul kepercayaan
diri dari guru supervisor.
Serta ditambah lagi dengan melaksanakan fungsi supervisi pendidikan, seperti memberi
contoh atau suri tauladan yang baik dari kepala sekolah maupun guru senior yang ditunjuk
sebagai supervisor, serta melakukan pembinaan atau perbaikan secara menyeluruh terhadap
kemampuan profesional guru dengan memperhatikan ketepatan teknik supervisi dan prinsip-
prinsip supervisi yang diterapkan. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat memunculkan
kepercayaan maupun motivasi dari guru yang akan disupervisi olehnya.
3. Pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai supervisor dan
membentuk tim penilai supervisi.
Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dalam KTSP
adalah keterbatasan waktu dan tenaga dari kepala sekolah apabila kepala sekolah melakukan
kegiatan supervisi pendidikan seorang diri. Oleh karena itu, kepala sekolah menunjuk guru-guru
yang dianggap telah senior untuk membantunya melakukan supervisi pendidikan. Namun dalam
prakteknya masih terdapat beberapa guru senior kurang paham akan prinsip-prinsip yang harus
diterapkan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Sehingga dalam pelaksanaannya unsur
subjektifitas cenderung masih tinggi. Oleh karena itu kepala sekolah perlu memberi motivasi
maupun pengarahan kepada para guru supervisor yang isinya mengenai perlunya menerapkan
prinsip-prinsip supervisi pendidikan dan pembentukan tim penilai supervisi yang terdiri dari 2
(dua) atau 3 (tiga) orang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menetralisir unsur subjektifitas
yang terjadi oleh guru yang berperan supervisor.
4. Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah.
Pergantian kepala sekolah sebanyak empat kali dalam lima tahun menjadi kendala yang
cukup fatal bagi pengelolaan dan kemajuan sekolah. Hal tersebut berdampak pula pada rutinitas
kegiatan supervisi pendidikan. Upaya dari kepala sekolah untuk mensikapi keadaan tersebut
adalah dengan melakukan koordinasi secara intensif kepada seluruh elemen sekolah, termasuk
koordinasi yang baik antara guru supervisor dengan guru yang akan mendapat supervisi.
5. Mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai
Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang penting disemua tempat kegiatan belajar
mengajar, karena itu, dalam rangka mensukseskan program pengajaran yang efektif tidak
terlepas dari sarana dan prasarana yang memadai. seorang guru akan lebih semangat dengan
situasi dan kondisi fasilitas sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Sarana dan prasarana
adalah suatu perlengkapan/ peralatan yang harus dimiliki oleh setiap sekolah pada umumnya.
sedangkan prasarana mengikuti sarana.
Dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, sarana seperti perpustakaan yang
merupakan tempat menggali pengetahuan yang seluas-luasnya dan seorang guru akan merasa
lebih mudah dalam mencari buku pegangan mengajar.
Kaitannya dengan upaya peningkatan profeasionalisme guru, sarana merupakan sesuatu
yang tidak dapat dipisahkan, karena sarana itu pendukung lancarnya PBM.
6. Menerapkan disiplin terhadap tata tertib guru
Disiplin merupakan ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar
tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan dimana sesuatu itu berada
dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara
langsung maupun tidak langsungAdapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan
kedisiplinan yaitu faktor kepribadian, dan lingkungan.
Kepala sekolah harus mengingatkan kepada semua tenaga pengajarnya untuk melakukan
kedisiplinan, misalnya agar menjalankan aturan-aturan sebagai berikut:
1) Guru harus mengisi daftar hadir yang sudah disediakan
2) Guru harus berpakain rapi sebagaimana layaknya seorang guru
3) Guru harus bersipat jujur, adil, terbuka dan demokratis
4) Guru harus membuat perangkat pembelajarn yang telah ditentukan oleh kepala sekolah
5) Guru harus menjaga kode etik guru indonesia
6) Guru harus menjaga nama baik sekolah
7) Guru harus taat pada aturan sekolah yang berlaku
8) Apabila kehadiran guru kurang dari 60% maka akan dikenakan sanksi.
7. Mengadakan evaluasi ketenagaan.
Evaluasai merupakan suatu bentuk perbaikan dari apa yang sudah dilakukan, di dalam
pengevaluasian itu, terjadi suatu proses yang akan menghantarkan kepada perubahan yang lebih
baik. disamping itu kepala Sekolah mengadakan evaluasi ketenagaan demi kelancaran PBM.
Evaluasi merupakan salah satu faktor yang mampu memberikan motivasi dan dorongan
kepada guru agar lebih baik dan selalu meningkatkan perkembangan kemampuannya. disisi lain
evaluasi ialah mserangkaian kegiatan yang dimana membuat para guru terkadang gelisah, guru
yang seperti ini biasanya guru yang tertutup atau kurang humor/ pendiam. Adapun yang harus
dilakukan kepala Sekolah adalah mendekatinya. kaitannya dengan upaya yang harus dilakukan
kepala madarsah ialah evaluasi ketenagaan dalam menghadapi kendala dalam pelaksanaan
supervisi pendidikan.
Musyawarah guru mata pelajaran merupakan program yang sangat penting untuk mecapai
target yang ditetapkan, karena dengan adanya MGMP maka diharapkan semua guru mata
pelajaran akanmemperoleh peningkatan pengetahuan dan keahlian dalam sistem belajar
mengajar di kelas sehigga kualitas guru semangkin baik.
Dalam melaksanakan kegiatan MGMP tersebut ada beberapa rincian kegiatan yang bisa
dilakukan diantaranya adalah membuat model pembelajaran, pendalaman materi sulit, menyusun
silabus dan RPP, menyediakan buku yang bisa digunakan sebagai buku pegangan. Selain
melaksankan MGMP kepala sekolah juga berupaya untuk melakukan pelatihan-pelatihan
mengenai materi ajar baik berupa modul, pembuatan diktat, kegiatan bimbingan sekolah program
kurikuler dan tenik pembuatan soal untuk semua guru dengan mendatangkan tutor dari pihak luar.
Kegiatan MGMP dan pelaksanaan pelatihan pengajar dilakukan semata-mata untuk
meningkatkan kualitas guru mata pelajaran. Karena apabila guru tidak memiliki kemampuan
sesuai bidang keahlianya, ia akan merasa tidak yakin dengan kemampuan yang ia miliki. Artinya
kepakaran yang ia miliki tidak maksimal. Sehingga dalam menyampaikan pembelajaran juga
tidak dapat maksimal. Berbeda dengan guru yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan
pelajaran yang diajarkan kepada siswa, maka ia akan merasa puas karena mampu mengajar kan
secara maksimal.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis bisa menarik kesimpulan. Beberapa permasalahan
dalam pelaksanan supervise di sekolah diantaranya:
1. Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah ;
2. Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi ;
3. Unsur subjektifitas dirasa masih tinggi ;
4. Sering dilakukan pergantian kepala sekolah;
5. Sarana dan prasarana yang terbatas;
6. Kurangnya disiplin guru;
7. Masih kurangnya pengetahuan guru tentang pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif.
Sedangkan alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain:
1. Dilakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior;
2. Pemberian motivasi kepada para guru akan pentingnya supervisi pendidikan;
3. Dilakukan pembinaan oleh kepala sekolah kepada guru-guru senior yang ditunjuk sebagai
supervisor dan membentuk tim penilai supervise;
4. Dilakukan koordinasi secara intens kepada seluruh elemen sekolah;
5. Mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai;
6. Menerapkan disiplin terhadap tata tertib guru;
7. Mengadakan evaluasi ketenagaan.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007.
Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Enco Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan
KBK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM University Press.
Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV. Mandar
Maju.
Rembangy, Musthofa. 2010. Pendidikan Transformatif. Yogyakarta: Teras.
http://wildanelsyifa.blogspot.com/2014/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk memiliki
serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang tertuangdalam peraturan
menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah satunya tentang kompetensi dalam
memahami metode dan teknik dalam supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang
profesional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan pelayanan
supervisi. Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru berakar mendalam dalam
kehidupan masyuarakat. Untuk menjalankan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat
dengan tajam terhadap permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan, menggunakan
kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa,
sebab yang diamatinya bukanmasalah kongkrit yang tampak, melainkan memerlukan kepekaan
mata batin.
Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungandengan usaha-
usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek akademis, bukan masalah fisik material
semata.Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja dan pengawasan mutu pendidikan oleh
pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala
sekolah. Hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam
mengembangkan mutu kelembagaan pendidikandan memfasilitasi kepala sekolah agar dapat
melakukan pengelolaan kelembagaan secaraefektif dan efisien.
I.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian supervisi pendidikan?
2. Apa sajakah tujuan dan sasaran supervisi pendidikan?
3. Bagaimanakah fungsi supervisi pendidikan?
4. Apakah prinsip dasar supervisi?
5. Apa sajakah tipe supervisi pendidikan?
6. Apa sajakah tehnik-tehnik yang digunakan dalam supervisi pendidikan?
7. Bagaimanakah peranan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan?
8. Bagaimanakah implementasi guru sebagai supervisor?

II.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan pengertian supervisi pendidikan.
2. Untuk menjelaskan tujuan dan sasaran supervisi pendidikan.
3. Menjelaskan fungsi supervisi.
4. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip supervisi pendidikan.
5. Menjelaskan tipe-tipe supervisi pendidikan.
6. Untuk menjelaskan tehnik-tehnik supervisi pendidikan.
7. Guna menjelaskan peranan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.
8. Untuk menjelaskan implementasi guru sebagai supervisor.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Superviasi Pendidikan
Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision yang
masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi supervisi pendidikan dapat diartikan
sebagai penglihatan dari atas. Melihat dalam hubungannya dengan masalah supervisi dapat
diartikan dengan menilik, mengontrol, atau mengawasi.
Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
Orang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor.
Dalam Dictionary of Education, Good Carter (1959) memberikan pengertian bahwa
supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-
petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan
pengajaran, metode, dan evaluasi pengajaran (Sahertian,2008: 17).
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai
berikut :Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation.
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan
ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal,
material, technique, method, teacher, student, an envirovment).
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah
perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan
belajar pada khususnya.Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran
pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi
sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.

II.2. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan


A. Tujuan supervisi pendidikan
Adapun tujuan supervisi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
2. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan yang telah ditetapkan.
3. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga
berjalan lancar dan berhasil secara optimal.
4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
5. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan, serta
membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat dicegah kesalahan yang
lebih jauh.
Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan kemudahan
yang diberikan pada guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna
mewujudkan tujuan belajar. Dengan supervise diharapkan kegiatan belajar mengajar jadi lebih
baik.
Sahertian (1981) mengemukakan tujuan supervisi adalah :
1) membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan
2) membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid
3) membantu guru dalam menggunakan sumber pengalaman belajar murid
4) membantu guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran modern
5) membantu guru dalam memenuhi kebutuhan murid
6) membantu guru dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri
7) membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan
pribadi dan jabatan mereka
8) membantu guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
9) membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap, masyarakat dan cara-cara
menggunakan sumber masyarakat dan seterusnya.
10) membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.
B. Sasaran supervisi pendidikan
Sasaran supervisi pendidikan ada dua yaitu :
a. Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran. Karena itu supervisi pendidikan menaruh perhatian utama
pada upaya-upaya peningkatan provesionalitas guru sehingga memiliki kemampuan:
1) Merencanakan kegiatan pembelajaran,
2) Melaksanakan pembelajaran,
3) Menilai proses dan hasil pembelajaran,
4) Memanfaatkan hasil penilaian
5) Memberikan umpan balik,
6) Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan,
7) Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
8) Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu pembelajaran,
9) Memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia,
10) Mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan teknik),
11) Melakukan penelitian praktis untuk perbaikan pembelajaran.
b. Secara khusus dapat diklasifikasikan:
1) Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat pembelajaran, meliputi administrasi
personal, material, keuangan serta administrasi sarana dan prasarana pendidikan.
2) Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang meliputi
kurikulum, PBM dan evaluasi.
3) Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.

II.3. Tugas dan Fungsi Supervisi Pendidikan


A. Tugas Supervisi Pendidikan
Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin
pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan pengertian
hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support (supporting),
membantu (assisting) dan mengikutsertakan (sharing).
Selain itu, seorang supervisior bertugas sebagai:
a) Koordinator.
b) Konsultan.
c) Pemimpin Kelompok.
d) Evaluator .
Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas akademik, yakni mencakup hal-hal berikut:
1) Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih keras serta bersemangat
dalam mengajar.
2) Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga berlaku prinsip belajar
tuntas, yaitu guru harus berupaya agar murid benar-benar menguasai apa yang telah diajarkan
dan tidak begitu saja melanjutkan pengajaran ke tingkat yang lebih tinggi jika murid Belum
tuntas penguasaannya.
3) Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk mencapai tujuan pengajarannya, dengan
disertai bantuan (support) yang memadai bagi keberhasilan tugasnya.
4) Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan sekolah mengenai jenis dan tingkatan dari
target output yang harus mereka capai sehubungan dengan keberhasilan pengajaran.
5) Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian (assessment) terhdap keberhasilan
(efektifitas) mengajar guru, khususnya dalam kaitannya dengan kesepakatan yang dibuat pada
butir (4) di atas.
6) Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka pelaksanaan butir-butir di atas,
menyusun dokumentasi dan laporan bagi setiap kegiatan, serta mengembangkan sistem
pengelolaan data hasil pengawasan.
7) Melakukan koordinasi serta membuat kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan dengan kepala
sekolah, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan pemantauan dan pengendalian efektifitas
pengajaran serta hal yang berkenaan dengan akreditas sekolah yang bersangkutan.
B. Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini berbagai pendapat
para tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:
a) Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada
sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
b) Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap program
pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki.
c) W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi modern ialah
menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar.
d) Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi belajar anak-anak.
Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinu sesuai dengan perubahan masyarakat.
Masyarakat selalu mengalami perubahan.Perubahan masyarakat membawa pula konsekuensi
dalam bidang pendidikan dan pengajaran.Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya
dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu penegetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi bukan
hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan kepada guru-
guru, menurut T.H. Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan
mengarahkan pertumbuhan guru-guru.
Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh swearingen, terdapat8 fungsi
supervisi, yakni:
1. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.
Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti
perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang makin
menyebar, diantaranya:
a. Usaha tiap guru.
b. Usaha-usaha sekolah.
c. Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.
2. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah
Yakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dan
kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.
3. Memperluas Pengalaman
Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staf sekolah,
sehingga selalu anggota staf makin hari makin bertambah pengalaman dalam hal mengajarnya.
4. Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif
Yakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak, orang yang
dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
5. Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinu
Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki bahan-bahan
pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan murid-muridnya
harus bersifat menyeluruh dan kontinyu.
6. Menganalisa Situasi Belajar
Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi kemungkinan bagi
guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk mencapai tujuan pendidikan.
7. Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf
Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka memperkembangkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.
8. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan

Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar
akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri.
Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting, sebagaimana tertuang dalam
Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab
dan wewenag penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan,
penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan.

II.4. Prinsip-prinsip Dasar Supervisi Pendidikan


Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis,adalah:
1. Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan mahasiswa
PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh tanggung jawab.
2. Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil pengamatan.
3. Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tidak bersifat menyalahkan.
4. Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.
5. Hasil tidak untuk disebarluaskan
6. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang lingkup
pembelajaran.
7. Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
(pengamatan) dan tahap siklus balikan.
Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama pelaksanaan tugas sebagai
supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip supervise dapat digolongkan menjadi 2 yaitu prinsip
positif dan prinsip negative. Prinsip positif adalah prisip yang patut diikuti oleh seorang supervisi,
sedangkan prinsip negatif merupakan prinsip yang sebaiknya dihindari.
1) Prinsip positif
a) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif
b) Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif
c) Supervisi harus scientific dan efekti
d) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru
e) Supervisi harus berdasarkan kenyataan
f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan self-
evaluation
g) Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter
h) Seorang supervisor tidak bolah mencari kesalahan guru-guru
2) Prinsip Negatif
a. Tidak otoriter
b. Tidak berasas kekuasaan
c. Tidak lepas dari tujuan pendidikan
d. Bukan mencari kesalahan
e. Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
II.5. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan
1. Tipe Otokrat
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinanyang otokratis,
mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai Inspektur yang
bertugas mengawasi pekerjaan guru.Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti
dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang
diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
2. Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi
secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai
dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh
mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi,
pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi.Sifatnya memaksakan kehendaknya.Apa
yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau
kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak
diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa
diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal.Contoh supervisi yang dilakukan kepada
guru yang baru mulai mengajar.Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak
tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
4. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan.Hal yang positif dari supervisi
ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala
sekolah.Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan
bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh
atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi
yang khusus.Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpinsaja yang memegangnya, tetapi
didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing.

II.6. Tehnik-tehnik Supervisi Pendidikan


Teknik supervisi Pendidikan adalah atat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai
tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai
dengan situasi dan kondisi. Dalam pelaksanaansupervisi pendidikan, sebagai supervisor harus
mengetahui dan memahami serta melaksanakan teknik teknik dalam supervisi. Berbagai
macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi
belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara
langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi
(Sagala 2010 : 210).
Adapun teknik teknik Supervisi adalah sebagai berikut :
1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang dilaksanakan dalam
pembinaan guru secara bersama sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu
kelompok (Sahertian 2008 : 86). Teknik Supervisi yang bersifat kelompok antara lain : (Sagala
2010 : 210 - 227)
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru.
Pertemuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan supervise (Terutama guru
baru) yang bertujuan menghantar supervisee memasuki suasana kerja yang baru dikutip menurut
pendapat Sagala (2010 : 210) dan Sahertian (2008 : 86). Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.

b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang dilakukan untuk
membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta
2009 : 71).
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang
memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan
dikontrol oleh supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal hal yang
tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah
dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan tentang suatu
masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi
kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri
para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran
antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk
saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama
sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010 : 213).
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang
sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok.
f. Tukar menukar pengalaman Tukar menukar pengalaman Sharing of Experince suatu teknik
perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap
topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar
satu dengan yang lain.

2. Teknik Individual dalam Supervisi


Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216) adalah teknik
pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi pribadi guru guna
peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik teknik individual dalam pelaksanaan
supervisi antara lain :
a. Teknik Kunjungan kelas
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam satu
kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk membantu guru menghadapi
masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatanpembelajaran.
b. Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor mengobservasi kelas
dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi proses belajar
mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang
diobservasi.
c. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan supervisornya, yang
membahas tentang keluhan keluhan atau kekurangan yang dikeluarkan oleh guru dalam bidang
mengajar, di mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya. Dalam percakapan ini
supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya.
d. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa
orang guru untuk mengunjungi sekolah sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya
untuk mengetahui kiat kiat yang telah diambil sampai seekolah tersebut maju.
e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek aspek belajar mengajar. Dalam usaha
memberikan pelayanan profesional kepada guru, supervisor pendidikan akan menaruh perhatian
terhadap aspek aspek proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor
harus mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang digunakan guru untuk
mengajar.
f. Menilai diri sendiri
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat memberikan nilai
tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang akhirnya akan memberikan nilai
positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak
mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-
muridnya.
II.7. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
Seperti telah dikemukakan, supervisi pendidikan bertujuan utnuk membantu guru dalam
memperbaiki proses belajar mengajar melaluyi peningkatan kompetensi guru itu sendiri dalam
melaksanakan tugas profesional mengajarnya. Seperti juga berlaku untuk segala kegiatan, usaha
bantuan ini tidak akan berhasil apabila tidak ada keinginan untuk bekerjasama dan tidak ada
sikap kooperatif baik dari yang dibantu yaitu guru sendiri maupun supervisor. Dengan demikian
peranan guru terhadap berhasil tidaknya program supervisi ini adalah sngat besar. Peranan guru
dalam supervisi secara lebih rinci dapat ditelusuri dari proses pelaksanaan supervisi itu sendiri.
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis
terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise juga harus guru kuasai dengan baik agar
dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik .Meskipun
tujuan akhir dari pemberian supervisi adalah tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang
diutamakan adalah bantuan kepada guru.Karena guru adalah pelaksana pendidikan

II.8. Implementasi Guru sebagai Supervisor


1. Guru Sebagai Contoh
Dalam The Professional Teacher, Norlander-Case, Reagen, dan Charles
Case mengungkapkan bahwa tugas mengajar merupakan profesi moral yang mesti dimiliki oleh
seorang guru. Senada dengan prinsip tersebut, Zakiah Darajat menyatakan bahwa persyaratan
seorang guru di samping harus memiliki kedalaman ilmu pengetahuan, ia juga bahkan mesti
seorang yang bertakwa kepada Allah dan mempunyai akhlak atau berkelakuan baik.
Hal ini berarti bahwa syarat krusial bagi seorang guru adalah kepribadiannya yang luhur,
mulia, dan bermoral sehingga mampu menjadi cermin yang memantulkan semua akhlak mulia
tersebut bagi seluruh murid-muridnya. Dengan kata lain, seorang guru yang berkepribadian
mulia adalah seorang guru yang mampu memberi keteladanan bagi murid-muridnya.
Sebab, secara sederhana mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertakwa sangat sulit atau
tidak mungkin bisa mendidik murid-muridnya menjelma orang-orang yang bertakwa kepada
Allah. Begitu pula para guru yang tidak memiliki akhlak yang mulia atau budi pekerti yang luhur
tidak akan mungkin mampu mendidik siswa-siswa mereka menjadi orang-orang yang berakhlak
mulia.
Guru sebagai contoh bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang
dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh aspek kehidupannya. Dalam paradigma
sebagian pakar pendidikan, kepribadian seorang guru tersebut meliputi:
kemampuan mengembangkan kepribadian
kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif bijaksana
kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
Kompetensi kepribadian terkait pula dengan penampilan sosok guru sebagai individu yang
mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggungjawab, memiliki komitmen, dan
menjadi teladan.
Menjadi seorang guru yang mampu memberi contoh mengartikan bahwa jabatan guru
sebagai pilihan utama yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam.

2. Guru sebagai Proses Sharing Of Ideas


Guru sebagai Sharing of ideas mengartikan bahwa guru mempunyai bagian dalam
membicarakan pandangan ke depan tentang kemajuan sekolah. Misalnya dalam penentuan
metode mengajar yang cocok, media yang digunakan, dan semua unsure dalam menunjang
proses belajar.
3. Guru Dalam Merancang Supervisi Klinis
Johan J. Bolla ( 1985 : 19 ) mengatakan bahwa, supervisiklinis adalah suatu proses
bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional gurudalam pelaksanaan
proses pemelajaran. Bimbingan diarahkan pada upaya pemberdayaan guru dalam menguasai
aspek teknis pemelajaran. Dengan bimbingan tersebut diharapkan terjadi peningkatan kualitas
pemelajaran.
Pelaksanaan supervisiklinis menuntut perobahan paradigma guru dan
supervisor. Supervisi dilakukan bukan dalam kontek mencari kesalahan dan
kelemahan guru yang di supervisi. Antara guru yang disupervisi dengan supervisor adalah mitra
sejajar, bukan merupakan hubungan antara bawahan dan atasan dan atau hubungan
antara guru dengan murid. Secara kemitraan keduanya menganalisis proses pemelajaran yang
telah dirancang dan disepakati, kemudian dicarikan alternatif pemecahan permasalah yang
ditemui dalam proses pemelajaran tersebut agar dapat ditingkatkan kualitasnya.

BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dalam penulisan makalah ini adalah :
1. serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional
yangdiberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.
2. Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan kemudahan yang
diberikan pada guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna
mewujudkan tujuan belajar.
3. Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran. Secara khusus dapat diklasifikasikan: Sasaran administratif
(teknis administratif) misal perangkat pembelajaran, meliputi administrasi personal, material,
keuangan serta administrasi sarana dan prasarana pendidikan; Sasaran edukatif (teknis edukatif)
misal pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang meliputi kurikulum, PBM dan evaluasi; dan
Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.
4. Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin pendidikan
yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan pengertian hakiki
supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support (supporting), membantu
(assisting) dan mengikutsertakan (sharing). Secara umum fungsi supervisi adalah
perbaikanpengajaran.
5. Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama pelaksanaan tugas sebagai
supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip supervise dapat digolongkan menjadi 2 yaitu prinsip
positif dan prinsip negative. Prinsip positif adalah prisip yang patut diikuti oleh seorang supervisi,
sedangkan prinsip negatif merupakan prinsip yang sebaiknya dihindari.
6. Tipe-tipe Supervisi pendidikan : Tipe Otokrat, Tipe Laisses Faire, Tipe Coersive, Tipe Training
dan Guidance, dan Tipe Demokratis
7. Tehnik-tehnik supervisi secara umum yaitu tehnik supervisi yang bersifat kelompok dan tehnik
supervisi bersifat individual.
8. Implementasi guru sebagai supervisor yaitu guru sebagai contoh, guru sebagai proses sharing of
ideas, dan guru dalam merancang supervisi klinis.

III.2. Saran
Tujuan supervisi harus dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak. Supervisi harus
terencana dengan baik, membangun dan demokratis. Selain itu, Guru harus diberi informasi
tentang tujuan supervisi.

Diposkan oleh ulvya stianingsih di 21.41


http://ulvyastianingsih088.blogspot.com/2013/05/makalah-supervisi-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai