Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk


memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang
tertuang dalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah
satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi.
Seorang supervisor adalah seorang yang professional keteka menjalankan tugasnya, ia
bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Guru
adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memelukan pelayanan supervisi.
Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru berakar mendalam dalam
kehidupan masyarakat.
Untuk menjalankan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan
tajam terhadap permasalahan-permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan,
menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan
mata biasa, sebab yang diamatinya bukanlah masalah konkrit yang tampak melainkan
memerlukan kepekaan mata batin. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang
supervisi pendidikan mulai dari pengertian hingga supervisi pengajaran dengan
manajemen emosi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat kita simpulkan rumusan masalah dalam
supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:

1
1. Apa sebenarnya supervisi pendidikan itu dan segala aspek yang menjadi bagian
dari supervisi pendidikan?
2. Apa tugas dan tanggung jawab seorang supervisor dalam pendidikan?
3. Bagaimana seharusnya supervisi itu dalam bidang pendidikan khususnya di
sekolah?
4. Apa yang dilakukan dalam supervisi pendidikan apabila terdapat masalah-masalah
dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya maka
dapat di simpulkan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa sebenarnya supervisi pendidikan itu dan segala aspek yang
menjadi bagian dari supervisi pendidikan.
2. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab seorang supervisor dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya supervisi itu dalam bidang pendidikan
khususnya di sekolah.
4. Untuk mengetahui apa yang dilakukan dalam supervisi pendidikan apabila terdapat
masalah-masalah dalam pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Konsep Supervisi Pendidikan

Dalam membicarakan sesuatu, tentunya kita harus tau apa yang kita bicarakan
tersebut. Sama halnya dengan supervisi pendidikan, untuk mengkaji lebih jauh lagi
tentunya hal pertama yang harus kita ketahui adalah hakikat dari supervisi pendidikan
itu sendiri.
Secara bahasa supervisi berasal dari bahasa Inggris yaitu supervision yaitu
pengawasan dalam bidang pendidikan. Secara morfologi, supervisi terdiri dari dua kata
yaitu, super (atas atau lebih) dan visi (lihat, tilik awasi). Dua kata tersebut
mengindikasikan bahwa seorang supervisor (orang yang melakukan supervisi)
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari orang-orang yang disupervisinya dalam
kegiatan kepengawasan.
“Secara semantik menurut Willes dalam Jasmani supervisi adalah bantuan
pengembangan situasi belajar mengajar agar lebih baik. Menurut Depdiknas dalam
Jasmani supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar yang
lebih baik.”1
Perlu ditekankan bahwa maksud dari bantuan di sini adalah bantuan atau
pembinaan yang dilaksanakan sesuai dengan proses dan taraf perkembangan orang
yang disupervisi. Bantuan atau pembinaan tersebut tidak boleh mengakibatkan orang
yang disupervisi menjadi tidak mandiri.

1
Sohiron, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Pekanbaru: Adefa Grafika, 2015), hlm.
175

3
“Jasmani menyebutkan supervisi pendidikan adalah segala bantuan dari
supervisor dan atau semua pimpinan kepala sekolah untuk memperbaiki manajemen
pengelolaan sekolah dan meningkatkan kinerja guru atau staf dalam menjalankan
tugas, fungsi dan kewajibannya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan
optimal. Caranya dengan memberikan bantuan, dorongan, pembinaan, bimbingan dan
memberi kesempatan bagi pengelola sekolah dan para guru untuk memperbaiki dan
mengembangkan kinerja dan profesionalismenya.”2
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa makna dan hakikat dari
supervisi pendidikan adalah usaha supervisor dalam memberikan bantuan atau
pembinaan untuk meningkatkan professionalisme orang yang disupervisi dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai situasi
pembelajaran yang baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
Menurut konsep kuno, supervisi dilaksanakan dalam bentuk “inspeksi” atau
mencari kesalahan. Sedangkan dalam pandangan modern supervisi adalah usaha untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam
mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam belajar.3
Dari kutipan diatas, dapat penulis sampaikan bahwasanya supervisi dalam
konsep kuno dilakukan dalam bentuk mencari kesalahan menggunakan metode
pengamatan atau observasi yang disebut inspeksi. Sedangkan dalam konsep modern
supervisi merupakan bantuan untuk para guru agar dapat mengajar agar siswa terbantu
dan menjadi lebih baik lagi dalam proses pembelajaran.
Konsep supervisi menurut Syaiful Sagala, pada awalnya adalah adanya
kebutuhan sesuatu dalam landasan pengajaran dengan cara membimbing guru, memilih
metode mengajar, dan mempersiapkan guru untuk mampu melaksanakan tugasnya
dengan kreatifitas yang tinggi dan otonom sebagai guru, sehingga pertumbuhan jabatan

2
Ibid., hlm.176-177
3
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: ALFABETA cv, 2012),
hlm. 228

4
guru terus berlangsung. Secara umum supervisi berarti upaya bantuan kepada guru agar
dapat membantu para siswa belajar untuk menjadi lebih baik.
Pendapat seorang ahli, Ben M. Haris dalam bukunya Supervisor Behaviour in
Education, supervisi adalah apa yang dilakukan oleh personel sekolah dengan orang
dewasa dan alat-alat dalam rangka mempertahankan atau mengubah pengelolaan
sekolah untuk mempengaruhi proses pengajaran guna meningkatkan kualitas belajar
murid. Jadi supervisi adalah langkah-langkah atau upaya yang dilakukan oleh semua
personil sekolah untuk mengubah situasi yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis berpendapat bahwa supervisi adalah sebuah aktivitas atau kegiatan
yang diberikan untuk para guru agar dapat meningkatkan proses pembelajaran dengan
menambah atau mengganti teknik-teknik pembelajarannya agar dalam proses
pembelajaran para peserta didik dapat meningkatkan kualitas belajar mereka.
Supervisi meskipun mengandung arti atau sering diterjemahkan sebagai
pengawasan, namun mempunyai arti khusus yaitu “membantu” dan turut serta dalam
usaha-usaha perbaikan dan meningkatkan mutu. 4 oleh karena itu, tugas supervisi yang
pokok atau khusus adalah membantu para guru untuk dapat mengarahkan diri mereka
dalam memecahkan sendiri masalah-masalah pengajaran yang sedang mereka hadapi
agar lebih berkualitas.

B. Redefinisi Konsep Supervisi Pendidikan

Pada era sentralisasi fungsi guru adalah seorang karyawan organisasi yang
mengajar dengan penguasaan materi dan sumbernya berdasarkan petunjuk dan
pengarahan yang telah ditentukan secara sentral oleh organisasi sekolah secara
birokrasi. Paradigma ini berlalu setelah era desentralisasi, guru menjadi profesional
memiliki otonomi dalam membuat keputusan penting dalam mengajar agar peserra

4
Ibid., hlm. 230

5
didik berhasil dalam belajar, terutama dalam mengubah cara belajar yang tidak
menguntungkan menjadi menguntungkan prestasi.
SUPERVISI PEMBERDAYAAN

Fungsi supervisi lama kini telah berubah, yang mana perubahan tersebut
yaitu dari pengawasan menjadi pemberdayaan yang menyediakna kesempatan banyak
untuk belajar dan memperbaiki diri. Supervisi senagai pemberdayaan berusaha keras
untuk membangkitkan kesadaran guru menjadi seorang pembuat keputusan profesional
ketika menjalankan tugasnya. Menjadi pengajar profesional yang harus membuat
keputusan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah atas pertimbangan rasional demi kebaikan
peserta didiknya. Seorang guru mempunyai wewenang yang otonom dalam
menjalankan tugasnya. Guru dibantu dan dilayani pertumbuhan profesionalnya oleh
supervisor, sehinggan memiliki kepuasaa, keterkaitan atau komitmen dalam
menjalankan tugasnya, serta memiliki daya efektivitas besar dalam mengajar.5

C. Permasalahan Supervisi Pendidikan

Supervisi dalam pendidikan telah lama dikenal namun demikian tidak semua
orang dalam dunia pendidikan mengetahui apa hakekat supervisi itu sendiri. Menurut

5
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, (Bandung: ALFABETA, 2010), hlm. 44-46

6
Syaiful Sagala dalam buku Administrasi Pendidikan Kontemporernya, supervisi yang
bermakna kurang realistis disebabkan oleh:
1. Supervisi disamakan dengan controlling atau pekerjaan mengawasi, supervisor
lebih banyak mengawasi dari pada berbagi ide pengalaman. Membantu guru dalam
memperbaiki cara mengajarnya bukan menjadi perhatian utama, orang cenderung
menjadi resah dan takut apabila mereka diawasi atau dievaluasi.
2. Kepentingan dan kebutuhan supervisi bukannya datang dari para guru, melainkan
supervisor itu sendiri menjalankan tugasnya.
3. Supervisor sendiri mungkin tidak tahu apa yang akan diamati dan dinilainya,
sedangkan guru juga tidak mempunyai pengetahuan apa yang diamati dan di nilai
supervisor. Akibatnya data pengamatan adalah jelas nampak tidak sistematis,
bersifat sangat subjektif dan tidak jelas.
4. Pada pihak lain kebanyakan guru tidak suka disupervisi walaupun hal itu
merupakan bagian dari proses pendidikan dan pekerjaan mereka.

Dari sebab-sebab yang dikemukakan diatas, dapat kita simpulkan bahwa peran
dari supervisi untuk meningkatkan atau memajukan cara mengajar pendidik menjadi
lemah. Supervisor haruslah membantu guru dan memperbaiki cara mengajar bukan
hanya sekedar mengawasi, dan penting pula bagi guru untuk menyadari bahwa
kegiatan supervisi itu adalah sebuah kepentingan dan kebutuhan bagi mereka.

Bolla (1984) mengemukakan bahwa supervisi merupakan keharusan bagi guru


dengan alasan sulit untuk memisahkan, mereflesikan dan menyadari tingkah lakunya
apabila sedang berinteraksi dengan siswa dikelas. Beberapa problema yang dihadapi
guru dilihat dari perbedaan antara lain adalah perbedaan latar belakang pendidikan,
orientasi profesional, tujuan dan keterampilan, kesanggupan jasmani, kualifikasi
kemampuan memimpin, kondisi psikologik, dan pengalaman mengajar. Perbedaan ini

7
dapat terjadi karena beragamnya bidang studi dan juga beragamnya jenis dan jenjang
pendidikan.6

D. Proses Pengawasan (Supervisi)

Proses dasar supervisi meliputi tiga tahap, yaitu: (1) menetapkan standar
pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3) menentukan kesenjangan antara
pelaksanaan dengan standar dan rencana.
Mockler seperti yang dikutip dalam Administrasi Pendidikan menyusun
pengawasan menjadi 4 langkah :
1. Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja; menetapkan standar
dimulai dari menetapkan tujuan atau sasaran secara spesifik dan mudah diukur.
Tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut merupakan standar dan metode kerja
untuk mengukur prestasi kerja.
2. Pengukuran prestasi kerja; kegiatan yang diadakan untuk mencapai sasaran terus
diukur keberhasilannya secara berulang.
3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar; hasil pengukuran menjadi
bahan informasi untuk dibandingkan antara standar dengan keadaan nyata di
lapangan.
4. Mengambil tindakan korektif; bila hasil pengukuran menunjukkan terjadinya
penyimpangan maka dilakukan langkah korektif.7
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses supervisi melalui
empat tahap, mulai dari penetapan standard dan metode pengukuran kerja, lalu
mengukur prestasi kerja, kemudian menetapkan hasil pengukuran dan terakhir adalah
melakukan pengkoreksian. Koreksi dilakukan untuk perbaikan menjadi lebih baik lagi.

6
Ibid., hlm. 234
7
Engkoswara & Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Soreang: Alfabeta, 2010),
hlm.220

8
E. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan

Menurut Amatembun dalam Sohiron tujuan dari supervisi pendidikan dapat


dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Tujuan Umum Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan adalah bagian dari seluruh kegiatan pendidikan yang
tidak terlepas dari tujuan umum pendidikan dan tujuan nasional pendidikan.
a. Tujuan Umum Pendidikan
Menurut Lavengeld tujuan umum dari pendidikan adalah untuk mencapai
“kedewasaan”8. Arti dewasa yang dimaksudkan adalah kesanggupan seorang anak
mengambil keputusan sendiri. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan umum dari
supervisi pendidikan adalah pembinaan terhadap orang yang disupervisi agar
menjadi dewasa dan dapat berdiri sendiri.

b. Tujuan Pendidikan Nasional


“Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa supervsi pendidikan
bertujuan untuk membina orang yang disupervisi agar mempunyai akhlak yang
baik dan menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.

c. Tujuan Tersendiri dari Supervisi Pendidikan


Supervisi pendidikan mempunyai tujuan tersendiri. Menurut Amatembun
dalam Sohiron menjelaskan bahwa tujuan tersendiri dari supervisi pendidikan

8
Sohiron, Op Cit., hlm.177

9
adalah perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.9 Dari penjelasan tersebut
dapat dikatakan bahwa tujuan tersendiri supervisi pendidikan yaitu untuk
memperbaiki situasi pendidikan secara keseluruhan dengan cara memperbaiki cara
belajar-mengajar menjadi lebih baik lagi.

2. Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan


Menurut Amatembun dalam Jasmani yang dikutip oleh Sohiron tujuan
khusus supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Membina kepala sekolah dan guru-guru memahami tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan peranan madrasah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
b. Memperbesar kesanggupan pada sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan
peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru untuk mengadakan diagnosis secara kritis
terhadap aktivitas-aktivitas dan kesulitan-kesulitan pembelajaran seta
menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d. Meningkatkan kesadaran sekolah dan guru-guru serta warga sekolah terhadap
cara kerja yang demokratis dan komprehensif serta memperbesar kesediaan
untuk tolong menolong.
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi
untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya.
f. Membantu kepala sekolah untuk mepopulerkan pengembangan program
pendidikan di madrasah kepada masyarakat dan melindungi orang-orang yang
disupervisi terhadap tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat
dari masyarakat.
g. Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalammelaksanakan aktivitasnya
untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.

9
Ibid., hlm.179

10
h. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan di antara guru.10
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan khusus dari supervisi
pendidikan adalah untuk membina kepala sekolah dan staf guru serta warga sekolah
menjadi seorang yang ahli dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
supervisi pendidikan dan berkerja sama untuk menjadikan peserta didik yang siap
menjadi bagian masyarakat yang lebih efektif.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam supervisi pendidikan adalah agar guru
dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam kegiatan ‘belajar mengajar’ dengan
baik dan professional. Dapat disimpulkan bahwa sasaran supervisi pendidikan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Supervisi akademik
Pada supervisi akademik supervisor melakukan pengamatan terhadap
masalah-masalah akademik ketika siswa sedang dalam proses memahami sesuatu
dalam suatu kegiatan pembelajaran.
b. Supervisi administrasi
Pada supervisi administrasi supervisor melakukan pengamatan terhadap
aspek-aspek administrasi untuk mendukung dan memperlancar kegiatan
pembelajaran.
c. Supervisi lembaga
Pada supervisi lembaga supervisor melakukan pengamatan terhadap aspek-
aspek yang berada di seluruh sekolah yang dimaksudkan untuk meningkatkan nama
baik sekolah secara keseluruhan di mata masyarakat.11
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sasaran supervisi pendidikan agar
pendidikan berjalan dengan baik yang ditandai dengan peningkatan-peningkatan.
Dalam kegiatan supervisi pendidikan, supervisor memperhatikan 3 aspek, yaitu
akademik (untuk meningkatkan kualitas pembelajaran), admisnistrasi (untuk

10
Ibid., hlm.179-180
11
Ibid., hlm.180

11
mendukung dan memperlancar kegiatan pembelajaran) dan aspek-aspek yang berada
di seluruh sekolah (untuk meningkatkan nama baik sekolah secara keseluruhan) yang
masing-masing berarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Jika tujuan pendidikan sudah tercapai maka dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung
jawab seorang guru dalam hal “belajar-mengajar” sudah berjalan dengan baik dan
professional.

F. Fungsi Supervisi Pendidikan

Fungsi utama dari seorang supervisor merupakan tugas-tugas pokok dalam


bidang pendidikan yang harus dilaksanakan dengan penuh professional demi
tercapainya tujuan supervisi pendidikan. Adapun fungsi utama tersebut sebagai
berikut:

1. Penelitian
Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif
mengenai situasi pendidikan. Maksudnya melihat bagaimana keadaan atau kondisi
secara langsung bagaimana kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas untuk melihat
kendala-kendala yang dihadapi serta mencari penyelesaiannya. Dalam suatu
penelitian, supervisor dapat menarik kesimpulan berupa tanggapan terhadap
masalah yang diselidiki. Proses suatu penelitian ilmiah meliputi:
a. Merumuskan dan membatasi topik masalah yang akan diselidiki oleh
supervisor.
b. Mengumpulkan data sebanyak mungkin mengenai masalah tersebut baik
berupa data faktual maupun berupa opini dari orang yang disupervisi dengan
secara langsung (observasi atau wawancara) atau secara tidak langsung (angket
dan sebagainya).
c. Mengolah data yang telah terkumpul dengan melakukan :

12
1) Koreksi yaitu memeriksa apakah data yang diperoleh memenuhi syarat
untuk diolah atau tidak.
2) Seleksi yaitu memilih data sesuai kebutuhan.
3) Klarifikasi yaitu mengelompokkan data yang sejenis sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan menurut jenis kelamin, umur, ijazah dan sebagainya.
4) Komparasi yaitu membandingkan atau mengelompokkan data.
5) Interpretasi yaitu menafsirkan hasil pengolahan itu.12

Dengan demikian, penelitian disebut juga dengan observasi dimana


langsung melakukan pengamatan terhadap suatu kelas untuk melihat situasi
belajar-mengajar yang terjadi yang gunanaya untuk mencari solusi dari masalah-
masalah yang muncul dalam situasi tersebut.

2. Penilaian
Penilaian atau evaluasi dalam supervisi modern lebih condong kepada
aspek-aspek positif dibanding aspek negatif. Hal ini menegaskan bahwa
supervisor tidak terus-menerus mecari kesalahan-kesalahan yang dilakukan
orang-orang yang disupervisi, akan tetapi menemukan dan mengembangkan
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.
Dari hasil penelitian supervisor dapat mengetahui situasi pendidikan
pada umumnya dan situasi belajar dan mengajar pada khususnya serta segala
fasilitas dan upaya yang digunakan apakah baik atau buruk, memuaskan atau
tidak, maju atau mundur, macet atau tidak dan sebagainya.

3. Perbaikan
Dari hasil penelitian seperti yang dikatakan sebelumnya, seorang
supervisor dapat mengadakan perbaikan (improvement) terhadap apa yang

12
Ibid., hlm. 181-182

13
belum baik atau belum memuaskan atau yang mengalami kemacetan agar
segera diperbaiki guna mencapai tujuan dari supervisi pendidikan itu sendiri.

4. Peningkatan
Di dalam supervisi pendidikan terdapat fungsi development yang
dilaksanakan oleh supervisor pendidikan sebagai “developer” yaitu meningkatkan
situasi pendidikan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi, apa yang sudah
memuaskan menjadi lebih memuaskan lagi, apa yang telah mengalami kemajuan
supaya lebih maju lagi.

Dalam perwujudan supervisor sebagai developer tidak terlepas dari fungsi


pembinaan berupa bimbingan atau tuntunan ke arah pembinaan bagi orang-orang yang
disupervisi oleh supervisor. Fungsi pembinaan adalah syarat mutlak yang harus
dipenuhi untuk membina orang lain baik dari dalam maupun dari luar diri orang-orang
yang disupervisi. Jadi fungsi inti yang merupakan fungsi sentral dari seorang
supervisor dalam bidang kependidikan adalah sebagai educator.
Fungsi-fungsi utama dari supervisi pendidikan ini tidak dapat dipisahkan
karena merupakan suatu kesatuan yang harus dilaksanakan oleh supervisor secara
serentak, konsisten dan berkesinambungan.
Menurut Ngalim Purwanto fungsi-fungsi supervisi pendidikan yang harus
diketahui oleh seorang pemimpin termasuk kepala sekolah menjadi beberapa bagian
sebagai berikut:
a. Dalam bidang pendidikan
1) Menyusun rencana dan policy bersama.
2) Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam
berbagai kegiatan.
3) Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan
memecahkan persoalan-persoalan.

14
4) Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok atau memupuk moral yang
tinggi kepada anggota kelompok.
5) Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan.
6) Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada
anggota kelompok sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing-masing.
7) Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.

b. Dalam hubungan kemanusiaan


1) Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialami untuk
dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya bagi diri sendiri maupun anggota
kelompoknya.
2) Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota
kelompok.
3) Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
4) Memupuk rasa saling menghormati di antara sesama anggota kelompok dan
sesama manusia.
5) Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.

c. Dalam pembinaan proses kelompok


1) Mengenal masing-msing peribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun
kemampuan masing-masing.
2) Menimbulkan dan memelihara sikap percaya-mempercayai antara sesama
anggota maupun antara anggota dan pimpinan.
3) Memupuk sikap dan kesediaan tolong menolong.
4) Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
5) Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan
pendapat di antara anggota kelompok.
6) Menguasai teknik-teknik memimpin rapat; dan pertemuan-pertemuan lainnya.

15
d. Dalam bidang administrasi personel
1) Memilih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan
untuk suatu pekerjaan.
2) Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan
dan kemampuan masing-masing.
3) Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya
kerja serta hasil maksimal.

e. Dalam bidang evaluasi


1) Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.
2) Menguasai dan memiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan
digunakan sebagai kriteria penilaian.
3) Mengusai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang
lengkap, benar dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.
4) Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penelitian sehingga mendapat
gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-
perbaikan.13

Dengan demikian, jika fungsi-fungsi supervisi di atas dilakasnakan dengan baik


oleh pemimpin ataupun kepala sekolah terhadap anggotanya, maka suatu lembaga akan
lebih mudah dalam mencapai tujuan pendidikan.

G. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan

13
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rosda, 1987), hlm. 86-
87

16
Ruang lingkup supervisi pendidikan adalah segala aspek kemampuan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan suatu sekolah. Menurut Bafadhal, pada hakikatnya
ruang lingkup supervisi suatu sekolah meliputi:
1. Supervisi bidang kurikulum.
2. Supervisi di bidang kesiswaan.
3. Supervisi di bidang kepegawaian.
4. Supervisi di bidang sarana dan prasarana.
5. Supervisi di bidang keuangan.
6. Supervisi di bidang humas.
7. Supervisi di bidang ketatausahaan.
Secara umum, ruang lingkup supervisi pendidikan meliputi supervisi akademik
yang berhubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran, supervisi akademik ini
dilakukan dengan pendekatan supervisi klinik dan supervisi manajerial yang
berhubungan dengan pengelolaan dan administrasi sekolah yang mengacu kepada 8
standar nasional pendidikan yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.14
Dengan demikian, ruang lingkup supervisi pendidikan meliputi segala aspek
yang akan memberi pengaruh pada pencapaian tujuan pendidikan. Maka dari itu, aspek-
aspek tersebut harus melalui proses supervisi.

H. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan

Prinsip berarti dasar, landasan, atau asas. Prinsip-prinsip atau asas-asas supervisi
pendidikan dapat digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan tugas supervisi.
Menurut Arikunto, supervisi dilakukan agar supervisi dapat memenuhi fungsi seperti

14
Sohiron, Op Cit., hlm.186

17
yang disebutkan sebaiknya harus memenuhi prinsip-prinsip supervisi secara umum
sebagai berikut :
1. Memberikan bimbingan dan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain dalam
mengatasi masalah dan kesulitan.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan secara langsung
3. Dalam memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya supervisor langsung
menyampaikannya dan memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi
untuk mengajukan pertanyaan dan tanggapan.
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala.
5. Sebaiknya kegiatan supervisi mencerminkan hubungan yang baik antara supervisor
dan yang disupervisi.
6. Supervisor sebaiknya membuat catatan singkat berisi hal-hal penting untuk
membuat laporan untuk berjaga-jaga agar apa yang dilakukan dan ditemukan tidak
terlupakan atau tidak hilang.15
Prinsip-prinsip di atas harus menjadi landasan bagi seorang supervisor untuk
menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dengan sebenar-benarnya agar tujuan dari
supervisi itu sendiri dapat tercapai.
Amatembun membagi prisip supervisi menjadi dua bagian:
1. Prinsip Fundamental
Supervisi pendidikan tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional
Indonesia, yaitu: pancasila, pandangan hidup dan dasar Negara Republik Indonesia.
TAP MPR RI No. IV Tahun 1978 menegaskan “Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila”.16
Dasar merupakan suatu fondasi dari sebuah bangungan yang berdiri kokoh. Jika
ada yang rusak maupun hilang maka bangunan tersebut tidak lagi menjadi kokoh
seperti sebelumnya. Oleh karena pancasila merupakan dasar atau prinsip yang paling

15
Ibid., hlm. 187
16
Ibid., hlm.188

18
fundamental, maka seorang supervisor haruslah menghayati dan mengamalkan sila-sila
pancasila yang lima agar dapat mencapai tujuan pendidikan dengan lebih mudah.
a. Harus ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaan
yang dianutnya.
2) Bersikap menghormati dan bekerja sama dengan orang-orang yang disupervisi
yang menganut kepercayaan yang lain.
3) Rukun hidup beragama dengan orang-orang yang disupervisi.
4) Bersikap menghormati dan kebebassan orang-orang yang disupervisi
menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
5) Tidak memaksakan suatu kepercayaan kepada orang yang disupervisi.

b. Harus ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab


1) Mengikuti dan memperlakukan orang-orang yang disupervisi sesuai dengan
harkat dan martabatnya.
2) Tidak membeda-bedakan suku, keturunan, jenis kelamin, agama suatu
kepercayaan orang-orang disupervisi.
3) Bersikap mencintai dan tenggang rasa terhadap orang-orang yang disupervisi.
4) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
5) Gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan.
6) Berani membela kebenaran dan keadilan.
7) Bersikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan orang-orang yang
disupevisi.

c. Harus mempunyai rasa Persatuan Indonesia yang mendalam


1) Menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan Bangsa dan Negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban bagi kepentingan Bangsa dan Negara.

19
3) Bangga akan ahasa dan Tanah Air Indonesia.
4) Memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia.

d. Harus ber-Kerakyatan yang menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat:


1) Memperhatikan dan mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
2) Tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang-orang yang disupervisi.
3) Mengadakan musyawarah sebelum mengambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama.
4) Mengambil keputusan atas dasar musyawarah.
5) Mengembangkan semangat kekeluargaan dalam musyawarah untuk mencapai
mufakat.
6) Menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah.
7) Mempercayakan wakil-wakil dalam melaksanakan musyawarah.

e. Harus ber-Keadilan Sosial


1) Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana serta
kegotongroyongan.
2) Bersikap adil terhadap orang-orang yang disupervisi.
3) Memelihara keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak-hak orang yang disupervisi.
5) Bersikap rela menolong orang-orang yang disupervisi yang memerlukan
bantuan.
6) Tidak bersifat memeras terhadap orang-orang yang disupervisi.
7) Tidak memboros dan bergaya hidup mewah.
8) Bersikap suka bekerja keras.
9) Bersikap menghargai hasil karya orang-orang yang disupervisi.17

17
Ibid., hlm.188-190

20
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, maka supervisor harus mampunyai sifat
religius dan toleransi dalam beragama, mempunyai rasa kemanusiaan terhadap orang-
orang yang disupevisinya, mempunyai rasa kesatuan dan persatuan serta
mementingkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi,
menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat serta harus berkadilan sosial.

2. Prinsip-Prinsip Praktis
Selain pancasila sebagai dasar atau prinsip yang fundamental dalam seluruh
kegiatan supervisi pendidikan, supervisor juga harus berpedoman kepada prinsip-
prinsip praktis dalam melaksanakan supervisi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Amatembun, prinsip praktis dalam supervisi terbagi menjadi dua bagian, yaitu prinsip-
prinsip negatif dan prinsip-prinsip positif.
a. Prinsip-prinsip Negatif
1) Supervisi tidak boleh bersifat memaksa dan mendesak orang-orang yang
disupervisi. Dalam memberikan isntruksi, supervisor harus menjelaskan alasan
yang mendasari tindakan-tindakan yang diambil tersebut terlebih dahulu.
2) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat atau kekuasaan pribadi.
3) Supervis tidak boleh terlepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran.
4) Supervisi tidak hanya mengenai hal-hal yang langsung terlihat.
5) Supervisi tidak hanya membahas detail cara-cara mengajar atau detail bahan-
bahan pelajaran.
6) Supervisi tidak bertujuan untuk mencari kelemahan-kelemahan, kekurangan-
kekurangan atau kesalahan-kesalahan.
7) Supervisi tidak seharusnya terlalu terburu-buru dalam mengharapkan hasil.

b. Prinsip-prinsip Positif
1) Supervisi harus konstruktif dan kreatif.

21
2) Supervisi hendaklah lebih didasarkan pada sumber-sumber kolektif dan usaha-
usaha kolektif dari kelompok daripada usaha supervisor sendiri.
3) Supervisi hendaklah lebih didasarkan pada hubungan professional daripada
hubungan pribadi.
4) Supervisi hendaklah dapat mengembangkan kesanggupan staf guru dan
karyawan dalam segi kekuatannya.
5) Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan staf guru dan karyawan serta
hubungan baik di antara mereka.
6) Supervisi hendaklah progresif, dilaksanakan secara bertahap dan penuh
ketekunan.
7) Supervisi hendaklah dimulai dengan keadaan dan kenyataan yang sebenarnya.
8) Supervisi hendaklah selalu memperhitungkan kesanggupan dan sikap-sikap
serta prasangka dari orang-orang yang disupervisi.
9) Supervisi hendaklah obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, prinsip-prinsip praktis berkaitan erat dengan


bagaimana kegiatan supervisi itu harus dilaksanakan baik itu prinsip praktis negatif
maupun positif yang mengarahkan supervisor menjadi seorang yang ahli dalam
melakukan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

I. Teknik, Strategi dan Keterampilan-keterampilan Supervisi Pendidikan

Seorang supervisor yang baik perlu menggunakan cara-cara yang baik pula
dalam melaksanakan kegiatan supervisi. Cara tersebut dikenal sebagai metode. Metode
dalam supervisi adalah suatu cara yang ditempuh oleh supervisor untuk merumuskan
tujuan yang hendak dicapai dalam supervisi pendidikan baik oleh sistem perorangan
maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri.18

18
Ibid., hlm.193

22
Menurut Sohirin dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan, teknik
supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh supervisor untuk mencapai tujuan
tertentu baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah manajerial dengan
sasaran kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan dan masalah-masalah
lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan maupun
masalah akademik dengan sasaran para guru kelas dan atau mata pelajaran untuk
memperbaiki proses pembelajaran di kelas, di laboratorium dan atau di alam bebas
serta memperbaiki pencapaian hasil belajar peserta didik.19
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik supervisi pendidikan
merupakan cara-cara mempunyai tujuan yang berhubungan dengan masalah manajerial
(pengembangan kelembagaan, peningkatan mutu pendidikan, dll) pada umumnya dan
masalah akademik (memperbaiki proses pembelajaran di kelas) pada khususnya.
Metode dalam supervisi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Metode Langsung (direct method)
Metode langsung merupakan cara pendekatan yang dilakukan oleh supervisor
secara pribadi dan langsung berhadapan dengan orang yang disupervisi. Contoh:
observasi kelas, pertemuan individual, rapat guru dan sebagainya.
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung merupakan cara pendekatan yang dilakukan oleh
supervisor melalui media atau alat komunikasi (secara tidak langsung). Contoh: radio,
televisi, surat, papan pengumuman dan sebaginya.20
Dengan demikian kegiatan supervisi yang baik haruslah menggunakan metode
dan teknik seperti yang sudah dikatakan sebelumnya agar supervisor lebih mudah
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta tujuan yang hendak dicapai
dalam supervisi.

19
Ibid., hlm. 193-194
20
Ibid., hlm.194

23
Umiarso dan Iman Gojali membagi pendekatan dalam supervisi menjadi tiga
bagian. Pertama, pendekatan direktif yaitu cara pendekatan terhadap masalah secara
langsung. Dalam hal ini, supervisor dapat memberikan arahan secara langsung yaitu
menjelaskan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur dan menguatkan. Kedua,
pendekatan tidak langsung (nondirektif) yaitu cara pendekatan terhadap masalah yang
sifatnya tidak langsung. Dalam hal ini supervisor terlebih dahulu mendengarkan apa
yang dikemukakan oleh para guru untuk selanjutnya menunjukkan permasalahan.
Perilaku supervisor adalah mendengarkan, memberanikan, menjelaskan, menyajikan
dan memecahkan masalah. Ketiga, pendekatan kolaborasi yaitu cara pendekatan yang
memadukan antara pendekatan direktif dan nondirektif menjadi sebuah pendekatan
yang baru. Pada pendekatan ini supervisor dan para guru bersama-sama dan bersepakat
untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam proses percakapan masalah yang
dihadapiPerilaku supervisor adalah menyajikan, menjelaskan, mendengarkan,
memecahkan masalah dan negoisasi.21
Dari ketiga pendekatan di atas yang paling efektif adalah pendekatan yang
ketiga. Dalam memecahkan suatu masalah dalam supervisi pendidikan seorang
supervisor haruslah mengetahui masalah yang dihadapi oleh guru-guru dengan cara
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru-guru serta melihat
masalah secara langsung di tempat kejadian untuk memudahkan supervisor dalam
memecahkan masalah tersebut.
Teknik-teknik dalam supervisi secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Teknik Perseorangan
Menurut Amatembun teknik ini dilakukan bila orang yang disupervisi dihadapi
secara individual dan biasanya dilakukan terhadap individu yang mangalami masalah
khusus atau bersifat pribadi. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengadakan kunjungan observasi.

21
Ibid.

24
b. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari dan atau mengatasi problema
siswa.
c. Membimbing guru-guru dalam hal pelaksanaan kurikulum sekolah:
1) Menyusun program-program semester.
2) Menyusun program satuan pelajaran.
3) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas.
4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran.
5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar mengajar.
6) Mengorganisasikan kegitan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler, dan
sebagainya.

2. Teknik Kelompok
Teknik ini dilakukan terhadap sekelompok orang yang diduga mempunyai
masalah yang sama sehingga dapat diatasi oleh supervisor secara bersamaan. Beberapa
kegiatan yang dapat dilaksanakan supervisor dalam menerapkan teknik ini antara lain:
a. Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings).
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions).
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training).22

Teknik-teknik yang dikemukakan sebelumnya mempunyai kriteria tersendiri


dalam pemilihannya sebagai teknik dalam supervisi pendidikan yaitu dengan melihat
masalah yang dihadapi orang yang disupervisi. Jika masalah tersebut bersifat pribadi
maka dilakukan dengan teknik perorangan untuk menjamin privasi dari masing-masing
orang yang disupervisi. Dan jika masalah yang dihadapi bersifat sama antara satu dan
yang lain maka supervisor dapat mengambil teknik kelompok untuk memecahkan
masalah tersebut agar waktu yang digunakan menjadi efektif.

22
Ibid., hlm.195-197

25
Selain metode dan teknik di atas, seorang supervisor yang baik haruslah
mempunyai keterampilan-keterampilan tertentu. Sekurang-kurangnya supervisor
memiliki keterampilan dalam kepemimpinan, proses kelompok, hubungan insani,
administrasi personil dan evaluasi pendidikan.
1. Keterampilan dalam kepemimpinan
Kepemimpinan yang baik ditandai dengan terjalinnya hubungan baik antara
pemimpin dan yang dipimpin. Menurut Sohirin dalam Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, seorang supervisor sebagai pemimpin pendidikan dalam proses
kepemimpinan, mungkin menempuh cara-cara sebagai berikut:
a. “Working on” (Bekerja di atas) yaitu supervisor menganggap fungsinya sebagai
peguasa yang menguasai, memerintah dan mengarahkan bawahannya.
b. “Working for” (Bekerja bagi) yaitu supervisor menganggap fungsinya adalah
membantu orang-orang yang disupervisinya untuk mewujudkan tujuan dari orang-
orang tersebut.
c. “Working within” (Bekerja bersama dengan orang-orang yang disupervisi) yaitu
supervisor menganggap bahwa funginya adalah membina orang-orang yang
disupervisi untuk menentukan dan melaksanakan tujuan bersama yang telah
ditetapkan.23

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam proses kepemimpinan


supervisor merupakan seorang pemimpin yang mempunyai kuasa atas orang yang
dipimpinnya sehingga muncullah tiga kemungkinan seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya. Supervisor dapat menempatkan dirinya sebagai penguasa yang
mengarahkan dan memberi instruksi sssuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Supervisor juga dapat menempatkan dirinya sebagai orang yang membantu orang yang
disupervisinya mewujudkan tujuan yang ingin dicapainya. Di sisi lain supervisor juga

23
Ibid., hlm.197-198

26
dapat menempatkan posisinya sebagai mitra yang siapa untuk bekerja sama dengan
orang yang disupervisinya dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Keterampilan dalam Proses Kelompok


Seorang supervisor harus dapat menciptakan suasana dimana supervisor
sebagai pemimpin dan orang-orang yang disupervisi sebagai orang yang dipimpin
dapat bekerja secara gotong royong. Menurut Sohirin dalam Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, supervisor yang baik di dalam proses kelompok setidaknya
mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a. Membangkitkan semangat kerja sama dalam kelompok.
b. Merumuskan tujuan yang akan dicapai secara bersama.
c. Merencanakan bersama.
d. Mengambil keputusan bersama.
e. Menciptakan tanggung jawab bersama.
f. Menilai dan merevisi bersama rencana terwujudnya tujuan yang telah ditetapkan
bersama dan sebagainya.24

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisor sebagai orang


yang memimpin orang-orang yang disupervisinya dapat bekerja sama dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini seorang supervisor dituntut agar
mempunyai kecakapan yang memudahkannya dalam melaksanakan supervisi.

3. Keterampilan dalam Hubungan Insani


Keterampilan dalam hubungan insani sangatlah penting bagi supervisor dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya sebab seorang supervisor berhubungan dengan
orang-orang yang disupervisinya. Hubungan insani dapat dibedakan menjadi:

24
Ibid., hlm.199

27
a. Hubungan Pribadi
Keterbukaan terjadi jika terjalin hubungan yang baik antar pribadi
seseorang. Dalam hal ini, pribadi menjadi perhatian yang utama.
b. Hubungan Fungsional
Hubungan ini berkaitan dengan tugas seseorang dalam melaksanakan
fungsi dan tugasnya secara professional.
c. Hubungan Instrumental
Hubungan ini kadang-kadang menganggap orang-orang yang disupervisi
sebagai alat-alat untuk memenuhi keinginan supervisor.
d. Hubungan Konvensional
Hubungan ini didasarkan pada kebiasaan atau konvensi yang berlaku,
misalnya penghargaan terhadap diri pribadi. Penghargaan terhadap diri pribadi
yang disupervisi oleh supervisor tampak jelas pada:
1) Memperhatikan mereka dan masalah-masalahnya.
2) Bersedia melayani kepentingan mereka.
3) Memberikan perhatian terhadap gagasan dan saran-saran mereka.
4) Mendorong kegiatan-kegiatan sosial guna terjalin relasi-relasi yang akrab di
antara mereka.
5) Menciptakan kondisi-kondisi kerja yang menarik dan memuaskan.
6) Mengadakan pertemuan-pertemuan yang memungkinkan mereka bertukar
pendapat dan sebagainya.25

Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara


supervisor dan orang-orang yang disupervisi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu
hubungan pribadi, hubungan fungsional, hubungan instrumental dan hubungan
konvensional yang masing-masing hubungan tersebut menggambarkan bagaimana

25
Ibid., hlm.199-201

28
seharusnya hubunganyang terjalin antara supervisor dan orang yang disupervisi baik
itu hubungan.

4. Keterampilan dalam Administrasi Personil


Keterampilan ini berkaitan dengan keahlian supervisor dalam menempatkan
seseorang pada posisi yang tepat khususnya dalam bidang administrasi personil.
Adapun orang-orang yang terlibat dalam administrasi personil adalah kepala sekolah,
staf guru baik tetap maupun tidak, karyawan tata usaha sekolah, penjaga sekolah dan
murid-murid.26
Maka dapat dikatakan bahwa supervisor tentunya harus memiliki keahlian
dalam bidang administrasi personil. Dalam hal ini supervisor menggali potensi para
staf secara maksimal agar dapat bekerja dengan sebaik-baiknya dalam bidang
administrasi personil.

5. Keterampilan dalam Evaluasi


Keterampilan ini berkaitan dengan penggunaan prosedur dan teknik-teknik
evaluasi pendidikan. Evaluasi mengandung keterampilan dalam:
a. Merumuskan tujuan kriteria-kriteria guna mempertimbangkan berbagai perubahan.
b. Mengumpulkan fakta-fakta perubahan.
c. Menetapkan kriteria-kriteria dalam menyusun pertimbangan-pertimbangan
mengenai perubahan secara wajar.
d. Merevisi rencana-rencana yang telah disusun.
Supervisor hendaklah membina orang-orang yang disupervisinya untuk menilai
aktivitas-aktivitas mereka dan mengambil keputusan-keputusan guna memperbaiki
proses-proses kelompok.27

26
Ibid., hlm.201
27
Ibid., hlm.201-202

29
Dengan demikian keterampilan dalam evaluasi memiliki peran yang sangat
penting dalam kegiatan supervisi untuk mengoreksi atau menilai setiap tindakan-
tindakan, keputusan-keputusan, maupun aktivitas-aktivitas yang diambil oleh orang-
orang yang disupervisi guna memperbaiki menuju arah yang lebih baik lagi.

J. Peranan Supervisi
Dalam buku Administrasi dan Supervisi Pendidikan karya Risnawati, Riva’i
(1982) berpendapat bahwa ada 7 peranan dalam supervisi yang dilihat dari berbagai
segi dan kegiatannya, 7 macam peranan tersebut adalah sebagai berikut:28

1. Supervisi sebagi kepemimpinan.


Kepemimpinan supervisor adalah kepemimpinan pendidikan yang membantu
perkembangan guru. Supervisor sebagai pemimpin hendaklah mempunyai
kemampuan menggerak atau mempengaruhi guru agar mau meningkatkan
kemampuan profesionalnya, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih baik
dan efektif. Tanpa adanya kepemimpinan dari supervisornya kegiatan supervisi
tidak akan efektif.

2. Supervisi sebagai inspeksi.


Dalam kegiatan supervisi diawali dengan inspeksi untuk mendapatkan informasi
mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru.
Berdasarkan data ini baru ditentukan tidak lanjut yang akan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan guru. Jadi supervisi juga berperan sebagai inspeksi.

28
Risnawati, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014),
hlm. 227-229

30
3. Supervisi sebagai penelitian.
Untuk mengetahui data lebih lanjut yang lebih objektif dan mengenai
permasalahaan yang ditemui pada waktu insveksi atau data dari laporan perlu
dilakukan penelitian. Oleh karena itu supervisi berperan sebagai penelitian.

4. Supervisi sebagai latihan dan bimbingan.


Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian akan menentukan tindakan–tindakan
apa yang dilakukan untuk pembinaan/ peningkatan kemampuan guru supaya proses
belajar mengajar menjadi lebih baik. Peningkatan kemampuan guru dilakukan
melalui latihan-latihan atau bimbingan agar menjadi lebih efektif, dalam hal itu
supervisi berperan sebagai latihan dan bimbingan.

5. Supervisor sebagai sumber dan pelayanan.


Dalam proses supervisi supervisor dapat berperan sebagai sebagai sumber
informasi sumber data, sumberpetunjuk dalam berbagai hal dalam rangka
peningkatan kemampuan professional guru .disamping itu supervisi berperan
sebagai pelayanan dalam memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan
kemampuan mereka keampuan mereka. Supervisor selalu menyediakan waktunya
membantu dan melayani guru yang memerlukan.

6. Supervisi sebagai koordinasi.


Kepala sekolah sebagai supervisor harus memimpin sejumblah guru/staf yang
masing – masingnya mempunyai tugas dan tangung jawabnya sendiri-sendiri yang
semuanya diarahkan untk mencapai tujuan sekolah, dalam pelaksanaan tugas
tersebut perlu ada kerja sama antara sesame guru dan tidak boleh ada persaingan.
Supervisor harus membagi-bagi perhatian dalam memberikan bantuan dan
peminaan kepada guru dan tetap menjaga agar setiap guru dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dalam situasi kerja yang kooperatif.

31
7. Supervisi sebagai evaluasi.
Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan situasi belajar mengajar atau
penyempurnaan pengajaran melalui peningkatan kemampuan professional guru.
Untuk mengetahui kemanpuan apa yang perlu ditingkatkan parlu ada evaluasi
sehingga program supervisi cocok engan kebutuhan guru. Disamping itu bila
latihan tetap diberikan perlu diketahui apakah kemampuan guru telah menjadi lebih
baik dari sebelumnya juga perlu dievaluasi. Oleh karena itu supervisi memang
berperan sebagai evaluasi. Banyak hal yang perlu di evaluasi dalam kegiatan
supervisi yaitu menyangkut semua komponen yang ada dalam proses belajar
mengajar.

K. Supervisor

“Pemerintah telah mengeluarkan aturan sebagai landasan yuridis bagi


pengawas sekolah. Di dalam SK Menpan Nomor 91/KEP/M.PAN/10/2001 tentang
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya adalah Pegawai Negeri
Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan pra
sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah.”29

Berdasarkan peraturan tersebut maka dapat disimpulkan bahwapengertian dari


supervisor (pengawas) adalah orang yang diberi wewenang penuh oleh pemerintah
untuk mengawasi satuan pendidikan

“Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


097/U/2002 tentang Pedoman Pengawasan Pendidikan, Pembinaan Pemuda dan
Pembina Olahraga Pasal 1 ayat 4 yang berbunyi “Pengawas adalah salah satu fungsi
manajemen untuk menjaga agar kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

29
Ibid., hlm.202

32
organisasi dalam rangka mencapai tujuan dapat berjalan dengan efektif dan efisien
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya pasal 12 berbunyi: Pengawasan teknis adalah kegiatan pengawasan


yang dilakukan oleh pengawas sekolah, penilik pada pendidikan luar sekolah,
pembinaan pemuda dan pembinaan olahraga untuk memantau, menilai dan memberi
bimbingan terhadap penyelenggaraan pendidikan, pembinaan pemuda dan pembinaan
olahraga.30

Berdasarkan peraturan di atas yang dimaksud dengan pengawas atau supervisor


adalah orang yang telah dipilih untuk mengemban tugas dan tanggung jawab secara
resmi untuk melakukan pengawasan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien dengan melakukan pantauan, penilaian,
pembinaan terhadap penyelenggaraan pendidikan dalam berbagai bidang.

Supervisi hanya dapat dilakukan oleh orang yang professional sehingga


pengawas atau supervisor merupakan orang yang diangkat oleh pemerintah untuk
mengawasi satuan pendidikan atau lembaga pendidikan secara resmi. Jika
pengertiannya dipersempit lagi maka pengawas atau supervisor adalah orang yang
berada diluar satuan pendidikan yang mengawasi pelaksanaan proses belajar dan
mengajar. Adapun orang-orang yang disupervisi tersebut antara lain kepala sekolah
dan staf guru di sekolah.31

Adapun yang dimaksud dari orang yang berada di luar satuan pendidikan adalah
orang-orang yang memang diamanahkan langsung oleh pemerintah yang tugasnya
terkhusus untuk melaksanakan supervisi atau pengawasan sehingga supervisor bukan
berasal dari satuan pendidikan.

30
Sohiron, Op Cit., hlm.202-203
31
Ibid., hlm.203

33
Supervisor yang bertugas mengawasi kepala sekolah disebut penilik. Dalam
kegiatan supervisi, penilik memiliki jabatan yang lebih tinggi daripada kepala sekolah
yang bertugas mengontrol segala kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai program
yang direncanakan atau tidak bahkan meneliti penentuan kondisi agar terciptanya
situasi belajar-mengajar yang lebih efektif dan usaha memenuhi syarat-syarat sesuai
kebutuhan.

Sementara dalam satuan pendidikan, kepala sekolah adalah jabatan yang paling
tinggi yang memiliki wewenang untuk memimpin sekolah dalam mencapai tujuannya
dan dapat bertugas sebagai supervisor bagi guru-guru pada satuan pendidikan yang
dipimpinnya.

Menurut Ngalim Purwanto dalam Sohirin mengatakan bahwa seorang


supervisor yang baik perlu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut:
1. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang berada di bawah
pengawasannya.
2. Menguasai atau mamahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan
yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
3. Berwibawa dan memiliki kecakapan praktis tentang teknis-teknis kepengawasan.
4. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati.
5. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah
disusun.32
Dari uraian di atas sudah jelas bahwa supervisor harus menguasai dan
berpengetahuan luas tentang apa yang diawasinya yaitu kegiatan pembelajaran di
sekolah yang berjalan dengan baik atau tidak. Untuk itu supervisor harus dapat mencari
solusi dari permasalahan-permasalahan yang timbul jika situasi pendidikan tidak
berjalan dengan baik.

32
Ibid., hlm. 205

34
Menurut Daryanto dalam Sohiron menyebutkan syarat-syarat supervisi yang
baik dilihat dari sisi kepribadiannya adalah sebagai berikut:
1. Ia harus mempunyai keprimanusiaan dan solidaritas yang tinggi, dapat menilai
orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya serta dapat bergaul dengan baik.
2. Ia harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-sungguh semua
kepercayaan yang diberikan oleh orang-orang yang berhubungan dengannya.
3. Ia harus berjiwa optimis yang berusaha mencari yang baik, mengaharapkan yang
baik dan melihat segi-segi yang baik.
4. Hendaknya bersifat adil dan jujur sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh
penyimpangan manusia.
5. Hendaknya ia cukup tegas dan obyektif (tidak memihak) sehingga guru-guru yang
lemah dalam stafnya tidak hilang dalam bayangan orang-orang yang kuat
pribadinya.
6. Ia harus bejiwa terbuka dan luas sehingga lekas dan mudah dapat memberikan
pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi yang baik.
7. Jiwanya yang terbuka tidak boleh menimbulkan prasangka terhadap seseorang
untuk selama-lamanya hanya karena suatu kesalahan saja.
8. Ia henddaknya sedemikian jujur, terbuka dan penuh tanggung jawab.
9. Ia harus cukup taktik sehingga kritiknya tidak menyinggung orang lain.
10. Sikapnya yang bersimpati terhadap guru-gurunya tidak akan menimbulkan depresi
dan putus asa pada anggotanya.
11. Sikapnya harus ramah, terbuka dan mudah dihubungi sehingga guru-guru dan siapa
saja yang memerlukannya tidak akann ragu-ragu untuk menemuinya.
12. Ia harus dapat bekerja dengan tekun dan rajin serta teliti sehingga merupakan
contoh bagi anggota stafnya.
13. Personel appereance terpelihara dengan baik sehingga dapat menimbulkan respect
dari orang lain.

35
14. Terhadap murid-murid ia harus mempunyai perasaan cinta sedemikian rupa
sehingga ia secara wajar dan serius mempunyai perhatian terhadap mereka.33
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dasi sisi
kepribadian supervisor harus memiliki sifat-sifat dan sikap-sikap yang tentunya akan
memberikan pengaruh yang baik terhadap jalannya supervisi pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

L. Supervisi Klinis

Dalam KBBI, kata “klinis” berarti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan


klinik. Dalam istilah supervisi, klinis berkaitan langsung dengan pengajaran karena
pelaksanaannya lebih ditekankan untuk mencari sebab musabab atau kelamahan yang
terjadi dalam proses belajar-mengajar.

Menurut Ngalim Purwanto dalam Sohiron menyebutkan di dalam supervisi


klinis cara “memberikan obat” setelah supervisor melakukan pengamatan langsung
terhadap cara guru mengajar dengan mengadakan diskusi balikan antara supervisor
dengan guru yang bersangkutan. Diskusi balikan adalah diskusi yang dilakukan segera
setelah guru selesai mengajar dan bertujuan untuk memperoleh balikan tentang
kebaikan maupun kelemahan yang terdapat selama guru mengajar serta bagaimana
usaha untuk memperbaikinya.

Selanjutnya Cogan dalam Saiful Sagala dalam Sohiron mengatakan supervisi


klinis adalah upaya yang dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki
performasi guru di kelas, dengan tujuan untuk mengembangkan profesionalisme guru
dan perbaikan pengajaran.34

33
Ibid., hlm. 205-207
34
Ibid., hlm. 207-208

36
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah
kegiatan supervisi yang mengadakan hubungan secara intens, berlanjut dan matang
untuk membantu para guru melaksanakan tugas professionalnya dengan cara
memberikan diskusi balikan yang berkaitan langsung dengan proses belajar-mangajar
dan berusaha mencari penyelesaian dari masalah-maslah yang muncul dengan tujuan
menjamin kualitas pelayanan belajar.

Menurut Mukhtar dan Iskandar dalam Sohiron menyebutkan bahwa istilah


klinis merujuk kepada unsur-unsur khusus sebagai beriku:
1. Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dan guru di dalam proses supervisi.
2. Fokus pada tingkah laku guru di dalam kelas.
3. Obsevasi secara cermat.
4. Pendeskripsian data observasi secara terperinci.
5. Supervisor dan guru secara bersama-sama menilai penampilan guru.
6. Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan penampilan guru.35

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa unsur-unsur khusus yang


terdapat pada supervisi klinis mengindiksikan adanya hubungan intens dan
berkelanjutan antara supervisor dan orang yang disupervisi (guru) serta melakukan
observasi dengan data yang terperinci.

1. Tujuan dari Supervisi Klinis antara lain adalah:


a. Tujuan Umum Supervisi Klinis
Tujuan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan guru agar benar-benar
menjadi professional dalam melaksanakan tugasnya untuk memerangi kemerosotan
dalam pendidikan dengan cara memperbaiki cara mengajar di kelas.
b. Tujuan Khusus Supervisi Klinis

35
Ibid., hlm.208-209

37
Di samping memiliki tujuan umum, supervisi klinis mempunyai tujuan-tujuan
khusus antara lain:
1) Menyediakan hasil pengamatan yang objektif dari kegiatan guru yang baru saja
mereka lakukan.
2) Mendiagnosis permasalahan yang ada pada guru saat mengajar, sehingga bisa
memecahkan atau membantu masalah mereka.
3) Membantu guru mengembangkan keterampilan mengajar mereka.
4) Landasan untuk menilai guru dari bidang kemajuan pendidikan, jabatan, dan
pekerjaan mereka.
5) Mengembangkan sikap positif guru secara terus menerus dalam karier dan profesi
mereka.
6) Memerhatikan kebutuhan guru.
7) Perhatian utama pada kebutuhan guru.
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam supervisi
pendidikan supervisor memliki tujuan khusus yaitu melakukan diskusi balikan,
memecahkan maslah-masalah yang dihadapi, mengembangkan keteramppilan dan
sikap-sikap positif guru dan memerhatikan kebutuhan guru untuk menunjang
keprofesionalnnya.

2. Karakteristik Supervisi Klinis


Dalam buku Administrasi Pendidikan Kontemporer, Syaiful Sagala
mengatakan bahwasanya agar arah yang ditempuh sejalan dengan rencana program
yang ditentukan, supervisor dan guru perlu memandu pelaksanaan supervisi klinis
dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Guru harus mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik
agar proses pembelajaran menjadi lebih baik.
b. Supervisor memiliki fungsi utama, yakni mengajarkan berbagai keterampilan yang
sesuai kepada guru dan calon guru, yaitu:

38
 Keterampilan mengamati dan memahami proses pengajaran analitis.
 Keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-
bukti pengamatan yang jelas dan tepat.
 Keterampilan dalam kurikulum, pelaksanaannya, serta percobaannya.
 Keterampilan dalam mengajar.
c. Tahapan dalam merencanakan, mengajar, dan menganalisis merupakan suatu
komunitas dan dibangun atas dasar pengalaman masa lampau.
d. Berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya pengajaran.
e. Guru memiliki kebebasan, tanggung jawab, mengajar dan mengembangkan gaya
mengajarnya.
f. Supervisi memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menganalisis maupun
mengevaluasi cara mengajar guru.
g. Fokus supervisi klinis adalah sebagai berikut:
 Dalam perencanaan dan analisis, fokus supervisi klinis adalah pegangan dalam
pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang objektif.
 Memperbaiki cara guru melaksanakan tugas mengajar bukan mengubah
kepribadian guru.
 Mengajar dengan tidak banyak keterampilan, memiliki arti vital bagi
pendidikan dan dapat diubah bila perlu.
 Memberi penguatan pada tingkah laku yang belum sukses.
 Didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas penilaian yang tidak
didukung oleh bukti nyata.36

3. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis


Menurut Piet Suharian dalam Mukhtar dan Iskandar dalam Sohiron
mengatakan adapun prinsip yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

36
Syaiful Sagala, Op Cit., hlm.

39
a. Dilakukan atas dasar inisiatif dari para gurudan supervisor bersikap demikian teknis
agar guru-guru terdorong untuk meminta bantuan kepada supervisor.
b. Menciptakan hubungan yang manusiawi, interaktif dan penuh rasa kesejawatan.
c. Menciptakan suasana yang bebas dan berani dalam mengungkapkan apa yang
dialaminya dan supervisor berusaha menjawab dan menemukan solusinya.
d. Objek kajian adalah kebutuhan professional guru yang riil tentunya yang mereka
alami.
e. Memperhatikann unsur-unsur yang spesifik untuk diperbaiki.37

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam prinsip-prinsip


supervisi klinis menghendaki adanya hubungan yang terbuka antara supervisor dan
dan para guru. Maksudnya adalah guru terbuka tentang masalah-masalah yang
dialaminya dan meminta bantuan kepada supervisor dengan kemaunnya sendiri (tanpa
paksaan) dan di sisi lain supervisor merespon dengan baik terhadap masalah-masalah
tersebut dan secara bersama-sama membuat kesepakatan tentang solusi penyelesaian
dari masalah tersebut demi menunjang keprofesionalan seorang guru.

4. Kelebihan Supervisi Klinis


Kebaikan dari pelaksanaan supervisi klinis adalah sebagai berikut:
a. Dapat dipakai untuk memperbaiki kinerja guru-guru yang sangat lemah kinerjanya.
b. Karena perbaikan dilakukan secara intensif mengakibatkan kelemahan-kelemahan
yang dihadapai berkurang satu-persatu.
c. Proses memperbaiki kelemahan dilakukan secara mendalam seperti merefleksi
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan supervisor
mengobservasi secara mendalam bahkan merekam dalam bentuk video.

37
Sohiron, Op Cit., hlm. 211

40
d. Memperbolehkan guru-guru yang lain mendengarkan dan mengetahui proses
penyelesaian kelemahan-kelemahan guru yang disupervisi dalam diskusi balikan.38
Dapat dikatakan bahwa perbaikan secara intensif dan mendalam terhadap
masalah-masalah yang dihadapi akan memberikan hasil yang optimal sehingga
masalah-masalah tersebut dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.

5. Kelemahan Supervisi Klinis


Adapun kelemahan-kelemahan dari supervisi klinis antara lain membutuhkan
biaya yang banyak, waktu yang lama, menyita pikiran serta tenaga yang besar. 39
Untuk mendapatkan sesuatu yang optimal memang harus mengorbankan uang,
waktu dan tenaga yang kita miliki. Namun, jikakelemahan-kelemahan tersebut dapat
diminimalisisr maka tidak ada salahnya kita menggunakan cara yang tepat dalam
menyelesaikan problema pendidikan yaitu supervisi klinis.

M. Program dan Evaluasi Supervisi Pendidikan

Menurut Sohiron dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Program


supervisi pendidikan adalah suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang erat
hubungannya satu sama lain dan seluruhnya terarah kepada tercapainya tujuan
supervisi pendidikan. Untuk membantu seorang supervisor dalam menyusun program
supervisi pendidikan, ada beberapa pertanyaan antara lain:
1. Apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki situasi pendidikan atau pengajaran
di sekolah atau kelompok sekolah lain?
2. Sejauh mana supervisor baik melaui usaha-usahanya sendiri maupun bersama
rekan-rekannya dapat berkontribusi dalam hal perbaikan?

38
Ibid., hlm. 212
39
Ibid., hlm. 213

41
3. Daya upaya, alat-alat atau teknik supervisi apa yang sesuai untuk menyukseskan
perbaikan ini?40
Dari pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa program supervisi pendidikan
akan membahas tentang tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki situasi
pendidikan, kontribusi supervisor terhadap perbaikan dan alat-alat atau teknik supervisi
yang sesuai untuk melakukan perbaikan.
Program supervisi pendidikan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya
tidaklah sama dikarenakan adanya perbedaan dalam hal staf guru, sarana dan prasarana
pendidikan, finansial, masyarakat setempat dan sebagainya.41 Hal tersebut
mengindikasikan bahwa program supervisi pendidikan menangani secara khusus
masalah-masalah yang dihadapi di sekolah dengan segala faktor yang
mempengaruhinya dan akan berbeda penanganannya jika objeknya adalah sekolah
yang berbeda.

Adapun elemen-elemen atau unsur-unsur suatu program supervisi yang baik


adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi aspek-aspek terkait dengan kebutuhan dan relevansinya terhadap
situasi. Relevansi dapat ditentukan dengan suatu penelaahan yang seksama
terhadap program intruksional berdasarkan pada informasi yang dipercaya melalui
hasil tes yang telah terstandarisasi, hasil tes susunan guru sendiri, partisipasi murid
dalam pelajaran, penyelesaian tugas-tugas dan sebagainya.
2. Perumusan tujuan-tujuan program. Dalam rangka perumusan tujuan secara
seksama maka hendaklah diperhatikan agar tujuan-tujuan itu dinamis (tindakan
yang dapat dilaksanakan), achievable (dapat tercapai dengan menggunakan fasilitas
yang ada), development (berarah kepada hasil yang lebih tinggi) dan limited
(jumlah kegiatan yang terbatas).

40
Ibid., hlm. 214
41
Ibid.

42
3. Penentuan aktivitas-aktivitas seperti observasi kelas, pembicaraan individual, rapat
supervisi, workshop atau seminar dan sebagainya.
4. Perumusan kriteria-kriteria evaluatif. Untuk menentukan sejauh mana perbaikan
atau peningkatan telah terlaksana, maka supervisor perlu menetapkan kriteria-
kriteria evaluasinya. Dalam hal ini evaluasi dihubungkan dengan tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan bagi program.42
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa supervisi akan
terlaksana dengan baik jika diprogram atau direncanakan dengan baik pula dengan
mengacu kepada unsur-unsur yang merupakan acuan dalam penyususnan program
supervisi pendidikan.
Dalam melaksanakan program supervisi maka diperlukan evaluasi yang
dimaksudkan untuk mengetahui sudah sejauh mana program dilaksanakan serta
pencapaian tujuan pelaksanaan program demi tercapainya tujuan supervisi.

Menurut Amatembun dalam Sohiron mengatakan bahwa evaluasi program


supervisi terkait dengan:
1. Menilai keefektifan program setiap saat.
2. Mengkalkulasi kemajuan-kemajuan sehubungan dengan tujuan-tujuan yang dicita-
citakan.
3. Mencatat hambatan dan kesulitan yang dialami.
4. Menyarankan modifikasi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan situasi
baru dan sebagainya.43
Maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang dilakukan pada dasarnya
bertujuan untuk menjamin kelancaran dari kegiatan supervisi pendidikan yang telah
dilakukan agar tetap dalam jalur untuk menuju tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

42
Ibid., hlm. 215-216
43
Ibid., hlm. 216

43
N. Supervisi Pengajaran dengan Manajemen Emosi
Dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan karya Risnawati, Goleman
mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi, serta mengatur keadaan jiwa. Seandainya supervisor tidak
mampu menguasai emosinya kemungkinan besar hal ini akan berdampak pada
pelayanan atau bimbingan serta bantuan yang diberikannya.
Komponen kecerdasan emosional menurut Golmen adalah kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Kesadaran diri yaitu
mengetahui apa yang dirasakan pada
suatu kondisi, dan menggunakan perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan diri
sendiri. Indikatornya realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
Pengaturan diri merupakan kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif
kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kepuasan
sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

Motivasi dalam kecerdasan emosional ini merupakan penggunaan hasrat untuk


menuju sasaran, menuntun dan membantu dalam mengambil inisiatif dan bertindak
sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frutasi. Empati merasakan
apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-
macam orang. Keterampilan sosial, menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang
lain dan cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan
keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan
menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dalam tim.
Selanjutnya Martin menyatakan para pekerja yang berhubungan dengan
banyak orang dan menerapkan kecerdasan emosional dalam pekerjaan terbukti lebih
sukses. Sebab mereka lebih berempati, komunikatif, lebih humoris, dan lebih peka akan
kebutuhan orang lain. Demikian juga dengan supervisor yang berhadapan dengan guru-

44
guru yang akan dicontoh dan diteladani oleh siswa-siswinya serta masyarakat
sekitarnya. 44
Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
ini sangat diperlukan oleh supervisor karena tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan
supervisi pendidikan merupakan hubungan sosial yaitu dalam hubungannya dengan
guru-guru dalam kegiatan supervisi pendidikan agar supervisor dapat menyelesaikan
kendala-kendala yang dialami guru dalam proses belajar-mengajar dengan efektif baik
berupa bantuan maupun bimbingan untuk mencapai kualitas pembelajaran yang baik.
Beberapa hal tersebut, hendaknya dipahami dan dihayati oleh supervisor agar
kinerja supervisor dalam membantu guru dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Uraian berikut ini mencoba mengkaji kegiatan supervisi pengajaran berbasis
kecerdasan emosional terutama supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah.

1. Problema Supervisi Pengajaran


a. Layanan supervisi lebih menonjolkan kekuasaan (power) daripada keahlian
(expert)
Pengawas sekolah supervisor memandang dirinya sebagai seorang yang
memiliki kekuasaan penuh (full powers) dengan mengabaikan peran sebagai
seorang ahli (expert) sehingga dalam pelaksanaan supervisi guru merasa takut
dan tertekan. Misalnya, observasi kelas dan wawancara yang dilakukan
supervisor dapat menyebabkan berbagai bentuk kecemasan atau ketakutan bagi
guru, bahkan dapat membawa dampak pengalaman traumatik bagi beberapa guru.
Hal ini disebabkan karena supervisor merasa memilki banyak kelebihan dari
guru terutama dalam hal usia, masa kerja, dan pangkat. Pandangan ini menyeret
pengawas sekolah untuk menjalankan “inspeksi”, yaitu kegiatan yang cendrung

44
Risnawati, Op. Cit., hlm. 257-258

45
mencari-cari kesalahan guru tanpa memberikan bantuan untuk memperbaiki
kelemahan yang ada.45
Maka dapat disimpulkan bahwa pengawas sekolah (supervisor) sudah
menyalahi dalam hal kekuasaan yang mengakibatkan kegiatan supervisi tidak
berjalan dengan lancar karena membuat para guru menjadi tertekan saat
dilakukan kegiatan supervisi, padahal kegiatan supervisi merupakan kesempatan
bagi guru untuk berkerja sama dengan supervisor dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.

b. Lemah dalam pengendalian diri


Seseoarang yang lemah dalam pengendalian emosi, ketika menghadapi sikap
dan prilaku guru yang dianggap ”menyakitkan”, pada dirinya akan mudah terjadi
emotional hijacking. Misalnya, seoarang supervisor memarahi guru di depan guru
lainnya dengan suasana emosi tinggi sambil melontarkan kata-kata yang kurang
enak kepada guru. Ketidakmampuan pengawas sekolah untuk keluar dari kemelut
jernih sehingga ia mengambil keputusan yang tidak baik bagaikan seseorang yang
memiliki emotional illiteracy.46
Maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian diri yang lemah dalam
menghadapi sikap-sikap guru yang tidak sesuai harapan disebabkan oleh tidak
adanya manajemen emosi dalam diri supervisor.

c. Kritik yang tidak membangun


Tidak jarang terjadi dalam melaksanakan tugas supervisi, karena kurang
memiliki seni mengkritik, pengawas sekolah memberikan kritik tajam yang tidak
membangun kepada para guru. Kritik tajam bersifat menyerang karakter ,tertuju
kepada kepribadian, bukan perbuatan sehingga memberikan pengaruh emosional

45
Ibid.,hlm.258
46
Ibid.,hlm.259

46
yang jauh lebih merusak dari pada kritik yang berdasarkan nalar. Apabila ini
terjadi dalam pelaksanan supervisi, maka jangan diharapkan guru akan bersedia
melakukan perubahan bahkan sangat memungkinkan terjadi konflik
berkepanjangan.47
Maka dapat disimpulkan bahawa dalam memberikan kritik dan saran,
seorang supervisor haruslah mempunyai kemampuan dalam mengkritik ataupun
memberi saran agar tepat sasaran demi terwujudnya kearah yang lebih baik bukan
sebaliknya.

d. Kurang terampil membangun hubungan sosial


Adanya praktik profesi yang dilakukan pengawas sekolah yang belum sesuai
dengan apa yang diharapkan guru, merupakan akibat dari kurang terampilnya
pengawas sekolah membangun hubungan sosial dengan baik. Padahal keaktifan
pelaksananan tugas pengawas sekolah sebagai supervisor antara lain dipengaruhi
oleh kualitas hubungan sosial (komunikasi) yang dilakukan. Ini berarti bahwa
untuk mencapai kesuksesan dalam melaksanakan tugas supervisi sekolah, di
samping menguasai keterampilan konseptual dan teknis, seorang supervisor perlu
memiliki keterampilan membangun hubungan sosial atau berinteraksi dengan
orang lain.48
Maka dapat disimpulkan bahwa kunci sukses dari kegiatan supervisi bukan
hanya keterampilan akan konsep-konsep dan teori-teori saja melainkan
prakteknya dalam hubungan sosial.

e. Iklim sekolah kurang kondusif


Dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Costa bependapat bahwa
kunci sukses manajemen termasuk bidang pendidikan adalah penciptaan

47
Ibid.,hlm.259
48
Ibid.,hlm.259-260

47
lingkungan yang kondusif untuk memberdayakan potensi berpikir iklim sekolah
yang kondusif mampu mengembangkan kemampuan berfikir guru yang pada
gilirannya dapat ditularkan kepada siswa. Costa mengemukakan beberapa
indikasi dari keadaan tersebut yaitu (1) guru terisolasi dan posisinya menjadi
objek yang paling lemah dalam birokrasi (2) kemampuan mengajar direduksi
kedalam format dan langkah yang seragam (3) prestasi siswa kurang digunakan
sebagai alat refleksi dan perbaikan dan (4) inovasi pendidikan kurang menyentuh
guru, sementara praktik birokrasi itu sendiri tidak berubah.
Maka dapat disimpulkan bawa iklim sekolah yang kondusif menjadi sangat
penting karena dapat mendukung kegiatan supervisi dalam mengembangkan
keterampilan para guru.

2. Supervisi yang Efektif


Supervisi pengajaran yang efektif dapat dilihat dari ketercapaian tujuan
supervisi itu sendiri yaitu untuk menigkatkan kualitas pembelajaran melalui
pemberian bantuan dan bimbingan kepada guru sehingga tercipta situasi belajar
mengajar yang lebih baik
Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa keterlaksanaan dan
keberhasilan aktualisasi didukung oleh persepsi, respon dan sikap positif para
guru terhadap supervisi itu sendiri. Selanjutnya, ia mengolaborasi ciri-ciri
supervisi yang efektif berdasarkan kajian Neagley dan Evans , yaitu: (a) harus
didasarkan atas prinsip-prinsip yang sesuai dengan perubahan sosial dan
dinamika kelompok, (b) para guru harus lebih menghargai dan menilai secara
positif prilaku supervisor yang “hangat”, saling percaya, bersahabat, dan
menghargai guru, (c) supervisor menunjukkan sifat membantu dan menyediakan
model-model pengajaran yang efektif, (d) supervisor memberikan peran serta
yang cukup tinggi kepada guru untuk pengambilan keputusan-keputusan dalam
wawancara supervisi, (e) supervisor seharusnya menciptakan iklim

48
organisasional yang terbuka sehingga memungkinkan pemantapan hubungan
yang saling menunjung.49
Maka dapat disimpulkan bahwa supervisi yang efektif ditandai dengan
terjalinnya hubungan antara guru dan supervisor yang saling bekerja sama dalam
hal mningkatkan kualitas pembelajaran. Adanya sikap poitif dalam mengemban
tugas baik guru maupun supervisor semakin memudahkan kegiatan supervisi
yang efektif.

3. Supervisi Pengajaran Perspektif Kecerdasan Emosional


Dalam melaksanakan kegiatan supervisi, pengawas sekolah sebagai
supervisor akan berhubungan dengan para guru yang memiliki keberagaman,
oleh karena itu agar supervisor berhasil melaksanakan tugas dengan baik, ia
memerlukan kecerdasan emosional (emotional intelligence), menguasai
keterampilan konseptual (conceptual intelligence), menguasai keterampilan
konseptual (conceptual skill) dan keterampilan teknis (technical skill).
Kecerdasan emosional, yang berperan sebagai meta-ability, berkaitan
dengan kecakapan pribadi yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan
hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, dan kecakapan sosial yang
mencakup empati, kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kebutuhan orang
lain. Hal ini dipandang oleh Garner sebagai suatu inteligensi personal (personal
intelligences) yang meliputi: (a) intrapersonal intelligence, yang sangat
dibutuhkan dalam memahami diri sendiri dan mempertajam kepekaan seseorang
akan suasana hati dan kecakapannya sendiri, dan (b) interpersonal intelligence,
yang digunakan untuk memahami prilaku, perasaan, dan motivasi orang lain.

49
Ibid.,hlm.261

49
a. Pengendalian diri dalam praktik supervisi
Pengendalian diri diperlukan supervisor terutama pada saat menghadapi
sikap dan prilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengendalian
diri merupakan kemampuan ‘berkata tidak” kepada dorongan perasaan yang
terlalu menggelora yang terutama terwujud dalam ketiadaan api-api emosi yang
lebih mencolok.50
Hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam
hubungan antara supervisor dan guru dalam kegiatan supervisi dan agar
hubungan mereka tetap berlangsung baik demi kelancaran supervisi.

b. Kritik yang membangun


Beberapa kelemahan berkenaan dengan pelaksanaan tugas guru yang ditemui
dalam pelaksanaan supervisi perlu diperbaiki agar kualitas pembelajaran dapat
ditingkatkan. Ini dilakukan dengan cara memberikan kritik yang membangun
sehingga guru menjadi termotivasi untuk melakukan perubahan yang disarankan.
Harry Levinson mengemukakan seni mengkritik sehingga yang disampaikan
bersifat membangun, yaitu (1) langsung pada sasaran, (2) tawarkan solusi, (3)
lakukan secara tatap muka, (4) peka terhadap situasi yang terjadi.51
Seni dalam mengkritik menjadi sangat penting agar kritik yang diberikan
tepat sasaran yaitu menggiring suatu hal ke arah yang lebih baik lagi.

c. Mempengaruhi emosi guru


Agar berhasil menjalankan tugas sebagai supervisor, pengawas sekolah
memerlukan kemampuan seni mepengaruhi guru dengan baik. Ini mempengaruhi
penanganan emosi secara efektif kepada orang lain dengan menggunakan
keterampilan mengirim sinyal-sinyal emosi sehingga seseorang menjadi

50
Ibid.,hlm.262
51
Ibid.,hlm.263

50
“Communicator” yang hebat. Seni mempengaruhi orang lain juga diperlukan
supervisor dalam memimpin guru-guru. Sebab, keefektifan supervisi berkaitan
dengan sifat kepemimpinan yang dimilki supervisor. Kepemimpinan dipandang
sebagai aspek penting dari pekerjaan supervisor yang mempunyai tanggaung
jawab atas kualitas kinerja dari guru-guru yang dipimpinnya.

d. Berempati dalam membimbing guru


Empati merupakan salah satu wujud dari kecerdasan sosial seseorang yang
berfungsi sebagai radar sosial, dengan empati seseorang dapat mengendalikan
emosi orang lain. Supervisi yang dilakukan dengan empati dapat mengatasi
kecemasan yang dialami guru misalnya pada saat melakukan observasi kelas,
wawancara individual, dan pertemuan kelompok.
Dalam interaksi tersebut, supervisor perlu memiliki kecakapan untuk
memahami guru yaitu kemampuan mengindera perasaan dan perspektif guru
serta secara aktif menunjukkan minat terhadap kepentingan-kepentingan mereka.
Kecakapan itu menyangkut kemampuan: (1) memperhatikan isarat emosi dan
mendengarkan dengan baik, (2) menunjukkan kepekaan dan memahami
perspektif orang lain, (3) membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan
dan perasaan orang lain.
Untuk mengujikan supervisi pengajaran berbasis kecerdasan emosional, perlu
dilakukan pelatihan kecerdasan emosional bagi pengawas dan calon pengawas sekolah
yang telah lulus seleksi dengan materi yang ditekankan pada peningkatan kecakapan
pribadi dan kecakapan sosial. Pelatihan kecerdasan emosional bagi pengawas sekolah
ini harus dilakukan secara ”profesional” sehingga target penguasaan percakapan
tersebut dapat diwujudkan dengan baik dan orientasi kepemilikan “sertifikat” pelatihan
dapat ditinggalkan. 52

52
Ibid.,hlm.263-165

51
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-
mengajar yang lebih baik. Orang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor.
Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut
bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran
supervisi diartikan pula pembinaan guru.
Tujuan supervisi pendidikan ialah mengembangkan situasi belajar mengajar
yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Fungsi dan
tujuan supervisi pendidikan diantaranya adalah Sebagai arah pendidikan,tujuan sebagai
titik akhir, tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain. Dalam hal ini, tujuan
pendidikan yang satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Supervisi memiliki tujuan yang sangat penting untuk dicapai, oleh karena itu
supervisi tentunya memiliki manfaat yang sangat penting. Diantara manfaat supervisi
adalah Mengkoordinasi semua usaha sekolah, Memperlengkapi kepemimpinan sekolah,
Memperluas pengalaman guru, Menstimukasi usaha-usaha sekolah yang kreatif,
Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus dan masih banyak lagi manfaat atau
fungsi supervisi pendidikan tersebut. Selain memiliki tujuan dan fungsi, supervisi juga
memiliki prinsip dasar dalam proses pelaksanaannya.
Adapun supervisi pendidikan dengan manajemen emosi adalah supervisi dengan
menggunakan kecerdasan emosional yang berguna untuk memperlancar kegiatan
supervisi terutama dalam hubungan antara supervisor dan orang yang disupervisi (guru).

52
B. Saran

Setelah membaca dan menguraikan tentang makalah ini, saran yang dapat
diberikan adalah :
1. Perlunya kita mengetahui apa yang dimaksud dari supervisi pendidikan.
2. Perlunya mengetahui permasalahan dan proses yang ada dalam supervisi
pendidikan.
3. Perlunya memahami tujuan, sasaran dan fungsi dari supervisi pendidikan.
4. Perlunya kita memahami prinsip, teknik, strategi dan keterampilan dalam supervisi.
5. Perlu mengetahui apa tugas dan tanggung jawab dari supervisor.
6. Perlu mengetahui bagaimana supervisi pendidikan di sekolah.
7. Bagaimana cara mengatasi apabila terjadi permasalahn dalam supervisi pendidikan,
dan
8. Berusaha mendapatkan ilmu yang lebih lagi.

53
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara, Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, Soreang: Alfabeta,


2010.

Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rosda,


1987.

Risnawati, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Aswaja


Pressindo, 2014.

Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung:


ALFABETA cv, 2012.

Sohiron, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Pekanbaru: Adefa Grafika,


2015.

Suhardan, Dadang, Supervisi Profesional, Bandung: Alfabeta, 2010.

54

Anda mungkin juga menyukai