BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar pembaca tahu tentang:
1. Pengertian supervisi pendidikan.
2. Ruang lingkup supervisi pendidikan.
3. Peran kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Kata supervisi dapat diartikan dari sisi etimologis (asal kata), morfologis (bentuk
kata) serta arti semantik (arti menurut istilah). Secara etimologis, kata supervisi berasal dari
bahasa Inggris supervision, yang artinya pengawasan.[2] Supervisi pendidikan berarti
kepengawasan dalam bidang kependidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut
supervisor atau pengawas.
Secara morfologis, supervisi terbentuk dari dua kata “super” yang berarti atas atau
lebih, dan “visi” yang berarti lihat, tilik atau awasi.[3] Seorang supervisor memang
mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada orang-orang
yang disupervisinya, tugasnya adalah melihat, menilik, atau mengawasi orang-orang yang
disupervisinya itu.[4]
Sedangkan arti supervisi dari sisi semantik telah dirumuskan banyak ahli. Berikut ini
dikemukakan beberapa pendapat ahli sebagai bahan komparasi.
Adams dan Dickey dalam Basic Principles of Supervision mendevinisikan supervisi
sebagai pelayanan khusus yang menyangkut pengajaran dan perbaikannya.
“Supervision is a service particularly conserned with instruction and it’s
improvement”.[5]
Wiles dalam bukunya Supervision for Better Schools secara singkat merumuskan
supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
“Supervision is assistance in the development of a better teaching –
learning situation”.[6]
Boardman dalam bukunya Democratic Supervision in Secondary School seperti yang
dikutip Muwahid Shulhan mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu usaha menstimulasi,
mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik
secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi dan
membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu serta mampu dan lebih cakap
berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.[7]
Dari berbagai rumusan supervisi pendidikan di atas dapat disimpulkan, bahwa
supervisi pendidikan adalah layanan khusus berupa bantuan yang diberikan kepada para guru
baik secara individu maupun bersama untuk memperbaiki pengajaran.
B. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan meliputi dua macam supervisi yaitu supervisi akademis dan
supervisi administrasi. Supervisi akademis adalah kegiatan pembimbingan yang ditujukan
untuk memperbaiki kondisi baik personal maupun material yang memungkinkan terciptanya
situasi pembelajaran yang lebih baik demi terciptanya tujuan pendidikan. Supervisi
administrasi yaitu pada pelaksanaannya hanya difokuskan pada penampilan mengajar guru
(terpusat pada guru) yang meliputi aspek kemampuan mengajar guru yang terkandung di
dalamnya kemampuan mengatur perencanaan pembelajaran, kemampuan mengajar materi
pelajaran dan personal sosial atau pergaulan dengan siswa.[8]
Secara lebih terperinci supervisi yang dilakukan kepala sekolah meliputi bidang-
bidang berikut:
1. Supervisi Bidang Kurikulum
Supervisi bidang kurikulum adalah pengendalian atau kontrol terhadap
penyelenggaraan kurikulum sehingga dapat menjamin mutu pendidikan di sekolah. Kegiatan
pengendalian dimaksud dalam supervisi kurikulum adalah terhadap proses dan hasil yang
dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
Peran yang diharapkan dari supervisi bidang kurikulum tersebut adalah :
Ø Sebagai salah satu sumber informasi bagi kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan
lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi kurikulum sehingga dapat
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran;
Ø Sebagai fasilitator dan bahakan pembimbing yang membnatu kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya dalam mengatasi kekurangan dan hambatan, serta memanfaatkan
peluang dan tantangan yang dihadapi dalam mengoptimalkan implementasi kurikulum;
Ø Sebagai motivator yang dengan cara cerdas, arif dan efektif mengupayakan agar kepala
sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya semakin meningkatkan kompetensinya
menjabarkan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran;
Ø Sebagai aparat pengendali mutu penyelengaraan pendidikan di sekolah melalui peningkatan
mutu implementasi kurikulum yang secara periodik dan sistematik, mengecek, menganalisis,
mengevaluasi, dan mengarahkan serta mengambil tindakan yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan kondusif bagi tercapainya mutu pendidikan.
Dalam evaluasi penyelenggaraan bidang kurikulum, aspek yang diutamakan meliputi :
aspek perencanaan, aspek pelaksanaan (implementasi), dan aspek evaluasi proses dan hasil.
a. Aspek Perencanaan.
Merupakan suatu kegiatan penjabaran terhadap kurikulum nasional/kurikulum inti dengan
mempertimbangkan aspek kebutuhan lokal dengan memperhatikan faktor-faktor :
karakteriktik kurikulum yang mencakup ruang lingkup kurikulum dan kejelasannya bagi
pengguna di lapangan; strategi implementasi yaitu suatu model penerapan kurikulum dan
kegiatan lainnya yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan; serta
karakteristik pengguna kurikulum yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru
terhadap kurikulum, dan kemampuannya untuk merealisasikannya dalan suatu sistem
perencanaan. Adapun tahap-tahap kegiatan perencanaan kurikulum adalah: (1) Penelaahan
Kalender Pendidikan; (2) Penelaahan Kurikulum, yakni kegiatan analisis terhadap kurikulum
nasional/kurikulum inti, yang meliputi tiga komponen utama yaitu aspek kompetensi yang
harus dicapai pada setiap satuan dan jenjang pendidikan, standar materi untuk mencapai
kompetensi dimaksud, indikator pencapaian kompetensi, dan waktu yang diperlukan untuk
mencapai masing-masing kompetensi; (3) Analisis Materi Pelajaran; (4) Program Tahunan
dan Semester; (5) Program Silabus dan Rencana pembelajaran.
b. Aspek Pelaksanaan/Implementasi
Dalam kurikulum yang tertulis belum dapat menjamin keterlaksanaannya di lapangan.
Umumnya terjadi deviasi-deviasi karena persoalan-persoalan: keterbatasan kompetensi
ketenagaan, lemahnya manajamen pengelolaan, keterbatasan sarana prasarana pembelajaran,
keterbatasan pengendalian mutu, keterbatasan pembiayaan dan keterbatasan dukungan
masyarakat. Maka aspek implementasi kurikulum secara umum meliputi: (1) Implementasi
program pembelajaran berdasarkan perhitungan hari efektif; (2) Pembagian tugas guru sesuai
spesifikasi keilmuannya; (3) Kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas.
c. Aspek Evaluasi.
Penilaian kurikulum adalah suatu tahap evaluasi yang dilakukan secara sistematis dan terukur
untuk menentukan tingkat pencapaian kurikulum. Evaluasi sendiri dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data atau bukti terhadap pelaksanaan kurikulum dan hasil belajar.
Pelaksanaan kurikulum adalah suatu proses implentasi kurikulum, sedangkan hasil belajar
adalah sampak langsung yang dpat dilihat dari pencapaian kompetensi peserta didik.
Sehingga penilaian terhdapa kurikulum mengacu pada dua hal yaitu penilaian terhadap proses
dan hasil belajar. Penilaian kurikulum sangat berguna bagi guru bidang studi, kepala sekolah,
orang tua dan bagi pengawas.[9]
2. Supervisi Bidang Kesiswaan
Supervisi bidang kesiswaan adalah suatu bentuk pengawasan yang mengarah kepada
pengendalian dan pembinaan dalam menerimaan peserta didik, pendataan, pelaksanaan
pembinaan dan evaluasi. Pengawasan bidang kesiswaan berperan sebagai sumber informasi
dalam meningkatkan mutu pengelolaan bidang kesiswaan, baik dari sisi perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi. Pengawasan bidang kesiswaan juga berperan sebagai
pemandu dalam mengatasi kekurangan dan hambatan, serta memanfaatkan peluang dan
tantangan yang dihadapi dalam mengoptimalkan pengelolaan bidang kesiswaan, serta
berperan sebagai pengendali mutu penyelengaraan pendidikan melalui peningkatan mutu
rekrutmen peserta didik, seleksi, penempatan, pendataan, pengarsipan, pembinaan, dan
pelayanan penunjang lainnya.
Supervisi bidang kesiswaan meliputi :
a. Perencanaan penerimaan siswa yang meliputi kegiatan: pengumuman, penerimaan peserta
didik, sumber calon peserta didik, regristrasi, seleksi dan penempatan.
b. Pembinaan, merupakan upaya mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan diri
sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan kebutuhan lingkungan, selain itu untuk
membantu perkembangan kepribadian seperta didik agar lebih disiplin, kreatif, berbudi
pekerti luhur dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Jalur yang digunakan untuk
melakukan kegiatan pembinaan, antara lain melalui: Kegitan OSIS, latihan kepemimpinan
siswa (LKS), kegiatan intra dan ekstra kurikuler dan pelaksanaan wiyata mandala.
c. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah kegiatan pengawasan yang terhadap seluruh aktivitas sekolah, dalam hal
ini pengelolaan peserta didik, dari tahap perencanaan, pembinaan, sampai eveluasi, sementara
evaluasi atau kegiatan menilai adalah upaya untuk mengukur tingkat keberhasilan atau
kegagalan penyelenggaraan pendidikan di sekolah/sekolah, dalam hal ini pengelolaan peserta
didik. Evaluasi dapat dilakukan terhadap dua hal pokok, yaitu evaluasi terhadap proses, dan
evaluasi terhadap hasil yang dicapai.[10]
BAB II
KESIMPULAN
Supervisi pendidikan berarti kepengawasan dalam bidang kependidikan. Orang yang
melakukan supervisi disebut supervisor atau pengawas. Menurut istilah
supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai layanan khusus berupa bantuan yang
diberikan kepada para guru baik secara individu maupun bersama untuk memperbaiki
pengajaran.
Ruang lingkup supervisi pendidikan meliputi supervisi bidang kurikulum yakni
pengendalian atau kontrol terhadap penyelenggaraan kurikulum sehingga dapat menjamin
mutu pendidikan di sekolah; supervisi bidang kesiswaan yakni suatu bentuk pengawasan
yang mengarah kepada pengendalian dan pembinaan dalam menerimaan peserta didik,
pendataan, pelaksanaan pembinaan dan evaluasi; supervisi bidang ketenagaan yakni
keseluruhan upaya kepala sekolah dalam mengoptimalkan tugas dan fungsi pada masing-
masing tenaga kependidikan di sekolah, meliputi tenaga edukatif maupun administratif; serta
supervisi bidang sarana prasarana yakni suatu bentuk pengawasaan yang mengarah kepada
pengendalian dan pembinaan mutu pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
pendidikan agar secara optimal dapat dimanfaatkan bagi penyelenggaraan proses pendidikan
sehingga mendukung tercapainya hasil belajar. Supervisi ini berkaitan dengan persoalan fisik
yang dapat mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar.
Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan, berperan sebagai Narasumber tentang
masalah-masalah pengajaran. Kepala sekolah sebagai konsultan atau penasehat hendaknya
dapat membantu guru melakukan cara-cara yang lebih baik dalam mengelola proses
pembelajaran. Kepala sekolah sebagai fasilitator harus mampu mengusahakan sumber-
sumber profesional. Kepala sekolah sebagai motifator hendaknya mampu membangkitkan
dan memelihara kegairahan kerja guru untuk mencapai prestasi kerja yang semakin baik.
Kepala sekolah sebagai pelopor pembaharuan harus memiliki prakarsa untuk melakukan
perbaikan agar guru juga melakukan hal serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Ametembun, N.A. (1981). Supervisi Pendidikan. Bandung: Penerbit SURI.
Ashari, Ahmad. (2004). Supervisi Rencana Program Pembelajaran. Jakarta:
Dickey F.G and Adam, H.F. (1959). Basic Principles of Supervision. New York: American Book
Company.
http://wwwmj67.blogspot.com/2012/01/kepala-sekolah-sebagai- supervisor.html.
Kartono, Kartini. (2003). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kimball, Wiles. (1956). Supervision for Better Schools. New Jersey: Prentice Hall, Inc.