Anda di halaman 1dari 8

Upaya Pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan senantiasa

berjalan tanpa henti. Mantan Menteri Pendidikan Nasional Wardiman Djoyonegoro dalam
wawancaranya di TPI tanggal 16 Agustus 2004, menyampaikan bahwa ada tiga syarat utama
yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah : (1) sarana gedung, (2) buku yang
berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas guru dan tenaga kependidikan yang profesional memegang peranan penting
dalam pembelajaran. Namun demikian tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada
penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru
harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya
agar mampu membantu mereka dalam membantu kesulitan belajar. Dalam pada itu guru
dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing
peserta didik secara optimal. (Dr. E.Mulyasa, M.Pd.2009).

Model pembelajaran adalah bagian dari Rencana Penyusunaan Pembelajaran (RPP), dengan
demikian guru juga diituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien.
Para guru menyadari bahwa persiapan mengajar memiliki peran penting dalam
pembelajaran. Namun kenyataannya banyak guru yang kurang mempersiapkan perencanaan
pembelajaran dengan sebaik – baiknya. Perencanaan pembelajaran yang digunakan hanya
memfoto copy / copy paste produk dari media elektronik/internet. Berdasar hasil wawancara,
dan observasi hal tersebut terjadi karena tidak pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP
dengan model terbaru secara intensif. Pelatihan tentang penyusunan RPP di Kelompok Kerja
Guru (KKG) belum mampu membuat mereka benar – benar mampu menyusun RPP sendiri.

Adapun hasil supervisi dan diskusi yang peneliti laksanakan, penyebab lain adalah guru
perlu diingatkan lagi tentang kata – kata operasional untuk menyusun indicator, apalagi guru
– guru yang tidak berlatar belakang pendidikan keguruan. Tidak bisa membedakan antara
indikator dan tujuan pembelajaran. Kurang mampu membedakan kegiatan inti pembelajaran
yang didalamnya terdapat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Rendahnya motivasi
guru untuk meningkatkan kompetensi paedagogik dan profesional.

Menyadari hal itu, maka peneliti selaku Kepala Sekolah tergerak untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui supervisi akademik. Supervisi akademik
dijadikan pilihan untuk meningkatkan kemampuan guru, karena salah satu tujuan supervisi
akademik dalah membantu guru mengembangkan kompetensinya. (PTK) (Glckman,et al;
2007, Sergiovanni, 1987).

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Apakah supervisi akademik dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP di SDN 2 Pasirmuncang Purwokerto
?” Sedangkan tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kompetensi paedagogik dan
profesional guru, khususnya menyusun RPP.

Menurut (UU RI No 14 Tahun 2005 : tentang guru dan dosen, pasal 1 butir 10) kemampuan
adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh suatu profesi dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi
profesional meliputi penguasaan terhadap stuktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung pembelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) mata pelajaran, serta mengembangkan mata pelajaran yang diampu.
Mengembangkan SK dan KD harus dilaksanakan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 20 : “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang – kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.”

Namun demikian, dalam lampiran Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses pada RPP, disebutkan komponen-komponen RPP antara lain adalah: (1) identitas mata
pelajaran, (2) standar kompetensi, (3) kompetensidasar, (4) indikator pencapaian kompetensi,
(5) tujuan pembelajaran, (6)materi ajar (materi pokok), (7) alokasi waktu, (8) metode
pembelajaran, (9)mediapembelajaran, (10) kegiatan pembelajaran, (11) penilaian, dan
(12)sumber belajar. Dalam pembelajaran matematika guru dapat menambahkan komponen
Materi/Kompetensi Prasyarat. Namun demikian, komponen prasyarat ini tidak mesti harus
dicantumkan.

Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 menyatakan bahwa salah satu kompetensi yang harus
dimiliki seorang Kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Kompetensi tersebut haarus
dikuasai Kepala Sekolah, karena supervisi di bidang pendidikan/ Supervisi Pendidikan
sangat penting bagi dunia pendidikan untuk memastikan efektifitas dan produktifitas program
yang dicanangkan. Adapun fungsi supervisi pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan


2. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur – unsur yang terkait
dengan pendidikan.
3. Sebagai kegiatan dalam hal memimpin dan membimbing. (Jamal Ma′mur Asmani,
2012).

Supervisi pendidikan mencakup bidang yang amat luas, yaitu meliputi seluruh proses
pendidikan, antara lain supervisi birokrasi, kebijakan, dan system pendidikan, supervisi
pembelajaran, supervisi klinis, supervisi kepemimpinan kepala sekolah, supervisi akademik,
manajerial dll.

Dari berbagai jenis supervisi, Supervisi akademik, peniliti anggap tepat untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun RPP. Adapun pengertian Supervisi Akademik adalah
adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al;
2007). Sedangkan Tujuan supervisi akademik adalah: membantu guru mengembangkan
kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru dan
membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987) .
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam
keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al;
2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan
profesionalisme guru.

Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu : (1) Teknik supervisi individual, yaitu supervisi
perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru
sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. (2) Teknik
supervisi kelompok, yaitu : satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada
dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki
masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau
dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan
supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis tindakan
sebagai berikut : melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan di SD N 2 Pasirmuncang Purrwokerto yang


beralamat di Jalan Pasirmuncang No 592 Puwokerto Kecamatan Purwokerto Barat
Kabupaten Banyumas. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan pada semester 2
tahun pelajaran 2014-2015. Subyek penelitian adalah guru kelas I – VI SD N 2
Pasirmuncang. Variabel pada penelitian ini terdiri kemampuan guru dalam menyusun RPP
sebagai variabel terikat dan supervisi akademik sebagai variabel bebas.

Teknik pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan dan lembar instrumen


penelitian. Pada kegiatan pra siklus menggunakan lembar observasi dan lembar instrumen.
Lembar instrumen teridiri dari 11 pernyataan dengan skor 1- 4. Dengan demikian skor
tertinggi adalah 44. Pada siklus satu dan dua, menggunakan instrumen yang sama, terdiri dari
6 pertanyaan yang masing – masing juga memiliki skor 1- 4. Nilai tertinggi 24 dengan
prosentase 100%. Pada penelitian tindakan sekolah ini, nilai yang harus dicapai guru adalah
75% atau skor 18.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI SIKLUS 1

Pelaksanaan penelitian sekolah dilaksanakan pada minggu ketiga, dan keempat bulan
Pebruari 2015, serta Maret minggu pertama. Tepatnya dimulai tanggal 16 Februari 2015.
Pelaksanaan supervisi Akademik siklus 1 dilaksanakan dengan teknik kelompok berupa
pertemuan rutin guru. Semua obyek penelitian berkumpul di kelas dengan membawa RPP
yang dimilikinya. Peneliti telah mempersiapkan materi supervisi menggunakan LCD
berkoordinasi dengan kolaborator serta mempersiapkan instrument penelitian. Pada tahap ini,
peneliti berdiskusi dengan subyek penelitian untuk meneliti RPP yang dimilikinya. Hasil
diskusi dan menelaah RPP copy paste dapat disimpulkan bahwa pada RPP kelas I tidak
mencantumkan identitas, beberapa indicator tidak menggunakan kata operasional, kelas VI
ada yang tidak mencantumkan indicator, langsung tujuan pembelajaran, dan sebaliknya. Pada
kegiatan pendahuluan, tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, hanya presensi dan berdoa.
Untuk kegiatan inti pembelajaran, didominasi oleh kegiatan guru, tidak menonjolkan kegiatan
siswa. Dalam kegiatan Eksplorasi, guru tidak menggali kemampuan siswa, melainkan
menjelaskan materi. Pada elaborasi kegiatan siswa juga tidak ditulis, sedangkan konfirmasi,
isinya sama untuk seluruh RPP yaitu membuat simpulan dan memberi PR. Adapula yang
tidak runtut, elaborasi dulu, atau bahkan tanpa keterangan.

Pada aspek materi ajar, yang tertulis hanya judul saja, tidak ada materi sama sekali. Untuk
metode sebagian tertulis pendekatan konstektual, sebagian yang lain metode diskusi, tugas,
multi metode tanpa melihat SK dan KD serta mata pelajaran yang akan disampaikan. Media
dan alat pembelajaran tidak mencantumkan alat peraga yang dipakai. Sedangkan pada
evaluasi/penilaian tidak terdapat soal, hanya mencantumkan penilaian proses, produk, yang
tidak sesuai dengan indicator. Sumber bahan tertulis, hanya satu buku, tanpa halaman.
Berdasarkan simpulan hasil diskusi tersebut maka peneliti memberikan informasi kepada
guru untuk memperbaiki dan menyusun RPP sesuai dengan instrumen yang sudah peneliti
susun.

Indicator dan tujuan pembelajaran

Indikator adalah komponen penting dalam silabus dan RPP, karena indicator adalah dasar
penilaian. Indicator harus dirumuskan menggunakan kata – kata operasional sesuai
taksonomi Bloom, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan pembelajaran
memenuhi 4 persyaratan yaitu A, B, C, D. Yang dimaksud A adalah Audiens artinya obyek
pembelajaran dalam hak ini siswa. Behavior maksudnya adalah perubahan tingkah laku dan
ilmu yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. C kepanjangan dari Conditioning yaitu
kondisi yang digunakan ntuk mencapai tujuan pembelajaran, misalnya melalui pengamatan,
melalui diskusi, melalui eksperimen dst Sedangkan D yaitu degree maksudnya adalah hasil
akhir pembelajaran, misalnya dengan baik, dengan tepat dst. Contoh : Melalui pengamatan
siswa dapat membedakan bentuk daun menyirip dan menjari dengan benar. Dengan membaca
siswa dapat menyebutkan tokoh utama cerita dengan tepat dst.

Menentukan langkah – langkah pembelajaran :

Pada langkah – langkah pembelajaran peneliti membutuhkan waktu lebih lama untuk
menginformasikan perbedaan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Sebagian besar guru
masih bingung sehingga peneliti menjelaskan dan memberi contoh kegiatan secara lebih
detail.

Menentukan metode pembelajaran

Pada pembahasan mengenai metode pembelajaran peneliti menyampaikan beberapa metode


pembelajaran yang sangat beragam, antara lain : 1). Metode Jigsaw, 2). Everyone is a teacher
here (Setiap orang adalah guru), 3) Learning Contract (Kontrak Belajar) , 4). Model Student
Teams – Achievement Divisions (STAD) dll.

Materi pembelajaran

Materi pembelajaran adalah bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Materi pembelajaran dapat berupa bahan ajar pandang
(visual), bahan ajar dengar (visual), Bahan ajar pandang dengar (audio visual) dan bahan ajar
multi media interaktif. Sumber materi pembelajaran bisa dari media cetak, dan
elektronik.Peneliti menyarankan agar guru menuliskan materi pada RPP dengan sistematis,
jelas, dan sesuai dengan indikator.

Menyusun alat evaluasi

Penyunan alat evaluasi harus memperhatikan indikator. Buatlah soal sesuai dengan kaidah
penyusunan soal. Memenuhi persyaratan valid, reliable, diskriminaatif dst. Pada siklus satu
peneliti hanya membimbing soal bentuk isian dan uraian. Guru yang tidak berlatar belakang
pendidikan keguruan belum bisa membedakan soal isian/jawab singkat dan urian serta belum
bisa membuat lembar pengamatan, untuk menilai aspek psikomotor, dan afektif. Peneliti
membimbing guru tersebut pada waktu yang berbeda, ketika sedang pelajaran olah raga atau
PAI serta dilanjutkan pada siklus 2.

Setelah peneliti menyampaikan informasi sesuai hasil diskusi, subyek penelitian menjadi
faham dengan kesasalahan – kesalahan dan kekurangan – kekurangan pada RPP yang selama
ini mereka pakai. Selanjutnya subyek penelitian menyusun RPP sesuai dengan mapel / tema
pilihan mereka sendiri.

Hasil penyusunan RPP dari subyek penelitian kelas I, II dan III menggunakan model tematik.
Satu hari dibuat satu RPP dengan maksimal 3 mapel. Dengan demikian jumlah halaman RPP
tematik menjadi lebih banyak Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam kegiatan
pembelajaran khususnya kegiatan inti, eksplorasi tidak mengumpul menjadi satu, karena
sebenarnya terdiri dari 3 mapel. Jadi ada eksplorasi, elaborasi , dan konfirmasi, lalu kembali
lagi eksplorasi. Semua kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan tema, SK dan KD dan
kandungan materi pada KD tersebut. Untuk kelas IV, V, dan VI penyusunan RPP
menggunakan model mata pelajaran. Masing – masing subyek penelitian menyusun satu
RPP.

Setelah RPP terkumpul, dan peneliti menuliskan hasilnya pada lembar instrumen, dapat
disimpulkan bahwa ada kenaikan kemampuan guru menyusun RPP, dengan hasil pada table
1.

Table 1 Kemampuan menyusun RPP siklus 1

No Aspek Skor Nilai


1 Menentukan Indikator/Tujuan Pembelajaran 15 62,5%
2 Menentukan langkah –langkah pembelajaran 16 67%
3 Menentukan materi pembelajaran 20 83%
4 Pemilihan metode dan media pembelajaran 16 67%
5 Penentuan media dan alat pembelajaran 18 75%
6 Penentuan penilaian 16 67%
Rata – rata 17 70%

Deskripsi siklus 2

Adapun pelaksanaan siklus 2 pada bulan Maret minggu ketiga dengan teknik individu, dan
menggunakan instrument yang sama dengan siklus 1.

Peneliti mendampingi subyek penelitian menyusun RPP sampai selesei. Ada guru yang
masih berusaha menyusun indikator dengan mengunduh dari internet, karena tidak memiliki
rasa percaya diri. Ada pula yang mengutip dari silabus, sehingga peneliti mengingatkan
kembali untuk menyusun indikator dengan memperhatikan SK, KD, dan buku sumber. Untuk
urutan berikutnya guru sudah benar – benar menyusun sendiri, dengan kesimpulan sebagai
berikut : Mampu membedakan antara eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pengunaan
metode dan media sudah lebih kreatif berfariasi, menggunakan metode – metode terbaru.
menggunakan teknologi informasi, internet, video pembelajaran bagi yang mampu
mengoperasikan ICT. Dalam hal menyusun sudah dilengkapi dengan penilaian proses, yang
terdiri dari penilaian psikomotor dan afektif sesuai SK dan KD yang digunakan, hanya
meminta saran/persetujuan dengan peneliti. Adapun hasil penilaian pada siklus dua pada
tabel berikut ini :

Table 2 Kemampuan menyusun RPP siklus 2

No Aspek Skor Nilai


1 Menentukan Indikator/Tujuan Pembelajaran 21 87,5%
2 Menentukan langkah –langkah pembelajaran 21 87,5%
3 Menentukan materi pembelajaran 23 96%
4 Pemilihan metode dan media pembelajaran 21 87,5%
5 Penentuan media dan alat pembelajaran 20 83%
6 Penentuan penilaian 19 79%
Rata – rata 21 87%

Berdasarkan data di atas , menunjukkan bahwa kemapuan guru pada siklus 2 dalam
menyusun RPP meningkat 16.50. %. Dari 70, 25.% menjadi 86,75 %. Sedangkan skor
kemampuan guru dalam nenyusun RPP untuk setiap subyek penelitian pada siklus 1 dan 2
lihat table berikut.

siklus 1 siklus 2
No Kode guru
Skor Prosentase Skor Prosentase
1 A 19 79% 22 92%
2 B 15 63% 19 79%
3 C 20 83% 23 96%
4 D 16 67% 20 83%
5 E 14 58% 20 83%
6 F 17 71% 21 87,50%
Rata – rata 16,83 70% 21 87%
siklus 1 siklus 2
No Nama
Skor Prosentase Skor Prosentase
1 A 19 79% 23 96%
2 B 16 67% 20 83%
3 C 20 83% 23 96%
4 D 17 71% 21 88%
5 E 15 63% 20 83%
6 F 18 75% 21 87,50%
Rata – rata 17,5 73% 21 89%
Table 3 Perbandingan kemampuan guru dalam menyusun RPP pada siklus 1 dan 2 yang
dinilai peneliti

Table 4 Perbandingan kemampuan guru dalam menyusun RPP pada siklus 1 dan 2 yang
dinilai kolaborator

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada persamaan antara nilai dari peneliti dengan
nilai dari kolaborator. Nilai dari kolaborator untuk siklus 2 mencapai 89%. Dengan demikian
rata-rata kemampuan guru dalam nenyusun RPP pada siklus 1 adalah 70% + 73% = 71,5%
dan pada siklus 2 adalah 87% + 89% = 88%, atau meningkat 16,5%.

KESIMPULAN

1. Kemampuan guru SD N 2 Pasirmuncang Purwokerto dalam menyusun RPP


meningkat setelah diadakan supervise akademik. Kemampuan tersebut meliputi
penyusunan indicator dan tujuan pembelajaran, menentukan langkah – langkah
pembelajaran, menyusun materi pelajaran, menentukan metode, dan media
pembelajaran, serta menyusun penilaian. Terbukti denan meningkatnya nilai dari
71,5% pada siklus 1 menjadi 88% pada siklus 2.
2. Kreativitas guru lebih meningkat dalam kegiatan belajar mengajar karena guru – guru
sudah menerapkan metode yang lebih berfariasi dalam pembelajaran, menyusun
lembar penilaian proses, dan menggunakan media dan alat pembelajaran yang ada di
sekolah secara lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

E.Mulyasa, M.Pd, Dr. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, PT Remaja Rosda Karya Bandung, 2009.
Pengembangan Silabus dan RPP Matematika SD, Modul Pengembangan Program KKG
Bermutu , Depdiknas, Direktorat Jenderal Peningkatan Pendidik dan tenaga Kependidikan
PPPPTK Matematika 2009, Jakarta

Supervisi Akademik, Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan KS, Direktorat Tenaga


Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kemenrian Pendidikan Nasional 2010, Jakarta

Mel Silbermen, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insan Madani,
Yogyakarta, 2007

Jamal Ma′murAsmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Diva Press, Jogjakarta,
2012

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Anda mungkin juga menyukai