Anda di halaman 1dari 61

SUPERVISI AKADEMIK DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

NEGERI 1 BALAI KABUPATEN SANGGAU

PROPOSAL TESIS

OLEH

NURFAHNI

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satuan pendidikan atau sekolah merupakan sebuah unit pelaksana

teknis terkecil pada bidang pendidikan di tingkat Kabupaten atau di bawah

Dinas Pendidikan Kabupaten Kota. Agar satuan pendidikan dapat berjalan

dengan baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

diangkat seorang pemimpin satuan pendidikan yang disebut kepala sekolah.

Kepala sekolah memiliki peran dan tugas dalam mengelola satuan

pendidikan, sehingga diperlukan seorang kepala sekolah yang memiki

kompetensi-kompetensi tertentu. Berdasarkan permendiknas nomor 28 tahun

2010, terdapat lima dimensi kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah

yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi

kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Dalam

penelitian ini akan mengacu pada salah satu kompetensi yaitu; kompetensi

supervisi.

Pimpinan lembaga pendidikan hendaknya bertindak sebagai

pembimbing yang mengawasi, mengarahkan, membina dan menilai kinerja

karwayan dalam upaya untuk memperoleh perbaikan secara simultan untuk

memperoleh perbaikan secara simultan untuk memperoleh kondisi belajar

mengajar yang lebih baik serta terciptanya profesionalisme guru dalam

mengajar dan bertingkah laku.


Semua aktifitas dan proses pelaksanaan kerja supervisi sehingga guru

dan staf menjadi patner dalam mengembangkan dan memajukan

organisasinya. Adapun beberapa komponen yang di supervisi oleh Kepala

Sekolah pada saat proses pembelajaran di kelas mulai dari awal membuka

pelajaran sampai dengan menutup pelajaran. Menyampaikan materi kepada

siswa, menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran, metode

pembelajaran yang digunakan serta cara memberikan penguatan kepada

siswa.

Negley (1980:20): Menjelaskan “Supervisi adalah layanan kepada guru-

guru yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan intruksional, belajar dan

kurikulum”. Jones (1969:302) Juga menjelaskan mengenai supervise yaitu:

“suprvisi merupakan bagian yang tidak terpisah dari seluruh proses

administrasi pendidikan yang ditunjukan, terutama untuk mengembangkan

efektivitas termasuk supervisor adalah pengawas sekolah atau madrasah”.

Supervisi berkaitan dengan tugas pengawas atau penilik lembaga pendidikan,

yang kompetensinya telah diatur oleh peraturan menteri pendidikan.

Beberapa aspek yang dinilai oleh kepala sekolah terhadap

keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran misalnya:

bagaimana seorang guru dapat menarik perhatian siswa pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung, keterampilan guru untuk meningkatkan

motivasi kepada para siswa, keterampilan guru dalam menjelaskan materi

sehingga memerlukan kejelasan suara, kejelasan kalimat, penggunaan contoh

atau ilustrasi, memberi tekanan, serta upaya mendapatkan balikan sehingga


memerlukan keterampilan guru dalam mengelolakelas selama pembelajaran

berlangsung.

Menurut PERMENDIKNAS No 41 Tahun 2007, tentang Standar

Proses bahwa : (1) Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran: (2) Supervisi

pembelajaran diselenggarakan dgn cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan

dan konsultasi: (3) Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas

satuan pendidikan.

Kepala sekolah sebagai salah satu komponen sekolah memegang

peran sentral dalam menghimpun, memanifestasikan dan menggerakkan

secara optimal seluruh potensi dan sumber daya terdapat di sekolah menuju

tujuan yang ditetapkan. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manager dan

pemimpin (leader) yang efektif. Sebagai manager yang baik kepala sekolah

harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara

optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Hal ini dilakukan oleh

kepala sekolah mampu melakukan fungsi fungsi managemen dengan baik

yang meliputi (1) perencanaan, (2) pengorganisasian: (3) pengarahan; dan (4)

pengawasan. Dari segi kepemimpinan: seorang kepala sekolah mungkin perlu

mengadopsi gaya kepimpinan agar semua potensi yang ada di sekolah dapat

berfungsi secara optimal.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Menurut

pendapat Sergiovani dan Starrat dalam Mulyasa (2017:252) menyatakan


bahwa “supervision is process designed to help teacher and supervisor leam

more about their practice;to better able to use their knowledge and skills to

better serve parents and schools; and to make the school a more effective

learning community”. Supervisi perlu diberikan kepada guru karena

merupakan makhluh sosial sejak lahir membutuhkan bantuan orang lain untuk

tetap hidup, tumbuh dan berkembang. Dengan katalain manusia membutuhkan

orang lain untuk dapat hidup dan berkembang dan dipengaruhi oleh

normanorma kelompok atau masyarakatnya. Bila norma-norma kelompok ini

baik, maka orang dalam kelompok cenderung manjadi baik (Risnawati, 2014:

2011).

Risnawati, (2014:214). “Supervisi pendidikan sebenarnya adalah

bantuan dalam mengembangkan situasi pembelajaran kearah yang lebih baik,

dengan jalan memberikan bimbingan dan pengarahan pada guru-guru dan

petugas lainnya untuk meningkatkan kualitas kerja mereka dibidang

pengajaran dan segala aspeknya”. Kimball Wiles dalam Maryono, (2011:30)

menyatakan bahwa “Supervision is assistance in the development of a better

teaching learning situation”. Supervisi adalah proses bantuan untuk

meningkatkan situasi belajar mengajar

Keberhasilan supervisi akademik ada beberapa indicator yaitu

kemampuan dasar dan kemampuan umum yaitu: pertama, kemampuan dasar

meliputi : beriman dan bertaqwa, berwawasan pancasila, mandiri dan penuh

tanggungjawab, berwibawa, disiplin, berdedikasi, bersosialisasi dengan

masyarakat, mencintai peserta didik dan peduli terhadap pendidikannya.


Kedua, kemampuan umum meliputi; (1) menguasai ilmu pendidikan dan

keguruan yang mencakup: psikologi pendidikan, teknologi pendidikan, (2)

menguasai kurikulum yang mencakup, (3) menguasai pengelolaan kelas. (4)

mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi mencakup.

Kompetensi supervisi bagi kepala sekolah merupakan hal yang

penting. Kompetensi ini berhubungan dengan kegiatan supervisi yang mesti

dilakukan oleh kepala sekolah. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai

supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga

pendidikan. Mengenai pentingnya supervisi ini, maka Negara-negara

berkembang, seperti Indonesia, variable supervisi dan control masih sangat

penting pengaruhnya dengan kinerja individu.

Supervisi akademi adalah kegiatan pengawasan yang ditujukan untuk

memperbaiki kondisi-kondisi dalam upaya meningkatkan kualitas produk

didik melalui usaha memotivasi, membina dan mengarahkan orang-orang

yang terkait dengan kegiatan akademik. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa kegiatan supervisi akademik sangat penting dan harus dilaksanakan

secara kontinu oleh kepala sekolah kepada para pendidik. Sebab dengan

supervisi akademik dapat memperbaiki kinerja pendidik yang muaranya dapat

meningkatkan mutu pembelajaran itu sendiri.

Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam

meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi

pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan


strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi

informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta

penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, materi ini diharapkan dapat

memberikan wawasan kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan

kompetensi supervisi akademik yang meliputi: (1) memahami konsep

supervisi akademik, (2) membuat rencana program supervisi akademik, (3)

menerapkan teknik-teknik supervisi akademik, (4) menerapkan super dan (5)

melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik.

Kepala sekolah memiliki otoritas sebagai supervisor atau pengawas

kinerja para guru. Kepala sekolah berperan mengelola pegembangan

kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan

pendidikan. Dengan demikian kepala sekolah dan penilik lembaga sangat

berperan penting dalam kemajuan meningkatkan kinerja para guru. Dalam

meningkatkan kinerja, seorang guru seringkali mendapatkan hambatan dan

masalah. Untuk mengatasi masalah tersebut, seorang guru pasti memerlukan

bantuan profesional dalam bentuk penyelenggaran, konsultasi, bimbingan dan

kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas kompetensi lainnya.

Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang

berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar,

pengawasan terhadap murid yang belajar dan pengawasan terhadap situasi

yang menyebabkannya. Aktivitasnya dilakukan dengan mengidentifikasi

kelemahan-kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang menjadi


penyebabnya dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan tugas dengan

baik.

Kepala Sekolah dituntut melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah

dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan supervisi,

membina, dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Sebagai manajer

sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk meningkatkan proses

pembelajaran, dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan

saran-saran positif kepada guru. Di samping itu, kepala sekolah juga harus

melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antar sekolah

untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari kepala sekolah yang lain.

Supervisi sebagai koordinasi, kepala sekolah sebagai supervisor harus

memimpin sejumlah guru yang masing-masing mempunyai tugas dan

tanggung jawab sendiri-sendiri. Supervisor haruslah menjaga agar setiap guru

dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam situasi kerja yang kooperatif.

Supervisi sebagai evaluasi, untuk mengetahui kemampuan guru yang akan

dibina perlu dilakukan evaluasi sehingga program supervisi cocok dengan

kebutuhan guru. Selain itu melalui pelaksanaan supervisi perlu dilaksanakan

secara rutin dan bertahap dengan jadwal dan program supervisi yang jelas.

Beberapa dasar penulis di dalam pemilihan tempat lokasi penelitian

adalah di SMA NEGERI 1 BALAI Kabupaten Sanggau. Adapun ketertarikan

penulis melihat keunikan SMA NEGERI 1 BALAI Kabupaten Sanggau dari

beberapa hal, yakni : 1) Penulis memiliki ketertarikan khusus pada SMA

NEGERI 1 BALAI sebagai objek penelitian. Hal ini disebabkan oleh reputasi
sekolah tersebut, kondisi lingkungan sekolah, atau keberhasilan sekolah

dalam berbagai aspek, termasuk prestasi akademik. 2) Relevansi dengan

Topik Penelitian SMA NEGERI 1 BALAI dipilih karena relevansinya dengan

topik penelitian, yakni supervisi akademik. Karena sekolah ini memiliki

kebijakan atau praktik supervisi akademik yang menarik untuk diteliti, atau

telah mencapai kesuksesan dalam menerapkan supervisi akademik yang

efektif. 3) Ketersediaan Data dan Aksesibilitas Penulis menemukan bahwa

SMA NEGERI 1 BALAI menyediakan aksesibilitas yang baik dan data yang

relevan untuk penelitian. Hal ini termasuk data tentang pelaksanaan supervisi

akademik, performa siswa, dan kebijakan sekolah terkait pendidikan. 4)

Keunikan Sekolah SMA NEGERI 1 BALAI memiliki karakteristik unik yang

menarik bagi penulis untuk diteliti. Termasuk program unggulan sekolah,

pola manajemen yang unik dan tantangan-tantangan khusus yang dihadapi

sekolah tersebut. 5) Konteks Lokal Penelitian ini juga mempertimbangkan

konteks lokal di SMA NEGERI 1 BALAI yang mencerminkan tren atau

tantangan umum yang dihadapi sekolah-sekolah di wilayah tersebut.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, penulis dapat

memastikan bahwa pemilihan SMA NEGERI 1 BALAI sebagai lokasi

penelitian didasarkan pada dasar-dasar yang kuat dan relevan dengan topik

penelitian ini.

Dengan alasan di atas maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana

pelaksanaan supervise akademik dilakukan pada guru senior dan guru baru

baik PNS maupun honor. Untuk melihat bagaimana tahapan supervise


akademik dilakukan dengan baik hingga menghasilkan siswa-siswa yang

berprestasi baik akademik maupun non akademik.

B. Fokus Dan Pertanyaan

Penelitian ini difokuskan pada kompetensi supervisi akademik kepala

sekolah di SMA NEGERI 1 BALAI Kabupaten Sanggau maka pertanyaan

penelitian ialah :

1. Bagaimana perencanaan kepala sekolah dalam supervisi akademik di

SMA NEGERI 1 BALAI Kabupaten Sanggau?

2. Bagaimana supervisi akademik dilaksanakan di SMA NEGERI 1 BALAI

Kabupaten Sanggau?

3. Bagaimana evaluasi supervise akademik di SMA NEGERI 1 BALAI

Kabupaten Sanggau?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dengan

jelas tentang kompetensi supervise akademik kepala sekolah di S SMA

NEGERI 1 BALAI Kabupaten Sanggau Adapun tujuan khusus penelitian ini

untuk mendeskripsikan :

1. Mendeskripsikan perencanaan kepala sekolah dalam supervise akademik

di SMA NEGERI 1 BALAI Kabupaten Sanggau?

2. Mendeskripsikan supervise akademik dilaksanakan di SMA NEGERI

1 BALAI Kabupaten Sanggau?

3. Mendeskripsikan evaluasi supervise akademik di SMA NEGERI 1

BALAI Kabupaten Sanggau?


D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang dapat bermanfaat

bagi dunia pendidikan antara lain :

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang kompetensi supervise akademik kepala sekolah

di SMA NEGERI 1 BALAI Kabupaten Sanggau.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah konsep dan terori

tentang kompetensi supervise akademik kepala sekolah di SMA

NEGERI 1 BALAI Kabupaten Sanggau.

c. Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis yang ingin

melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kompetensi

supervise akademik kepala sekolah di SMA NEGERI 1 BALAI

Kabupaten Sanggau.

d. Penelitian ini diharapkan dapat melahirkan konsep kompetensi

supervise akademik kepala sekolah di SMA NEGERI 1 BALAI

Kabupaten Sanggau.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi komponen sekolah menengah atas, baik bagi

kepala sekolah, guru dan siswa.

b. Bagi peneliti dapat memperdalam ilmu dan menambah wawasan

tentang kompetensi supervise akademik di SMA NEGERI 1 BALAI

Kabupaten Sanggau dalam meningkatkan keprofesional guru.


E. Definisi Operasional

Supervisi adalah layanan kepada guru-guru yang bertujuan untuk

menghasilkan perbaikan intruksional, belajar dan kurikulum. Supervisi adalah

Proses yang dirancang untuk membantu guru dan pengawas belajar lebih

banyak tentang praktik mereka, untuk lebih mampu mengguakan pengetahuan

dan ketrampilan mereka untuk melayani orang tua dan sekolah lebih baik dan

untuk menjadikan seolah komunitas belajar yang lebih efektif.

Supervisi adalah proses bantuan, bimbingan, dan atau pembinaan

supervisor kepada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Melalui

supervisi, diharapkan seorang guru dapat; 1) bekerja keras dan demokratis; 2)

ramah dan suka mendengarkan orang lain; 3) sabar; 4) luas pandangan dan

menaruh perhatian kepada orang lain; 5) penampilan pribadi yang

menyenangkan dan sopan santun; 6) jujur; 7) suka humor; 8) kemampuan

kerja yang baik dan konsisten; 9) menaruh perhatian pada problem siswa; 10)

fleksibel dalam cara mengajar; 11) bisa menggunakan pujian dan mau

memperbaiki; 12) pandai dalam mengajar pada bidang studi.

Prinsip-prinsip supervisi adalah; 1) hubungan konsultatis, kolegial dan

bukan herarkis; 2) dilaksanakan secara demokratis; 3) berpusat pada tenaga

kependidikan/guru); 4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan

(guru); 5) merupakan bantuan professional. Pelaksanaan supervisi tidak hanya

mendatangi guru dan memeriksa berkas atau melihat pelaksanaan mengajar

dikelas.
Suprvisi merupakan bagian yang tidak terpisah dari seluruh proses

administrasi pendidikan yang ditunjukan, terutama untuk mengembangkan

efektivitas. Supervision is assistance in the development of a better teaching

learning situation. Supervisi adalah proses bantuan untuk meningkatkan

situasi belajar mengajar.

Kompetensi supervisi kepala sekolah diantaranya; 1) merencanakan

program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru;

2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan

pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; 3) menindaklanjuti hasil supervisi

akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Supervisi Akademik

1. Pengertian Supervisi Akademik

Glickman dalam Daryanto, (2015:36). menjelaskan: “Supervisi

Akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan

keahliannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan

pembelajaran”. Senada dengan pendapat tersebut Daresh, (1989:....)

menyebutkan bahwa “supervisi akademik merupakan upaya membantu

guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran”.

Pengertian yang hampir sama juga dituliskan oleh Sujana dalam

Daryanto, (2015:191) yang menyatakan bahwa “supervisi akademik

adalah menilai dan membina guru dalam rangka meningkatkan kualitas

proses pembelajaran agar kompetensi peserta didik mencapai optimal”.

Dengan demikian, esensi dari supervisi akademik adalah sama

sekali bukan menilai unjuk kerja semata, melainkan membantu guru

mengembangkan kemampuan profesionalnya sebagai pelayan

pembelajaran. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa

terlepaskan dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola

pembelajaran. Apabila dikatakan bahwa, supervisi akademik merupakan

serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya

mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam


mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang

tidak bisa dihindarkan prosesnya.

Alfonso, Firth, dan Neville (1981:4) menegaskan “Instructional

supervision is here in defined as: A supervisor is any person who is given

authority dan responsibility for planning and controlling the work of a

group by close contact.”. Artinya supervisi adalah setiap orang yang

dilimpahi wewenang dan tanggungjawab untuk merencanakan dan

mengendalikan pekerjaan kelompok melalui kontak dekat. selanjutnya

Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok (kunci)

dalam pengertian supervisi akademik yaitu :

a. Mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru

Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi

dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses

pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik.

Glickman (1953:56).: “Sehubungan dengan ini, janganlah

diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang

bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku

guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan

cocok bagi semua guru tegasnya”.

Sergiovanni (1982:67) menjelaskan: “tingkat kemampuan,

kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik

personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam


mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi

akademik”.

b. Desain Perilaku Supervisor

Sergiovanni dalam Wahyudi (2015:98) "Supervision is a

process designed to help teacher and supervisor learn more about

their practice; to better able to use their knowledge and skills to

better serve parents and schools; and to make the school a more

effective learning community” Pengawasan adalah proses yang

dirancang untuk membantu guru dan pengawas belajar lebih banyak

tentang praktik mereka, untuk lebih mampu menggunakan

pengetahuan dan keterampilan mereka untuk melayani orang tua

dan sekolah dengan lebih baik, dan untuk membuat sekolah menjadi

komunitas belajar yang lebih efektif.

Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan

kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu

mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain

tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang

mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik

merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru,

maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh

supervisor dan guru.


c. Tujuan akhir supervisi akademik

Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin

mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Kegiatan

pembelajaran dalam membentuk peserta didik yang berkarakter dan

berkualitas perlu dilakukan pengawasan yang dikenal dengan istilah

supervise. menurut sahertian dan Mataheri dalam Wahyudi

(2015:100) bahwa tujuan konkrit supervisi pendidikan yaitu:

(1) membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan


pendidikan, (2) membantu guru dalam membimbing
pengalaman belajar siswa-murid, (3) membantu
menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar , (4)
membantu guru dalam menggunakan metode-metode /
alat-pembelajaran, (5) membantu guru dalam memenuhi
kebutuhan belajar siswa-murid, (6) membantu guru dalam
hal meningkatkan kemajuan siswa-murid dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri , (7) membantu guru dalam
melakukan reaksi mental atau moral kerja guru dalam
rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka, (8)
membantu guru di sekolah sehingga mereka senang
dengan tugas yang diperolehnya, (9) masyarakat dan cara-
cara memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar,
(10) membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan
sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya. Tujuan
supervisi di atas merupakan usaha atau bantuan yang
dilakukan oleh atasan kepada guru-guru untuk
meningkatkan kemampuan dan sosialnya. termasuk
termasuk

Menurut Doni (2014:115) menyatakan bahwa supervisi

akademik mencakup buku kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan

pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi akademik tidak

kalah pentingnya di banding dengan supervisi administrative.

Sasaran utama supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar


dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil

pembelajaran.

Negley (1980:20): Menjelaskan “Supervisi adalah layanan

kepada guru-guru yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan

intruksional, belajar dan kurikulum”. Jones (1969:302) Juga menjelaskan

mengenai supervise yaitu: “suprvisi merupakan bagian yang tidak

terpisah dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditunjukan,

terutama untuk mengembangkan efektivitas termasuk supervisor adalah

pengawas sekolah atau madrasah”. Supervisi berkaitan dengan tugas

pengawas atau penilik lembaga pendidikan, yang kompetensinya telah

diatur oleh peraturan menteri pendidikan.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Menurut pendapat Sergiovani dan Starrat dalam Mulyasa (2006:11)

menyatakan bahwa “supervision is process designed to help teacher and

supervisor leam more about their practice;to better able to use their

knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the

school a more effective learning community”. Supervisi perlu diberikan

kepada guru karena merupakan makhluh sosial sejak lahir membutuhkan

bantuan orang lain untuk tetap hidup, tumbuh dan berkembang. Dengan

katalain manusia membutuhkan orang lain untuk dapat hidup dan

berkembang dan dipengaruhi oleh normanorma kelompok atau


masyarakatnya. Bila norma-norma kelompok ini baik, maka orang dalam

kelompok cenderung manjadi baik (Risnawati, 2014: 2011).

Risnawati, (2014:214). “Supervisi pendidikan sebenarnya adalah

bantuan dalam mengembangkan situasi pembelajaran kearah yang lebih

baik, dengan jalan memberikan bimbingan dan pengarahan pada guru-

guru dan petugas lainnya untuk meningkatkan kualitas kerja mereka

dibidang pengajaran dan segala aspeknya”. Kimball Wiles dalam

Maryono, (2011:30) menyatakan bahwa “Supervision is assistance in the

development of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah

proses bantuan untuk meningkatkan situasi belajar mengajar

Boardman dalam A. Mushlih dan R. A. Surydi (2018:43)

menjelaskan bahwa:

Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengoordinir dan


membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru sekolah,
baik secara individual maupun kolektif, agar lebih mengerti,
dan lebih efektif dalam mewujidkan seluruh fungsi
pengajaran, sehingga dengan demikian mereka mampu dan
lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi
moderen.

Suryanto dan Tuti Rachmawati (2015:1) menjelaskan Definisi

supervisi secara umum :

Definisi supervisi secara umum adalah pengarah dan


pengontrol kepada tingkat anak buah (bisa berarti anak buah
atau anak didik) yang beradad di bawahnya dalam suatu
organisasi atau kelompok. Orang yang menjalankan kegiatan
supervisi biasanya disebut dengan sebutan Supervisor. Yang
disebut Supervisor bukan hanya pejabat atau petugas dari
kantor pembinaan, kepala sekolah, para guru dan bahkan
peserta didikpun dapat disebut sebagai supervisor, jika ada
tugas yang diberikan untuk mengetuai kelas, organisasi atau
kelompoknya.

Suryanto dan Tuti Rachmawati (2015:21) juga menjelaskan

supervisi pendidikan sebagai berikut “Supervisi adalah kegiatan yang

ditunjikan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan prestasi

pendidikan, atau bantuan yang diberikan kepada guru dan seluruh

stafuntuk meningkatkan situasi pembelajaran yang lebih baik”

Kemudian hal yang sama dinyatakan oleh Daryanto (2015: 192)

bahwa “supervise akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru

dalam mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Mendalami makna berbagai

pengertian supervise akademik, maka Maswardi (2016; 53) mengartikan

bahwa:

Supervisi sebagai kegiatan atau membimbing guru dalam bentuk


bantuan akademik yang diberikan pada guru menurut kebutuhan
yang dimulai dari perencanaan, pengamatan yang cermat, umpan
balik setelah pengamatan terhadap proses pembelajaran (PBM)
yang dilakukan guru yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan professional mengajar dan perkembangan diri.

Menurut Peter Oliva (1984:3) mendefinisikan "supervision as a

service to teachers to improve the quality of education and learning with

its scope on three aspects, namely learning development, curriculum

development, and staff development." Supervisi sebagai layanan pada

guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran dengan

ruang lingkupnya pada tiga aspek yaitu pengembangan pembelajaran,


pengembangan kurikulum, dan pengembangan staf”. Selanjutnya Peter

Oliva (1984:51): Menjelaskan bahwa kegiatan supervisi akademik

dimaksudkan:

(1). Coordinating curriculum planning and development. (2).


Helping identify and apply curriculum theory. (3). Designing and
applying curriculum research. (4). Identifying resources and
support systems for curriculum development. (5). Helping develop
a systematic approach to curriculum development. (6). Maintaining
balance in the curriculum. (7). Determining curriculum priorities.
(8). Determining curriculum needs in a pluralistic society.

Setelah itu pernyataan selanjutnya yang senada juga

diungkapkan oleh Pupuh Fathurrohman (2011:8) yang menyatakan

bahwa: “supervisi akademik merupakan bantuan professional kepada

guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang

cermat dan umpan balik yang obyektif dan segera”. Dengan cara itu guru

dapat menggunakan umpan balik untuk memperbaiki kinerjanya. Tujuan

utama supervise akademik untuk meningkatkan kemampuan professional

guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengajaran yang

baik.

Supervisi akademik di atas berhubungan dengan proses

pembinaan guru. Setidaknya terdapat 10 langkah tujuan pembinaan

kemampuan guru melalui supervise akademik dalam merencanakan

pengajaran Sri Banun (2010:118) yaitu:

(1) menetapkan suatu sistem rancangan sistem; (2) mempersiapkan


sistem penyajian pelajaran; (3) merumuskan tujaun umum tujuan
pembelajaran; (4) merumuskan tujuan khusus pembelajaran; (5)
merancang rencana penilaian; (6) mendeskripsikan dan
menganalisis tugas-tugas pembelajaran; (7) merancang prosedur
pengajaran; (8) implementasi prosedur pengajaran; (9)
implementasi rencana penilaian; (10) merancang kembali sistem
yang digunakan.

Langkah pertama dalam pembinaan keterampilan pembelajaran

guru adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan

guru, serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan

keterampilan pembelajaran guru. Dlam upaya melaksanakan supervise

akademik memang diperlukan kejelasan informasi, guru akan

kebingungan, tidak tahu yang diharapkan kepala sekolah dan dan

menyakini bahwa tujuan pokok dalam pengukuran kemampuan guru,

sebagai langkah awal setiap pembinaan keterampilan pembelajaran

melalui supervise akademik adalah hanya untuk mengidentifikasi guru

yang baik dan kurang terampil dalam mengajar.

2. Tujuan Supervisi Akademik

Tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu

mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh guru dan staf. Salah satu

bagian pokok dalam supervisi adalah mensupervisi guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menyelenggarakan

pembelelajaran. Jadi tugas kepala sekolah dalam mensupervisi guru

mengajar sangat penting. Supervisi semacam ini disebut supervisi

akademik.

Sahertian dan Mataheru dalam Wahyudi (2015:100) Tujuan

supervise akademik sebagai tujuan konkrit supervisi pendidikan yaitu:


(1) membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan
pendidikan, (2) membantu guru dalam membimbing
pengalaman belajar siswa-murid, (3) membantu menggunakan
sumber-sumber pengalaman belajar , (4) membantu guru dalam
menggunakan metode-metode / alat-pembelajaran, (5)
membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa-
murid, (6) membantu guru dalam hal meningkatkan kemajuan
siswa-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri , (7) membantu
guru dalam melakukan reaksi mental atau moral kerja guru
dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka, (8)
membantu guru di sekolah sehingga mereka senang dengan
tugas yang diperolehnya, (9) masyarakat dan cara-cara
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, (10)
membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya
dalam pembinaan sekolahnya.

Tujuan supervisi di atas merupakan usaha atau bantuan yang

dilakukan oleh atasan kepada guru-guru untuk meningkatkan

kemampuan dan sosialnya. termasuk termasuk. Tujuan supervise

akademik adalah untuk meningkatkan kemampuan professional guru

dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang

baik. Salah satu supervisi akademik yang popular adalah supervisi

klinis ( Mulyasa, 2017;249).

Sergiovanni dalam Prasojo, (2015:84). menjelaskan

“Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran

sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru

dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari

serangkaian kegiatan supervisi akademik”. Alfonso, Firth, dan Neville

dalam Nur Aedi, (2014:184) menegaskan bahwa ada tiga konsep

pokok dalam pengertian supervisi akademik: (1) Supervisi akademik

harus secara langsung memengaruhi dan mengembangkan perilaku


guru dalam mengelola proses pembelajaran. (2) Perilaku supervisor

dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus

didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya

program pengembangan tersebut. (3) Tujuan akhir supervisi akademik

adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi peserta

didiknya.

Secara umum supervisi akademik bertujuan untuk membantu

guru dalam mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan

pembelajaran yang dicanangkan bagi muridmuridnya, Glickman

dalam Daryanto, (2015:5). “Sehingga melalui supervisi akademik

diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin

meningkat” Daryanto, (2015:5). “Pengembangan kemampuan dalam

konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata

ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar

guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitment) atau

kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan

meningkatkan kemampuan dan komitmen kerja guru, kualitas

pembelajaran meningkat”

Daryanto, (2015:38). Dengan demikian, supervisi akademik

yang baik adalah “supervisi yang berfungsi untuk mencapai multi

tujuan tersebut di atas. Keberhasilan supervisi akademik terjadi

apabila semua aspek berfungsi dengan semestinya dan tanpa

mengesampingkan tujuan lainnya”. Hanya dengan memperhatikan


ketiga tujuan supervisi akademik di atas, supervisi dapat berfungsi

mengubah perilaku mengajar guru serta meningkatkan kinerjanya

sebagai guru profesional dan berdampak nyata bagi peningkatan

prestasi peserta didik.

3. Peran dan fungsi Supervisor Akademik

Adapun peran dan fungsi supervisor menurut pendapat Peter F. Oliva

(1984:16) dapat mencakup :

1) The improvement of the teaching act (classroom visits,


individual and group confer- ences, directed teaching,
demonstration teaching, development of standards for self-
improvement, etc.).
2) The improvement of teachers in service (teachers' meetings,
professional readings, bibliographies and reviews, bulletins,
intervisitation, self-analysis and criticism, etc.).
3) The selection and organization of subject-matter (setting up
objectives, studies of subject-matter and learning activities,
experimental testing of materials, constant revision of
courses, the selection and evaluation of supplementary
instructional materials, etc.).
4) Testing and measuring (the use of standardized and local tests
for classification, diagnosis, guidance, etc.).
5) The rating of teachers (the development and use of rating
cards, of check-lists, stim- ulation of self-rating).
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1984) menjelaskan:

“supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu berfungsi

mencapai multi tujuan tersebut di atas”. Tidak ada keberhasilan bagi

supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu

dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi

ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah

perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru


ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid

yang lebih baik.

Alfonso, Firth, dan Neville (1984) mengemukakan bahwa:

“perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan

berpengaruh terhadap perilaku guru”. Ini berarti, melalui supervisi

akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga

perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar.

Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi

perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan

akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang

lebih baik.

Menurut Michael (2014:22) ada 10 karakteristik supervisi

akademik yaitu :

a. Mampu berhenti, merenung dan mempertimbangkan dengan


hati-hati apa yang memiliki pekerjaan mereka sendiri dan
dalam hubungan pengawas;
b. mampu melihat apa yang terjadi dari sejumlah tim, sistemik,
perspektif professional;
c. menjadi sadar diri dan mengetahui bagaimana seseorang
biasanya membuat keputusan suatu proses akan
menerjemahkan secara otomatis ke dalam keputusan etis
dengan cara seperti kita;
d. menjadi sadar akan kebutuhan sendiri dan bagaimana ini
dapat menganggu persepktif menang dari keputusan etis;
e. mengetahui bagaimana emosi dan instuisi memainkan peran
besar dalam karakter etis dan tidak bergantung pada metode
penyelesaian masalah yang logis dan rasional secara
emosional sadar dan cerdik membantu membuat dewasa
secara etis;
f. kami sering mengabaikan salah satu cara terbaik untuk
belajar: umpan balik. Karena pengalaman negatif dalam
menerima umpan balik dan kecemasan kita tentang kita
sering mengabaikan nilai dan pentingnya. Mintalah umpan
balik dan simpan umpan dan simpan umpan balik orang jika
anda benar-benar tertarik untuk belajar.
g. Kami salah menyamakan pengajaran dan pembelajaran,
mereka tidak selalu terhubung. Semua pembelajaran dimulai
dari kerangka acuan pembelajaran, sementara mengajar
mengundang pembelajaran ke dunia guru.
h. Satu ukuran tidak cocok untuk semua dalam pembelajaran.
Kita perlu mengatur pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan atau kebiasaan yang disesuaikan gaya belajar dan
kecerdasan belajar serta media pilihan individu yang berbeda.
i. Dalam lingkungan belajar yang disebut pengawasan adalah
pengawas yang mengakomodasi kencan, yang bergerak, yang
beradaptasi dengan kebutuhan belajar individu dari
pengawas. Fleksibelitas terus menjadi salah satu karakteristik
pengawas yang berperingkat tinggi.
j. Belajar adalah pengalaman emosional yang sama seperti
pengalaman kognitif atau rasional. Sangat pnting untuk
memastikan bahwa rasa malu tidak memasukiarena
pembelajaran atau pengawasan. Dari semua emosi itu adalah
yang menghambat pembelajaran.

4. Pendekatan Supervisi Akademik

Glatthorn dalam Wahyudi (2015:104) menjelaskan pendekatan

sebagai berikut: “Collegial supervision as a moderately formalized

process by which two or more teachers agreed to work together for their

own professional growth, usually by observing each other's classroom,

giving each other feedback about the observation, and discussing shared

professional concerns". Pengawasan kolegial sebagai proses yang

diformalkan secara moderat dimana dua atau lebih guru sepakat untuk

bekerja sama untuk pertumbuhan profesional mereka sendiri, biasanya

dengan mengamati kelas masing-masing, memberikan umpan balik satu

sama lain tentang pengamatan, dan mendiskusikan berbagi keprihatinan

profesional.
Menurut Mulyadi (2018: 32) bahwa pendekatan supervisi

akademik ada 4 yaitu:

a. Pendekatan Supervisi Directive

Pola ini dianggap kurang efektif karena guru tidak diberikan

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan

kreativitasnya. Supervisor mengambil sepenuhnya tanggungjawab

supervisi dan beranggapan bahwa dengan tanggungjawab itu dapat

melakukan perubahan perilaku mengajar dengan memberikan

pengarahan yang jelas setiap rencana kegiatan dapat dievaluasi.

Menurut Ali Imron (2011;75), bahwa: “supervisi directive

menampilkan perilaku-perilaku pokok yaitu klasifikasi, presentasi,

demontrasi, penegasan, standarisasi dan penguatan”. Hasil akhir

supervisi adalah berupa tugas guru. Pengkondisian guru melalui

lingkungan yang dibangun oleh supervisor diharapkan

memunculkan perilaku guru sebagaimana yang dikendaki. Ada 6

hal yang harus dilakukan supervisor dalam melaksanakan supervise

pembelajaran, yaitu : (1) supervisor mengklasifikasi permasalahan;

(2) supervisor mempersentasikan gagasan mengenai apa dan

bagaimana informasi akan dikumpulkan; (3) supervisor

megarahkan apa yang harus dilakukan oleh guru; (4) supervisor

mendemontrasikan kemungkinan perilaku guru; (5) supervisor

menetapkan patokan atau standar tingkah laku mengajar yang

dikendaki; supervisor menggunakan insentif social dan material.


Menurut Uray Iskandar (2017:34) Orientasi supervisi direktif

yaitu: “Cara terhadap masalah yang bersifat langsung, dimana

supervisor untuk melakukan perubahan terhadap perilaku meng

ajar guru lebih banyak memberikan pengarahan yang jelas terhadap

setiap rencana kegiatan yang akan dievaluasi Tanggung jawab

supervisi lebih banyak berada pada pihak supervisor”. Selanjutnya

Menurut Uray Iskandar (2017:34) menjelaskan kegiatan supervisi

direktif meliputi: “(1) Penguatan terhadap perilaku guru, (2)

Pemberian standar untuk pengembangan perilaku guru (3)

Pengarahan tindakan kepada guru, (4) Demonstrasi keterampilan

mengajar guru. ap pendekatan”.

b. Pendekatan non directive

Menurut Uray Iskandar (2017:35) menjelaskan orientasi

supervisi non-direktif adalah: “Pendekatan terhadap masalah

yang sifatnya tidak langsung, dimana supervisor mendengarkan,

mendorong bangkitkan kesadaran guru, mengajukan pertanyaan,

menawarkan pertanyaan, menawarkan pikiran bila di- minta dan

membimbing guru untuk melakukan tindakan”. Selanjutnya

kegiatan supervisi non-direktif Menurut Uray Iskandar

(2017:35) meliputi: “(1) Membesarkan hati guru, (2)

Pengklarifikasian per- masalahan yang dihadapi guru, (3)

Mendengarkan keluhan atau mem- guru”.


Belajar adalah pengalaman pribadi, sehingga pada

akhirnya individu harus mampu memecahkan masalahnya

sendiri. Peranan supervisor adalah mendengarkan, mendorong

atau membangkitkan kesadaran personal dan pengalaman-

pengalaman guru diklasifikasikan.

c. Pendekatan Kolaboratif

Menurut Uray Iskandar (2017:34) Orientasi Supervisi

Kolaboratif adalah: “Cara pendekatan yang memadukan

pendekatan direktif dengan non direktif menjadi pendekatan baru,

dimana supervisor lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan

secara cermat akan keprihatinan guru terhadap masalah perbaikan

mengajarnya dan juga gagasan guru untuk mengatasi masalahnya”.

Selanjutnya Uray Iskandar (2017:34) menjelaskan Kegiatan

supervisi kolaboratif meliputi: “(1) Negosiasi terhadap perilaku

guru, (2) pemecahan masalah yang dihadapi guru, (3) menunjukkan

ide tentang apa dan bagaimana informasi akan dapat

dikumpulkan”.

Tugas supervisor dalam hal ini adalah mendengarkan dan

memperhatikan secara cermat keprihatinan guru terhadap masalah

perbaikan mengajarkan dan juga gagasan-gagasan guru untuk

mengatasi masalah itu. Selanjutnya supervisor dapat meminta

penjelasan kepada guru apabila hal-hal yang diungkapkannya

kurang dipahami, kemudian ia mendorong guru untuk


mengaktualisasikan inisiatif yang dipikirkannya untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya atau meningkatkan

pengajarannya.

d. Pendekatan Development

Para supervisor menggunakan pendekatan yang bervariasi sesuai

dengan kebutuhan guru tertentu. Perbedaan kebutuhan itu,

diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan individual. Untuk itu

supervisor perlu mengenal dengan baik ketiga pola pendekatan

supervisi pengembangan itu. Supervisi pengembangan berangkat

dari proposisi yang didasarkan atas pandangan bahwa supervise

pengajaran jalin menjalin dengan perkembangan insani dan

belajarnya.

5. Kegiatan Supervisi Akademik

Dalam kegiatan supervisi akademik tidak terlepas dari 3 kegiatan

sebagai berikut :

a. Perencanaan

Salah satu tugas kepala sekolah adalah merencanakan

supervisi akademik agar kepala sekolah dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik, maka menurut Daryanto (2015:198) kepala

sekolah harus memiliki kompetensi membuat rencana program

supervisi akademik. Konsep perencanaan program supervisi

akademik dalam hal penyusunan dokumen, perencanaan

pemantauan serangkaian kegiatan, membantu guru


mengambangkan kemampuannya, mengelola proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam perencanaan ini, kepala sekolah juga perlu

mempertimbangkan model dan pendekatan yang akan dipakai

ketika melaksnakan supervisi akademik. Guru sebagai individu

yang berada pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan

profesionalitas yang beragam khususnya komitmen guru yang

berbeda-beda, maka supervise akademik yang akan dilaksanakan

perlu menggunakan model supervisi pengembangan.

Menurut Uray Iskandar (2017;33) bahwa: “Perencanaan

program supervisi akademik meliputi tahap penyusunan program

supervisi akademik meliputi tahap penyusunan program supervisi

(program tahunan dan program semesteran) dan tahap persiapan

seperti”.

b. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala

sekolah merupakan aktualisasi dari ketiga cakupan yaitu

mempersiapkan format instrument supervisi, mempersiapkan

materi pembinaan, mempersiapkan format isntrumen supervisi,

mempersiapkan materi pembinaan, mempersiapkan buku catatan

dan mempersiapkan data supervise/pembinaan sebelumnya.

Kemudian dalam kegiatan pemantauan, dilakukan terhadap

pelaksanaan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses


dan standar penilain. Untuk pemantauan terhadap standar isi dan

standar kompetensi lulusan dalam hal kepemilikan dokumen

kurikulum, komponen kurikulum dan penyusunan/pengembangan

silabus. Selanjutknya pemantauan terhadap standar proses dalam

hal penyaiapan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan proses

pembelajaran. Kemudian pemantauan terhadap standar penilaian

dlam hal perangkat penilaian, pelaksanaan penilaian dan hasil

penilaian.

Yang terakhir adalah penilaian yaitu melakukan penilaian

atas kinerja guru dalam hal merencanakan pembelajaran,

melaksnakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

membimbing dan melatih peserta didik dan melaksanakan tugas

tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai

dengan beban kerja guru.

Secara garis besar kegiatan di atas dijelaskan aoleh

Maswardi (2016:55) yang menyatakan bahwa :

Bantuan untuk supervise akademik bagi guru dilakukan


pada kegiatan (1) merencanakan pembelajaran, (2)
melaksanakan perencanaan pembelajaran, (3) memilih dan
menggunakan media pembelajaran, (4) menguasai materi
pembelajaran, (5) mengembangkan materi pembelajaran,
(6) menguasai kelas, (7) memilih dan menggunakan metode
pembelajaran, (8) menilai proses pembelajaran dan (9)
membimbing siswa.
c. Tindak lanjut

Menurut Lantip D. P dan Sudiyono (2015:120-121)

menjelaskan “Tindak lanjut dari hasil analisis merupakan

pemanfaatan hasil supervisi”. Selanjutnya Lantip D. P dan

Sudiyono menuliskan Isi materi pelatihan tentang tindak lanjut

hasil supervisi:

1). Pembinaan Kegiatan (a) Pembinaan langsung.


Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya
khusus, yang perlu perbaikan dengan segera dari hasil
analisis supervisi. 120Pembinaan tidak langsung.
Pembinaan ini dilakukan. (b) terhadap hal-hal yang
sifatnya umum yang perlu perbaikan dan perhatian setelah
memperoleh hasil analisis supervisi. 2). Penetapan
instrumen supervisi yang meliputi; (1) Persiapan guru
untuk mengajar, (Instrumen supervisi kegiatan belajar
mengajar, (3) Komponen dan kelengkapan instrumen, (4)
Penggandaan instrumen dan informasi kepada guru bidang
studi.

Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti agar memberikan

dampak yang nyata untuk meningkatkan profesionalisme guru.

Dampak nyata ini diharapkan dapat dirasakan masyarakat maupun

stakeholder. Menurut Daryanto (2015:218)

Tindak lanjut tersebut berupa penguatan dan penghargaan


yang diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar,
serta teguran yang bersifat mendidik diberikan guru yang
belum memenuhi standar dan guru diberi kesempatan
untuk mengikuti pelatihanlebih lanjut atau pembinaan
kembali agar profesionalisme guru meningkat.

Menurut Lantif (2015;120), bahwa: “konsep tindak lanjut

supervise akademik merupakan pemanfaatan hasil supervise”. Isi


materi pelatihan tentang tindak lanjut hasil supervise dibagi

menjadi 2 yaitu :

1) Pembinaan

a) Pembinaan langsung. Pembinaan ini dilakukan terhadap hsl-

hsl yang sifatnya khusus, yang perlu perbaikan dengan

segera dari hasil analisis supervisi.

b) Pembinaan tidak langsung. Pembinaan ini dilakukan

terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang perlu perbaikan

dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis supervisi.

2) Pemantapan Instrument Supervisi

a) Persiapan guru untuk mengajar. Terdiri dari silabus, RPP

(rencana pelaksanaan pembelajaran), program tahunan,

program semesteran, pelaksanaan proses pembelajaran,

penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses

pembelajaran.

b) Instrument supervise kegiatan belajar mengajar. Terdiri dari

lembar pengamatan dan suplemen observasi (keterampilan

mengajar, karakteristik mata pelajaran dan pendekatan

klinis).

c) Komponen dan kelengkapan instrumen, baik instrument

supervisi akademik maupun instrument supervisi non

akademik.
6. Teknik Supervisi akademik

Beberapa teknik supervisi akademik yang sering digunakan sebagai

berikut :

a. Teknik Supervisi Individual

Teknik supervisi individual menurut H.A. Mushlih dan R.A.

Suryadi (2018:101-105) ditujukan secara khusus bagi guru yang

memiliki masalah khusus dan bersifat perorangan yang kegiatan

meliputi : “1) Kunjungan kelas, 2) Observasi kelas, 3) Pertemuan

individual, 4) Kunjungan antar kelas, Menilai diri sendiri”.

1) Kunjungan kelas,

yaitu pengamatan proses mengajar, sehingga diperoleh yang

diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tahapan-tahapan

yang harus ditempuh dalam pelaksanaan kunjungan kelas

adalah persipan, pengamatan dan tindak lanjut.

2) Observasi kelas,

dapat diartikan melihat dan memperhatikan secra teliti

terhadap gejala yang nampak. Adapun aspek-aspek yang

diamati adalahaktivitas dan kegiatan guru dan siswa dalam

proses pembelajaran, penggunaan media dan reaksi siswa

dalam proses pembelajaran.

3) Pertemuan individual
Yang diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu classroom-

conference, office-conference, causal conference dan

observational-visitation.

4) Kunjungan antar kelas,

Yaitu uapaya memperoleh pengalaman baru dari teman

sejawat mengenai proses pembelajaran pengelolaan kelas.

5) Menilai diri sendiri,

Seperti meminta pendapat siswa terhadap proses KBM dan

analisis tes.

b. Teknik Supervisi Kelompok

Menurut H.A. Mushlih dan R.A. Suryadi (2018:105-106)

“Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan

program supervisi vang ditujukan pada dua orang atau lebih,

memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang

sama dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama”. selanjutnya H.A.

Mushlih dan R.A. Suryadi (2018:101-105) menjelaskan:

“Pelaksanaan teknik supervisi kelompok dapat dilakukan


dengan cara pertemuan atau rapat, diskusi kelompok, dan
mengadakan pelatihan-pelatihan/workshop atau kegiatan
lain yang relevan”. 1) Mengadakan pertemuan atau rapat
(meeting). Seorang pengawas sekolah menjalankan
tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. 2)
Mengadakan diskusi kelompok (group discussions).
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk
kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. 3)
Mengadakan pelatihan (inservice-training). Teknik ini
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, misalnya
pelatihan untuk guru mata pelajaran tertentu.
Teknik supervisi kelompok adalah suatu cara melaksnakan

program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-

guru yang diduga sesuai dengan analisis kebutuhan memiliki

masalah dan kelemahan yang sama dikelompokkan dan diberikan

layanan supervise sesuai dengan kebutuhsn. Beberapa Teknik

supervise kelompok dilakukan dengan cara demontrasi

pembelajaran, pertemuan guru, lokakarya, seminar, workshop, dan

kelompok kerja guru.

Layanan supervisi akademik bagi para guru dapat dilakukan

dengan berbagai pendekatan, yaitu pendekatan langsung,

pendekatan tidak langsung, dan pendekatan kolaboratif.

Pendekatan langsung merupakan cara yang dilakukan oleh

supervisor dengan memberikan arahan secara langsung termasuk

memberikan penguatan (reinforcement) dan hukuman

(punishment). Sedangkan pendekatan tidak langsung adalah cara

menyelesaikan masalah dengan lebih menghargai dan memberikan

kesempatan pada guru untuk mengemukakan persoalannya.

Sementara itu pendekatan kolaboratif merupakan perpaduan antara

pendekatan sebelumnya yaitu pendekatan tidak langsung dan

pendekatan langsung.Untuk melaksanakan berbagai pendekatan

tersebut diperlukan teknik atau cara yang lebih spesifik.

Adapun teknik yang dapat dipergunakan dalam

melaksanakan supervisi akademik dapat meliputi teknik individual


dan teknik kelompok. Teknik individual adalah teknik supervisi

yang dilakukan secara sendiri-sendiri seperti melaksanakan

kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, intervisitasi,

dan evaluasi diri. Sedangkan teknik kelompok adalah teknik

supervisi yang dialakukan secara berkelompok, seperti kegiatan

orientasi dosen baru, penitia pelaksana, rapat para dosen, diskusi

dan seminar, tukar-menukar pengalaman, demonstrasi mengajar,

buletin dan perpustakaan, serta studi banding.

7. Kepala sekolah sebagai supervisor

Supervisor menurut Wahyudi dalam Syahbani (2019:88)

“Supervisor adalah seorang yang profesioal. Dalam menjalankan

tugasnya ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk

menungkatkan mutu pembelajaran”. Kepala sekolah dalam hal ini

mempunyai kedudukan sebagai supervisor yang mempunyai kedudukan

yang profesional dalam mengemban tugas sebagai pemimpin di sekolah.

Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat

didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas

untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar

mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi

oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Hal

ini disebabkan tidak mudah untuk menjadi kepala sekolah karena


banyak hal yang harus dipahami, banyak masalah yang harus

dipecahkan dan banyak strategi yang harus dikuasai oleh seorang kepala

sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen yang paling

berperan dalam meningkatkan kaulitas pendidikan.

Kepala sekolah bertanggung jawab atas pendidikan di sekolah

yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajarn di sekolah.

Menurut Budi (2012;110) bahwa:

kompetensi supervisi kepala sekolah meliputi (1)


merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatkan profsional guru, (2) melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat, (3) menindaklanjuti hasil
supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatkan profesionalisme guru.

Dalam merencanakan supervisi kepala sekolah membuat

perencanaan pelaksanaan kegiatan supervisi. Guru-guru mata pelajaran

apa yang akan di supervisi. Guru-guru mata pelajaran apa yang akan

disupervisi dan kapan akan dilaksanakan. Sebelum melaksanakan

observasi kelas sebagai rangkaian dari kegiatan supervisi. Menentukan

teknik apa yang akan digunakan dan menyiapkan instrument untuk

menilai kinerja guru dalam pembelajaran. Dengan perencanaan yang

dibuatnya, diharapkan kepala sekolah dapat melaksanakan kegiatan

supervise dengan sebaik-baiknya.

Pada saat melaksanakan kegiatan supervisi sebaiknya

mengambil tempat yang tidak menganggu proses belajar mengajar,

tidak mengganggu atau membuyarkan konsetrasi siswa terhadap


pelajaran yang dihadapi. Dengan demikian supervisor dapat dengan

leluasa menilai kinerja guru dalam pembelajaran sedangkan guru dan

siswa tetap dapat melaksnakan proses belajar mengajar dengan baik.

Setelah kegiatan observasi selesai, sebaiknya supervisor

melakukan wawancara dalam suasana keakraban dengan guru yang

disupervisi. Hal ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kelebihan, hal-

hal positif, kelemahan, kekurangan dan untuk meningkatkan hal-hal

yang baik. Hal ini dimaksudkan untuk melengkapi informasi yang telah

ada sehingga diperoleh hasil supervisi yang benar-benar sesuai dengan

fakta yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya hasil

supervisi yang diperoleh tersebut dapat ditindaklanjuti oleh kepala

sekolah dengan memberikan saran-saran kepada guru melalui pertemuan

secara tatap muka atau melalui bentuk lainnya.

Menurut Suthon Masyud (2014;228) peran kepala sekolah

sebagai supervisi ada 4 yaitu :

1. Mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran


Upaya perbaikan dan peningkatan mutu pengajaran hanya
mungkin dilakukan apabila guru dan pembina mengenal
dan memahami masalah yang sedang dirasakan. Untuk
maksud tersebut supervisor dan guru dapat melakukan
penelitian bersama (kelompok) dalam bentuk action
research.
2. Bertindak sebagai narasumber
Sebagai narasumber, supervisor hendaknya bertindak
sebagai konsultan, tempat dimana guru-guru
menyampaikan keluhan atau permasalahan-permasalahn
yang dihadapi di dalam melaksanakan tugas.supervisor
harus memiliki kemampuan dibidang kurikulum,
metedelogi pengajaran dan pengembangan staf.
3. Melakukan komunikasi antar pribadi
Komunikasi supervisor dengan seorang guru yang
dimaksud dengan komunikasi antar pribadi. Dalam
melakukan komunikasi seorang supervisor dapat
menciptakan kondisi atau keadaan dimana guru yang
disupervisi merasa bebas dalam mengemukakan
permasalahan atau pendapatnya.
4. Bertindak sebagai agen perubahan dalam sistem sekolah
Guru-guru diharapkan mau dan mampu mengambil
tanggungjawab untuk menilai dan memutuskan apa yang
terbaik bagi mereka dalam upaya mengubah atau
memperbaiki perilaku mengajar. Peran supervisor adalah
memberi dukungan, bantuan, saran atau layanan yang
mereka butuhkan.

Menurut Suryosubroto (2010;187) dalam melaksnakan tugas

sebagai supervisor , kepala sekolah perlu memperhatikan prinsip-

prinsip sebagai berikut :

1. supervise harus bersifat konstruktif dan kreatif sehingga


menimbulkan dorongan untuk bekerja;
2. realistik dan mudah dilaksnakan;
3. menimbulkan rasa aman kepada guru/karyawan;
4. berdasarkan hubungan professional;
5. Harus memperhatikan kesanggupan dan sikap
guru/pegawai;
6. Tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat
menimbulkan kegelisahan bahkan sikap antipasti dari
guru;
7. supervise tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat,
kedudukan dari kekuasaan pribadi;
8. Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan
kekurangan;
9. supervise tidak dapat terlalu cepat mengharap hasil;
10. supervise hendaknya juga bersifat prefektif, korektif dan
kooperatif.

8. Pelaksanaan supervisi akademik

Menurut Mulyasa (2017;250) bahwa pelaksanaan supervise ada 3 tahap

yaitu :
1) Tahap pertemuan awal yaitu dimana kepala sekolah
menciptakan suasana yang akrab dengan guru sehingga terjadi
kolegial.
2) Tahap observasi kelas yaitu dimana kepala sekolah melakukan
pengamatan dikelas, di lab atau di lapangan dengan
menggunakan instrument yang telah disepakati.
3) Tahap pertemuan umpan balik yaitu kepala sekolah melakukan
diskusi terbuka dengan guru dengan memberikan penguatan
terhadap penampilan guru agar tercipta suasana yang akrab dan
menanyakan perasaan, menanyakan masalah yang dihadapi
dan menganalisis.

9. Penilaian keberhasilan supervisi akademik

Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan

tingkat keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik

penilaian adalah proses sistematik untuk menentukan tingkat

keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan pembelajaran

guru. Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran untuk :

(1) menentukan apakah pengajar (guru) telah tercapai kreteria

pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan dan (2)

untuk menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-

komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan berikutnya.

10. Perbaikan supervisi akademik

Langkah-langkah dalam perbaikan supervisi akademik :

1) Me-review rangkuman hasil penilaian

2) Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru

tidak tercapai, maka dilakukan penialain ulang

3) Apabila tujuan belum tercapai maka mulailah merancang kembali

program supervise akademik guru untuk masa berikutnya.


4) Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang

kembali pada masa berikutnya.

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Leniwati dan Yaser Arafat (2017) berjudul Implementasi Supervisi

Akademik Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru SMA

Negeri 1 Sembawa Banyuasin, Universitas PGRI Palembang.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif.

Kesimpulan Dalam implementasi supervisi akademik di SMAN 1

Sembawa dilakukan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi atau tindak lanjut dari supervisi tersebut.

Dalam perencanaan, kepala sekolah menerbitkan surat keputusan (SK)

yang dilampiri jadwal pelaksanaan supervisi. Dalam pelaksanaannya,

kegiatan supervisi dilaksanakan dengan cara biasa (di luar kelas) dan

klinis ( dalam kelas). Guru – guru SMAN 1 Sembawa merespon positif

supervisi akademik oleh kepala sekolah karena kegiatan supervisi

sangatlah penting dilakukan untuk mengubah kinerja guru menjadi

lebih baik.

2. Eva Gusseventini. (2017). Implementasi Supervisi Akademik Kepala

Sekolah di SMA Negeri 1 Kota Lubuklinggau, FIKIP UNIP.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana supervisi

akademik kepala sekolah di SMA Negeri I Lubuklinggau. Secara

khusus penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana supervisi

akademik kepala sekolah direncanakan, dipelaksanaan, dievaluasi, dan


ditindak lanjuti. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptifkualitatif. Tehnik pengumpulan data dilakukan

melaluiwawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik

terhadap guru-guru dengan menggunakan metode klinis melalui

kunjungan kelas, tindak lanjut supervisi dengan membuat team guru

mata pelajaran untuk bertukar pikiran tentang perangkat pembelajaran

dan bagaimana mengolah kelas dengan baik.

3. Saepudin. (2012). Pengaruh Supervisi Akademik Terhadap Kinerja

Guru Pada SMA Negeri Di Guligas 2 Sliyeg Kabupaten Indramayu,

FISIP UI, Jakarta.

Penelitian ini tentang Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala

sekolah mempengaruhi kinerja guru. Kinerja guru menentukan

keberhasilan dalam pmbelajaran di sekolah. Pentingnya persiapan

mengajar dengan desain RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

yang meliputi pembukaan, kegiatan inti dan evaluasi dilaksanakan

dengan proporsi yang akurat serta menggunakan media yang modern

dan metode yang variasi sehingga mengurangi kejenuhan siswa dalam

pembelajaran. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan dan

pengaruh antara supervisi akademik dengan kinerja guru pada jenjang

SMA Negeri di Guligas 2 Sliyeg Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

pada tahun 2011. Analisis ini dilandasi teori Amatembun (1981) dan

Alfonso, Farith, serta Novella (1981) yang isinya bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja guru diantaranya adalah supervisi akademik

yang dilakukan oleh kepala sekolah. Penelitian ini merupakan

penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix

method). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran

kuesioner, wawancara, dan observasi kemudian dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Hasil uji korelasi dan

regresi bahwa variabel bebas (supervisi akademik) dalam penelitian ini

ada hubungan dan mempengaruhi variabel terikat (kinerja guru) secara

signifikan sebesar 58,8% di Guligas 2 Sliyeg.

4. Maizirwan. (2012). “Pelaksanaan Superv isi Akademik di SMA Negeri

2 Tilatang Kamang Kabupaten Agam”. Tesis.Program Pascasarjana

Universitas Negeri Padang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) Kepala sekolah belum

memiliki program supervisi akademik, 2) Supervisi Akademik oleh

kepala sekolah hanya dadakan, 3) Kepala Sekolah belum

menindaklanjuti hasil supervisi, dan 4) Guru merasa grogi karena

tujuan dan fungsi supervisi akademik belum dipahami guru. Dari hasil

penelitian ini, Peneliti menyimpulkan bahwa; 1) pelaksanaan supervisi

akademik kepala sekolah di SMAN 2 Tilatang Kamang belum

terlaksana sesuai dengan standar supervisi, 2) Kepala sekolah belum

menindaklanjuti hasil supervisi, dan 3) Guru merasa grogi disupervisi

oleh kepala sekolah karena tujuan dan fungsi supervisi akademik

belum dipahami guru. Pada tesis ini, Peneliti menyarankan; 1) kepada


kepala sekolah, (a) agar menyusun dokumen supervisi akademik pada

awal tahun pelajaran, (b) menulis dan melaksanakan program tindak

lanjut hasil supervisi akademik, (c) memahami kepribadian guru dalam

pelaksanaan supervisi, 2) kepada para guru, mempelajari dan

memahami konsep, tujuan, fungsi, dan ruang lingkup supervisi

akademik untuk memperbaiki proses pembelajaran, 3) kepada pihak

terkait, dalam merekruit kepala sekolah agar mengacu kepada Standar

Kompetensi Kepala Sekolah, dan 4) kepada Dinas

Pendidikan/Pengawas Sekolah Kabupaten Agam disarankan

melakukan penilaian kinerja kepala sekolah secara berkala dan

melakukan pembinaan bagi kepala sekolah yang kinerjanya dibawah

rata-rata.

5. Suratni Muhammmad (2014) meneliti tentang “Supervisi pendidikan di

SMA negeri Kota Bekasi”.

Fokus penelitian ini adalah supervise akademik yang dilakukan oleh

kepala sekolah. Penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dengan

metode studi kasus. Adapun sumber data kepala sekolah, guru dan staf,

siswa, komite sekolah, pengawas sekolah dan kepala sekolah dan

kepala dinas pendidikan. Prosedur pengumpulan data dengan

dilakukan melalui observasi langsung.

Hasil penelitian menunjukkan supervise dilakukan secara

berkelanjutan oleh kepala sekolah yang dibantu oleh MGMP

(Musyawarah guru mata pelajaran). Dalam melaksnakan supervise


dilihat dari kegiatan kepala sekolah yaitu monitoring dan evaluasi.

Sistem monitoring masih bersifat manual, masih terdapat kendala

minor dalam melaksanakan monitoring, dalam melaksnakan evaluasi

kepala sekolah melaksnakan kesepakatan bersama dengan pihak-pihak

terkait dalam menyusun indicator dan item yang akan dievaluasi,

evaluasi didasarkan pada prinsip objektifitas, evaluasi dilaksnakan

secara berkala pada awal semester dan akhir semester. Evaluasi

dilaksnakan pada prilaku guru atau behaviour secara invidual atas

perkerjaan yang dilakukan secara multipersonal evaluation.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, hal ini

didasarkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mencari unsur-unsur yang

penting dan unik dalam supervisi pendidikan yang dijalankan oleh kepala

sekolah di SMA Negeri 1 Balai Kabupaten Sanggau baik dari sudut pandang

tempat (place), para pelaku (actor) yang terlibat dalam managemen tersebut,

aktivitas maupun respon dari lingkungan sekitar. Dengan metode ini

diharapkan penelitian ini dapat memotret pengalaman yang dialami oleh para

subjek yang terlibat dengan pengamatan dan wawancara dengan para pelaku

sehingga akan mendapat gambaran yang menyeluruh tentang supervisi

pendidikan oleh kepala sekolah di SMA Negeri 1 Balai Kabupaten Sanggau.

Tahapan penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu:

1. Tahap pra lapangan,

Berbagai aktifitas dilakukan dalam tahapan ini diantaranya: peneliti

menyusun rancangan penelitian, memilih focus peneilitian, mengurus

perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih informan,

menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan,

Berbagai aktivitas yang akan dilakukan yaitu memahami latar penelitian

dan mempersiapkan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil


mengumpulkan data dari informan dan menjalin hubungan yang dalam

dengan informan.

3. Tahapan analisis data.

Dalam tahapan ini peneliti akan menganalisis data yang telah

dikumpulkan dan dikaitkan dengan berbagai teori yang relevan untuk

menarik kesimpulan akhir.

Langkah yang ditempuh dalam penelitian ini mengikuti main steps

seperti yang diajukan oleh Bryman adalah: (a) menentukan pertanyaan

penelitian secara umum, (b) Memilih lokasi yang relevan dan subjek

penelitan, (c) mengumpulkan data yang relevan, (d) mengolah data penelitian,

(e) interprestasi data, (f) bekerja pada tataran konseptual dan teoritikal, (g)

menyimpulkan hasi; penelitian dan menulis laporan penelitian.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4)

mendefinisikan “penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi”. Lebih lanjut

Moleong (2007:11) mengemukakan “bahwa penelitian deskriptif menekankan

pada data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan

oleh adanya penerapan metode kualitatif”. Selain itu, semua yang akan

dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah akan

diteliti. Pengambilan sampel atau sumber data pada penelitian akan dilakukan
secara puposive dan untuk ukuran sampel tersebut ditentukan secara snowball,

taknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisa data bersifat

kualitatif dan hasil penelitian menekankan makna generalisasi. Hasil dari

penelitian ini nantinya hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan

wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai pemahaman, Supervisi Akademik

di SMA Negeri 1 Balai Kabupaten Sanggau.

Pendekatan ini akan langsung menunjukkan setting dan individu-

individu, dalam setting itu secara keseluruhan subyek penyelidikan, baik

berupa organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang

terpisah atau menjadi hipotesis, malainkan dipandang sebagai bagian dari

suatu keseluruhan. Pendekatan penelitian ditinjau dari jenis datanya

pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.

Adapun jenis pendekatan penelitian nantinya adalah penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk

menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai: Supervisi Akademik di

SMA Negeri 1 Balai Kabupaten Sanggau. Secara mendalam dan

komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat

diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan

manajerial kepala sekolah, di sekolah yang akan diteliti.


C. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada

hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai instrument

penelitian utama (Sugiyono 2015:60). Bahkan dalam penelitian kualitatif

posisi peneliti menjadi instrument kunci. Untuk itu validitas dan reliabilitas

dan kualitatif banyak tergantung pada keterampilan metodelogis, kepekaan

dan integritas peneliti sendiri.

Sebagai instrument kunci kehadiran dan keterlibatan peneliti di

lapangan lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran dari

subjek peneiltian dibandingkan dengan penggunaan alat non human (seperti

intrumen angket), sebab dengan demikian penelitian dapat

mengkonfirmasikan dan mengadakan pengecekan kembali pada subjek

apabila informasinya kurang atau tidak sesuai denga tafsiran peneliti melalui

pengecekan anggota (member checks).

Sebagai instrument kunci peneliti menyadari bahwa dirinya

merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus menjadi

pelapor dari hasil peneiltian sendiri. Karenanya peneliti harus bisa

menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lapangan. Hubungan baik

antara peneliti dan subjek penelitian sebelum, selama maupun sesudah

memasuki lapangan merupakan kunci utama dalam keberhasilan

pengumpulan data.

Hubungan yang baik dapat menjamin kepercayaan dan saling

pengertian tingkat kepercayaan yang tinggi akan membantu kelancaran proses


penelitian, sehingga ata yang diinginkan dapat diperoleh dengan mudah dan

lengkap. Peneliti harus menghindari kesan-kesan yang merugikan informan.

Kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan diketahui secara terbuka oleh

subjek penelitian.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Supervisi Akademik di SMA Negeri 1 Balai

Kabupaten Sanggau, beralamat di Dusun Hulu Desa Hilir, Kec. Balai, Kab.

Sanggau, Kalimantan Barat, dengan kode pos 78563. Peneliti sudah

melakukan observasi dan tertarik untuk penelitian Supervisi Akademik di

SMA Negeri 1 Balai Kabupaten Sanggau dari data observasi diperoleh :

1. Identitas Sekolah
a. NPSN : 30102091
b. Status : Negeri
c. Bentuk Pendidikan : Sekolah Dasar
d. Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
e. SK Pendirian Sekolah : 420/6006/DIKBUD-A
f. Tanggal SK Pendirian : 1980-01-01
g. SK Izin Operasional : 420/6006/DIKBUD-A
h. Tanggal SK Izin Operasional : 1910-01-01
2. Data PTK dan Peserta Didik

Uraian Guru Tendik PTK PD

Laki-laki 8 1 9 170

Perempuan 14 1 15 170

Total 22 2 24 340
3. Data Sarpras

Semester
Semester 2023/2024
No Jenis Sarpras 2023/2024
Genap
Ganjil

1 Ruang Kelas 15 15

2 Ruang Perpustakaan 1 1

3 Ruang Laboratorium 1 1

5 Ruang Pimpinan 1 1

6 Ruang Guru 1 1

8 Ruang UKS 1 1

9 Ruang Toilet 14 14

16 Ruang Bangunan 13 13

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu ;

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

(atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi

sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, Guru

Senior, siswa kelas i, ii, iii, iv, v dan vi sampel di Supervisi Akademik di

SMA Negeri 1 Balai Kabupaten Sanggau.

Tabel III.1 Karakteristik Sampel

Jenis kelamin
No Jabatan Jumlah umur
Laki-laki Perempuan
1 Kepala sekolah 1 1
2 Guru Senior 1 1
3 Guru Biasa 1 1
4 Siswa 6 1 2 6-12
Sumber : Data primer

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan

yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung

di lapangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis melakukan observasi,

wawancara dan dokumentasi serta pembuatan field note. Pengumpulan data

dilakukan dengan natural setting, sumber data primer dan menekankan pada

observasi berperan (participant observation), serta wawancara mendalan dan

dokumentasi serta pembuatan catatan lapangan (field note) sejak dari awal

observasi awal hingga akhir pengumpulan data field akan terus direcord oleh

peneliti.

Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument.

Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2014;272).

Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi untuk mendapatkan

data dan informasi yang diperlukan dan dikumpulkan melalui pengamatan

terhadap dokumen-dokumen sekolah berupa dokumen susunan organisasi

sekolah, dokumen laporan pengamatan dan evaluasi serta monitoring kepala


sekolah terhadap kompetensi supervisi kepala sekolah SMA Negeri 1 Balai

Kabupaten Sanggau.

Wawancara akan dilakukan pada semua informan kunci dalam

penelitian dengan pengajuan sejumlah pertanyaan yang relevan untuk

mengali informasi terkait dengan supervisi akademik di Supervisi Akademik

di SMA Negeri 1 Balai Kabupaten Sanggau. Wawancara akan dilakukan

secara terpisah antara informasi satu dengan lainnya.

Field note akan menjadi aktivitas setiap kali peneliti terjun untuk

mengambil data. Field note memuat informasi segala aktivitas yang

dilakukan pada hari peneliti mengambil data di lokasi penelitian. Field

merangkum aktifitas sejak awal masuk ke Supervisi Akademik di SMA

Negeri 1 Balai Kabupaten Sanggau hingga meningggalkan tempat penelitian

ataupun kegiatan yang dilakukan.

G. Jenis Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai tahapan di lapangan. Namun

dalam penelitian kualitatif data lebih difokuskan pada tahap selama di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data yang bersifat on going

process.

1. Reduksi data

Data diperoleh di lapngan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Jumlah data yang diperoleh dalam

penelitian kualitatif cukup banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
segera dilakukan reduksi data yang artinya merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, diperlukan

berdasarkan tema dan membuang data yang dianggap tidak perlu

2. Penyajian data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya yaitu menyajikan

data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori/flowchart dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan dalam enyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Menyimpulkan data

Langkah yang ketiga menarik kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung,

namun sebaliknya, jika kesimpulan yang dikemukakan di awal didukung

oelh bukti-bukti di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel

H. Pengecekan Keabsahan Temuan

1. Kredibilitas

Data yang peneliti temukan berdasarkan dokumen kemudian

dicocokkan dengan hasil pengamatan yang kemudian lebih diperdalam

dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan responden. Diskusi

nonformal juga sering peneliti lakukan untuk menggecek data yang

peneliti temukan.
2. Tranferabilitas

Uji ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian

dapat diterapkan atau digunakan dalam penelitan lain. Nilai ini

bergantung pada pemakai namun tidak ada yangdapat menjamin secara

mutlak bahwa hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks

dan situasi social lain.

3. Dependebilitas

Ini dilihat dari lampiran wawancara yang peneliti dokumentasikan

dalam bentuk video. Catatan lapangan juga peneliti lampirkan beserta

foto dan dokumen pendukung lain seperti surat keterangan penelitian.

4. Konfirmasibilitas

Uji keabsahan juga disebut uji objektifitas penelitian. Menguji

konfirmasibilitas berarti menguji keabsahan data dan hasil penelitian

dikaitkan dengan proses yang dilakukn. Apakah penelitian benar-benar

dilakukan dan apakah data diambil secara benar. Maka harus

dikonfirmasi kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad R. dkk. (2018). Supervisi Pendidikan Teori dan Praktik. Bandung. PT


Remaja Rosdakarya.

Alfonso, Firth, Neville (1981). Instructional Supervision: Boston. Atlantic


Avenue.

Arikunto. S. (2014). Prosedur Penelitian; Jakarta, Rineka Cipta.

Banun S.M. (2010). Supervisi Meningkatkan Kualitas Professional Guru.


Yogyakarta. Alfabeta.

Bogdan, Robert dan Taylor, (2003:263-267) Pengantar Metode Penelitian


Kualitatif, Terjemahan oleh Arief Rurchan, Surabaya : Usaha Nasional.

Carrol M. (2014). Effective Supervision in the Helping Professions. California.


Replika Press,

Daryanto dan Rahmawati. T (2015), Supervisi Pembelajaran: Yokyakarta,


Penerbit Gava Media.

Diat L.P. (2015). Supervisi Pendidikan: Yogyakarta, Gava Media

Fathurrahman P.. (2011). Supervise Pendidikan dalam Pengembangan Proses


Pengajaran. Bandung. PT. Refika Aditama.

Glickman. 1953. Supervision of introction. Boston: Allyn And Bacon Inc.

Imron A.(2011). Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta,


Bumi Aksara.

Iskandar U. (2017). Kepala sekolah sebagai Pemimpin Perubahan. Pontianak.


Pustaka Rumah Aloy

Juni D. (2014). Managemen Supervisi dan kepemimpinan kepala sekolah.


Yogyakarta. Alfabeta.

Maswardi (2016). Managemen Mutu. Yogyakarta. Media Akademi.

Masyhud. M.S.(2014). Managemen Profesi Kependidikan; Yogyakarta, Kurnia


Kalam Semesta.

Moleong, (2001), Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Mulyadi (2018). Supervisi Akademik. Malang. Madani kelompok Instans
Publishing,

Mulyasa. (2017). Managemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta.Bumi


Aksara.

Mushlih. H.A dan Suryadi R.A (2018), Supervisi Pendidikan Teori dan Praktek:
Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Oliva. P (1984). Supervision for Todays school’s schools. Logman, New York.

Prasojo. D. L dan Sdiyono (2015) Supervisi Pendidikan: Yokyakarta, Penerbit


Gava Media

Richacrd F. Neville (1981). Instructional Supervision. Boston. Allyn and Bacon.

Sergiovanni T. J. (1982). Supervision of teaching. Amerika. Printed in the United


States of

Sugiyono. (2015). Memahami penelitian Kualitatif; Bandung, Alfabeta.

Suhardiman. B (2012). Studi Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta. Penerbit


Rineka Cipta.

Suryosubroto (2010). Managemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta. PT Rineka


Cipta.

Wahyudi, (2015) Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi


Pembelajaran : Bandung, Alfabeta.

Peraturan:

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang


Standar proses

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007, tentang


Standar Kepala Sekolah/Madrasah

Penelitian Terdahulu:

Eva Gusserventini. (2017) Implementasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah di


SMA Negeri 1 Kota Lubuklinggau, FIKIP UNIP
Leniwati, Yaser Arafat (2017), berjudul Implementasi Supervisi Akademik Kepala
Sekolah untuk meningkatkan kinerja guru SMA Negeri I Sembawa
banyuasin, Universitas PGRI Pelembang

Maizirin (2012). Pelaksanaan Supervisi Akademik di SMA Negeri 2 Tilatang


kamang kabupaten Agam, Univesitas Negeri Padang

Saepudin. (2012). Pengaruh Supervisi Akademik terhadap Kinerja Guru pada


SMA negeri di Guligas 2 Sliyeg Kabupaten Indramayu, FISIP UI, Jakarta.

Suratmi Muhamad (2014). Supervisi Pendidikan di SMA Negeri Kota Bekasi.

Negley (1980:20): Jones (1969:302)

Mulyasa (2017:252)

Risnawati, (2014:214).

Kimball Wiles dalam Maryono, (2011:30)

Glickman (1953:56).:

Risnawati, (2014:214).

Menurut Michael (2014:22)

Arikunto, 2014;272).

Anda mungkin juga menyukai