Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN MODEL SUPERVISI KEPALA SEKOLAH BERBASIS

TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DI SMK MUHAMMADIYAH DI KABUPATEN KUDUS
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang integral dalam kehidupan
manusia, dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki sesuai dengan nilai-nilai
didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian dari nilai-nilai
yang ada berlangsung suatu proses yang selaras dengan tujuan utama
pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan pengetahuan
keterampilan dan sikap anak didik secara optimal. Proses pendidikan
sangat menentukan kepribadian, skill serta budi pekerti manusia tersebut.
Pendidikan merupakan salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa
depan suatu bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen
masyarakat, bangsa atau pun negara dalam menyelenggarakan
pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan menjadi faktor utama
atau penentu bagi masa depan bangsa. Dalam rangka perwujudan fungsi
idealnya untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut,
sistem pendidikan di Indonesia haruslah senantiasa mengorientasikan diri
menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat
Indonesia sebagai konsekuensi logis dari perubahan.
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar sebagai upaya untuk
tercapainya tujuan pendidikan. Penanggung jawab dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan di sekolah ditentukan pula bagaimana akhlak
dan kinerja guru. Tinggi rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi
oleh kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena
guru secara langsung memberikan bimbingan dan bantuan kepada
siswa dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Kepala sekolah memimpin lembaga dengan peranan yang sangat
besar bagi peningkatan kemajuan sekolah. Hal ini dikarenakan tugas
kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan yang telah diprogramkan agar
menjadi terarah, terfokus dan berhasil dengan baik.
Menurut Sergiovani dan Starrat yang dikutip oleh E.Mulyasa
mengatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang
secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam
mempelajari tugas-tugasnya sehari-hari di sekolah, agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan
layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah
sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.1
Ada kecenderungan yang kuat bahwa untuk meningkatkan kualitas
layanan dalam kualifikasi profesional guru yang perlu dibina dan ditata
kembali kemampuannya sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk mengarahkan program guru agar menjadi sosok professional
dalam pendidikan. Hal ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah berkewajiban
membantu guru memberi dukungan yang dapat melaksanakan tugas
dengan baik sebagai pendidik maupun pengajar. Sebagai guru yang
profesional mereka harus memiliki keahlian khusus dan dapat
menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu
pengetahuan yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa
pendidikan tertentu.
Dalam penelitian ini supervisor efektif dalam lembaga pendidikan
adalah kepala sekolah yang baik. Kepala sekolah yang merupakan center
of leader dalam membantu efektivitas belajar mengajar. Sebagaimana
yang telah kita ketahui, bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan tingkat operasional memiliki sentral dalam membawa
keberhasilan lembaga pendidikan. Kepala sekolah berperan memandu,
menuntun, membimbing, membangun, memberi dan memotivasi kerja,

1
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 111.
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik,
memberi supervisi atau pengawasan yang efesien dengan ketentuan
waktu dan perencanaan.2
Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggung
jawab untuk peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran di sekolah serta mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu ia harus
melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-
prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat. Pembinaan-
pembinaan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru dapat
meningkatkan kinerja dan dedikasi guru dalam dunia pendidikan. Guru
terbantu untuk selalu melakukan inovasi pembelajaran kepada peserta
didik sehingga nilai-nilai pembelajaran dapat secara maksimal terserap
dan membentuk kepribadian terbaik peserta didik.
Tugas seorang supervisor adalah membantu, mendorong dan
memberikan keyakinan kepada guru, bahwa proses belajar
mengajar dapat memberikan pengembangan berbagai pengalaman,
pengetahuan, sikap dan keterampilan guru, dan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru tersebut harus dibantu secara profesional
sehingga guru dapat berkembang dalam pekerjaannya yaitu untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tugas mulianya tersebut
adalah tanggung jawab kepala sekolah sebagai "first power motivation"
kepada guru dan siswa di sekolah. Bantuan motivasi dapat berupa
penghargaan terhadap guru yang berprestasi, pemberian pembinaan -
pembinaan cara pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, dan juga
pemberian hukuman yang tegas sebagai pendidikan yang baik kepada
para guru yang tidak melaksanakan tugas dengan baik sebagai
konsekuensi logis.

2
Hendiyat Sutomo, Waety Suemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara. 1984),
hlm1.
Dalam kegiatan supervisi pengajaran kepala sekolah bukan
hanya berfungsi sebagai supervisor. Tetapi juga adanya pengawasan
melekat pada diri kepala sekolah mempunyai dua hal dalam pengawasan
yaitu Built in Control (pengawasan melekat) dan juga Fungtion Control
(fungsi pengawas). Senada dengan pendapat tesebut, Made Pidarta dalam
bukunya supervisi pendidikan kontekstual menyatakan bahwa pengawasan
yang dilakukan kepala unit atau kepala sekolah disebut pengawasan
melekat. Sebab pengawasan disini merupakan salah satu kegiatan rutin
sekolah ketika situasi dalam keadaan tenang atau tidak bergejolak.
Melalui Analytical and Capacity Development Partnership
(ACDP), buah kerjasama pemerintah Indonesia, Australia, Eropa, dan
Asian Development Bank, ditemukan bahwa kepala sekolah di Indonesia
minim dalam menerapkan kompetensi supervisi. Penelitian ini dilakukan
pada 4.070 kepala sekolah di 55 kabupaten/kota dari tujuh provinsi di
Indonesia. Ketujuh provinsi tersebut adalah provinsi Sumatera, Jawa,
Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua. (Koran
Pendidikan Online, 4 Juli 2013)
Imbas dari rendahnya penerapan kompetensi supervisi ini adalah
minimnya mengawal proses belajar-mengajar dan perbaikan mutu
sekolah. Ini juga berkorelasi dengan peningkatan prestasi sekolah dan
siswa. Penyebab lainnya, kepala sekolah yang ada tidak dipilih sesuai
standar. Sebab belum semua kota/kabupaten mengikuti standar nasional
pemerintah pusat. Padahal desain besar perekrutan dan pendidikan kepala
sekolah secara nasional telah dibuat Lembaga Pengembangan dan
Pemberdayaan Kepala Sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Data dari Kemdikbud menyebutkan bahwa hanya sekitar 120
kabupaten/ kota yang menerapkan grand design perekrutan dan
pendidikan kepala sekolah sesuai standar nasional. Pada pemilihan kepala
sekolah, politik praktis di daerah justru masuk yang menghalangi
terciptanya kepemimpinan kepala sekolah yang baik. Otonomi daerah
rupanya membuat pengangkatan kepala sekolah jauh dari standar
nasional. Guru yang seharunya butuh disupervisi supaya layanan di kelas
terjamin baik malah jarang disupervisi oleh kepala sekolah.
Dari wawancara terbatas dengan seorang guru, kepala sekolah
dalam melaksanakan supervisi hanya memeriksa perangkat pembelajaran
guru secara administratif dan umpan balikan yang diberikan hanya
sekedar motivasi agar guru meningkatkan pembelajaran, tanpa diimbangi
dengan kegiatan koreksi, evaluasi, pembimbingan dan pembinaan
bagaimana agar mutu pembelajaran guru dapat ditingkatkan. Dalam
penelitian Behlol at al (2011) yang menghasilkan temuan bahwa 87,5%
kepengawasan akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas ternyata tidak sampai mengunjungi ruang kelas untuk memberi
bimbingan profesional kepada guru, 75% dari mereka tidak demokratis
dalam melakukan pengawasan, bahkan 85% dari pengawas merasa bahwa
kompetensi mereka kurang.
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang
muncul adalah:
1. Bagaimanakah model supervisi kepala sekolah yang dilaksanakan oleh
para kepala sekolah terhadap guru pendidikan agama Islam selama
ini?
2. Bagaimanakah model supervisi kepala sekolah berbasis total quality
management yang dijalankan para kepala sekolah terhadap guru
pendidikan agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah?
3. Bagaimanakah validitas model supervisi kepala sekolah berbasis total
quality management?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk:
1. Mendeskrpsikan model supervisi kepala sekolah yang dilaksanakan
oleh para kepala sekolah terhadap guru pendidikan agama Islam
selama ini.
2. Mengembangkan desain model supervisi kepala sekolah berbasis total
quality management yang dijalankan para kepala sekolah terhadap
guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran
di sekolah.
3. Menilai validitas model supervisi kepala sekolah berbasis total quality
management.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang bernilai
teoritis akademis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengembangkan khazanah
wawasan di bidang management kepengawasan kepala sekolah,
diantaranya:
a. Bahwa supervisi akademik adalah bantuan profesional, sehingga
penelitian supervisi kepala sekolah dapat digunakan sebagai bahan
pengembangan keprofesiannya dalam membantu guru, dan bagi
guru hal ini akan meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Penelitian ini dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut
mengenai supervisi akademik oleh kepala sekolah dan pengawas
sekolah secara terpadu.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini berkaitan dengan peran supervisi kepala sekolah
terhadap layanan bantuan profesional yang bermutu. Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan masukan berupa model
atau sistem supervisi para kepala sekolah dalam usaha memberikan
layanan bantuan profesional kepada guru dalam pembelajaran di
sekolah dalam rangka mewujudkan layanan pendidikan yang
bermutu demi kepuasan peserta didik.
b. Bagi Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan, dengan penelitian
ini dapat mengembangkan dan memberdayakan kepala sekolah
agar lebih baik lagi, dengan mengintensifkan pendidikan dan
pelatihan profesional bagi kepala sekolah melalui organisasi
profesi, misalnya K3S.
c. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat menjadi titik tolak dalam
meningkatkan kompetensi supervisinya secara berkelanjutan.
E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah
model supervisi kepala sekolah berbasis total quality management, yang
diharapkan menjadi alternatif pemecahan masalah pelaksanaan supervisi
kepala sekolah yang selama ini diterapkan kepada guru pendidikan
agama Islam, dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Model supervisi kepala sekolah ini berisi panduan seorang supervisor
dalam melaksanakan supervisi akademik beserta tahapan langkah-
langkahnya berbasis mutu.
2. Memfokuskan pada kepentingan guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran.
3. Memokuskan pada proses supervisi dan proses pembelajaran yang
berbasis mutu
4. Peningkatan mutu dari seluruh bagian dalam organisasi, baik kepala
sekolah maupun guru pendidikan agama Islam.
5. Tindak lanjut secara terpadu dan berkelanjutan dalam melakukan
pembinaan kepada guru pendidikan agama Islam.
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan model supervisi kepala sekolah berbasis total
quality management ini didasarkan pada asumsi:
1. Kepala sekolah adalah guru yang diberi jabatan kepala sekolah yang
diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan pendidikan pada
satuan pendidikan
2. Kepala sekolah adalah seorang yang profesional, yang dalam
menjalankan tugasnya bertindak atas dasar kaidah-kaidah tertentu
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Kegiatan pengawasan adalah kegiatan pembinaan, pemantauan,
penilaian, pelaporan dan tindak lanjut.
4. Supervisi kepala sekolah merupakan kegiatan terencana yang ditujukan
pada aspek kualitatif sekolah dengan membantu guru melalui
dukungan dan evaluasi pada proses belajar dan pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar.
5. Seluruh responden dalam penelitian ini memberikan jawaban yang
jujur mengenai hal-hal yang ditanyakan melalui instrumen penelitian,
sehingga jawaban responden dianggap merupakan informasi yang
benar.
6. Model supervisi kepala sekolah berbasis total quality management
adalah model pemberdayaan dan pengembangan supervisi kepala
sekolah secara individu dan kelompok dalam meningkatkan
kompetensinya sehingga diharapkan kepala sekolah dapat
meningkatkan mutu layanan bantuan profesional kepada guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran.
Asumsi tentang total quality management dalam supervisi
pendidikan
1. Memfokuskan pada kepentingan pelanggan, artinya yang menjadi
customer dalam kegiatan supervisi akademik adalah guru.
2. Kepedulian terhadap peningkatan manajemen, yaitu peningkatan
pengelolaan kegiatan pengawasan.
3. Memfokuskan pada proses manajemen, yaitu meliputi perencanaan
program kepengawasan, pelaksanaan program kepengawasan dan
pelaporan kepengawasan.
4. Peningkatan mutu dari seluruh bagian dari organisasi.
5. Pengukuran yang akurat.
6. Pemberdayaan kepala sekolah dan guru.
Sedangkan keterbatasan pengembangan model supervisi kepala
sekolah berbasis total quality management ini adalah:
1. Implementasi penelitian ini hanya pada kepala sekolah dalam
pendidikan dan latihan yang terintegrasi dengan K3S.
2. Uji coba yang diggunakan dalam penelitian ini adalah uji coba
terbatas pada guru pendidikan agama Islam SMK Muhammadiyah
untuk mengetahui tingkat kepuasan mereka dalam pelayanan supervisi
kepala sekolah.
3. Uji coba model ini tidak mengukur kinerja guru dalam pembelajaran
dan mutu pembelajaran.
4. Uji coba model ini tidak sampai pada pengujian hasil prestasi belajar
siswa.
5. Pengembangan model yang berbasis total quality management ini tidak
sampai menjangkau pengendalian mutu input siswa, mutu guru dan
mutu kepala sekolah yang sudah ada.
II. Kajian Pustaka
A. Supervisi Pendidikan di sekolah
Supervisi secara etimologi berasal dari kata "super" dan "visi" yang
mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai
dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas,
dan kinerja bawahan.3
Ada beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi bahkan
dalam pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara
bergantian. Istilah-istilah tersebut, antara lain, pengawasan, pemeriksaan,
dan inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan untuk
melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat bagaimana
kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi

3
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal 154 2
dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan
yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan.4
Kemudian berkembang supervisi yang bersifat ilmiah, yaitu :
1. Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu.
2. Obyektif dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan
observasi nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
3. Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi
sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses
pembelajaran dikelas. 5
Beberapa tokoh yang mengemukakan pendapat tentang supervisi
yaitu :
1. Ngalim purwanto, berpendapat supervisi adalah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.6 Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh
pemimpin untuk membantu guru-guru, orang yang dipimpin agar
menjadi guru (personil) yang cakap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan
khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar
mengajar di sekolah. Disini supervisi diartikan sebagai suatu usaha
layanan dan bantuan berupa bimbingan dari atasan (kepala sekolah)
kepada personil sekolah (guru-guru) dan petugas lain.
2. Burhanudin, berpendapat supervisi yaitu bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar kearah yang lebih baik,
dengan jalan memberikan bimbingan dan pengarahan pada guru dan
petugas lainnya untuk meningkatkan kualitas kerja mereka
dibidang pengajaran dengan segala aspeknya.7
4
Ibid, hal 155.
5
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan
SDM, (Jakarta: PT.Rineka Cita, 2000), hal 16.
6
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984),
hal 103.
7
Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan dan Kepemimpinan
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal 285.
3. Hadar Nawawi, berpendapat supervisi yaitu pelayanan yang
disediakan oleh pemimpinan untuk membantu agar menjadi
semakin cakap atau terampil dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dibidang tugas tersebut.8
4. Dalam bukunya Carter V. Good, Dictionary of Education, yang disitir
oleh Piet. A. Suhertian dan Frans Mataheru mengatakan bahwa
supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam
memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode
mengajar dan evaluasi pengajaran.9 e. William H. Burton dan Leo J.
Bruckner, yang dikutip oleh Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi
mengatakan supervisi adalah suatu teknik yang tujuan utamanya
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.10
Dari beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa
supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi, tetapi merupakan
kegiatan yang kontinu dan berkesinambungan sehingga guru-guru selalu
berkembang dalam mengerjakan tugas dan mampu memecahkan berbagai
masalah pendidikan dan pengajaran secara afekitf dan efisien. Secara
implisit definisi supervisi memiliki wawasan dan pandangan baru tentang
supervisi yang mengandung ide-ide pokok, seperti menggalakkan
pertumbuhan profesional guru, mengembangkan kepemimpinan

8
Hadar Nawawi, Administrasi Sekolah, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), hal
196.
9
Piet A. Suhrtian, dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional,1981), Cet ke-1 ,hlm. 18.
10
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan,
(Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), cet ke-1, hlm. 18.
demokratis, melepaskan energi, dan memecahkan berbagai masalah yang
berkaitan dengan efekitivitas proses belajar mengajar.
Pada hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan
pokok, yaitu pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan
profesional personil, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran
akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta
didik. Dengan kata lain, dalam supervisi ada proses pelayanan untuk
membantu atau membina guru-guru, pembinaan ini menyebabkan
perbaikan atau peningkatan kemampuan kemudian ditransfer kedalam
perilaku mengajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang
lebih baik, yang akhirnya juga meningkatkan pertumbuhan peserta
didik.
B. Total Quality Management

Sistem untuk meningkatkan dan mengelola kualitas/mutu


mengalami perkembagan yang pesat. Diawali dari aktivitas inspeksi yang
sederhana, kemudian dilengkapi dengan pengendalian kualitas/mutu dan
jaminan yang dikembangkan dan disempurnakan. Dewasa ini hampir
semua organisasi tak terkecuali organisasi pendidikan menggunakan
proses perbaikan berkelanjutan dan menyeluruh yang dikenal dengan
total qualitymanagement (TQM).

Pendidikan bermutu merupakan sarana utama dan yang


memberikan memberikan akses penting bagi upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa serta meraih kehidupan yang baik, maju dan
berkeadilan sosial. Menurut Tonner & De Toro, manajemen mutu
pendidikan merupakan satu cara dalam mengelola suatu organisasi yang
bersifat konfrehensif dan terintegrasi. Manajement mutu diarahkan dalam
rangka : 1) memenuhi kebutuhan konsumen secara konsisten, dan 2)
mencapai peningkatan secara terus menerus dalam setiap aspek aktivitas
organisasi11. Inti dari total quality manajement adalah

11
C. Kerangka Berfikir
Dalam pelaksanaan supervisi kepala sekolah diSMK
Muhammadiyah di Kudus selama ini dihadapkan dengan beberapa
permasalahan diantaranya adalah kompetensi kepala sekolah yang perlu
ditingkatkan, ketidaksesuaian antara ijazah dengan guru yang disupervisi,
metode supervisi yang tidak sesuai, kinerja guru yang rendah dan mutu
hasil prestasi belajar siswa yang rendah. Beberapa permasalah tersebut
menjadi titik fokus dalam mengembangkan desain supervisi kepala
sekolah yang berbasis total quality management yaitu dengan
mengembangkan dan memberdayakan kepala sekolah agar kompetensi
supervisi kepala sekolah semakin meningkat. Bila kompetensi supervisi
kepala sekolah terjadi peningkatan, maka diharapkan mutu layanan
bantuan profesional kepada guru pendidikan agama Islam juga meningkat,
bahkan kepala sekolah dapat memprogamkan kegiatan peningkatan
profesi guru melalui pendidikan dan latihan atau memberdayakan
kegiatan pada MGMP PAI . Sebagai out put supervisi kepala sekolah
yang berbasis total quality management maka diharapkan akan terjadi
pengembangan diri dan pemberdayaan kepala sekolah, peningkatan
kompetensi kepala sekolah dalam supervisi akademik, peningkatan
kompetensi guru, kinerja guru pendidikan agama Islam semakin
meningkat dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan hasil prestasi
belajar siswa.

Permasalahan supervisi
kepala sekolah
Supervisi kepala  Kompetensi
 kompetensi kepala sekolah berbasis supervisi kepala
sekolah yang perlu total quality sekolah
ditingkatkan management meningkat
 ketidaksesuaian  Kompetensi guru
antara ijazah dengan  Pengembanga meningkat
guru yang n dan
 Kinerja guru
disupervisi pemberdayaan
 Mutu
 metode supervisi kepala
pembelajaran
yang tidak sesuai sekolah
 Hasil prestasi
 kinerja guru yang  Pengembanga
siswa
rendah n profesi guru
 mutu hasil prestasi
belajar siswa yang
rendah
III. Metode Penelitian
A. Model Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Research and Development,
Sugiyono berpendapat bahwa, metode penelitian dan pengembangan
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keektifan produk tersebut. Untuk dapat
menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan (digunakan metode survey atau kualitatif) dan untuk menguji
keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas,
maka diperlukan penelitian untuk menguji keektifan produk tersebut
(digunakan metode eksperimen).12
Lebih lanjut Borg and Gall yang dikutip Sugiyono, menyatakan
bahwa untuk penelitian analisis kebutuhan sehingga mampu dihasilkan
produk yang bersifat hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar
(basic research). Selanjutnya untuk menguji produk yang masih bersifat
hipotetik tersebut, digunakan eksperimen atau action research.Setelah
produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan
eksperimen tersebut dinamakan penelitian terapan (applied research).
Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.13
Lebih lanjut, langkah-langkah dalam research and development ada
10 langkah yaitu:
1. Studi pendahuluan (Research and information collecting)

12
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung : Alfabeta, hal.407
13
Ibid, hal. 11
2. Merencanakan penelitian (Planning)
3. Pengembangan desain (Develop preliminary form of product)
4. Uji coba lapangan secara terbatas (Preliminary field testing)
5. Revisi uji lapangan terbatas (Main product revision)
6. Uji coba utama (Main product revision)
7. Revisi uji lapangan lebih luas (Operational product revision)
8. Uji kelayakan (Operational field testing)
9. Revisi final hasil uji kelayakan (Final product revision)
10. Desiminasi dan implementasi dari produk akhir.
( Dissemination and implementation)
B. Prosedur penelitian dan pengembangan
Dalam praktiknya kesepuluh langkah yang dikemukakan oleh Borg
and Gall diatas, menurut Samsudi dikelompokkan menjadi tiga langkah
utama, yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap
validasi.14 Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini adalah tiga tahap
sebagaimana dikemukakan oleh Samsudi.
1. Tahap studi pendahuluan
Pada tahap studi pendahuluan ini mencakup:
a. Studi literatur tentang supervisi akademik dan prinsip total quality
management dalam pendidikan dan pengkajian artikel-artikel
penelitian yang terkait.
b. Studi pengumpulan data dilapangan yang berhubungan supervisi
akademik yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru
pendidikan agama Islam, melalui wawancara, angket, observasi
dan studi dokumen.
c. Deskripsi dan analisis temuan lapangan.
2. Tahap pengembangan
Pada tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Merumuskan rencana pengembangan

14
Samsudi, Desai Penelitian Pendidikan, Unnes Press 2009, hal. 89
b. Menetapkan tujuaan yang akan di capai dalam setiap
pengembangan dan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas.
c. Mengembnagkan produk awal yang akan dikembangkan.
d. Melakukan uji coba produk awal dalam skala terbatas.
e. Melakukan revisi/perbaikan dari hasil uji coba terbatas.
f. Menghasilkan model hipotetik yang siap untuk dilakukan validasi.
3. Tahap validasi
Pada tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan:
a. Menguji hasil pengembangan dan memvalidasi produk.
b. Melakukan finalisasi produk akhir.

Uji validitas menggunakan uji ahli dan uji praktisi. Ahli


yang dipilih untuk menilai kelayakan model adalah ahli
manajemen pendidikan Islam dan ahli dalam pengembangan
supervisi pembelajaran. Uji praktisi dilakukan oleh praktisi
supervisi di lapangan yaitu kepala sekolah.

C. Implementasi
Implementasi produk ini dimaksudkan untuk menerapkan model
hipotetik yang sudah di desain untuk dilaksanakan dalam situasi yang
sebenarnya. Model hipotetik supervisi kepala sekolah berbasis total
quality management ini diimplementasikan secara terbatas pada kepala
sekolah dalam salah satu aspek kompetensi, yaitu kompetensi supervisi
akademik kepala sekolah menggunakan metode pendidikan dan pelatihan
yang dirancang dengan pola 6 X 45 menit yang diintegrasikan dengan
K3S Muhammadiyah (kelompok kerja kepala sekolah muhammadiyah).
Dalam tahap ini juga ditanyakan pada guru-guru pendidikan agama Islam
yang menjadi sumber data pada tahap penelitian, tentang persepsi
kepuasan guru PAI terhadap model hipotetik yang diajukan.
D. Jenis data
Data yang dikumpulkan pada penelitia ini adalah data yang sesuai
dengan fokus penelitian. Data primer diperoleh dalam bentuk verbal, yaitu
kata-kata ucapan lisan dan perilaku dari subyek (informan) yang dicatat
dalam bentuk transkrip, isian angket dan kuesioner yang telah diisi. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan foto-
foto tentang kegiatan yang mencerminkan pelaksanaan supervisi sebagai
pelengkap data primer.
Jenis data yang dikumpulkan berbentuk data kualitatif dan
kuantitatif. Data mengenai supervisi kepala sekolah yang selama ini sudah
dilaksanakan adalah data diskriptif kualitatif, sedangkan data tentang
jumlah guru yang menjadi binaannya adalah data kuantitatif.
E. Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data
tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Dalam penelitian ini
pedoman wawancara terdiri dari dua bagian sesuai dengan sumber
informan yang digunakan yaitu wawancara dengan kepala sekolah dan
wawancara dengan guru pendidikan agama Islam.
2. Angket
Angket digunakan sebagai pengumpul data dari guru-guru
pendidikan agama Islam sebagai pengelola pembelajaran di kelas,
yang selama ini menjadi sasaran supervisi akademik. Angket yang
disebar pada guru pendidikan agama Islam terdiri dari dua macam,
yaitu angket tentang pelaksanaan supervisi akademik dan angket
kepuasan guru
Pada tahap penelitian pendahuluan, daftar pertanyaan dalam
angket untuk mengungkap hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan supervisi dalam kegiatan pembelajaran selama ini.
b. Jadwal supervisi yang selama ini ada
c. Evaluasi setelah adanya supervisi pembelajaran
d. Dampak supervisi terhadap pembelajaran dan hasil belajar siswa
3. Observasi
Pada tahap awal penelitian observasi digunakan untuk
mengumpulkan data tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah
dalam kegiatan pembelajaran selama ini, dan dampak dari supervisi
tersebut bagi guru pendidikan agama Islam dan siswa.
4. Dokumentasi
Dokumentasi untuk mendapatkan dokumen pendukung pelaksanaan
supervisi kepala sekolah dan seperangkat pembelajaran yang berupa
instrumen perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi supervisi kepala
sekolah dalam pembelajaran.
F. Teknis analisis data
Data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif, data kuantitatif
dari dokumen-dokumen yang telah dikumpulkan, dan data yang
merupakan hasil wawancara dengan kepala sekolah dianalisis secara
diskriptif kwalitatif untuk menentukan model faktual dari supervisi kepala
sekolah yang selama ini dilaksanakan. Data tersebut kemudian
ditriangulasikan secara method triangulation dengan observasi dan studi
dokumen kepengawasan dan data/source triangulation dengan data dari
hasil wawancara dan isian angket/kuesioner oleh guru-guru pendidikan
agama Islam untuk membantu dan menentukan realita yang ada tentang
supervisi kepala sekolah yang selama ini dilaksanakan kepala sekolah.
Data tentang penilaian validator mengenai desain model supervisi
kepala sekolah berbasis total quality management dianalisis dengan
menggunakan teknik analisa statistik sederhana, yaitu analisa rata-rata,
karena data ini bukanlah merupakan data dalam jumlah yang besar dan
kompleks. Data tentang penilaia validator ini digunakan untuk
menentukan persepsi dan tanggapan validator secara kualitatif terhadap
kelayakan model.

Anda mungkin juga menyukai