Anda di halaman 1dari 39

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SATUAN PAUD


TERHADAP KINERJA GURU SATUAN PAUD
DI KECAMATAN AMALI KABUPATEN BONE

EKA SULASTRI

1942041029

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
Judul : Pengaruh Kepemimpinan Kepala Satuan PAUD terhadap Kinerja

Guru Satuan PAUD di Kec. Amali, Kab. Bone.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai dan

sekaligus menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani

kehidupan dan peradaban umat. Tanpa pendidikan dapat diyakini bahwa

manusia itu tidak ubahnya dengan makhluk lainnya yang tidak mengenyam

pendidikan. Proses pendidikan membebaskan manusia dari kebodohan dan

kemiskinan sehingga peserta didik perlu diberikan ilmu pengetahuan agar

menjadi bekal hidup yang layak dan terbebas dari kemiskinan.

Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini begitu cepat, sejalan dengan

kemajuan teknologi dan globalisasi. Perubahan dalam dunia pendidikan baik dari

segi kurikulum, sistem dan lain sebagainya yang harus menyesuaikan dengan

tuntutan dan kebutuhan masyarakat maka lembaga pendidikan harus mampu

mempersiapkan diri dengan meningkatkan mutu dan kualitas Pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor

penentu tinggi dan rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis

maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian

besar kepada peningkatan guru dalam segi jumlah maupun mutunya.

Indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya

manusia, dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan
masyarakat. Semakin tinggi sumber daya manusia, maka semakin baik tingkat

pendidikan, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu indikator tersebut

sangat ditentukan oleh kinerja guru.

Dalam dunia pendidikan terdapat suatu lembaga yang menjadi sarana

atau wadah untuk membantu terlaksanaknya pendidikan yaitu sekolah.

Sekolah sebagai sebuah lembaga atau organisasi dan tempat untuk mengajar

dan belajar peserta didik dan pendidik, terdapat orang atau sekelompok

orang yang melakukan hubungan kerja yaitu kepala sekolah, guru-guru serta

tenaga fungsional yang lain. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin

mempunyai peran aktif dan senantiasa berpengaruh dalam segala masalah

yang berkaitan denngan kebutuhan staff, guru dan siswa di sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan komponen yang sangat

penting, karena kepala sekolah berperan dalam sistem pengelolaan sekolah,

mengarahkan dari input, proses dan output pendidikan di sekolah. Kepala

sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan

pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah denngan

seluruh substansinya, di ;plldse;p[cvfffsamping itu kepala sekolah

bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya yang ada agar mereka mampu

menjalankan tugas-tugas sesuai dengan tugas dan fingsi masing-masing.

Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawab menjalankan

amanah, profesi yang diemban, rasa tanggungjawab moral di pundaknya. Semua

itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitas di dalam menjalankan tugas

keguruan di dalam kelas dan tugas kependidikan di luar kelas. Sikap ini akan
dibarengi pula dengan rasa tanggung-jawab mempersiapkan segala perlengkapan

pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Kinerja guru mempunyai

spesifikasi atau kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan di ukur

berdasarkan spesifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

dikembangkan secara utuh menjadi 4 kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi

pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Kinerja guru dapat

dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus

dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang

dimaksud adalah kegiatan guru dalam mengelola proses pembelajaran mulai dari

bagaimana seorang menilai pembelajaran sampai pada perbaikan dan pengayaan.

Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan

peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga

kependidikan. Seorang pemimpin untuk dapat memulai memimpin dengan baik

adalah dengan memiliki sifat kasih sayang atau mencintai terhadap apa yang

dipimpinnya. Dengan dimilikinya sifat ini, maka pemimpin akan menjadikan

sumber daya manusia sebagai aset utama yang paling penting dan tidak

tertandingi oleh aset apa pun.

Di dalam organisasi, lembaga, maupun di lembaga pendidikan,

“pimpinan” merupakan motor penggerak dan penentu arah kebijakan organisasi.

Dalam sekolah/madrasah, pemimpin akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan


pendidikan dapat direalisasikan sehingga kepala sekolah dituntut senantiasa

meningkatkan efektivitas kinerja dan memuaskan hasil kinerja lembaga.

Faktor lain yang mempengaruhi pendidikan adalah kinerja guru yang

berkualitas. Seorang guru dituntut untuk bisa memberikan kontribusi yang besar

terhadap pendidikan di lingkungan sekolah terutama dalam hal pembelajaran,

karena keberhasilan siswa sangat ditentukan oleh kinerja guru yang professional

dalam menjalankan tugas, fungsi dan peranannya sebagai pendidik

Kepala sekolah tidak hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya

dalam program-program sekolah, kurikulum dan keputusan personil, tetapi juga

memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa

dan programnya. Kepala sekolah harus pandai dalam memimpin kelompok dan

pendelegasian tugas dan wewenang.

Kepala Sekolah dalam organisasi sekolah merupakan pimpinan yang

bertanggungjawab atas kelangsungan organisasi tersebut. Usaha pengelolaan dan

pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan

tergantung pada kemampuan kepala sekolah. Sehubungan dengan itu maka dapat

dikatakan bahwa kepala sekolah selaku administrator berfungsi untuk

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan

mengawasi seluruh kegiatan pendidikan yang diselengggarakan di suatu sekolah.

Kepala Sekolah sebagai manajer pendidikan berfungsi mewujudkan

pendayagunaan setiap personal secara tepat, agar mampu melaksanakan tugas

tugasnya secara maksimal untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya, pada


segi kuantitas maupun kualitas dalam proses mengajar belajar di sekolah (Hadari

1985).

Dari hasil observasi awal diketahui bahwa terdapat pergantian kepala

satuan PAUD secara serentak di Kecamatan Amali dengan mengangkat salah satu

pendidik di setiap satuan untuk menggantikan kepala satuan yang lama.

Pergantian kepala satuan ini memberikan dampak terhadap kepemimpinan yang

baru di setiap satuan PAUD karena kepala satuan sebagai administrator berfungsi

untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan

mengawasi seluruh kegiatan pendidikan yang diselengggarakan di suatu sekolah

belum mampu menjalankan secara maksimal karena latar belakang Pendidikan

yang dimiliki belum mumpuni, serta belum pernah memiliki pengalaman sebagai

pemimpin atau kepala satuan dan pengalaman kepelatihan mengenai

kepemimpinan yang masih kurang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada Pengaruh Kepemimpinan Kepala Satuan PAUD terhadap Kinerja

Guru di Satuan PAUD Kecamatan Amali, Kabupaten Bone?

2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Kepala Satuan PAUD

di Kecamatan Amali, Kabupaten Bone?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas maka yang menjadi

tujuan penelitian ini yaitu ;

1. Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Kepemimpinan Kepala Satuan

PAUD terhadap Kinerja Guru di Satuan PAUD Kec. Amali, Kab. Bone.

2. Untuk mengetahui bagaimana faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

Kepala Satuan PAUD Kecamatan Amali, Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat sebagai berikut ;

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman

bagi peneliti tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Satuan PAUD

terhadap Kinerja Guru di Satuan PAUD Kec. Amali, Kab. Bone.

b. Dapat menjadi bahan informasi, memberikan khasanah atau pengetahuan

khususnya tenaga kependidikan satuan PAUD di Kec. Amali, Kab. Bone.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang

berkompeten terutama Kepala Sekolah dalam menjalankan kepemimpinan

di Lembaga/ sekolah.

b. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan

meneliti mengenai Kepemimpinan Kepala Satuan PAUD.


II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Menurut arti secara harfiah, pimpin berarti bimbing. Memimpin berarti

membimbing atau menuntun. Pemimpin merupakan orang yang memimpin

ataupun seorang yang menggunakan wewenang serta mengarahkan bawahannya

guna mengerjakan pekerjaan mereka untuk mencapai tujuan tertentu dari

organisasi. Seperti manajemen, Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan

dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula.

Menurut Tead,Terry,dan Hoyt dalam Kartono (2003:79) bahwa :

“Kepemimpinan menurutnya adalah sebuah kegiatan ataupun sebuah


seni untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang
didasarkan kepada kemampuan yang dimiliki oleh orang itu guna
membimbing orang lain didalam usaha mencapai berbagai tujuan
yang ingin dicapai oleh kelompok”.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu,

pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua,

kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin

digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan

kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah

pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar

yang sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang

berbeda. Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya

seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan


dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya

berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki

seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan

"pemimpin". Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan

kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu

mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Jadi dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan yang

dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain, kelompok dan

bawahan, kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku orang lain, memiliki

kemampuan keahlian khusus didalam bidang yang diharapkan oleh kelompoknya

guna mencapai tujuan dan sasaran.

b. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam dunia pendidikan, sekolah merupakan organisasi pendidikan yang

sangat penting. Yang menjadi pemimpin di sekolah adalah kepala sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah adalah peranan kepala sekolah dalam

mengarahkan segala sumber daya yang ada disekolah, baik itu siswa, tenaga

pendidik dan kependidikan, serta sarana dan prasarana yang ada disekolah untuk

mewujudkan tujuan dari sekolah tersebut (Hardono, dkk., 2017).

Menurut Gaol (2017:47) bahwa :

“Sekolah sebagai lembaga pendidikan membutuhkan kepala sekolah


yang mampu memimpin dan mengelola sekolah dengan
profesional. Karena kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu penentu kebrhasilan pendidikan sekolah”.
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007,

terdapat beberapa komptensi/ standar yang harus dimiliki kepala sekolah, yaitu:

kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Disamping

memiliki kompetensi, kepala juga memiliki tugas-tugas pokok yang harus

dijalankannya diantaranya sebagai leader, manajer, dan supervisor. Refleksi dari

leader adalah sebagai motivator dan inovator. Manajer direfleksikan sebagai

administrator. Sedangkan supervisor direfleksikan sebagai pelaksana supervisi

dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah serta komponennya (Kasidah, 2017).

Sejalan dengan hal diatas, dapat dilihat implementasi di lapangan yaitu

kepala sekolah sering memberikan pidato atau ceramah singkat kepada siswa

untuk bersungguh-sungguh dalam belajar. Selain itu, kepala sekolah juga

memberikan motivasi bagi peningkatan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan

serta mengawasi dan mengkomandoi segala proses administrasi sarana prasarana,

keuangan, peserta didik dan yang lainnya agar sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dan tujuan yang telah ditetapkan.

c. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah memiliki tanggung jawab

penting dalam usahanya mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. Oleh

karena itu, menurut fungsinya, seorang pemimpin yakni ke-pala sekolah memiliki

tugas-tugas penting.

Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan kepala sekolah, Leithwood

& Duke (Chen 2013:303) mendefinisikan sebagai berikut:

“(a) Instructional influencing teachers in ways that will impact


students’learning;(b).Transformationalin creasing the
commitment and capacity of staff; (c)moral appealing to others
by appealing to notions of right and wrong; (d) Participative
(involving other mem-bers of the school community beyond the
Prin-cipal; (e) Managerial (operating the school effi-ciently; (f)
Contingent adapting behavior to fit the situation.
Di dalam lingkup kepemimpinan kepala sekolah terdapat fungsi

kepemimpinan kepala sekolah yaitu leader, educator, motivator, supervisor,

manajer, innovator, dan administrartor.

a) Kepala Sekolah sebagai Edukator

Menurut Mulyasa (2009 : 98) bahwa :

“Sebagai edukator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya


meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para
guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi
propesionalisme kepala sekolah, terutama dalam terbentuknya
pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanakan tugasnya.
Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah,
atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat
mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan
pekerjannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah
diikutinya.”

Kepala sekolah sebagai educator yaitu kepala sekolah bertugas untuk

membimbing guru, tenaga kependidikan, siswa, mengikuti perkembangan

iptek, dan memberi teladan yang baik. Seperti pemaparan Vivi (2013) bahwa

untuk menciptkan iklim sekolah yang kondusif diperlukan kerjasama atau

hubungan yang harmonis antara seluruh warga sekolah dan tidak hanya

menjadi tanggung jawab kepala sekolah semata. Oleh karena itu upaya yang

dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja sebagai educator,

khususnya dalam peningkatan kinerja sebagai educator, khususnya dalam

peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik


adalah mengikutsertakan guru-guru dalam pendidikan lanjutan dengan cara

mendorong para guru untuk memulai kreatif dan berprestasi.

b) Kepala Sekolah sebagai Manajer

Menurut Mulyasa (2009 : 101) bahwa :

“Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk


memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau
kooperatif, memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang
program sekolah.”

Kepala sekolah sebagai manager yaitu mempunyai fungsi menyusun

perencanaan, mengkoordinasikan kegiatan, melakukan pengawasan, melakukan

evaluasi terhadap kegiatan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur

proses pembelajaran, mengatur administrasi, dan mengatur tata usaha, siswa,

ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan (Sabirin, 2012). Sunarto (2011)

menjelaskan bahwa kepala sekolah sebagai manajer dituntut memiliki kesiapan

untuk mengelola sekolah, kemampuan dan kemauan muncul manakala para

pemimpin sekolah dapat membuka diri secara luas untuk menyerap sumber-

sumber yang dapat mendorong perubahan manajerial. Untuk melakukan peran dan

fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat

untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama, memberi

kesempatan kepada para tenaga pendidikan untuk meningkatkan profesinya dan

mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan yang menunjang program

sekolah.
c) Kepala Sekolah sebagai Administrator

Mulyasa (2009 :105) bahwa :

“Kepala sekolah sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan


disiplin kerja dan produktivitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan
beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku, maupun
pendekatan situasional.”
Kepala sekolah sebagai administrator yaitu kepala sekolah bertanggung

jawab atas segala kelancaran segala pekerjaan dan kegiatan administrative di

sekolahnya. Sunarto (2011) memaparkan bahwa kepala sekolah sebagai kategori

administrasi pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikan

dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat, termasuk kebijakan pendidikan. Sebagai seorang

administrator, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan

mengembangkan semua fasilitas sekolah. Secara spesifik kepala sekolah juga

dituntut untuk mengelola kurikulum, mengelola adminsitrasi sarana dan

prasarana, mengelola adminsitrasi kearsipan, dan mengelola administrasi

keuangan (Purwanti, 2013). Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai

tindakan pengurusan keuangan seperti pertanggung jawaban dan pelaporan (Vivi,

2013).

d) Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Menurut Mulyasa (2009 : 107) bahwa :

“Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus


untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas
sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada
orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.”
Supervisor adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-hal

yang sudah benar, mana yang belum benar, dan mana pula yang tidak benar,

dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan pembinaan (Arikunto,

2004); Barinto, 2012; Vivi (2013). A.R. Manarus dan Sidik (1996) ada hubungan

positif yang signifikan antara supervise kepala sekolah dan kepuasan kerja gur

(Fanani, Mardapi & Wuraji, 2014).

e) Kepala Sekolah sebagai Leader

Menurut Mulyasa (2009 :200) dalam Wahjosumijo (2002:110) bahwa :

“Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang


mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan
professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.”

Kepala sekolah sebagai Leader yaitu kepemimpinan kepala sekolah

merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah dapat mewujudkan visi,

misi dan tujuan dan sasaran sekolah melalui program- program yang dilaksanakan

secara terencana dan bertahap. Karena itu kepemimpinan adalah kegiatan

mempengaruhi orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus mampu

mempengaruhi dan menggerakkan sumberdaya sekolah dalam kaitannya dengan

perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengembangan kurikulum,

pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan,

pelayanan siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat, penciptaan iklim sekolah,

dan sebagainya.
f) Kepala Sekolah sebagai Inovator

Menurut Mulyasa (2009 :201) bahwa:

“Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin


hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan yang
baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada
seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model
pembelajaran yang inovatif”

Kepala sekolah sebagai Innovator, dalam melakukan peran dan fungsinya

sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,

mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga

kependidikan disekolah dan mengembangkan model-model pembelajaran inovatif.

Ancok (2012) memaparkan bahwa inovasi adalah suatu perubahan dari sesuatu

hal, baik bersifat incremental maupun perubahan yang bersifat radikal. Peran

kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan

pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional dan

objektif, keteladanan, disipilin, serta adaptable dan fleksibel.

g) Kepala Sekolah sebagai Motivator

Menurut Mulyasa (2009 :203) bahwa :

“Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang


tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan
suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektivitas dan
penyediaan sebagai sumber belajar melalui pengembangan pusat
sumber belajar (PSB).”

Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan

motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan
fungsinya. Karena kepala sekolah meyakini dengan kemampuan membangun

motivasi yang baik akan membangun dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi

kerja (Sabirin, 2012; Purwanti, 2013), sehingga bawahannya mampu berkreasi

demi mewujudkan mutu pendidikan yang baik pula. Kemampuan kepala sekolah

membangun motivasi menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan mutu

pendidikan yang baik pula. Kemampuan kepala sekolah membangun motivasi

menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan mutu pendidikan karena

dikolaborasikan dengan kinerja guru. Hasil penelitian Septiana, Ngadiman &

Ivada (2013) menyimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi

kerja secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.

2. Kinerja Guru

a. Pegertian Kinerja

Kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia dari kata dasar “kerja”

yang menerjemahkan kata dari Bahasa asing adalah prestasi, bisa pula berarti hasil

kerja. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak

memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.

Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot

sehingga perusahaan/instasni menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk

organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan

adanya kinerja yang merosot.

Mathis dan Jackson (2002), mendefinsikan bahwa kinerja pada dasarnya

adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan
adalah yang mempengaruhi seberapa banyak karyawan memberikan kontribusi

kepada organisasi yang antara lain termasuk: kualitas keluaran, kuantitas keluaran,

jangka waktu keluaran, kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif.

Menurut Samsudin (2006:159) bahwa :

“Kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai


seseorang dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-
batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi”.

Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan

efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya

berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena

organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya

merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi

untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan

tindakan serta hasil yang diinginkan.

Dessler (1997: 513) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan

prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja aktual dengan standar kerja

yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja.

Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh

seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas

yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja

ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang

telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan
standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu

mencapai prestasi yang baik.

Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu

yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus

dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang akan diraih

dapat sesuai dengan yang direncanakan.

b. Kinerja Guru

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat

dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki

oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud

adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar

kinerja guru Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku

panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa:

“Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam


menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara
individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3)
pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam
berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari
guru”.

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39

ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi.
Menurut Wahab dan Umiarso (2010 : 122) bahwa :

“Kinerja guru adalah perbuatan atau tindakan yang ditunjukkan oleh


guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya melalui wujud
dalam 1) kemampuan membuat perencanaan dan persiapan
mengajar, 2) penguasaan materi , 3) penguasaan metode dan strategi
mengajar, 4) pemberian tugas tugas kepada siswa 5) kemampuan
mengelola kelas 6) kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.”

UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39

ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi.

Keterangan lain menjelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal

20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan

mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan

dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.

Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar

Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan beban kerja guru

mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan

pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih

peserta didik; (5) melaksanakan tugas tambahan.

Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi belajar

mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester


maupun persiapan mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap

kinerja guru. Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher

performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas

menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep

kinerja guru sebagai hasil kerja atau prestasi pekerjaan guru sesuai kemampuan

mengelola kegiatan pengajaran, termasuk perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan mengembangkan hubungan

interpersonal dengan siswa.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan Indrafachrudi

(2000: 52) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua

kategori yakni:

“Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor


yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi
kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, antara lain;
motivasi dan minat, bakat, watak, sifat, usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan pengalaman, sedangkan faktor eksternal yaitu
faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kinerjanya, antara lain; lingkungan fisik, sarana dan
prasarana, imbalan, suasana, kebijakan dan sistem administrasi”.

Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

dijelaskan oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa (2007: 227) sedikitnya terdapat

sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun

eksternal:
“Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) dorongan untuk bekerja, (2)
tanggung jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4)
penghargaan terhadap tugas, (5) peluang untuk berkembang, (6)
perhatian dari kepala sekolah, (7) hubungan interpersonal dengan
sesama guru, (8) MGMP dan KKG, (9) kelompok diskusi terbimbing
serta (10) layanan perpustakaan”.

Berdasarkan penjelasan di atas, faktor yang menentukan tingkat kinerja

guru, antara lain dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(1) Tingkat manfaat (sistem insentif); (2) Lingkungan atau iklim Pekerjaan guru;

(3) Pekerjaan guru dan desain pekerjaan; (4) Peluang Mengembangkan dan

memperbaiki diri (5) Semangat atau semangat kerja; (6) Pengetahuan, (7)

Keterampilan, dan (8) Karakter pribadi guru.

d. Penilaian Kinerja Guru”

Menurut Malayu (1999: 87) bahwa :

“Salah satu tugas seorang manajer atau kepala sekolah kepada


seorang guru adalah untuk mengevaluasi kinerja mereka. Cara ini
mutlak cari tahu nilai apa yang telah dicapai guru, apakah itu baik,
sedang, atau buruk. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan
penting bagi sekolah untuk menentukan kegiatannya.”

Penilaian kinerja/ prestasi menurut Hasibuan adalah kegiatan manajer

untuk mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan

selanjutnya.

Terdapat berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian

kinerja guru. Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat

digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi

atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain

melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki
makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa

digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu

kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami sebenarnya maupun

situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling

cocok dinilai dengan observasi.

Evaluasi kinerja guru adalah proses penentuan tingkat kinerja seorang

guru. Keberhasilan guru dalam menyelesaikan tugas pokok pelajaranBerdasarkan

kriteria tertentu. Untuk guru, peringkat kinerja berfungsi sebagai umpan balik

tentang berbagai topik keterampilan, kekuatan, kelemahan, kemungkinan, dll.

Hasil evaluasi guru bagi sekolah memiliki arti dan peran yang sangat penting

dalam pengambilan keputusan.

B. Kerangka Pikir

Taman kanak-kanak (TK) di Kecamatan Amali Kabupaten Bone yang

merupakan program satuan Pendidikan non formal yaitu Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa PAUD merupakan suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan

dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan belajar dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Oleh karena itu Pendidikan Anak Usia Dini sebagai dasar dalam

mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan Pendidikan di jenjang selajutnya

membutuhkan kinerja guru yang baik dan professional dalam mengajar sehingga
tujuan program dapat tercapai. Guru yang baik dan professional merupakan guru

yang mampu menjalankan tugas dengan baik dan memiliki kompetensi yang

mumpuni sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 16 tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru dikembangkan secara utuh menjadi 4 kompetensi utama yaitu 1).

Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam memahami peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik,

dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang

mereka miliki. Dalam hal ini adalah guru dapat memehami peserta didik dengan

lebih mendalam, melakukan rancangan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, merancang dan mengevaluasi pembelajaran serta mengembangkan

peserta didik. 2). Kepribadian, adalah kemampuan personal yang dapat

mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan berwibawa, mantap,

stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.

Dalam hal ini kepribadian yang stabil dan mantap, kepribadian yang dewasa,

kepribadian yang arif, kepribadian yang berwibawa dan memiliki akhlak mulia

dan menjadi teladan. 3). Sosial, kompetensi sosial yaitu kemampuan yang dimiliki

oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan,

peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah. Dalam

hal ini memiliki sikap inklusif, mampu berkomunikasi dengan santun, mampu

beradaptasi di tempat bertugas dan mampu berkomunikasi secara lisan dan

tulisan. 4). Profesional, kompetensi profesional yaitu penguasaan terhadap materi

pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam. Mencakup penguasaan terhadap


materi kurikulum mata pelajaran dan substansi ilmu yang menaungi materi

pembelajaran dan menguasai struktur serta metodologi keilmuannya. Dalam hal

ini adalah penguasaan terhadap materi, penguasaan standar kompetensi dan

kompetensi dasar setiap mata pelajaran, melakukan pengembangan materi

pembelajaran yang dikuasai dengan kreatif, melakukan pengembangan

profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan Tindakan yang reflektif,

serta menggunakan teknologi dalam berkomunikasi dan melakukan

pengembangan diri.

Kinerja guru yang baik juga bergantung pada kemampuan kepala sekolah

dalam menjalankan tugas dan fungsi nya dengan baik. Kepala sekolah memiliki

fungsi 1). Edukator, kepala sekolah bertugas untuk membimbing guru dan tenaga

kependidikan, siswa, mengikuti perkembangan iptek dan memberi teladan yang

baik. 2). Manager, kepala sekolah bertugas untuk melakukan fungsi menyusun

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penggerakan, pengawasan, evaluasi

dan pengembangan. 3). Administrator, kepala seklah bertanggung jawab atas

segala kelancaran segala pekerjaan dan kegiatan administrative di sekolahnya. 4).

Supervisor, kepala sekolah sebagai pemimpin direfleksikan sebagai pelaksana

supervise dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah serta komponennya. 5).

Leader, kepala sekolah bertugas untuk mendorong sekolah agar dapat

mewujudkan visi dan misi serta tujuan dan sasaran sekolah melalui program-

program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. 6). Innovator, kepala

sekolah bertugas untuk mengatur strategi yang tepat untuk menjalan hubungan

yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan


setiap kegiatan dan memberika teladan yang baik. 7). Motivator, kepala sekolah

harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga

kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.

Sehingga kerangka pikir dalam penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:

Kepemimpinan (X) Kinerja Guru (Y)


1. Edukator 1. Kompetensi Pedagogik
2. Manajemen 2. Kepribadian
3. Administrator 3. Sosial
4. Supervisor
4. Profesional
5. Leader
6. Inovator
7. Motivator

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual

C. Hipotesis Penelitian

Adapun Hipotesisi penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat Pengaruh Kepemimpinan Kepala Satuan terhadap Kinerja

Guru Satuan PAUD di Kecamatan Amali, Kab. Bone.

Ha: Terdapat Pengaruh Kepemimpinan Kepala Satuan terhadap Kinerja Guru

Satuan PAUD di Kecamatan Amali, Kab. Bone.


III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut

Johnston dan Vanderstoep (2021) dalam buku metode penelitian kuantitatif

Djaali, pendekatan merupakan desain prosedur dan rencana yang dimulai dari

tahap hipotesis yang berlanjut pada penghimpunan data, analisis dan kesimpulan.

Sejatinya pendekatan penelitian telah diklasifikasikan menjadi dua yakni

pendekatan analisis dan penghimpunan data. Pendekatan kuantitatif merupakan

pengukuran secara numerik berdasarkan kejadian yang sedang diteliti.

Menurut Sugiyono (2016) Metode penelitian kuantitatf adalah metode

yang berlandaskan pada fisafat positivism yang digunakan pada populasi atau

sampel tertentu, filsafat Positivisme memandang fenomena/ gejala/ realitas itu

dapat diklasifikasikan, teramati, konkrit, terukur, dan hubungan gejala sebab

akibat.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif yang berfokus pada Pengaruh Kepemimpinan Kepala Satua terhadap

Kinerja Guru Satuan PAUD di Kecamatan Amali, Kab. Bone.

2. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, adanya pengaruh kepemimpinan

kepala satuan terhadap kinerja guru.


Menurut Sukmadinata melalui bukunya (2006) bahwa :

“Penelitian dengan metode deskriptif adalah karakteristik penelitian


yang mengungkapkan secara spesifik berbagai fenomena social dan
alam yang ada di dalam kehidupan masyarakat”.

Kemudian, menurut Hidayat (2010) yang menjelaskan bahwa penelitian

metode deskriptif adalah sebuah penelitian yang lebih luas dalam penggunaan

data-datanya. Maksud luas dalam hal ini artinya lebih condong pada Analisa yang

Panjang dari ujung awal sampai akhir.

Hal ini dimakusdkan agar peneliti dapat menjelaskan secara jelas dan rinci

informasi atau data yang diperoleh dalam penelitiannya secara mendalam. Alasan

dalam menggunaka metode ini, peneliti berusaha mencari fakta data terkait

dengan rumusan masalah, kemudian mendeskripsikan mengenai Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Satuan terhadap Kinerja Guru Satuan PAUD di

Kecamatan Amali, Kab. Bone.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Satuan PAUD yaitu Taman Kanak-

Kanak (TK) yang bertempat di Kecamatan Amali, Kab. Bone.

C. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek, organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2016 : 68). Kemudian menurut (Yusuf:2014) Variabel adalah Konsep mengenai

kata benda yang berarti variasi dalam suatu kelas pada objek. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa variable penelitian adalah suatu

objek atau sifat atau nilai yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti dan akan saling mempengaruhi kemudian dapat ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, adapun variabel-variabel

tersebut adalah :

a) Variabel Independen atau variabel bebas pada penelitian ini yaitu

Kepemimpinan Kepala Satuan.

b) Variabel dependen atau variabel terikat pada penelitian ini yaitu Kinerja Guru.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis

penelitian kasual komparatif difokuskan untuk membandingkan variabel bebas

dari beberapa kelompok subjek yang mendapat pengaruh yang berbeda dari

variabel terikat yaitu untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala satuan

terhadap kinerja guru.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Widiyanto (2010:5), Populasi adalah suatu kelompok atau

kumpulan objek atau objek yang akan digeneralisasikan dari hasil penelitian.

Menurut Sugiyono (2016:80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru satuan PAUD Kecamatan Amali, Kab.

Bone yang berjumlah 35 orang.


2. Sampel

Sugiyono (2008: 118), Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta

karakteristik yang dimiliki oleh sebuah Populasi. Menurut Sugiyono (2003:62)

dalam membentuk besarnya sampel yaitu menggunakan tabel Krejcie Krejcie

dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi

sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. Maka

pengambilan jumlah sampel mengacu pada tabel Krejcie, yaitu dengan jumlah

populasi antara 35 maka sampel yang digunakan sebanyak 32.

Adapun Teknik penentuan sampel menggunakan pengambilan sampel

acak sederhana (Simple Random Sampling).Sampel dalam penelitian ini dengan

jumlah populasi sebanyak 35 guru TK, dan sampel yang akan diambil tetap 35

guru TK.

Tabel 3.1 Pengambilan Sampel Krijcie


N S N S N S
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 65 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 75 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 100000 384
E. Definisi Operasional

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Variabel Independen)

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dan wewenang

untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan serta mendorong

timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru,

staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masingmasing demi kemajuan dan

memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan salah satu

struktur terpenting dalam organisasi kependidikan formal. kepemimpinan kepala

sekolah yang baik akan memberikan dampak positif dan perubahan yang baik

dalam sistem pendidikan di sekolah.

Adapun indikator variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai

berikut:

1) Educator

2) Manager

3) Administrator

4) Supervisor

5) Leader

6) Inovator

7) Motivator
2. Kinerja Guru (Variabel Dependen)

Kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman, kesungguhan, dan penggunaan waktu.

Kinerja seorang guru merupakan hasil kerja atau prestasi kerja dari

melakukan sesuai dengan kemampuan manajemen aktivitas pengajaran dan

pembelajaran, termasuk perencanaan dan penyampaian pelajaran Belajar, menilai

pembelajaran, dan mempromosikan hubungan interpersonal (interpersonal)

dengan siswa.

Adapun indikator variabel Kinerja Guru adalah sebagai berikut :

1) Kompetensi Pedagogik

2) Kepribadian

3) Sosial

4) Profesional.

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Observasi

Menurut Sugiyono (2017:203) mengemukakan bahwa Observasi adalah

teknik pengumpulan data untuk mengamati perilaku manusia, proses kerja, gejala-

gejala alam dan responden. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan

langsung untuk menemukan fakta-fakta di lapangan.

Proses observasi dalam penelitian ini adalah dengan mengobservasi/

mengamati kepala sekolah sebagai pemimpin dalam menjalankan tugas dan


fungsinya di sekolah, serta mengamati proses kinerja guru setiap satuan PAUD di

Kecamatan Amali, Kabupaten Bone

2. Angket/Kuesioner

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya angket atau

kuesioner, menurut Danial (Nopiyanti 2012:51) “Angket/Kuesioner adalah alat

untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian secara tertulis

berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dijelaskan secara tertulis kepada

responden sesuai dengan masalah penelitian”. Tipe pertanyaan dalam angket

dibagi menjadi dua, yaitu : terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah

pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya

berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah

pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden

untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah

tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data

nominal, ordinal, interval, dan ratio, adalah pertanyaan tertutup (Sugiyono,

2017:143).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

angket dengan jenis angket skala likert dengan interval 1-5. Adapun item-item

yang digunakan yaitu menggunakan 5 pilihan jawaban antara lain :

Tabel 3.2 Instrumen Skor Responden

No. Instrumen Skor

Sangat Setuju (SS) 5


1.
Setuju (S) 4
2.

Kurang Setuju (KS) 3


3.

Tidak Setuju (TS) 2


4.

Sangat Tidak Setuju (STS) 1


5.

Sumber : Sugiyono (2016:167)

3. Metode Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2017) “Dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu”. Dokumentasi merupakan laporan yang bisa berbentuk

tulisan, gambar, dan karya-karya monumental dari seseorang. Kemudian menurut

Yusuf (2014) Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang prang atau

sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi social yang sangat

berguna dalam penelitian kuantitatif.

G. Analisis Deskriptif

Untuk memperoleh gambaran/deskrpisi tentang Pengaruh Kepemimpinan

Kepala Satuan terhadap Kinerja Guru Satuan PAUD skor jawaban responden akan

dianalisis secara deskriptif, yaitu berdasarkan jumlah total skor jawaban setelah

masing-masing frekuensi jawaban dikalikan dengan nilai dari level masing-

masing frequensi yaitu 1,2,3,4,dan 5. Jumlah total ini kemudian dibagi dengan

jumlah skor total jawaban bila semua jawaban bernilai 5, sehingga didapatkan

kriteria angka persentase yang akan menunjukkan tinggi atau rendahnya deskripsi
penilaian tangapan responden terhadap setiap variabel yaitu variabel

Kepemimpinan Kepala Satuan (X) Kinerja Guru (Y).

Dalam mengolah data, penulis menggunakan Skala Likert dengan rumus

sebagai berikut :

Untuk menghitung data hasil kuesioner diberikan 5 pilihan jawaban dan

skornya, dengan ketentuan sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) =5

Setuju (S) =4

Kurang Setuju (KS) =3

Tidak Setuju (TS) =2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Adapun kriteria penilaian dapat dikategorikan sebagai berikut :

91 – 100% : Sangat baik

76 – 90% : Baik

61 – 75% : Cukup baik

51 – 60% : Kurang

Kurang dari 50% : Sangat kurang

H. Uji Pra Syarat

1. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen digunakan untuk mengukur sampai seberapa

besar ketepatan dan kecermatan sutau alat ukur didalam melakukan fungsinya.
Menurut Sugiono (2004:109) “Instrumen dikatakan valid jika instrumen dapat

digunakan untuk mengukur apa yang harus diukur. “Sugiono (2007:110) juga

menambahkan : “Instrumen yang reliabel/handal adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama”. Jumlah responden uji coba sebanyak 32 (tiga puluh dua) guru

satuan PAUD di Kecamatan Amali, Kab. Bone.

Dihitung dengan uji t atau uji signifikasi. Uji ini adalah untuk menentukan

apakah variavel X tersebut signifikan terhadap variabel Y dengan menggunakan

SPSS.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji realibilitas menunjukkan kemampuan instrumen penelitian untuk

mengungkap data yang dapat dipercaya. Selain harus valid. Instrument juga harus

reliable. Reliable merujuk kepada keadaan kekonsistenan instrument dalam

memperoleh hasil yang sama saat dilakukan penelitian Kembali pada waktu yang

berbeda.

Untuk pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung reliabilitas

seluruh item angket dengan menggunakan SPSS dengan proses pengambilan

keputusan dengan membandingkan hasil r hitung dengan r tabel . Apabila ri < r

tabel berarti item angket tidak reliabel.

3. Uji Normalitas Data

Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
Data Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan

analisis dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan parametrik atau

nonparametrik. Untuk data parametrik, data yang dianalisis untuk berdistribusi

normal, sedangkan pengolahan data non parametrik data yang dianalisis

berdistribusi tidak normal. Pengujian ini bertujuan untuk ketiga variabel penelitian

tersebut memiliki penyebaran data yang normal atau tidak.

I. Uji Hipotesis

1. Analisis Regresi Linear Sederhana


Regresi Linear Sederhana adalah Metode Statistik yang berfungsi untuk

menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X)

terhadap Variabel Akibatnya. Faktor Penyebab pada umumnya dilambangkan

dengan X atau disebut juga dengan Predictor sedangkan Variabel Akibat

dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan Response. Regresi Linear

Sederhana atau sering disingkat dengan SLR (Simple Linear Regression) juga

merupakan salah satu Metode Statistik yang dipergunakan dalam produksi untuk

melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun

Kuantitas.

Kemudian, untuk mengatahui hasil regrease linear menggunakan SPSS

dengan proses pengambilan keputusan di ambil berdasarkan hasil r Square yang

menunjukkan hasil presentasi sumbangan variabel dependen dalam

mempengaruhi variabel independen.

2. Uji Parsial (t)

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh

masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel


terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel

atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji

ini menggunakan SPSS.

Untuk melihat angka uji Parsial (t) sebagai berikut :

T hitung > T tabel, maka ada Pengaruh

T hitung < T tabel maka tidak ada Pengaruh

3. Uji Simultan (f)

Uji F atau model uji Anova dapat dilakukan dengan membandingkan F

hitung dengan tabel f jika F hitung > dari F tabel, (Ho di tolak Ha diterima) maka

model signifikan atau bisa dilihat dalam kolom signifikansi pada tabelAnova

dengan menggunakan aplikasi SPSS.

Untuk melihat angka Uji F Simultan :

F Hitung > F tabel, maka model signifikan

F Hitung < F tabel, maka model tidak signifikan


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Laode Ismail. "Konsep penilaian kinerja guru dan faktor yang
mempengaruhinya." Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan 1.1
(2017).
Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Bandung :
Alfabeta, CV.
Cet.12 . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem
pendidikan nasional.
Djaali. 2021. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Syahza, Almasdi. 2021. Metodologi Penelitian edisi revisi. Pekanbaru:
UR Press.
Iskandar,Uray. "Kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kinerja
guru." Jurnal visi ilmu pendidikan 10.1 (2013).
Janna, Nilda Miftahul, and H. Herianto. "Konsep Uji Validitas dan Reliabilitas
dengan Menggunakan SPSS." (2021).
Julaiha, Siti. "Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah." Tarbiyah Wa Ta'lim:
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran 6.3 (2019)
Octavia, Shilphy Afiattresna. Sikap dan kinerja guru profesional. Deepublish,
2019.
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Menengah
Pianda, Didi. Kinerja guru: kompetensi guru, motivasi kerja dan kepemimpinan
kepala sekolah. CV Jejak (Jejak Publisher), 2018.
Pianda, Didi. Kinerja guru: kompetensi guru, motivasi kerja dan kepemimpinan
kepala sekolah. CV Jejak (Jejak Publisher), 2018.
Rukajat, Ajat. Pendekatan penelitian kuantitatif: quantitative research approach.
Deepublish, 2018.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2017). Metode Penelitian Pendidikan,
Sulistiya, Mukhamad. "Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru." Ekonomi IKIP Veteran Semarang 1.2 (2013)
Susanto, Hary. "Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru sekolah
menengah kejuruan." Jurnal Pendidikan Vokasi 2.2 (2012).
Syamsul, Herawati."Penerapan kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru pada jenjang Sekolah Menengah Pertama
(SMP)." Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan 1.2 (2017).
UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV pasal 20 tentang Guru dan Dosen
UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Anda mungkin juga menyukai