Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari

masyarakat.Umumnya sorotan itu ditujukan pada rendahnya mutu pendidikan,

rendahnyabudi pekerti, rendahnya motivasi, rendahnya relevansi, dan

rendahnyaefisiensi pendidikan.Perhatian masyarakat itu cukup beralasan

karenapendidikan memegang peranan yang amat penting untuk

menjaminkelangsungan hidup negara dan bangsa.Pendidikan merupakan wahana

untukmeningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Perkembangan kualitas pendidikan di kota Medan masih

dikategorikanrendah di tingkat nasional, karena disebabkan oleh beberapa factor

antara lain kurang efektifnya fungsi kepemimpinan kepala sekolah dalam

mendukung kinerja guru untuk mencapai target dan tujuan pendidikan yaitu

mengembangkan potensi peserta didik.Pendidikan merupakan faktor utama dalam

pembentukan pribadi manusia.Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik

atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Menyadari akan hal tersebut, para pengajar dan pihak sekolah harus

serius dalam menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang

baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu

menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Baik

1
mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai

tenaga profesional.

Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya

hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang

tinggi dan kinerja yang baik. Guru memegang peranan sentral dalam proses

belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan

oleh kemampuandan kinerja mengajar yang dimiliki seorang guru dalam

menjalankan tugasnya.

Tujuan dari peningkatan kinerja guru dan perbaikan mutu kegiatan

dalam proses belajar mengajar adalah untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan

belajar dan mengajar yang efektif di sekolah. Hal ini menjadi sangat penting dan

suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi. Guru adalah pendidik professional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mnegevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru sebagai warga negara pilihan melalui proses manajemen sumber

daya manusia, seharusnya memiliki kompetensi dan kinerja yang tinggi yang

selanjutnya diperlihatkan melalui kinerja yang baik pula. Namun demikian pada

kenyataannya, sesuai dengan hasil observasi dan wawancara pendahuluan yang

calon peneliti lakukan di lingkungan dan pada SMP Harapan 1 Medan terindikasi

bahwa tingkat kinerja relative masih rendah. Diketahui tingkat kinerja guru belum

optimal hal ini dapat dilihat berdasarkan indicator-indikator penelitian sebagai

berikut :

2
a. Motivasi guru masih rendah hal ini dapat dilihat dari belum maksimalnya

guru mengeluarkan kemampuannya dalam mengajar dikelas. Sebagai

contoh ;guru tidak berimprovisasi dalam menggunakan model

pembelajaran dan menggunakan media ajar yang maksimal guna menarik

minat siswa untuk gemar dalam mengikuti pelajaran.

b. Kualitas kinerja masih rendah dan belum sesuai dengan harapan

masyarakat. Contohnya ; penerapan teknologi dalam proses belajar

mengajar dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran yang belum

maksimal.

c. Resposibilitas masih rendah dimana masih ditemukan lambatnya

penanganan permasalahan yang dihadapi peserta didik dan guru di

sekolah. Sebagai contoh ;guru tidak berinovatif didalam mengembangkan

model pembelajaran dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Alasan direncanakan dan ditetapkannya SMP Harapan 1 Medan

sebagai lokasi penelitian adalah :

1. SMP Harapan 1 Medan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

melayani kepentingan publik, khususnya di bidang pendidikan.

2. Kinerja guru terhadap pendidikan di SMP Harapan 1 Medan masih

dirasakan rendah, dan keadaan ini diketahui dari adanya keluhan-keluhan

masyarakat tentang kwalitas pendidikan dan kinerja guru disekolah.

3. Adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh calon peneliti dalam

melakukan penelitian baik waktu, tenaga, dan biaya.

3
Kepala sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan memiliki

peranstrategis dalam kerangka manajemen dan kepala sekolah merupakan

salahsatu faktor terpenting dalam menunjang keberhasilan sekolah

mencapaitujuan yang telah ditetapkan.Dalam lembaga pendidikan seorang

pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari

orang-orang yang dipimpin dan memiliki keterampilan untuk menggerakkan

orang-orang yang dipimpin itu sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dapat terlaksana dengan efektif, efisien, dan ekonomis.

Chung dan Megginson dalam Wilson Bangun (2012 : 337) menyatakan

bahwa kepemimpinan adalah sebagai kesanggupan untuk mempengaruhi perilaku

orang lain dalam suatu arah tertentu. Seorang pemimpin harus mampu

mewujudkan visi, karena visi dalam mengatur perjalanan organisasi memiliki

gambaran atau bayangan tentang kemungkinan kondisi organisasi yang

diharapkan dimasa yang akan datang.

Kepala sekolah memiliki peran sebagai pemimpin

instruksional.Kepemimpinan instruksional merupakan peran kepala sekolah dalam

memberikan rangsangan dan motivasi bagi guru dalam hal pembelajaran.Kepala

sekolah berperan dalam memberi sikap yang inovatif bagi para guru dan

menyadarkan supaya guru-guru bekerja dengan sepenuh kapasitas

kemampuan.Sementara guru memiliki peran sebagai pemimpin dalam

pembelajaran secara langsung di kelasnya.

4
Kepemimpinan instruksional kepala sekolah memiliki pengaruh

terhadap kinerja mengajar guru, hingga akhirnya keberhasilan dalam

menyelenggarakan pendidikan yang efektif bergantung pada kecakapan

memimpin seorang kepala sekolah.Rendahnya kinerja pendidikan disekolah

merupakan cerminan dari rendahnya motivasi guru. Tinggi rendahnya kinerja

guru diduga disebabkan oleh banyak faktor, dan melalui beberapa kajian pustaka

para ahli menyimpulkan dengan pendapat yang sama bahwa unjuk kerja (job

performance) seseorang dalam aktivitas kerjanya ditentukan oleh factor individual

dan faktor situasional.

Motivasi dipandang perlu dan memiliki pengaruh terhadap kinerja atau

sejauh mana lingkungan suatu organisasi memberikan peluang kepada individu

untuk menampilkan kinerja yang baik.Dengan demikian, maka motivasi kerja

seorang guru dalam melaksanakan pendidikan diduga memiliki kaitan yang erat

dengan kinerja guru dalam bekerja dan melaksanakan tanggungjawabnya sebagai

seorang tenaga pendidik.

Atas dasar uraian pada berbagai masalah di atas, maka penulis tertarik

untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan

motivasi guru terhadap kinerja guru dalam melaksanakan fungsinya sebagai

tenaga pendidik, khususnya untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah

Pertama/ SMP. Maka penulis tertarik untuk mengambil judul tesis“Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Guru Terhadap Peningkatan

Kinerja Guru Pada SMP Harapan 1 Medan”.

5
B. Rumusan Masalah

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah masalah Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan Motivasi terhadap Kinerja Guru. Aspek tersebut

diduga sebagai parameter penentu keberhasilan dalam proses pengelolaan

dalam lembaga pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu perlu

adanya Kemimpinan Kepala Sekolah yang handal dan mampu membina

Motivasi Guru dalam rangka meningkatkan kualitas Kinerja Guru pada

SMP Harapan 1 Medan.

Dengan latar belakang berbagai ungkapan faktor-faktor di atas,

yang mempengaruhi Kinerja Guru yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Guru sehingga

pokok masalah dalam penelitian ini tercermin dalam bentuk pertanyaan

penelitian (research question) sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap

Kinerja Guru pada SMP Harapan 1 Medan.

2. Seberapa besar pengaruh Motivasi Guru terhadapKinerja Guru pada

SMP Harapan 1 Medan.

3. Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi

Guruterhadap Kinerja Guru pada SMP Harapan 1 Medan.

6
C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan

dan melakukan kajian ilmiah tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Motivasi Guru, dan Kinerja Guru dalam penyelenggaraan pendidikan di

SMP Harapan 1 Medan. Analisis tersebut diarahkan untuk mengetahui

pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi terhadap

peningkatan Kinerja Guru dimana akhirnya kajian ini menjadi landasan

dalam menjelaskan pola keterkaitan konsep-konsep Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan Motivasi terhadap Kinerja Guru pada SMP

Harapan 1 Medan.

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan proposal ini berdasarkan rumusan

masalah di atas, yaitu :

1. Menganalisis besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap Kinerja Gurupada SMP Harapan 1 Medan.

2. Menganalisis besarnya pengaruh Motivasi Guruterhadap Kinerja Guru

pada SMP Harapan 1 Medan.

3. Untuk mengetahui dan mengembangkan ide serta konsep baru tentang

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi terhadap Kinerja Guru

Pada SMP Harapan 1 Medan.

7
D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan dan bahan pemikiran tentang pengaruh Kepemimpianan

Kepala Sekolah dan Motivasi Guru terhadap Kinerja Guru khususnya

untuk jenjang pendidikan SMP di Harapan 1 Medan.

2. Secara praktis diharapkan dapat menjadi masukan bagi lembaga

pendidikan, khususnya SMPHarapan 1 Medan dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan dan produktivitas sekolah sebagai

bentuk pengabdian pada masyarakat.

3. Manfaat metodologis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberi nilai

tambah dan dapat disinergikan dengan penelitian ilmiah lainnya,

khususnya yang mengkaji tentang penyelenggaraan administrasi

pendidikan dan manajemen lembaga pendidikan.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1.Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pemimpin adalah pribadi yang memiliki keterampilan teknis,

khususnya dalam satu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk

bersama-sama melakukan aktivitas, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan

organisasi.

Pemimpin yang mempunyai kemampuan profesionalitas dan dedikasi

yang tinggi akan mampu menciptakan kinerja yang efisien bagi karyawan,

dengan demikian tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai. Kepemimpinan

yang semestinya harus diterapkan adalah, sebagai pemimpin harus mempunyai

kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu.

Bawahan merasa percaya, kagum, loyal dan hormat terhadap atasannya

sehingga bawahan termotivasi untuk berbuat lebih banyak dari pada apa yang

biasa dilakukan dan diharapkannya. Gaya kepemimpinan yang ideal pada

prinsipnya memberikan motivasi kepada bawahan untuk berbuat lebih baik dari

apa yang biasa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau

keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi

kerja.

9
Salah satu kekuatan efekif yang sangat menentukan keberhasilan

sekolah atau lembaga pendidikan dalam mencapai tujuannya adalah

kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah menjadi penentu

utama terjadinya proses dinamisasi sekolah. Efektifitas kepemimpinan pendidikan

tidak dapat lepas dari beberapa aspek yang membangun terjadinya efektifitas

kepemimpinan sehingga mutu pendidikan akan dapat dicapai. Kegagalan dan

keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala

sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh

sekolah menuju tujuannya.

Sebelum berbicara lebih lanjut mengenai kepemimpinan kepala

sekolah, ada baiknya kita mengulas beberapa teori tentang dasar kepemimpinan

yang dapat diuraikan bahwa “kepemimpinan adalah proses psikologis dalam

menerima tanggung jawab tugas, diri sendiri, dan nasib orang lain (Wilson

Bangun, 2012 : 337)”. Pendapat ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus

memiliki pengetahuan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai pemimpin.

Crosby dalam Wilson Bangun (2012 : 337) menyatakan bahwa

kepemimpinan dapat dipelajari. Menurutnya, kepemimpinan itu sama dengan

menjadi seorang eksekutif, oleh karena itu setiap orang dapat belajar menjadi

seorang eksekutif. Crosby berpendapat bahwa ciri terpenting menjadi seorang

eksekutif adalah terbuka, konstan, dan belajar terus menerus.

Robert I. Swiggett dalam Wilson Bangun (2012 : 338) mengemukakan

bahwa tugas seorang pemimpin adalah menciptakan visi. Visi yang jelas akan

10
mudah terwujud melalui sasaran yang ditentukan oleh setiap organisasi melalui

strategi dan implementasi program-program kerja.

Dalam lembaga pendidikan, tugas dan fungsi kepemimpinan dijalankan

oleh seorang kepala sekolah.Pada dasarnya, seni kepemimpinan dalam pendidikan

adalah menanamkan pengaruh kepada guru agar mereka melakukan tugasnya

sepenuh hati dan entusias. Kepemimpinan kepala sekolah dapat dikatakan sebagai

sebuah proses mempengaruhi dan menterjemahkan keinginan-keinginan para

anggota atau tenaga didik yang menekankan kepada tujuan dan sasaran lembaga

pendidikan melalui kegiatan memberi motivasi, memelihara hubungan kerja

samayang baik, dan memberikan dukungan pada suatu kelompok diluar dan

didalam lembaga pendidikan.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin, kepala

sekolah harus memenuhi empat unsure kepemimpinan dalam menjalankan

tugasnya yaitu :

1. Kumpulan Orang

Dalam lembaga pendidikan, terdapat kumpulan orang yang menjadi

pengikut untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga pendidikan. Para

pengikut akan menerima perintah dan pengarahan dari pemimpin. Tanpa

adanya kelompok sebagai pengikut dalam organisasi, maka kepemimpinan

tidak akan terwujud. Guru, struktur karyawan lainnya, dan siswa dalam

lembaga pendidikan berfungsi sebagai pengikut yang akan menerima

perintah dan arahan dari kepala sekolah untuk mewujudkan visi dan misi

sekolah yaitu menyelenggarakan aktivitas pendidikan sesuai dengan yang

11
dituangkan dalam undang-undang yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa.

2. Kekuasaan

Dalam lembaga pendidikan, terdapat kumpulan orang yang menjadi

pengikut untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga pendidikan. Para

pengikut akan menerima perintah dan pengarahan dari pemimpin. Tanpa

adanya kelompok sebagai pengikut dalam organisasi, maka

kepemimpinantidak akan bisa berjalan.

3. Mempengaruhi

Dalam lembaga pendidikan, unsure lain yang harus dipenuhi adalah

kemampuan untuk mempengaruhi dengan menggunakan berbagai bentuk

kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin.Pada unsure ini sangat

dibutuhkan bagaimana keahlian pemimpin untuk mempengaruhi para

anggota organisasi.Meskipun sebenarnya pada unsure ini menekankan

pada pengikut, inspirasi juga dibutuhkan dari pimpinan.Para pemimpin

memiliki kualitas daya tarik yang menimbulkan kesetiaan, pengabdian,

dan keinginan yang kuat dari para anggota organisasi untuk melakukan

hal-hal yang diinginkan pemimpin.

4. Nilai

Unsur keempat dari kepemimpinan adalah menggunakan ketiga unsure

yang telah ada sebelumnya dan mengakui bahwa kemampuan berkaitan

dengan nilai.Nilai yang dimaksud adalah moralitas kepemimpinan. James

Mc Gregor dalam Wilson Bangun (2012) mengatakan bahwa pemimpin

12
yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan mungkin dalam

sejarah akan dikenang sebagai penjahat, atau lebih jelek lagi. Moral sangat

berkaitan dengan nilai-nilai dan persyaratan bahwa para pengikut diberi

cukup pengetahuan mengenai alternative agar dapat membuat pilihan yang

telah dipertimbangkan jika tiba saatnya memberikan respon pada usulan

pemimpin untuk memimpin.

Dalam dunia pustaka kepemimpinan, dikenal paling tidak delapan

kelompok teori kepemimpinan. Hal ini terutama diungkapkan dalam literatur

kepemimpinan yang tersohor dari Ralph M. Stogdill yang kemudian diperluas

oleh Bass (1981). Berbagai pendekatan tentang munculnya kepemimpinan

diuraikan sebagai berikut :

a) Teori-teori Orang Besar (Great-Man Theories).

Banyak tokoh dunia yang telah menentukan arah perjalanan umat manusia.

Tanpa Churchill misalnya, Inggris sudah hilang di tahun 1940. Teori ini

mengungkapkan bahwa pemimpin terlahir dari orang-orang besar yang

memang telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.

b) Teori-teori Sifat (Trait Approach).

Teori ini mengemukakan bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang

memiliki sifat-sifat tertentu yang membedakan dirinya dengan manusia

lain yang bukan pemimpin. Sifat-sifat itu antara lain adalah :

kecendikiawanan, pertanggungjawaban, dan ditambah lagi dengan faktor

fisik dan kesehatan. Seiring dengan kebutuhan dan fungsinya, sifat-sifat

tersebut dapat diperluas lagi. Secara khusus Keith Davis, dalam J. Salusu

13
(2000 : 193) menggambarkan perluasan sifat-sifat tersebut sebagai

kecerdasan, kedewasaan, keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan

dukungan berprestasi, serta sikap hubungan kemanusiaan.

c) Teori-teori Lingkungan (Environmental Theories).

Adalah teori yang mengungkapkan bahwa tampilnya seseorang pemimpin

adalah sebagai hasil ramuan dari waktu, tempat, dan situasi atau keadaan.

Tiap masa mempunyai keunikan dan melahirkan pemimpin yang mampu

mengisi kekosongan pada saat itu. Tampilnya pemimpin sebenarnya

bergantung pada kemampuan dan keterampilannya menyelesaikan masalah

sosial yang memang sangat dibutuhkan disaat timbul ketegangan,

perubahan-perubahan, dan adaptasi.

d) Teori-teori Situasional-Pribadi (Personal-Situational Theories).

Teori ini merupakan perpaduan antara teori ”orang besar” dengan teori

situasional. Teori ini menganggap perlu untuk menganalisis karakteristik

pribadi seperti sifat-sifat intelektual dari pemimpin tersebut sekaligus

dikaitkan dengan situasi khusus tempat ia tampil.

e) Teori-teori Manusiawi (Humanistic Theories)

Teori ini menekankan pada pertumbuhan dan perkembangan dari suatu

organisasi yang efektif dan kohesif. Kalau manusia adalah organisme yang

dapat dimotivasi, maka organisasi justru dapat dimanipulasi dan

dikendalikan. Oleh karena itu, fungsi kepemimpinan disini adalah

memodifikasi organisasi sedemikian rupa sehingga orang-orang

14
didalamnya merasa memiliki kebebasan untuk merealisasikan potensi

motivasionalnya.

f) Teori-teori Pertukaran (Exchange Theories).

Teori ini berpandangan bahwa sebenarnya interaksi sosial merupakan

suatu bentuk pertukaran yang anggota-anggota kelompoknya memberi dan

menerima kontribusi secara suka rela atau cuma-cuma. Interaksi ini

berjalan terus karena anggota-anggotanya merasakan manfaat darinya,

bukan saja antarsesama mereka sebagai anggota, tetapi bermanfaat juga

antara sebagai bawahan dan pimpinannya sebagai atasan.

Kepemimpinan instruksional kepala sekolah adalah tindakan kepala

sekolah mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan yang diharapkan

guna mencapai tujuan pembelajaran dengan indikator merumuskan tujuan

sekolah, mengkomunikasikan tujuan sekolah, mensupervisi dan mengevaluasi

pembelajaran, mengkoordinasikan kurikulum, memonitor kemajuan pembelajaran

peserta didik, mengkontrol alokasi waktu pembelajaran, memfokuskan pencapaian

visi, menyediakan insentif bagi guru, menetapkan stándar akademi, dan

memberikan insentif bagi peserta didik.

Organisasi apapun termasuk sekolah/madrasah memerlukan

pimpinan.Pimpinan sekolah adalah kepala madrasah.Kepala madrasah melakukan

tugas kepemimpinan dengan suatu manajemen.Manajemen itu mencakup

planning, organizing, actuating, monitoring and evaluation.Murman (2010)

dalam (Rohmat, 2012 : 123) menyatakan bahwa tupoksi atau peran kepala sekolah

mencakup :

15
1. Kepala sekolah sebagai pendidik (educator)

a) Membimbing guru dalam hal menyusun dan melaksanakan progam

pengajaran, mengevaluasi hasil belajar dan melaksankaan program

pengajaran remedial.

b) Membimbing karyawan dalam hal menyusun program kerja dan

melaksanakan tugas sehari-hari.

c) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, OSIS, dan

mengikuti lomba di luar sekolah.

d) Mengembangkan staf melalui pendidikan/latihan, melalui pertemuan,

seminar, diskusi, menyediakan bahan bacaan memperhatikan kenaikan

jabatan melalui seleksi calon kepala madrasah.

e) Mengikuti perkembangan iptek melalui pendidikan/latihan, pertemuan,

seminar, diskusi dan bahan-bahan lainnya.

2. Kepala sekolah sebagai manajer (manager)

a) Mengelola adminstrasi kegiatan belajar dan bimbingan konseling.

b) Mengelola administrasi kesiswaan.

c) Mengelola administrasi ketenagaan.

d) Mengelola adminstrasi keuangan rutin.

e) Mengelola adminstrasi sarana/prasarana.

3. Kepala sekolah sebagai pengelola adminstrasi (adminstrator)

a) Menyusun program kerja baik jangka panjang, menengah maupun

pendek.

b) Menyusun organisasi ketenagaan.

16
c) Menggerakkan staf, dan guru dengan memberikan arahan dan

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas.

d) Mengoptimalkan sumberdaya manusia secara optimal.

4. Kepala sekolah sebagai penyelia (supervisor)

a) Menyusun program supervisi kelas, pengawasan, dan evaluasi

pembelajaran.

b) Melaksanakan program supervisi.

c) Memanfaatkan hasil supervisi unutk meningkatkan kinerja

guru/karyawan dan untuk mengembangkan madrasah.

5. Kepala sekolah sebagai pemimpin (leader)

a) Memiliki kepribadian yang kuat, jujur, percaya diri, tanggung jawab,

berani mengambil resiko, dan berjiwa besar.

b) Memahami kondisi guru, karyawan, serta anak didik.

c) Mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tertulis.

6. Kepala sekolah sebagai pembaharu (inovator)

a) Mampu mencari, menemukan dan mengadopsi gagasan baru dari pihak

lain.

b) Mampu melakukan pembaharuan di berbagai bidang pada sekolahnya.

7. Kepala sekolah sebagai pendorong (motivator)

a) Mampu mengatur lingkungan kerja.

b) Mampu mengatur pelaksanaan suasana kerja yang memadai.

c) Mampu menerapkan prinsip memberi penghargaan maupun sanksi

hukuman.

17
Seorang kepala sekolah di samping memiliki kemampuan yang berkenaan

dengan pembelajaran juga harus memiliki kemampuan sebagai seorang pemimpin

satuan pendidikan. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus mempunyai

kemampuan dalam hal merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,

mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi semua kegiatan

pendidikan yang ada di sekolah.

Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai peran yang sangat penting

dalam pengembangan pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dipahami karena salah

satu faktor yang membuat organisasi itu dapat berkembang adalah kemampuan

memimpin manajernya.

Model Hallinger dan Murphy dalam Kementerian Pendidikan Nasional

(2011 : 8) menjelaskan deskriptor peran kepemimpinan pembelajaran terdiri dari :

1) Merumuskan tujuan sekolah;

2) Mengkomunikasikan tujuan sekolah;

3) Mensupervisi dan mengevaluasi pembelajaran;

4) Mengkoordinasikan kurikulum;

Selanjutnya, Model Weber (1996 : 64) menjelaskan lima domain utama

kepemimpinan pembelajaran, yaitu: (1) merumuskan misi sekolah; (2) mengelola

kurikulum dan pembelajaran; (3) mendorong terciptanya iklim belajar yang

kondusif; (4) mengobservasi dan memperbaiki pembelajaran; dan (5) melakukan

penilaian program pembelajaran.

Menilik berbagai pendapat di atas, kepemimpinan pembelajaran kepala

madrasah merupakan tindakan kepala madrasah mempengaruhi orang lain untuk

18
bertindak sesuai dengan yang diharapkan guna mencapai tujuan pembelajaran

dengan indikator merumuskan tujuan sekolah, mengkomunikasikan tujuan

sekolah, mensupervisi dan mengevaluasi pembelajaran, mengkoordinasikan

kurikulum, memonitor kemajuan pembelajaran peserta didik, mengkontrol alokasi

waktu pembelajaran, memfokuskan pencapaian visi, menyediakan insentif bagi

guru, menetapkan stándar akademi; dan memberikan insentif bagi peserta didik.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, indikator kontribusi

kepemimpinan kepala sekolah yang akan digunakan dalam penelitian ini

mencakup kegiatan yang diuraikan sebagai berikut :

1) Perumusan dan pengkomunikasian visi, misi dan tujuan sekolah;

Perumusan visi, misi dan tujuan merupakan langkah awal yang perlu

dilakukan kemana arah pendidikan akan dituju oleh para pendiri

sekolah/madrasah. Sejauh tidak bertentnagan denga tujuan pendidikan

nasional (Rohmat, 2016 : 91).

2) Mengkoordinasikan kurikulum pembelajaran yang akan digunakan di

sekolah;

3) Mengkoordinasikan pembagian tugas guru dalam pembelajaran;

4) Menetapkan standar akademik;

5) Mendorong terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif;

6) Melakukan supervisi dan evaluasi terhadap program pembelajaran.

19
2. Konsep Motivasi Guru

Secara umum Motivasi sering diartikan sebagai motif atau kadang-kadang

juga diartikan sebagai faktor dorongan yang bersifat internal yang datang dari

dalam diri seseorang untuk menimbulkan dan mengarahkan perilaku atau

perbuatan yang dilakukannya. Pengertian yang sama diberikan oleh Hodgetts

dalam Eduard Sipahutar (2017 : 8) dengan menyatakan bahwa “Motivasi adalah

factor psikologis yang mendorong sekaligus mengendalikan seseorang secara

langsung. Makna yang terkandung didalamnya yaitu dorongan dan motif dimana

motif ini memegang peranan penting karena kiranya bersifat perilaku”.

Menurut Nawawi dalam Manda Dwipayani Bastari (2009 : 16) kata

motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti dorongan,

sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.

Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau

menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung

secara sadar. Secara lebih khusus menurut Robbins dalam Manda Dwipayani

Bastari (2009 : 18) menyatakan bahwa motivasi adalah kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan organisasi, yang

dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan

individual.

20
Sedangkan menurut Siagian dalam Manda Dwipayani Bastari (2009 : 18)

menyatakan bahwa :

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang atau


organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuannya dalam
bentuk keterampilan atau keterampilan, tenaga dan juga waktunya
untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalm rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya.

Menurut George dan Jones dalam Leonando Agusta dan Eddy Madiono

Sutanto (2013 : 02) menjelaskan bahwa :

Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai suatu dorongan secara


psikologis kepada seorang yang menentukan arah dari perilaku
(direction of behavior) seseorang dalam organisasi, tingkat usaha
(level of effort), dan tingkat kegigihan atau ketahanan di dalam
menghadapi suatu halangan atau masalah (level of persistence)”.
Oleh karena itu, motivasi kerja dapat diartikan sebagai semangat
kerja yang ada pada karyawan yang membuat karyawan tersebut
dapat bekerja untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 63) kata motivasi berasal dari kata motif

yang dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan

untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Motivasi

akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri

manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejalakejiwaan, perasaan dan

juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukansesuatu. Semua ini di

dorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Daya dorong psikologis yang muncul dari dalam diri seseorang akan

mengarahkan perilaku seseorang sehingga ia mempunyai semangat untuk bekerja.

Sedang motif adalah hubungan bentuk aktifitas dengan tujuan yang mendasarinya.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam Slameto (1995) mengatakan bahwa “

21
Motivasi adalah tenaga yang mendorong seseorang berbuat suatu keinginan,

kecenderungan organisme untuk melakukan suatu sikap atau perilaku yang

dipengaruhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yangtelah

direncanakan sebelumnya, sifatnya sebagai alat pengontrol diri sendiri”.

Dalam kaitannya dengan daya dorong untuk mencapai sesuatu ini, maka

ada keterkaitan teori-teori motivasi yang menyebabkan seseorang terdorong untuk

melakukan sesuatu (dalam bentuk perilaku) yang mengarah tujuan organisasi.

Para ahli mengidentifikasikan teori-teori motivasi menjadi dua macam yaitu teori

kebutuhan dan teori proses. Teori kebutuhan Maslow menawarkan cara

melukiskan profil atau menganalisis individu untuk mengidentifikasikan

kebutuhan-kebutuhan yang diinginkannya, yang memotivasi perilakunya.

Teori bermanfaat karena menuntun seorang pemimpin menghayati secara

mendalam keinginan orang lain dan sekaligus menolong pemimpin untuk

mengerti apa yang diinginkan atau tidak dinilai sebagai penghargaan dalam

kegiatan kerja mereka atau sesuatu yang kurang menyenangkan mereka.

Teori-teori kebutuhan melihat bahwa orang mempunyai banyak keinginan

yang akan dicapainya, dan berbagai teori motivasi terbentuk dari esensi teori

kebutuhan ini. Keinginan atau kebutuhan yang akan dicapai seseorang menjadi

dorongan kuat atau stimulus untuk melakukan sesuatu hal guna memperoleh

kebutuhan tersebut, dan stimulus inilah yang diartikan sebagai motivasi.

22
Teori proses berupaya untuk mengerti proses pemikiran yang ada dalam

alam pikiran seseorang dan memotivasi mereka untuk berperilaku. Teori proses

berpusat pada pengertian proses kognisi yang secara nyata berpengaruh terhadap

perilaku, yaitu teori ekuitas dan harapan.

Teori hirerarki kebutuhan (satisfaction of needs theory) dari Maslow

menyebutkan bahwa kebutuhan dasar yang lebih rendah merupakan potensi untuk

memenuhi kebutuhan dasar yang lebih tinggi secara hirerarkis.Secara garis besar

disebutkan bahwa kebutuhan fisik sangat mendasar seperti makan, minum, dan

seks. Setelah kebutuhan ini tercapai, barulah kebutuhan akan keamanan,

perlindungan, dan sejenisnya, demikian seterusnya sampai kebutuhan yang

tertinggi yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut Maslow, hirerarki

kebutuhan manusia dapat diuraikan terdiri atas :

a. Kebutuhan Fisiologis, yaitu : merupakan hirarki kebutuhan manusia yang

paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti :

makan, minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.

b. Kebutuhan Rasa Aman yaitu : apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah

terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan

rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan

perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan

pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi

bekerja.

23
c. Kebutuhan Sosial yaitu : jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah

terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu

kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat

dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan

akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi

bersama dan sebagainya.

d. Kebutuhan Penghargaan yaitu : kebutuhan ini meliputi kebutuhan

keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan

atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.

e. Kebutuhan Aktualisasi diri yang merupakan hirarki kebutuhan dari

Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses

pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan

untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki

seseorang.

Proses terjadinya motivasi disebabkan adanya kebutuhan yang mendasar.

Dan untuk memenuhi kebutuhan timbullah dorongan untuk berperilaku.Bilamana

seseorang sedang mengalami motivasi atau sedang memperoleh dorongan, maka

orang itu sedang mengalami hal yang tidak seimbang. Setiap manusia dengan

berbagai kebutuhan tidak akan pernah puas dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh

sebab itu proses motivasi akan terus berlangsung selama manusia mempunyai

kebutuhan yang harus dipenuhi.

24
Seorang ahli bernama Herzberg memunculkan teori motivasi dua faktor

berdasarkan atas pembagian hierarki Maslow menjadi kebutuhan atas dan bawah.

Menurut Herzberg, hanya kondisinyang memungkinkan pemenuhan kebutuhan

atas, yaitu penghargaan dan aktualisasi diri sendiri akan meningkatkan motivasi

kerja.

Sebuah organisasi harus memungkinkan karyawannya memenuhi

kebutuhan tingkat bawah melalui kerja, tetapi ini adalah cara utama untuk

mempertahankan karyawan tersebut di organisasi, bukan untuk mempengaruhi

motivasi kerjanya.

Pada dasarnya proses terjadinya motivasi menunjukkan adanya dinamika

yang terjadi disebabkan adanya kebutuhan yang mendasar dan untuk

memenuhinya terjadi dorongan untuk berperilaku. Jangka waktu yang tertentu

akan timbul kebutuhan lagi untuk dipenuhi. Apabila suatu kebutuhan yang sama

timbul berulang-ulang dengan berlangsungnya waktu maka yang berlaku adalah

proses motivasi sebagaimana gambar proses motivasi diatas, namun jika setiap

kali timbul kebutuhan baru, tetapi kebutuhan tersebut termasuk kedalam jenjang

golongan yang lebih tinggi tingkatannya.

Antusiasme dan kerja keras sebagai perwujudan motivasi yang tinggi

direalisasikan dalam bentuk kesetiaan, prestasi, kerja, kejujuran, kedisiplinan,

kreativitas, kerja sama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan

tanggung jawab yang dilakukan melalui penilaian prestasi kerja.

25
Menurut pendapat Sardiman A.M dalam Mustika Sulistio Ningsih (2017 :

15) macam-macam motivasi kerja jika dilihat dari segi sumber timbulnya dapat

digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Motivasi Instrinsik

Menurut, yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah, “motif-motif

yang menjadi aktif atau yang berfungsinya tidak perlu di rangsang dari

luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.

b. Motivasi Eksternal

Motivasi ini mengacu kepada faktor-faktor dari luar atau dengan kata lain

adanya daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melaksanakan

sesuatu tindakan atau aktivitas yang disebabkan adanya pengaruh dari luar

(dorongan) dan dari pihak lain dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan karena manusia lupa ataupun sengaja untuk melanggar aturan

yang telah ada. Dalam hal ini maka seorang pimpinan harus memberikan

motivasi.

Menurut Riduwan dalam Manda Dwipayani Bhastari (2009 : 33)

bahwa motivasi kerja dapat diukur melalui indikator sebagai berikut :

a. Upah / Gaji yang layak, yang dapat diukur melalui gaji yang

memadai dan besarnya sesuai standar mutu hidup.

b. Pemberian insentif, yang diukur melalui pemberian bonus sewaktu-

waktu, rangsangan kerja, prestasi kerja.

26
c. Mempertahankan harga diri, yaitu diukur dengan iklim kerja yang

kondusif, kesamaan hak, dan kenaikan pangkat.

d. Memenuhi kebutuhan rohani, yaitu diukur dengan kebebasan

menjalankan sariat agama, menghormati kepercayaan orang, dan

penyelenggaraan ibadah.

e. Memenuhi kebutuhan partisipasi, yaitu diukur melalui kebersamaan,

kerjasama, rasa memiliki, dan bertanggung jawab.

f. Menempatkan pegawai pada tempat yang sesuai, dalam hal ini

diukur dengan seleksi sesuai kebutuhan, memperhatikan

kemampuan, memperhatikan pendidikan, memperhatikan

pengalaman, memberikan pekerjaan sesuai kemampuan.

g. Menimbulkan rasa aman di masa depan, seperti indikator

penyelenggaraan jaminan hari tua, pembayaran pensiun, pemberian

perumahan.

h. Memperhatikan lingkungan tempat kerja, yang diukur melalui

tempat kerja yang nyaman, cukup cahaya, jauh dari polusi dan

berbahaya.

i. Memperhatikan kesempatan untuk maju, yang diukur dengan

memberikan upaya pengembangan, kursus, diklat.

j. Menciptakan persaingan yang sehat, yang diukur melalui

produktivitas, prestasi kerja, pengembangan karir yang jelas, bonus,

kinerja pegawai, penghargaan dan hukuman.

27
Motivasi yang dibangkitkan karena mendapatkan rangsangan dari luar

merupakan motivasi eksternal, berupa peraturan, kebijakan perusahaan, interaksi

antara karyawan, dan lain sebagainya. Motivasi dapat pula dibangkitkan dari

dalam atau sering disebut motivasi internal. Sasaran yang ingin dicapai berada

dalam individu itu sendiri.

Karyawan dapat bekerja karena tertarik dan senang pada pekerjaannya, ia

merasa pekerjaan yang dilakukan memberikan makna, kepuaan dan kebahagiaan

pada dirinya. Seorang karyawan yang memiliki semangat dan kegairahan dalam

bekerja relatif sudah tertarik pada pekerjaanny, karena kerja keras memberikan

kepuasan kerja pada dirinya. Faktor-faktor dilingkungan karyawan seperti aturan,

kebijakan,corak hubungan dengan atasan, rekan dan bawahan dapat

mempengaruhi motivasi karyawan, ini berarti bahwa faktor-faktor tersebut perlu

mendapat perhatian jika memang memberikan pengaruh negatif terhadap

motivasi, termasuk juga pengaturan penggajian dan insentifnya.

28
Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 68) Indikator yang dapat dilihat dari

motivasi dalam meningkatkankinerja guru dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.1, Indikator Motivasi Kerja Guru

- Tanggung jawab guru dalam melaksanakan kegiatan


belajar rmengajar
Motivasi Internal
- Melaksanakan tugas dengan target yang jelas

- Memiliki tujuan yang jelas

- Ada umpan balik dari peserta didik

- Memiliki perasaan yang senang dalam bekerja

Motivasi Eksternal - Selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup dan


kerjanya

- Senang memperoleh pujian dari apa yang dia kerjakan

- Bekerja dengan harapan ingin memperoleh reward

- Bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian

Hamzah B. Uno (2008)

3.Konsep Kinerja Guru

Menurut Wilson Bangun (2012 : 231) kinerja adalah hasil pekerjaan yang

dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job

requirement).Suatu pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat

dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut juga sebagai standard pekerjaan

(job standard).Berdasarkan undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang

guru dan dosen menyatakan bahwa : Guru adalah pendidik professional dengan

29
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Kinerja merupakan singkatan dari kinetika energy kerja yang padanannya

dalam bahasa Inggris adalah performance.Istilah ini sering diterjemahkan menjadi

performa.Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau

indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu

tertentu.Kinerja adalah hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu

dalam suatu periode.

Menurut Simamora (1997) dalam Anikmah (2008 : 20) mengemukakan

bahwa kinerja atau prestasi kerja karyawan adalah tingkatan dimana para

karyawan mampu mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Sedangkan Suprihanto dalam Anikmah (2008 : 23) mengatakan bahwa

kinerja atau prestasi kinerja seorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja

seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan,

misalnya standar, target atau sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih

dahulu dan telah disepakati bersama.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah suatu

kemampuan atau hasil yang dicapai seorang guru atau sekelompok guru pada

waktu suatu periode dalam melaksanakan tugas yang telah ditentukan agar

tercapai suatu tujuan.

30
Tujuan utama dari penilaian prestasi kerja menurut Simamora (2001)

dalam Anikmah (2008 : 23) adalah menghasilkan informasi yang akurat dan

otentik tentang perilaku dan kinerja anggota-anggota semakin akurat dan otentik

informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, semakin besar potensi

nilainya bagi organisasi . Manfaat Penilaian Kinerja Menurut Handoko dalam

Anikmah (2008 : 23) adalah diuraikan sebagai berikut :

1. Perbaikan prestasi kerja

2. Penyesuaian kompensasi

3. Keputusan penempatan

4. Kebutuhan latihan dan pengembangan

5. Perencanaan dan pengembangan karir

6. Memperbaiki penyimpangan proses staffing

7. Mengurangi ketidak akuratan informasi

8. Memperbaiki kesalahan desain pekerjaan

9. Kesempatan kerja yang adil

10. Membantu menghadapi tantangan eksternal

Menurut Mangkunegaran dalam Wirdatul Muniroh (2015 : 20) bahwa ada

dua faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu faktor kemampuan dan faktor

motivasi. Faktor kemampuan terdiri dari faktor kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan real (knowlegge + skill), sedangkan factor motivasi terbentuk dari

sikap (attitude) seseorang dalam menghadapi sutuasi kerja.Motivasi merupakan

kondisi yang menggerakkan diri seseorang agar terarah mencapai tujuan kerja.

31
Kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup

banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

adalah :

a. Faktor personal/individual, meliputi : pengetahuan, keterampilan,

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki

setiap individu.

b. Faktor Kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan

dorongan, semangat, arahan, dukungan yang diberikan manejer dan

team leader.

c. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan dalam suatu tim, kepercayaan terhadap anggota tim,

kekompakan dan keeretan dalam anggota tim.

d. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerjaatau infrastruktur

yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja

dalam organisasi.

e. Faktor Kontekstual, meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan

eksternal dan internal.

32
Sedangkan menurut Mangkunegara dalam Genoveva dan Elisabeth Vita

M. (2001 : 05) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang ialah :

a. Faktor kemampuan, secara umum kemampuan ini terbadi menjadi 2 yaitu

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill).

b. Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi

situasi kerja. Motivasi bagi karyawan sangat penting untuk mencapai visi

dan misi perusahaan. Menjadi karyawan hendaknya merupakan motivasi

yang terbentuk dari awal (by plan), bukan karena keterpaksaan atau

kebetulan (by accident).

Sedangkan menurut Wilson Bangun (2012 : 234) indicator dari kinerja

adalah sebagai berikut :

a. Jumlah Pekerjaan, dimensi ini menunjukkan jumah pekerjaan yang

dihasilkan individu atau kelompok sebagai persyaratan yang menjadi

standard pekerjaan. Setiap pekerjaan memiliki syarat yang berbeda sehingga

menuntut karyawan harus memenuhi persyaratan tersebut baik pengetahuan,

keterampilan, maupun kemampuan yang sesuai.

b. Kualitas Pekerjaan, dimana setiap karyawan dalam perusahaan harus

mmenuhi persyaratan tertentu dalam kualitas pekerjaan yang dituntut dalam

suatu pekerjaan tertentu. Setiap pekerjaan memiliki standard kualitas yang

berbeda yang harus disesuaikan oleh karyawan untuk dapat mengerjakannya

sesuai dengan ketentuan.

33
c. Ketepatan Waktu, dimana setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang

berbeda untuk jenis pekerjaan tertentu harus diselesaikan tepat waktu,

karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan yang lainnya.

d. Kehadiran, dimana suatu pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan

dalam mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan.

e. Kemampuan Kerja Sama, dimana tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan

oleh satu orang karyawan saja. Untuk suatu jenis pekerjaan tertentu

membutuhkan dua atau beberapa orang karyawan. Kinerja ini dapat dinilai

dari kemampuan kerja sama dengan rekan sekerja lainnya.

B. Kerangka Pemikiran

Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian ini

adalah pendekatan psikologis tentang perilaku, khususnya tentang teori perilaku

organisasi.Perilaku organisasi adalah ilmu yang mempelajari perilaku yang

terlibat dalam kegiatan organisasi. Davis dan Newstrom dalam Edward Sipahutar

(2017 : 47) mengatakan bahwa “perilaku organisasi berhubungan dengan

seperangkat konsep dasar disekitar hakekat manusia dan organisasi”.

Dalam kaitannya dengan manusia, perilaku organisasi memandang bahwa

(1) manusia secara individu mrmiliki perbedaan-perbedaan, (2) sebagai mahluk

social dan biologic, manusia harus dipahami sebagai manusia seutuhnya, (3)

perilaku manusia timbul karena adanya pemotivasian tertentu, dan (4) manusia

berbeda dengan factor produksi lainnya, karena manusia memiliki martabat.

34
Sedangkan dalam hal organisasi, perilaku organisasi memandang organisasi

sebagai social yang dibentuk atas dasar kepentingan bersama.

Organisasi membutuhkan orang-orang, dan orang-orang membutuhkan

organisasi.Orang memandang organisasi sebagai sarana untuk mencapai tujuan,

dan dilain pihak organisasi membutuhkan orang untuk mencapai tujuan.Oleh

karena itu konsep dasar perilaku organisasi dibentuk dari dua komponen utama

yaitu pemimpin dengan segala karakteristiknya dan organisasi juga dengan segala

karakteristiknya. Dalam dinamika kehidupan organisasi kedua karakteristik itu

saling berinteraksi dan melengkapi yang pada akhirnya akan menentukan

efektifitas organisasi.

Sekolah sebagai organisasi memiliki visi dan misi serta tujuan, dan untuk

mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kinerja guru yang merupakan perwujudan

perilaku individu dalam organisasi.Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas.

Tentunya kinerja guru dipengaruhi oleh banyak factor dan seperti yang

dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa focus penelitian ini ingin menganalisa

pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi guru dalam meningkatkan

kinerja guru dalam menyelenggarakan proses edukasi di lembaga pendidikan

formal, khususnya sekolah.

Indikator-indikator variable pada penelitian ini berdasarkan teori-teori

yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli.Dengan bersandar pada teori tersebut

peneliti mencoba mengungkapkan lebih lanjut analisis hubungan antar variable

dengan mengadakan penelitian pada SMP Harapan 1 Medan, dengan

35
menggunakan instrument penelitian berupa angket dengan jawaban terstruktur

mnggunakan skala likert. Skema hubungan variable penelitian dan indikatornya

dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1
Skema Hubungan Variabel Penelitian

Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1)

- Merumusan dan
pengkomunikasian visi, misi dan
tujuan sekolah. e
- Mengkoordinasikan kurikulum
pembelajaran yang akan X1
digunakan di sekolah.
- Mengkoordinasikan pembagian
tugas guru dalam pembelajaran.
- Menetapkan standar akademik,
mendorong terciptanya iklim
pembelajaran yang kondusif dan Kinerja Guru (Y)
melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap program pembelajaran. - Jumlah pekerjaan.
Rohmat, (2016 : 91) - Kwalitas Pekerjaan.
- Ketepatan Waktu.
- Kehadiran.
X1 + X2 - Kemampuan Kerja Sama
Wilson Bangun (2012 :
234)

Motivasi Guru (X2)

- Kebutuhan melaksanakan tugas X2


dengan target yang jelas.
- Kebutuhan melaksanakan tugas
untuk mendapatkan pujian dari
lingkungan organisasi/ sekolah.
- Kebutuhan melaksanakan
pekerjaan untuk mendapatkan
reward/ penghargaan.
- Kebutuhan melaksanakan
pekerjaan untuk mendapatkan
perhatian/ promosi jabatan.
Hamzah B. Uno (2008 : 68)

36
C. Hipotesis Penelitian

Menurut Indriantoro dan Supomo (1999 : 72) hipotesis adalah : “proposisi

(elemen teori) yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris

kebenarannya”. Sedangkan Sugiyono (2004 : 82) mendefinisikan hipotesis adalah

sebagai “jawaban sementara terhadap rumusan penelitian”. Hipotesis penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

pada SMP Harapan 1 Medan ditentukan oleh dimensi kemampuan kepala

sekolah dalam merumuskan dan mengkomunikasikan visi misi dan tujuan

sekolah kepada guru, mengkoordinasikan kurikulum yang akan digunakan di

sekolah kepada guru, mengkoordinasikan pembagian tugas guru dalam

pembelajaran, menetapkan standar akademik, mendorong terciptanya iklim

pembelajaran yang kondusif, dan melakukan supervisi serta evaluasi terhadap

program pembelajaran.

2. Besarnya pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Guru pada SMP Harapan 1

Medan ditentukan oleh dimensi kebutuhan melaksanakan tugas dengan target

yang jelas, kebutuhan melaksanakan tugas untuk mendapatkan pujian dari

lingkungan organisasi/ sekolah, kebutuhan melaksanakan pekerjaan untuk

mendapatkan reward/ penghargaan, kebutuhan melaksanakan pekerjaan untuk

mendapatkan perhatian/ promosi jabatan.

3. Besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Guru

terhadap Kinerja Guru pada SMP Harapan 1 Medan ditentukan oleh dimensi-

dimensi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi.

37
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di lingkup sekolah Yayasan Pendidikan

Harapan (Yaspendhar) Medan dengan jenjang pendidikan tingkat SMP

yaitu SMP Harapan 1 Medan.

B. Tipe Penelitian

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

Assosiatif, yaitu dugaan terhadap ada tidaknya hubungan secara signifikan

antara 2 (dua) variabel atau lebih (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini,

penulis akan menganalisis hipotesis tentang hubungan antara variabel

Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Motivasi Guru (X2) dan

Kinerja Guru (Y).

C. Metode Dan Dasar Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk

mengetahui lebih jelas, sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara variable X1, X2 dan Y, maka metode yang

cocok digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Sebagaimana yang diketahui bahwa penelitian kualitatifbertujuanuntuk

38
menguji hipotetsis atau dugaan bahwa ada hubungan antar variable

penelitian. Arikunto (2013) mengatakan bahwa penelitian korelasi

kuantitatif bertujuan menemukan ada tidaknya hubungan variable, dan

bila ada berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan

itu.Untuk itu diperlukan uji hipotesis penelitian.

Sasaran atau obyek penelitian dibatasi agar data yang diambil dapat

digali sebanyak mungkin serta agar penelitian ini tidak dimungkinkan

adanya pelebaran obyek penelitian oleh karena itu, maka kredibilitas dari

peneliti sendiri menentukan kualitas dari penelitian ini.

D. Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer yakni data yang di peroleh dari :

a) Hasil observasi visual, dilakukan untuk mengetahui kondisi

situasi kegiatan belajar mengajar di lingkungan Yayasan

Pendidikan Harapan Medan, khususnya untuk jenjang

pendidikan SMP.

b) Data dari penyebaran angket, dilakukan pada responden yaitu

guru yang mengajar di lingkungan Yayasan Pendidikan Harapan

Medan, untuk jenjang pendidikan SMP. Penelitian ini

menggunakan penelitian jumlah responden adalah sama dengan

jumlah populasi yaitu sebanyak 30 orang guru bidang studi dan

bimbingan konseling.

39
2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen, catatan-catatan, laporan - laporan, maupun arsip -

arsip resmi yang diperoleh dari Yayasan Pendidikan Harapan

Medan.Data sekunder ini bisa berupa hasil belajar siswa sebagai

data awal penelitian, struktur organiasai lembaga pendidikan

Yayasan Harapan Medan untuk jenjang pendidikan tingkat SMP,

dan data lain sebagainya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ialah wawancara, penyebaran angket, dan dilengkapi

dengan teknik observasi dan dokumentasi. Metode pengumpulan data

tersebut digunakan dengan pertimbangan: (1) menyesuaikan metode

kuantitatif lebih mudah dalam pengumpulan data utama yaitu melalui

penyebaran angket, (2) metode ini bertujuan untuk mendapatkan

jawaban responden berdasarkan pertanyaan yang telah disusun

didalam angket, dengan bentuk jawaban interval bertingkat, dari yang

paling positif sampai negative. Interval jawaban tersebut adalah :

a. Jawaban Sering dan Selalu (SS) diberikan skor 4

b. Jawaban Sering Tetapi Tidak Intens (STI) diberikan skor 3

c. Jawaban Sangat Jarang (SJ) diberikan skor 2

d. Jawaban Tidak Pernah Sama Sekali (TSS) diberikan skor 1

40
F.Defenisi Operasional

Setelah beberapa konsep diuraikan dalam hal yang

berhubungan dengan kegiatan ini, maka untuk mempermudah dalam

mencapai tujuan penelitian disusun defenisi operasional yang menjadi

fokus dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.1 Dimensi dan Indikator Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Kepemimpinan Kemampuan kepala 1. Kepala Sekolah membuat strategi

Kepala Sekolah sekolah dalam dalam mencapai tujuan sekolah

(X1) Rohmat merumuskan dan dan menyampaikan strategi

(2016 : 91) mengkomunikasikan tersebut kepada guru.

visi misi dan tujuan 2. Kepala Sekolah menetapkan

sekolah kepada guru. tujuan dan memiliki tanggung

jawab terhadap strategi dan tujuan

yang disusunnya.

Mengkoordinasikan 1. Kepala Sekolah membuat

Kurikulum yang akan koordinasi kepada guru mengenai

digunakan disekolah kurikulum yang akan digunakan

disekolah.

2. Kepala Sekolah

mengkomunikasikan dan

mengajak guru untuk aktif

membicarakan mengenai

kurikulum apa yang tepat

digunakan disekolah.

41
Mengkoordinasikan 1. Kepala Sekolah mampu

Pembagian Tugas membuat pembagian tugas-

Guru Dalam tugas guru sesuai dengan

Pembelajaran. keahlian bidangnya masing-

masing.

2. Pembagian Tugas Guru

disusun secara professional,

dan efektif, tidak

berdasarkan intervensi, dan

adil.

Menetapkan standar 1. Kepala Sekolah bersama


akademik, mendorong
terciptanya iklim guru membuat evaluasi
pembelajaran yang
kondusif dan melakukan mengenai standard akademik
supervisi dan evaluasi
terhadap program peserta didik.
pembelajaran.
2. Kepala Sekolah

mendengarkan permasalahan

yang dihadapi guru dalam

pelaksanaan pembelajaran,

dan memberikan masukan

yang positif.

3. Kepala Sekolah memberikan

penghargaan yang positif

terhadap inovasi dan saran

yang dikemukakan oleh

guru.

4. Kepala Sekolah memberikan

supervisi dan pendampingan

42
kepada guru dalam

melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya.

5. Kepala Sekolah menciptakan

situasi yang kondusif dan

berusaha untuk memperkecil

friksi social antar sesama

pengajar.

Motivasi (X2) Kebutuhan 1. Guru memiliki tugas dan


melaksanakan tugas
Hamzah B. Uno dengan target yang taret pembelajaran yang
jelas.
(2012) jelas, sehingga terdorong

untuk memaksimalkan

kemampuannya dalam

mencapai target

pembelajaran tersebut.

2. Guru memiliki inovasi baru

agar target pembelajaran

dapat dicapai.

Kebutuhan 1. Memiliki keinginan untuk


melaksanakan tugas
untuk mendapatkan melaksanakan tugas dengan
pujian dari lingkungan
organisasi/ sekolah. penuh tanggung jawab,

sehingga akan mendapatkan

pujian dari peserta didik,

rekan sesama pengajar

ataupun atasan yang lebih

tinggi.

2. Memiliki keinginan untuk

mendapatkan prestasi dan

43
peluang untuk maju.

Kebutuhan 1. Guru memiliki keinginan


melaksanakan
pekerjaan untuk untuk mendapatkan ganjaran
mendapatkan reward/
penghargaan. yang sesuai atas prestasi

yang diraihnya berupa

penghargaan yang bersifat

materi ataupun dukungan

moril.

2. Guru memiliki keinginan

untuk mendapatkan

kesempatan mendapatkan

pelatihan ataupun

kesempatan

mengembangkan karirnya.

Kebutuhan 1. Guru memiliki keinginan


melaksanakan
pekerjaan untuk untuk mendapatkan promosi
mendapatkan
perhatian/ promosi jabatan dalam hal
jabatan.
pengembangan karir.

2. Guru memiliki keinginan

untuk menjadi seorang

pemimpin berdasarkan

peningkatan jabatan yang

dimilikinya

3. Berkesempatan untuk

memiliki kekuasaan dan

mengendalikan manajemen

dalam rangka mencapai

tujuan sekolah.

44
Kinerja Guru (Y) Jumlah pekerjaan. 1. Guru memiliki kemampuan

Wilson Bangun multi tasking, mampu

(2012 : 234) mengerjakan beberapa tugas

dan tanggung jawab dalam

waktu yang bersamaan.

2. Guru mampu melaksanakan

tugas dan tanggung jawab

dengan berorientasi pada

hasil yang maksimal dan

efisiensi waktu dan biaya.

Kwalitas Pekerjaan. 1. Guru memiliki kemampuan

melaksanakan tugas dan

tanggung jawab dengan

sebaik-baiknya, sesuai

dengan standard kwalitas

yang sudah ditetapkan.

2. Hasil kerja memiliki

kwalitas yang baik, bukan

terkesan asal dipenuhi

meskipun dituntut untuk

dapat bekerja multi tasking.

Ketepatan Waktu. 1. Guru memiliki kedisiplinan

dalam target ketepatan

waktu berdasarkan tugas dan

tanggung jawabnya.

2. Memiliki kedisiplinan untuk

menghargai waktu, tepat

45
waktu dalam mengajar,

menyelesaikan evaluasi dan

rencana pedoman materi

pembelajaran yang akan

disampaikan kepada peserta

didik.

Kehadiran. 1. Guru selalu hadir dan

melaksanakan tanggung

jawab dengan sebaik-

baiknya dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

2. Selalu hadir dalam diskusi

ataupun rapat pembinaan

manajemen sekolah, evaluasi

hasil belajar siswa ataupun

kegiatan lainnya.

Kemampuan Kerja 1. Guru dapat berafiliasi

Sama. dengan orang lain dalam

melaksanakan tugasnya.

2. Memiliki komunikasi yang

baik dan mampu

menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekolah, dan

bekerja dengan tim dalam

rangka mencapai tujuan

pembelajaran yang efektif.

46
G. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyempurnaan data kedalam

bentuk yang lebih mudah dibaca. Analisi data dalam penelitian ini

dapat diuraikan dalam tahapan berikut :

1. Statistik Deskriptif

Menurut Santoso (2004) statistik deskriptif merupakan : “statistik

yang berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik

data, seperti berapa rata-ratanya, seberapa jauh data bervariasi dan

sebagainya”. Selanjutnya dinyatakan : “statistik deskriptif lebih

berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data”. Sedangkan

Indriartoro dan Supomo (1999) menyatakan : “statistik deskriptif

umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai

karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden

(jika ada).

Statistik Deskriptif dilakukan dengan klasifikasi data dan kumulatif

nilai sehingga akan diperoleh karakteristik dan demografi responden, nilai

minimum, nilai maksimum, dari masing-masing butir pertanyaan dalam

instrument penelitian.

47
2. Uji Validitas, Realibilitas Dan Uji Asumsi Klasik

Untuk mengukur validitas setiap butir pertanyaan, maka digunakan

teknik korelasi product moment. Ketentuan apakah suatu butir instrument

valid atau tidak adalah melihat nilai probabilitas koefisien korelasinya.

Menurut Imam Ghozali (2001:131), Uji signifikan dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan r tabel atau melihat taraf

signifikansi dari hasil uji korelasi tersebut. Jika r hitung lebih besar dari r

tabel dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut

dinyatakan valid. Rumus untuk korelasi dalam uji validitas angket sebagai

berikut :
 X Y 
r
 X   Y  
2 2

Dengan cara lain yaitu menggunakan program SPSS dilihat dari

nilai sig (2 tailed) dan membandingkan dengan taraf signifikan (α) yang

ditentukan peneliti. Bila nilai sig (2 tailed) ≤ 0,05, maka butir instrument

valid, jika nilai sig (2 tailed) ≥ 0,05, maka butir instrument tidak valid.

Selanjutnya untuk menguji reabilitas instrument dilakukan dengan

menggunakan Cronbach Alpha menurut Imam Ghozali (2001:129)

dikatakan reliable bila hasil Cronbach Alpha> 0,6 .

48
Hasil uji validitas instrumen variabel Kepemimpinan Kepala

Sekolahdapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Pertanyaan Corrected Sig Keterangan


item Total (2- tailed)
Correlation
1.Memberikan arahan/strategi terhadap 0,860 0,000 Valid
guru.

2.Menyampaikan standard kurikulum. 0,869 0,003 Valid

3.Mengkomunikasikan pembagian tugas 0,940 0,000 Valid


guru sesuai dengan bidangnya.

4.Ikut aktif bersama guru dalam 0,955 0,000 Valid


menentukan standard evaluasi peserta
didik.

5.Mendengarkan permasalahan guru 0,946 0,000 Valid


terkait kendala yang terjadi dalam
KBM.

6.Memberikan ucapan/ pujian 0,546 0,002 Valid


penghargaan yang positif atas prestasi
guru.

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen

dari variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah memiliki nilai lebih besar dari 0,36

(dengan jumlah sampel/n = 30 orang). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa seluruh instrumen pertanyaan dari variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Kesimpulan

ini diperkuat dengan nilai signifikansi (2-tailed) seluruh instrumen yang lebih

kecil dari nilai α sebesar 5% atau 0,005.

49
Hasil uji validitas instrumen variabel motivasi dapat dilihat pada tabel 3.2

berikut:

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Motivasi (X2)

Pertanyaan Corrected Sig Keterangan


item Total (2- tailed)
Correlation
1.Kesungguhan guru dalam mengajar 0,719 0,000 Valid
demi tercapainya target
pembelajaran
.
2.Kesempatan untuk memperoleh 0,874 0,000 Valid
kemajuan atau promosi dalam karir.

3.Upaya untuk menggunakan 0,919 0,000 Valid


kemampuan semaksimal mungkin
agar mendapatkan prestasi yang
baik.

4.Kesediaan guru dalam mengikuti 0,876 0,000 Valid


pelatihan guna menambah
pengetahuan dalam rangka
pengembangan karir.

5.Tingkat kepuasan guru atas 0,598 0,000 Valid


penghargaan yang diberikan dari
prestasi yang diraih.

6.Keinginan untuk menjadi pemmpin/ 0,910 0,000 Valid


Kepala Sekolah dikemudian hari
sebagai interprestasi dari kemajuan
karir.

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen

dari variabel motivasi memiliki nilai lebih besar dari 0,36. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pertanyaan dari variabel motivasi

yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Kesimpulan

50
ini diperkuat dengan nilai signifikansi (2-tailed) seluruh instrumen yang lebih

kecil dari nilai α sebesar 5% atau 0,005.

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Peningkatan Kinerja dapat dilihat

pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Peningkatan Kinerja (Y)

Pertanyaan Corrected Sig Keterangan


item Total (2- tailed)
Correlation
1.Kualitas kerja guru. 0.496 0,005 Valid

2.Ketepatan waktu dalam bekerja. 0.905 0,000 Valid

3.Tingkat kemampuan guru dalam 0.936 0,000 Valid


bekerja secara multi tasking.

4.Tingkat kecepatan kerja guru dalam 0.954 0,000 Valid


melaksanakan pekerjaan.

5.Kedisiplinanguru dalam 0.942 0,000 Valid


melaksanakan peraturan yang
ditetapkan dalam pekerjaan.

6.Insiatif guru dalam bekerja sama 0.906 0,000 Valid


dengan guru yang lainnya.

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen

dari variabel Peningkatan Kinerja memiliki nilai lebih besar dari 0,36. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pertanyaan dari variabel

Peningkatan Kinerja yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam

penelitian. Kesimpulan ini diperkuat dengan nilai signifikansi (2-tailed) seluruh

instrumen yang lebih kecil atau sama dari nilai α sebesar 5 % atau 0,005.

51
Hasil Uji Realibilitas Instrumen Penelitian dapat dilihat pada table 3.4

berikut ini :

Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel

Variabel Corrected N Keterangan


item Total Of Item
Correlation

1.Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,932 6 Reliabel


2.Variabel Motivsi 0,895 6 Reliabel
3.Variabel Peningkatan Kinerja 0,936 6 Reliabel

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Berdasarkan output yang diperoleh pada Tabel di atas, diperoleh nilai

koefisien reliabilitas pada variabel prestasi dan nilai koefisien reliabilitas pada

variabel lainnya lebih besar dari 0,6 (>0,6) dapat diterima, maka variabel-

variabel yang digunakan pada instrumen tersebut adalah reliabel untuk

digunakan dalam penelitian.

Selanjutnya, digunakan uji asumsi klasik untuk melihat kualitas data yang

berasal dari angket/ instrument penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan

meliputi uji normalitas data dan heteroskedatisitas. Uji normalitas bertujuan untuk

mengetahui apakah data berdistribusi normal atau mendekati normal dapat

dilakukan dengan melihat dengan melihat grafik histogram dengan normal curve

pada model regresi. Jika tampilan grafiknya menunjukkan pola penyebaran

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hasil dari uji

normalitas data dapat dilihat pada gambar berikut ini :

52
Gambar 3.1
Hasil Output SPSS Grafik Uji Normalitas Data

Histogram Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Peningkatan_Kinerja Dependent Variable: Peningkatan_Kinerja


1.0

10

0.8
8

Expected Cum Prob


Frequency

0.6
6

4 0.4

2
0.2

Mean = -5.86E-15
Std. Dev. = 0.965
0 N = 30
-2 -1 0 1 2 0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Regression Standardized Residual
Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah) Observed Cum Prob

Berdasarkan grafik 3.1 .diketahui bahwa tampilan grafiknya menunjukkan

pola penyebaran disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Dengan demikian maka model persamaan regresi uji hipotesis pertama tersebut

memenuhi asumsi normalitas.

Selanjutnya dilakukan uji heteroskedatisitas yang bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda

disebut Heteroskedatisitas., hasil pengujian dapat dlihat pada tabel dibawah ini :

53
Gambar 3.2
Hasil Output SPSS Scatterplots Heteroskedatisitas

Scatterplot

Dependent Variable: Peningkatan_Kinerja

2
Regression Studentized Residual

-1

-2

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5


Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)
Regression Standardized Predicted Value

Dari grafik Scatterplot di atas diketahui bahwa titik-titik yang dihasilkan

menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola atau trend garis tertentu.

Gambar di atas juga menunjukkan bahwa sebaran data ada di menyebar secara

acak di atas dan di bawah titik nol. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa

model persamaan regresi hipotesis pertama ini bebas dari masalah

heteroskedastisitas.

54
3. Pengujian Hipotesis Assosiatif

Pengujian hipotesis assosiatif yang diajukan pada penelitian ini yaitu

mencari hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian ini

variabel untuk pengujian assosiatif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

pengujian fungsi statistik yang terdiri dari :

a. Uji t statistik

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara parsial atau mandiri. Langkah-langkah dalam uji t

dalam SPSS adalah :

1. Menentukan tingkat signifikansi

Untuk menentukan nilai t statistik tabel dapat menggunakan tingkat

signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k) dan (k-1). n = jumlah

observasi, sedangkan k = jumlah variabel termasuk intersep

2. Untuk menentukan Hipotesis diterima atau ditolak :

Bila nilai signifikansi t < dari 0,05 maka hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Bila nilai signifikansi t > dari 0,05 maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak

dan hipotesis nol (H0) diterima.

Dengan menggunakan rumus uji t statistik sebegai berikut :

r n2
t
1 r 2

55
b. Uji F statistik

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara simultan atau serempak. Tujuannya adalah untuk

mengetahui apakah variable bebas secara bersama-sama mempunyai

pengaruh terhadap variabel terikat. Langkah-langkah menggunakan SPSS

dalam uji F adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tingkat signifikansi

Untuk menentukan nilai F statistik tabel dapat menggunakan tingkat

signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (k-1) dan (n-k).n = jumlah

observasi, k = jumlah variabel termasuk intersep.

2. Untuk menentukan Hipotesis diterima atau ditolak :

Bila nilai signifikansi F < dari 0,05 maka hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Bila nilai signifikansi F > dari 0,05 maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak

dan hipotesis nol (H0) diterima.

Atau dengan menggunakan rumus :

r 2 .Y . X 1  r 2 .Y . X 2  2.rY . X 1.rY . X 2 .r. X 1. X 2


R yx1x 2 
1  r 2 . X 1. X 2
R2
 k
Fhitung
1 R2 
n  k  1
Dimana :
R2 = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel

56
4. Koefisien Determinatik, SR Dan SE Masing-Masing Variabel Bebas

Terhadap Variabel Terikat

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas

dalam penelitian dapat menjelaskan variabel terikat (Y), maka perlu

diketahui nilai koefisien determinatik (nilai adjust R 2) dikali 100%.

Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE) adalah suatu

ukuran tentang seberapa besar prediktor-prediktor dalam regresi

mempunyai kontribusi atau sumbangan terhadap variabel ktiterium.

Dengan menghitung SR dan SE akan diketahui prediktor mana yang

paling besar sumbangannya terhadap terbentuknya variasi dalam satuan-

satuan kriterium regresi.

SR menunjukkan ukuran besarnya sumbangan suatu prediktor

terhadap jumlah kuadrat regresi. SE merupakan ukuran sumbangan suatu

prediktor terhadap keseluruhan efektivitas garis regresi yang digunakan

sebagai dasar prediksi. Rumus untuk menghitung SR dan SE adalah

sebagai berikut:

b x1 y 
SRx1  x100%
Jkreg
c x2 y 
SRx 2  x100%
Jkreg
 
SEx1  SRx1  R 2
SEx 2  SRx 2 R 
2

57
Keterangan:

SRx1 = Sumbangan Relatif variabel independen pertama

SRx2 = Sumbangan Relatif Variabel independen kedua

SEx1 = Sumbangan Efektif variabel independen pertama

SEx2 = Sumbangan Efektif variabel independen kedua

Seluruh analisis statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for Social

Science) versi 20 for windows.

58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Yayasan Pendidikan Harapan Medan

Pada saat merdeka hingga tahun 1966 Indonesia mengalami masa yang sangat

sulit baik dari bidang ekonomi, politik, hingga pendidikan yang pada saat itu

masih mencari jati diri yang tepat bagi bangsa dan negara Indonesia. Melihat

kondisi negara yang masih sulit pada saat itu, berkumpullah beberapa tokoh

masyarakat Sumatera Utara khususnya masyarakat Medan yang memang sangat

perduli dengan anak-anak di Medan untuk memikirkan bagaimana perkembangan

pendidikan di Indonesia ini khususnya kota Medan.

Berdasarkan pertemuan para tokoh tersebut, dan atas landasan ide bersama

yang disepakati maka pada tahun 1967 didirikanlah sekolah dalam bentuk yayasan

dan diberi nama Yayasan Pendidikan Harapan (Yaspendhar) yang bertempat dan

berkedudukan di Medan, Jln. Imam Bonjol No. 35 yang pada awalnya adalah

bekas gedung sekolah Oranje School dengan pemiliknya Medansche Shool

Vereeniging dengan hak Erfpacht.

Kata Harapan mempunyai makna yang dalam, berupa harapan dari para

pendiri agar melalui lembaga perguruan ini dapat dilahirkan manusia-manusia

Indonesia yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah untuk kebahagiaan dunia dan

akhirat. Semboyan Iman, Ilmu, Amal mengandung arti harapan terciptanya

manusia yang penuh iman, mempunyai ilmu yang berkualitas, dan dengan iman

dan ilmu itu akan diamalkan bagi kepentingan negara, bangsa, dan agama.

59
Dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim Bapak A.J Mokoginta meresmikan

perguruan ini dengan nama Perguruan Harapan pada tanggal 4 Februari 1967.

Perguruan ini semula membuka sekolah 9 tahun, kemudian belakangan dipecah

menjadi SD dan SMP, hingga akhirnya menyusul dibukanya taman kanak-kanak

dan sekarang hingga pada jenjang perguruan tinggi. Visi dari Yayasan Pendidikan

Harapan (Yaspendhar) adalah”Terwujudnya Insan Yang Beriman, Berilmu, Dan

Beramal Melalui Lembaga Pengembangan Pengetahuan Yang Unggul Dalam

Imtaq Dan Iptek Serta Berwawasan Kebangsaan”.

SMP Harapan didirikan pada tahun 1967 sebagai pemisahan sekolah 9 tahun

yang direncanakan semula.Pengurus yayasan untuk pertama kali memberikan

kepercayaan kepada Bapak Zainuddin (Alm) sebagai Kepala Sekolah dan Amron

A. Siregar sebagai Wakil Kepala Sekolah.Kepercayaan yang diberikan itu

terlaksana dengan baik, dengan jumlah murid pada saat itu mencapai 103 orang

dan 13 orang guru. Namun, oleh karena kondisinya yang semakin melemah dan

sebaliknya tugasnya semakin berat, maka pengurus terpaksa menariknya dari

jabatan tersebut mulai dari tahun 1971 dan memberikan tugas-tugas lain

kepadanya sebagai pembantu pengurus sampai pada tahun 1975 beliau

mengundurkan diri dan akhirnya kembali keharibaan Allah SWT pada tahun

1979.

Amron A. Siregar menggantikan kedudukan Kepala Sekolah tersebut,

terhitung mulai tahun 1971 dan pada tahun 1972 diangkatlah Drs. Syamsuddin

sebagai Wakil Kepala Sekolah. Berkenaan dengan perkembangan sekolah yang

semakin besar dengan jumlah murid yang semakin banyak, maka pengurus

60
memutuskan SMP Harapan dimekarkan menjadi dua sekolah, masing-masing

SMP Harapan 1 dan SMP Harapan 2 pada tahun ajaran 1975-1976. Jumlah murid

SMP Harapan 1 pada saat pemekaran sebanyak 294 orang dan guru sebanyak 17

orang.Untuk kepemimpinan periode awal SMP Harapan 1 dipercayakan kepada

Bapak Amron A. Siregar hingga tahun 1993. Karena tugas beliau yang juga

merangkap memimpin SMA Harapan, maka pada tahun tersebut diangkatlah Drs.

Rohan Sar Dasopang sebagai Kepala Sekolah dengan Wakil Kepala Sekolah I, II,

dan III masing-masing yaitu Bapak Basran Ahmad, Bapak Drs. Gito, serta Bapak

Drs. Mahmud N. Siregar.

Dengan berjalannya waktu dan semakin bertambahnya usia sudah menjadi

kodrat manusia yang tidak dapat ditolak, hal ini ditandai dengan menurunnya

kesehatan Drs. Rohan Sar Dasopang dan beliau meninggal dunia pada tanggal 31

Desember 2005, begitu pula dengan Bapak Basran Ahmad yang sudah memasuki

usia purna bakti beliau mengundurkan diri pada tahun 2004 dan pada Januari

tahun 2006 sebagai pejabat sementara Kepala Sekolah ditunjuk Bapak U’un

Ahmad Saehu, SE. M.Pd. Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 2006 Pengurus

Yayasan Pendidikan Harapan mengangkat dan melantik Bapak Drs. Ojak

Manurung, M.Pd menjadi Kepala Sekolah SMP 1 Harapan Medan yang defenitif.

Dalam melaksanakan kepemimpinannya, Drs. Ojak Manurung M.Pd dibantu

oleh Drs. Syawaludin Akbari sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum,

Drs. Idris Ginting sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Administrasi dan Sarana

Prasarana serta Karimuddin, S.Ag, S.Pd.I sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang

Kesiswaan, dan Dra. Hj. Rooswita sebagai Koordinator Bimbingan Konseling

61
dengan mengelola 494 siswa dalam 12 rombongan belajar dan 30 orang tenaga

pendidik.

Dalam hal pencapaian prestasi SMP Harapan 1 Medan telah memperoleh

berbagai prestasi pada tingkat Sub Rayon Kota Medan, tingkat Provinsi Sumatera

Utara, dan beberapa tingkat Nasional serta satu orang siswa berprestasi di tingkat

Internasional pada tahun 2002 atas nama Yudi Lesmana sebagai pemegang rekor

dunia remaja Grand Master Of Memory kategori One Hour Card. Setiap tahunnya

siswa SMP Harapan 1 Medan mengikuti International Competition and

Assesments for School (ICAS) yang dilaksanakan oleh University of New South

Wales Australia.

Untuk penilaian 8 Standard Pendidikan yang dilakukan oleh Badan Akreditasi

Nasional Sekolah/ Madrasah pada tahun 2009 dan berlaku sampai tahun 2013

SMP Harapan 1 Medan mendapatkan peringkat A/ Amat Baik dengan nilai akhir

akreditasi 98. Status sebagai sekolah berpredikat akreditasi A tetap dapat

dipertahankan dan jumlah siswa pada tahun pelajaran 2011-2012 terpaksa dibatasi

mengingat begitu membludaknya siswa yang mendaftar untuk masuk ke SMP

Harapan 1 Medan maka harus diadakan seleksi penerimaan siswa.

62
B. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin/ Gender

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin atau gender dapat dilihat

pada tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) (%)

Laki-laki 16 53,3%

Perempuan 14 46,7%

Total 30 orang 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin pria

sebanyak 16 orang (53,3%) dan jenis kelamin wanita sebanyak 14 orang

(46,7%). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden tersebut

menunjukkan bahwa jumlah responden pria lebih banyak daripada jumlah

responden wanita.Hal inimenggambarkan bahwa jumlah tenaga

pengajar/guru pria yang mengajar di SMP Harapan 1 Medan lebih banyak

jumlahnya daripada guru wanita.Kemampuan dalam mengajar tenaga

pendidik tidak dibatasi oleh gender, selama professionalitas dalam mengajar

tetap ditingkatkan oleh individu masing-masing tenaga pengajar/guru.

63
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Mengajar

Karakteristik responden berdasarkan lamanya masa mengajar dapat dilihat

pada tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Mengajar

Masa Kerja Jumlah (orang) (%)

> dari 2 tahun 3 10%

5 – 15 tahun 14 46,7%

15 – 25 tahun 13 43,3%

Total 30 orang 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Tabel 4.2.menunjukkan bahwa masa kerja responden yang paling

dominan adalah yang masa mengajar 5-15 tahun berjumlah 14 orang (46,7%).

Responden yang memiliki masa mengajar>2 tahun berjumlah 3 orang (10%),

yang memiliki masa mengajar 15-25 tahun berjumlah 13 orang (43,3%).

Berdasarkan masa mengajar responden tersebut diatas memberikan gambaran

bahwa para guruyang mengajar di SMP 1 Harapan Medan merupakan guru-

guru yang berpengalaman mengajar dan telah lama mengabdi di dunia

pendidikan, khususnya di SMP Harapan 1 Medan.Mereka telah banyak

mendapatkan pengalaman dan suka-duka selama menjadi seorang tenaga

pendidik yang mengabdi dalam dunia pendidikan.

64
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3

dibawah ini :

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang) (%)

Strata 1 (S1) 24 80%

Strata 2 (S2) 6 20%

Total 30 orang 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Tabel 4.3.menunjukkan bahwa pendidikan responden yang paling

dominan adalah yang berlatar belakang pendidikan Strata 1 (S1) berjumlah 24

orang (80%), sedangkan sisanya 6 orang (20%) berlatar belakang Strata 2

(S2). Berdasarkan latar belakang pendidikan responden tersebut diatas,

memberikan gambaran bahwa para guru yang mengajar di SMP 1 Harapan

Medan merupakan guru-guru yang berkompetensi di dunia pendidikan,

dengan pengetahuan ilmu yang mendalam mengenai penguasaan materi

maupun teknis mengajar dalam dunia pendidikan, dengan aspek-aspek

tumbuh kembang peserta didik. Yayasan mengharapkan para tenaga pengajar

yang berlatar belakang pendidikan S1 dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi untuk memantapkan ilmu dan mengembangkan

karir.

65
C. Analisis Deskriptif Jawaban Responden Atas Butir Pertanyaan Angket

Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X1) dan Motivasi (X2) terhadap Peningkatan Kinerja (Y) diukur dengan

menggunakan angket berskala likert. Deskripsi data setiap pertanyaanakan

menampilkan opsi jawaban setiap responden terhadap setiap item pertanyaan yang

diberikan penulis kepada responden. Hasil dari analisa deskriptif jawaban

responden disajikan sebagai berikut :

1. Variabel Kepemimpinan Sekolah (X1)

Uraian dari penafsiran dan evaluasi jawaban yang ada dari setiap item

pertanyaan variabel bebasKepemimpinan Kepala Sekolah dapat

dilihatpada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4. Hasil Angket Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Jawaban

Total
No Pertanyaan
Skala 4 Skala 3 Skala 2 Skala 1

F % F % F % F % N %

1 Item 1 19 63,3% 11 36,7% 0 0% 0 0% 30 100

2 Item 2 12 40% 18 60% 0 0% 0 0% 30 100

3 Item 3 14 46,7% 16 53,3% 0 0% 0 0% 30 100

4 Item 4 15 50% 15 50% 0 0% 0 0% 30 100

5 Item 5 16 46,7% 14 53,3% 0 0% 0 0% 30 100

6 Item 6
0 0% 26 86,7% 4 13,3% 0 0% 30 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

66
Data tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Dari jawaban pertanyaan pertama yaitubagaimana menurut Bapak/Ibu,

apakah Kepala Sekolah memberikan arahan atau strategi kepada guru

dalam mengajar dikelas agar tercapai kegiatan belajar mengajar yang

efektif,responden dominan memilih jawaban sering dan selalu, yakni

sebesar 63,3% (19 orang) dan selebihnya menjawab sering tetapi tidak

intens sebesar 36,7% (11 orang).

b) Dari jawaban pertanyaan kedua yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

apakah Kepala Sekolah menyampaikan tentang standard kurikulum atau

perubahan standard kurikulum yang diterapkan di sekolah kepada guru,

responden dominan memilih jawaban sering tetapi tidak intens, yakni

sebesar 60% (18 orang) dan selebihnya menjawab sering dan selalu

sebesar 40% (12 orang).

c) Dari jawaban pertanyaan ketiga yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

apakah Kepala Sekolah mengkomunikasikan kepada guru dalam

pembagian tugas sesuai bidangnya, misalnya dalam menentukan guru wali

kelas ditentukan dalam suatu rapat guru dan diputuskan secara bersama,

responden dominan memilih jawaban sering tetapi tidak intens, yakni

sebesar 53,3% (16 orang) dan selebihnya menjawab sering dan selalu

sebesar 46,7% (14 orang).

d) Dari jawaban pertanyaan keempat yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

apakah Kepala Sekolah ikut aktif bersama guru dalam menentukan

standard evaluasi peserta didik, jawaban responden memiliki jumlah yang

67
sama antara jawaban sering dan selalu yaitu sebesar 50% (15 orang)

dengan jawaban sering tetapi tidak intens, yakni sebesar 50% (15 orang).

e) Dari jawaban pertanyaan kelima yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

apakah Kepala Sekolah mendengarkan permasalahan yang diutarakan guru

ketika terdapat kendala yang dihadapi oleh guru dalam menjalankan

aktifitas kegiatan belajar mengajar,responden dominan memilih jawaban

sering dan selalu, yakni sebesar 53,3% (16 orang) dan selebihnya

menjawab sering tetapi tidak intens sebesar46,7% (14 orang).

f) Dari jawaban pertanyaan keenam yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

apakah Kepala Sekolah memberikan ucapan penghargaan yang positif atas

prestasi yang dicapai oleh guru,responden dominan memilih jawaban

sering tetapi tidak intens, yakni sebesar 86,7% (26 orang) dan selebihnya

menjawab sangat jarang sebesar13,3% (4 orang).

68
2. Variabel Motivasi (X2)

Penafsiran dan evaluasi jawaban yang ada dari setiap item pertanyaan

variabel bebas Motivasi dapat dilihat pada penjelasan tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5. Hasil Angket Variabel Motivasi (X2)

Jawaban

Total
No Pertanyaan
Skala 4 Skala 3 Skala 2 Skala 1

F % F % F % F % N %

1 Item 1 16 53,3% 14 46,7% 0 0% 0 0% 30 100

2 Item 2 10 33,3% 20 66,7% 0 0% 0 0% 30 100

3 Item 3 7 23,3% 23 76,7% 0 0% 0 0% 30 100

4 Item 4 5 16,7% 25 83,3% 0 0% 0 0% 30 100

5 Item 5 2 6,7% 28 93,3% 0 0% 0 0% 30 100


6 Item 6
6 20% 24 80% 0 0% 0 0% 30 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Data tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Dari jawaban pertanyaan pertama yaitubagaimana menurut Bapak/Ibu,

kesungguhan guru dalam mengajar demi tercapainya target pembelajaran,

responden dominan memilih jawaban sangat sungguh-sungguh sekali,

yakni sebesar 53,3% (16 orang) dan selebihnya menjawab sungguh-

sungguh sebesar 46,7% (14 orang).

b. Dari jawaban pertanyaan kedua yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

kesempatan yang diberikan pimpinan untuk memperoleh kemajuan atau

promosi dalam karir,responden dominan memilih jawaban

69
berkesempatanyakni sebesar 66,7% (20 orang) dan selebihnya menjawab

sangat berkesempatan sekali sebesar 33,3% (10 orang).

c. Dari jawaban pertanyaan ketiga yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

dalam bekerja/ mengajar dengan menggunakan kemampuan semaksimal

mungkin agar mendapatkan prestasi yang baik sebagai seorang guru,

responden dominan memilih jawaban berupaya, yakni sebesar 76,7% (23

orang) dan selebihnya menjawab sangat berupaya sekali sebesar 23,3% (7

orang).

d. Dari jawaban pertanyaan keempat yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

kesediaan guru dalam mengikuti pelatihan untuk menambah pengetahuan

dalam rangka pengembangan karir, jawaban responden didominasi oleh

jawaban bersedia yaitu sebesar 83,3% (25 orang) selebihnya dengan

jawaban sangat bersedia, yakni sebesar 16,7% (5 orang).

e. Dari jawaban pertanyaan kelima yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

tingkat kepuasan guru atas penghargaan yang diberikan pihak sekolah dari

prestasi yang diraih,responden dominan memilih jawaban puassebesar

93,3% (28 orang) dan selebihnya menjawab sangat puassekali

sebesar6,7% (2 orang).

f. Dari jawaban pertanyaan keenam yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

apakah memiliki keinginan untuk menjadi seorang pemimpin/ Kepala

Sekolah untuk pengembangan karir nantinya,responden dominan memilih

jawaban ingin, yakni sebesar 80% (24 orang) dan selebihnya menjawab

sangat ingin sekalisebesar 20% (6 orang).

70
3. Variabel Peningkatan Kinerja (Y)

Penafsiran dan evaluasi jawaban yang ada dari setiap item pertanyaan

variabel terikat Peningkatan Kinerja dapat dilihat pada penjelasan tabel 4.6

berikut ini :

Tabel 4.6. Hasil Angket Variabel Peningkatan Kinerja(Y)

Jawaban

Total
No Pertanyaan
Skala 4 Skala 3 Skala 2 Skala 1

F % F % F % F % N %

1 Item 1 3 10% 27 90% 0 0% 0 0% 30 100

2 Item 2 11 36,7% 19 63,3% 0 0% 0 0% 30 100

3 Item 3 12 40% 18 60% 0 0% 0 0% 30 100

4 Item 4 14 46,7% 16 53,3% 0 0% 0 0% 30 100

5 Item 5 15 50% 15 50% 0 0% 0 0% 30 100


6 Item 6
16 53,3% 14 46,7% 0 0% 0 0% 30 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Data tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Dari jawaban pertanyaan pertama yaitubagaimana menurut Bapak/Ibu,

atas kualitas kerja yang sudah dilakukan, responden dominan memilih

jawaban berkualitas, yakni sebesar 90% (27 orang) dan selebihnya

menjawab sangat berkualitas sebesar 10% (3 orang).

b. Dari jawaban pertanyaan kedua yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

mengenai ketepatan waktu guru dalam bekerja,responden dominan

71
memilih jawaban sesuai yakni sebesar 63,3% (19 orang) dan selebihnya

menjawab sangat sesuai sekali sebesar 36,7% (11 orang).

c. Dari jawaban pertanyaan ketiga yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

mengenai kemampuan guru bekerja secara multi tasking, responden

dominan memilih jawaban tinggi, yakni sebesar 60% (18 orang) dan

selebihnya menjawab sangat tinggi sekali sebesar 20% (12 orang).

d. Dari jawaban pertanyaan keempat yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

mengenai tingkat kecepatan kerja guru dalam menyelesaikan pekerjaan,

misalnya menyiapkan data hasil evaluasi belajar siswa/i, jawaban

responden didominasi oleh jawaban cepat yaitu sebesar 53,3% (16 orang)

selebihnya dengan jawaban sangat cepat sekali, yakni sebesar 46,7% (14

orang).

e. Dari jawaban pertanyaan kelima yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

mengenai kedisiplinan guru pada peraturan yang diterapkan,responden

memilih jawaban disiplin sebesar 50% (15 orang) dan 50% lainnya (15

orang) memilih jawaban sangat disiplin sekali.

f. Dari jawaban pertanyaan keenam yaitu bagaimana menurut Bapak/Ibu,

tentang inisiatif guru dalam bekerja sama dengan guru lainnya,responden

dominan memilih jawaban sangat berinisiatif sekali, yakni sebesar 53,3%

(16 orang) dan selebihnya menjawab inisiatif sebesar46,7% (14 orang).

72
D. Uji Hipotesis Penelitian Dan Pembahasan

1. Model Regresi Linier Berganda Variabel Bebas X1, X2 dan Y

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan Motivasi, berpengaruh terhadap Peningkatan Kinerja guru

padaSMP Harapan 1 Medan. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik dan

Motivasi yang tinggi dapat menigkatkan Kinerja Guru sesuai dengan hipotesa

yang diajukanmaka perlu dilakukan pengujian dengan model regresi linier

berganda.

Untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat

bernilai positif atau negatif, maka koefisien beta dari tiap variabel bebas didalam

model regresi yang diperoleh dijadikan sebagai acuan penilaian. Jika koefisien

beta variabel bebas bernilai positif maka semakin besar variabel bebas tersebut

maka akan semakin bernilai positif pula koefisien terikatnya. Hasil dari SPSS

untuk model regresi atas variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan

Motivasi (X2) terhadap Peningkatan Kinerja Guru (Y) diuraikan pada tabel

berikut :

Tabel 4.7. Model Persamaan Regresi Linier Berganda


Coefficie ntsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.692 .971 -1.742 .093
Kepemimpinan .721 .063 .722 11.501 .000
Motivasi .376 .077 .307 4.892 .000
a. Dependent Variable: Peningkatan_Kinerja

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

73
Dari table 4.7 di atas maka dapat disusun persamaan regresi berganda berikut :

Y= - 1,692 + 0,721 X1 + 0,376 X2

Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna :

1. Nilai konstanta sebesar 1,692 menjelaskan bahwa jika variabel independen

yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi (X2) dalam keadaan

konstant atau tidak mengalami perubahan (bernilai sama dengan nol), maka

Peningkatan Kinerja Guru (Y) adalah 1,692 dengan tanda nilai negatif.

Artinya, jika tidak ada nilai variable Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi, maka Peningkatan Kinerja Guru akan mengalami kemunduran

(ditandai dengan nilai negative pada konstanta).

2. Nilai koefisien regresi X1= 0,721 menunjukkan apabila Kepemimpinan Kepala

Sekolah mengalami kenaikan sebesar 100% maka akan mengakibatkan

meningkatnya Kinerja Guru pada SMP Harapan 1 Medan sebesar 72,1%.

dilihat dari standardized coefficients pada tabel diatas.

3. Nilai koefisien regresi X2 = 0,376 menunjukkan apabila Motivasi Guru

mengalami kenaikan sebesar 100% maka akan mengakibatkan meningkatnya

Kinerja Guru pada SMP Harapan 1 Medan sebesar 37,6%. dilihat dari

standardized coefficients pada tabel diatas.

74
2. Uji Hipoteis Parsial (Uji t)

Uji statistik t dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (X) secara

parsial mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat

(Y).Untuk penyederhanaan uji statistik t diatas penulis menggunakan

pengelolaan data SPSS 20 for windows dengan hasil seperti yang terlihat pada

tabel 4.8 maka dapat diperoleh hasil uji t sebagai berikut :

Tabel 4.8. Uji Hipotesis Parsial (Uji t) Dengan SPSS


Coefficie ntsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
el B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -1.692 .971 -1.742 .093
Kepemimpinan .721 .063 .722 11.501 .000
Motivasi .376 .077 .307 4.892 .000
Dependent Variable: Peningkatan_Kinerja

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Untuk kriteria Uji t dilakukan pada tingkat alpha = 5% dibagi dua/ uji

dengan dua arah (0,025). Nilai t untuk n-3 = 30-3 = 27 adalah 2,000 (tabel=

2,05183).

a. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap Peningkatan

Kinerja Guru (Y)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Kepemimpinan Kepala

Sekolahsecara mandiri mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap

Peningkatan Kinerja Guru, dari pengelolaan data SPSS 20 maka dapat diperoleh

hasil uji t sebagai berikut :

75
Berdasarkan hasil pengujian secara mandiri pengaruh Kepemimpinan

Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Kinerja Gurupada SMP Harapan 1 Medan

diperoleh thitung sebesar 11,501 > tabel sebesar 2,05183 dan mempunyai angka

signifikan sebesar 0,000 < 0,025, Berarti Ha diterima (Ho ditolak), hal ini

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Kepemimpinan Kepala

Sekolahterhadap Peningkatan Kinerja Guru pada SMP Harapan 1 Medan.

b. Pengaruh Motivasi (X2) terhadap Peningkatan Kinerja Guru (Y)

Berdasarkan hasil pengujian secara mandiri, pengaruh Motivasiterhadap

Peningkatan Kinerja Guru pada SMP Harapan 1 Medan, diperoleh thitung sebesar

4,892 > tabel sebesar 2,05183 dan mempunyai angka signifikan sebesar 0,000 <

0,025, Berarti Ha diterima (Ho ditolak), hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara Motivasi terhadap Peningkatan Kinerja Guru pada SMP

Harapan 1 Medan.

3. Uji Hipoteis Simultan (Uji F)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi secara bersama-sama atau simultan

terhadap Peningkatan Kinerja Guru (variabel dependen), dengan alat bantu

program SPSS 20 for windows. Uji ini juga digunakan sebagai jawban dari

hipotesis akhir bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Peningkatan Kinerja Guru pada SLTP Harapan

1 Medan. Hasil perhitungan uji simultan yaitu dapat terlihat dalam tabel di bawah

ini :

76
Tabel 4.9. Uji Hipotesis Simultan (Uji F) Dengan SPSS
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 171.203 2 85.602 297.717 .000 a
Residual 7.763 27 .288
Total 178.967 29
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepemimpinan
b. Dependent Variable: Peningkatan_Kinerja

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Tabel diatas, menunjukkan dengan program SPSS 20 for windows dapat

diketahui bahwa nilai Fhitung dari kedua variabel bebas yakni Insentif dan Penilaian

Kinerja Karyawan secara bersama-sama yaitu sebesar 297,717 dengan nilai

signifikan 0,000 yang berarti < 0.05 atau alpha = 5 %, itu menjelasakan bahwa Ho

ditolak, artinya bahwa secara simultan, Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Peningkatan Kinerja Guru

pada SMP Harapan 1 Medan.

4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R-Square) pada intinya berfungsi untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Analisis koefisien determinasi dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan

seberapa besar variasi variabel Peningkatan Kinerja Guru yang dijelaskanoleh

variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi yang terjadi pada objek

penelitian yaitu SMP Harapan 1 Medan. Hasil dari koefisien determinasi

77
dikalikan dengan 100% atau diubah dalam bentuk persentase untuk melihat

seberapa besar pengaruh variable bebas terhadap variable terikat.

Tabel 4.10. Nilai Koefisien Determinasi (R Square)


Model Summ ary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .978 a .957 .953 .536
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepemimpinan

Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Berdasarkan tabel diatas, nilai R-Square atau koefisien determinasi adalah

0,957 (adjust R Square). Hal ini berarti sekitar 95,7% variabel Peningkatan

Kinerja Guru dipengaruhi oleh variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi, sedangkan sisanya 4,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini.

Kemudian untuk mencari besarnya kontribusi variabel X1 dan X2 terhadap

Y maka dihitung nilai Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif dari

masing-masing variabel dengan menghitung nilai koefisen korelasi variabel X1

dan X2 terhadap Y dengan bantuan SPSS diperoleh hasil Korelasi Pearson seperti

pada tabel berikut :

Tabel 4.11. Nilai Korelasi Pearson


Correlations

Kepemim Peningkatan_
pinan Motivasi Kinerja
Kepemimpinan Pearson Correlation 1 ,770** ,958**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 30 30 30
Motivasi Pearson Correlation ,770** 1 ,863**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 30 30 30
Peningkatan_Kinerja Pearson Correlation ,958** ,863** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

78
Sumber : Hasil Penelitian, 2018 (data diolah)

Dari hasil Koefisien Korelasi, Nilai Beta Koefisien Regresi dan R Square

maka dapat dihitung Sumbangan Efektif Variabel X1 dan X2 sebagai berikut :

SE X1 (Dalam Bentuk %) = Beta X1 X Koefisien Korelasi RX1Y X 100%

= 0,722 X 0,958 X 100%

= 69,16% (Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah)

SE X2 (Dalam Bentuk %) = Beta X2 X Koefisien Korelasi RX2Y X 100%

= 0,307 X 0,863 X 100%

= 26,49% (Kontribusi Motivasi)

SR X1 (Dalam Bentuk %) = SE X1 / R2 X 100%

= 69,16 / 95,7 X 100%

= 72,57%

SR X2 (Dalam Bentuk %) = SE X2 / R2 X 100%

= 26,49 / 95,7 X 100%

= 27,79 %

= SR X1 + SR X2

= 72,57% + 27,79% = 100%

79
5. Pembahasan

Setelah penulis mendapatkan data penelitian dari responden dan

mendapatkan hasil pengelolaan dan menggunakan SPSS, hasil analissi deskriptif

menunjukkan bahwa kondisi penelitian responden terhadap variabel-variabel

penelitian ini secara umum sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

anggapan kesetujuan yang tinggi dari responden terhadap kondisi dari masing-

masing variabel penelitian. Penjelasan dari masing-masing variabel dijelaskan

sebagai berikut :

a. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Kinerja

Guru

Secara mandiri hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Peningkatan Kinerja Guru berdasarkan

hasil dari analisis Uji t menunjukkan bahwa t hitung mempunyai angka signifikan

sebesar 0,000 < 0,025, berarti Ha diterima (Ho ditolak), hal ini menunjukkan

bahwa bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Kepemimpinan Kepala

Sekolah terhadap Peningkatan Kinerja Guru.

Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori yang ada, yaitu apabila

Kepala Sekolah melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, maka

akan terjadi peningkatan kinerja guru dalam menjalanan fungsi sebagai tenaga

80
pendidik, memberi contoh teladan bagi peserta didik dan mampu menghadirkan

suasana belajar yang menyenangkan dengan penyampaian materi mata pelajaran

yang baik, hingga pada akhirnya akan mampu memperbaiki mutu dan kwalitas

sumberdaya manusia peserta didik dengan pemahaman materi pelajaran yang baik

yang pada akhirnya akan berbuah pada prestasi belajar.

Kepemimpinan Kepala Sekolah hendaknya mampu memberikan dorongan

kepada guru untuk dapat meningkatkan professionalitas dalam mengajar, melalui

peran serta Kepala Sekolah yang aktif dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi oleh guru dalam menjalankan kegiatan belajar-mengajar. Kepala Sekolah

harus memperhatikan segala kebutuhan dalam sarana dan prasarana mengajar,

juga mengenai kesejahteraan guru dan segala kendala yang dihadapi sekolah

dalam upaya peningkatan mutu dan kwalitas peserta didik.

b. Pengaruh Motivasi terhadap Peningkatan Kinerja Guru

Secara mandiri hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengaruh Motivasi

terhadap Peningkatan Kinerja Guru berdasarkan hasil dari analisis uji-t

diperolehthitungyang mempunyai angka signifikan sebesar 0,000 < 0,025 berarti Ha

diterima (Ho ditolak), hal ini menunjukkan bahwa bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara Motivasi terhadap Peningkatan Kinerja Guru pada SMP Harapan

1 Medan. Penelitian ini sesuai dengan landasan teoriyang berkesimpulan bahwa

motivasimemiliki pengaruh yang besar terhadap Peningkatan Kinerja Guru.

Motivasi adalah dorongan atau keinginan untuk memperoleh sesuatu.

Dengan adanya Motivasi, maka guru akan terdorong untuk dapat bekerja lebih

81
baik didalam melaksanakan tugas pokoknya. Guru dengan prestasi yang baik akan

mendapatkan penghargaan berupa pujian atau promosi jabatan, sejalan dengan

peningkatan kesejahteraan. Dengan Motivasi, maka setiap guru akan mendaya

gunakan kemampuannya semaksimal mungkin didalam mencapai visi dan misi

sekolah, serta mensukseskan program pendidikan sesuai dengan amanah Undang-

undang pendidikan.

Motivasi yang tinggi yang dimiliki oleh guru, diharapkan akan

meningkatkan Kinerja Guru dan secara otomatis akan terbentuk professionalitas

guru didalam mengemban tugas pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa dan secara keseluruhan dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan di

Indonesia agar tercipta generasi yang handal nantinya untuk melanjutkan roda

kehidupan berbangsa dan bernegara.

c. Persentase Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi

terhadap Peningkatan Kinerja Guru

Hasil dari nilai R Square 95,7% variabel Peningkatan Kinerja Guru

dipengaruhi oleh variabel Kepemimpinan Kepala sekolah dan Motivasi,

sedangkan sisanya 4,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam

penelitian ini.

Hal ini mejelaskan bahwa hampir seluruhnya Peningkatan Kinerja Guru

bergantung pada bagaimana Kepala Skolah mampu memimpin dengan baik dan

bagaimana sekolah mampu memberikan penghargaan secara layak, memenuhi

kebutuhan guru baik kebutuhan akan pengakuan eksistensi ataupun kebutuhan

82
akan perubahan kesejahteraan yang lebih baik. Sumbangan untuk masing-masing

variable dilihat dari nilai SE nya adalah : 69,16% untuk variabel Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan 26,49% untuk variabel motivasi guru. Nilai Sumbangan

Relatif (SR) masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat adalah :

72,57% untuk variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah dan 27,79 % untuk

variabel Motivasi guru.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Motivasi Guru menjadi faktor yang mempengaruhi Peningkatan

Kinerja Guru secara dominan (95,7%). Kedua variable ini terbukti memiliki

huungan/ keterkaitan erat dengan Peningkatan Kinerja Guru di SMP Harapan 1

Medan.

Dari model regresi diperoleh bahwa nilai koefisien Kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Motivasi memiliki arah/nilai yang positif yang artinya semakin baik

Kepemimpinan seorang Kepala Sekolah maka semakin baik pula Kinerja Guru,

dan semakin besar Motivasi Guru maka akan semakin baik pula seorang guru

menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik (akan

semakin meningkat pula kinerjanya).

83
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasiterhadap Peningkatan Kinerja Guru

pada SMP Harapan 1 Medan , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Sekolah SMP Harapan 1

Medan mendapatkan apresiasi yang tinggi dan dapat diterima dengan baik

oleh guru, hal ini dibuktikan dengan persentase jawaban dengan skala

positif yang tinggi untuk setiap pertanyaan yang berhubungan dengan fungsi

Kepemimpinan Kepala Sekolah. Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan

teori yang ada, yaitu apabila Kepala Sekolah melaksanakan peran dan

tanggung jawabnya dengan baik, maka akan terjadi peningkatan kinerja

guru dalam menjalanan fungsi sebagai tenaga pendidik, memberi contoh

teladan bagi peserta didik dan mampu menghadirkan suasana belajar yang

menyenangkan dengan penyampaian materi mata pelajaran yang baik,

hingga pada akhirnya akan mampu memperbaiki mutu dan kwalitas

sumberdaya manusia peserta didik dengan pemahaman materi pelajaran

yang baik yang pada akhirnya akan berbuah pada prestasi belajar. Nilai

84
Sumbangan Efektif (SE) variable bebas Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap variable terikat Peningkatan Kinerja Guru sebesar 69,16%.

2. Motivasi Guru juga mendapatkan apresiasi yang tinggi oleh guru, hal ini

dibuktikan dengan persentase jawaban dengan skala yang tinggi untuk

pertanyaan-pertanyaan bahwa motivasi atau keinginan untuk mencapai

prestasi menentukan kualitas kerja guru sebagai seorang tenaga pendidik.

Motivasi yang tinggi akan menimbulkan optimisme dalam mencapai

prestasi. Dengan prestasi yang baik yang dicapai oleh guru, akan

mendapatkan penghargaan berupa pujian atau promosi jabatan, sejalan

dengan peningkatan kesejahteraan. Dengan Motivasi, maka setiap guru akan

mendaya gunakan kemampuannya semaksimal mungkin didalam mencapai

visi dan misi sekolah, serta mensukseskan program pendidikan. Nilai

Sumbangan Efektif (SE) variable bebas Motivasi Guru terhadap variable

terikat Peningkatan Kinerja Guru sebesar 26,49%.

3. Hasil dari uji F pada penelitian ini diperoleh nilai Fhitung dengan nilai

signifikan 0,000 yang berarti < 0.05 atau alpha = 5%, itu menjelasakan

bahwa Ho ditolak, artinya bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Peningkatan Kinerja

Guru secara simultan. Kedua variable bebas ini bersama-sama saling

memiliki keterkaitan erat dengan variable terikat Peningkatan Kinerja Guru.

Berdasarkan hasil dari persamaan regresi Y = - 1,692 + 0,721 X1 + 0,376 X2

diperoleh bahwa nilai koefisien Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi memiliki arah/nilai yang positif yang artinya semakin baik

85
kepemimpinan dijalankan, semakin tinggi motivasi maka akan semakin baik

pula kinerja guru sebagai tenaga pendidik. Hasil penelitian ini dilihat dari

nilai R Square 95,7% variabel Peningkatan Kinerja pada SMP Harapan 1

Medan dipengaruhi oleh variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi, sedangkan sisanya 4,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini.

B. Saran

Adapun saran yang bisa diberikan pada penelitian ini untuk perusahaan

adalah :

1. Sesuai dengan hasil penelitian ini, diharapkan agar Kepala Sekolah tetap

konsisten dalam menjalankan kepemimpinan yang responsif terhadap

permasalahan yang terjadi, berfungsi sebagai mentoring dan membagi

tugas secara adil, sesuai dengan bidang guru dan mengkomunikasikan

setiap perubahan ataupun informasi yang penting kepada para guru. Guru

yang merasa dihargai, akan terus meningkatkan kinerjanya dan pada

akhirnya akan tercapai visi dan misi Yayasan sesuai dengan yang

diamanahkan oleh Undang-Undang Pendidikan.

2. Hendaknya sekolah menerapkan sistem penilaian kinerja yang objektif,

sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh pihak sekolah kepada guru.

Proses penilaian kinerja ini djalankan secara adil dan menyeluruh, tanpa

ada perbedaan diantara sesama guru. Sistem penilaian kinerja yang fair

86
akan meningkatkan motivasi guru dalam bekerja dan berkarya sesuai

dengan tugas pokok seorang tenaga pendidik yang baik dan berprestasi.

87

Anda mungkin juga menyukai