Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1


SIBABANGUN

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Oleh
Firman Zebua
NPM : 20050033
Program Studi : Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA


INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
PADANSIDEMPUAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam perspektif manajemen sumber daya manusia, kepala sekolah,
guru serta staf merupakan bagian penting yang menjadi sumber unggulan bagi
pemberian layanan pendidikan bagi siswa. Pengelolaan sumber daya manusia
merupakan suatu aspek yang dapat mendorong peningkatan kinerja guru. Kinerja
guru merupakan komponen yang paling penting dalam peningkatkan kualitas
pendidikan, yang akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di
Indonesia.
Guru dalam hal ini dituntut memiliki kinerja yang dapat memberikan
harapan serta keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah
mempercayai sekolah dan guru dalam membina siswa didik. Secara umum mutu
pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang
ditunjukkan guru. kinerja guru harus professional dan mampu mengubah kualitas
pembelajaran yang konvensional, mekanisme, rutin, menjadi sebuah proses
pembelajaran yang dialogis,dinamik, demokratik, dan memberdayakan siswa.
Guru merupakan ujung tombak berbagai upaya peningkatan mutu
pendidikan nasional karena guru merupakan pihak yang terlibat langsung dalam
proses pembelajaran didalam kelas serta memiliki peran yang sangat vital dalam
meningkatkan kualitas siswa didiknya. Guru merupakan faktor utama atau faktor
yang paling dominan dalam pendidikan formal pada umumnya, karena bagi
siswa-siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan tokoh identifikasi diri.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam
kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh
kesiapan guru dalam mempersiapkan siswanya melalui kegiatan belajar mengajar.
Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan
sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 14 Pasal 1 Ayat 1
tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik ,mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan siswa usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Artinya guru dalam proses
pembelajaran memiliki posisi sentral dan memainkan peranan penting untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan
siswa didik.
Dalam proses kegiatan pembelajaran seorang siswa dapat dikatakan
berhasil dalam belajar apabila dalam diri siswa terdapat keinginan atau dorongan
untuk belajar, ini juga yang dinamakan dengan motivasi. Adanya motivasi juga
dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi
merupakan kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Motivasi belajar merupakan segala sesuatu yang mendorong siswa
untuk belajar dengan baik. Dapat dikatakan betapa pentingnya peran motivasi
terhadap proses pembelajaran karena dengan adanya motivasi siswa akan belajar
dengan giat bukan hanya giat tetapi akan juga akan menikmatinya. Motivasi
adalah syarat mutlak dalam belajar. Hasil belajar akan optimal jika ada motivasi
dalam diri siswa. Motivasi belajar bukanlah sesuatu yang siap jadi, tetapi
diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan atau orang sekitar. Perkembangan
motivasi belajar yaitu suatu proses dan salah satu landasan esensial yang
mendorong manusia untuk tumbuh, berkembang, dan maju mencapai suatu tujuan.
Dalam proses pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang dapat menimbulkan,
menjamin, kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga
diharapkan tujuan dapat tercapai, dalam kegiatan belajar, motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Rendahnya motivasi belajar peserta didik merupakan salah satu wujud
dari hambatan ketercapaian suatu tujuan pendidikan nasional. Motivasi belajar
dari peserta didik yang rendah akan berakibat pada proses pembelajaran dan
prestasi hasil belajar dari peserta didik tersebut, selain itu dapat juga
mempengaruhi perilaku peserta didik, misalnya mendapat nilai rendah, kurang
tanggap, kurang semangat dalam belajar, kurang bisa menyesuaikan diri dengan
pelajaran dan lingkungan sekolah bahkan juga dapat berpengaruh pada kenakalan
yang banyak dilakukan oleh peserta didik.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di SMA Negeri 1
Sibabangun bahwa masih ada guru yang belum memenuhi syarat mengajar
dengan baik, dibuktikan dengan masih ada guru yang belum memperhatikan
kinerjanya, seperti guru yang kurang mampu menjelaskan materi pembelajaran,
dan kurang mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Adanya
guru yang tidak mempersiapkan materi pembelajaran sehingga pada saat proses
belajar siswa tidak semangat dalam mengikuti kegiatan yang telah berikan guru,
siswa tidak mau bertanya ketika mengalami kesulitan serta ada siswa yang tidak
mau mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh gurunya.
Kemudian masih adanya guru yang dalam mengajar belum menggunakan metode
dan media yang sesuai sehingga siswa kurang tertarik dan cenderung merasa
bosan pada saat kegiatan berlangsung serta siswa menjadi tidak aktif untuk
mengikuti pembelajaran.
Gambaran permasalahan diatas menunjukkan bahwa kinerja guru
dalam menjelaskan materi dengan baik dan memotivasi siswa perlu diketahui
sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap motivasi belajar seperti keinginan
belajar, kebutuhan untuk belajar, cita-cita masa depan dan pembelajarn yang
menarik. Dengan adanya motivasi pada diri siswa akan menimbulkan kesiapan
siswa untuk melakukan suatu tindakan. Pembelajaran hendaknya dirancang secara
menyenangkan dan membuat siswa tertarik untuk melakukan kegiatan tanpa
paksaan. Guru seharusnya memasukan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan
permainan sehingga siswa secara tidak langsung belajar berbagai hal.
Oleh karena itu kinerja guru dapat mempengaruhi motivasi seorang
siswa. Kinerja guru siswa usia dini merupakan kesuksesan seseorang dalam
memberi upaya untuk menstimulus, membimbing, mengarahkan dan
menyediakan kegiatan pembelajaran yang dapat menghasilkan kemampuan dan
keterampilan pada Peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan
tindak lanjut pembelajaran.
Dari pemaparan latar belakang dan uraian tersebut, peneliti tertarik
untuk meneliti “Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas
Xi IPS SMA Negeri 1 Sibabangun”

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah


1. Adanya guru SMA Negeri 1 Sibabangun yang tidak memiliki kemampuan
untuk menjelaskan materi dengan baik sehingga siswa merasa kesulitan untuk
memahami pelajaran
2. Adanya guru SMA Negeri 1 Sibabangun yang tidak mempersiapkan materi
pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran berlangsung tidak sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
3. Guru SMA Negeri 1 Sibabangun kurang memberikan motivasi kepada siswa
untuk mengikuti pelajaran.
4. Pada saat proses belajar Siswa tidak semangat dalam mengikuti kegiatan yang
telah berikan guru, siswa tidak mau bertanya ketika mengalami kesulitan serta
ada anak yang tidak mau mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang telah
diberikan oleh gurunya.
5. Adanya guru yang dalam mengajar belum menggunakan metode dan media
yang sesuai sehingga anak kurang tertarik dan cenderung merasa bosan pada
saat kegiatan berlangsung
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi penelitian
ini yaitu “Kinerja Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri
1 Sibabangun

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah diatas, maka
penelitian ini dibatasi pada pengaruh kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sibabangun.

1.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah gambaran Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa di
Kelas IPS XI SMA Negeri 1 Sibabangun ?
2. Bagaimanakah gambaran Motivasi Belajar Siswa di Kelas XI IPS SMA Negeri
1 Sibabangun?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan Kinerja Guru terhadap Motivasi
Belajar Siswa di Kelas XI IPS SMP SMA Negeri 1 Sibabangun?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kelas XI IPS SMP SMA Negeri 1 Sibabangun
2. Untuk mengetahui gambaran Motivasi Belajar Siswa di Kelas XI IPS SMP
SMA Negeri 1 Sibabangun
3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Kinerja Guru terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas XI IPS SMP SMA Negeri 1 Sibabangun

1.6 Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritis
Untuk menambah wawasan dan mengembangkan ilmu dalam bidang
Pendidikan siswa terutama dalam memberikan informasi tentang pengaruh
kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa Kelas XI IPS SMP SMA Negeri 1
Sibabangun
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai masukan bagi guru untuk lebih meningkatkan motivasi kerja
yang akan berdampak pada peningkatan kerja supaya lebih optimal dan agar
dapat bekerjasama antar guru, karyawan, komite sekolah dan orang tua anak
untuk mengembangkan kemajuan sekolah.
b. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan guru
secara efektif sehingga akan mendukung pencapaian tujuan program
pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori
A. Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar Siswa memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
keberhasilan proses maupun hasil belajar Siswa. Salah satu indikator
kualitas pembelajaran adalah adanya semangat maupun motivasi belajar dari
Siswa. Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujan.
Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat
menjadi tenaga pendorong bagi Siswa untuk mendayagunakan potensi-
potensi yang ada pada dirinya dan potensi diluar dirinya untuk mewujudkan
tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan nampak melalui
kesungguhan untuk terlibat didalam proses belajar, antara lain nampak
melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, mempraktekan
sesuatu, dll.
Menurut Fillmore H. Standford dalam buku Mangkunegara (2017:93)
mengatakan bahwa “motivation as an energizing condition of the organism
that services to direct that organism toward the goal of a certain class”
(motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu
tujuan tertentu). Menurut Sardiman (2018:73), motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk
membangkitkan gairah belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat
berjalan dengan baik. Adapun pengertian motivasi belajar menurut
Sardiman (2018:75) adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Uno (2017:23), mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untu
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung.
Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul
baik dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan
semangat dan kegairahan belajar serta memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

2. Fungsi Motivasi Belajar Siswa


Menurut Sardiman (2018:25), fungsi motivasi ada 3 yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Selanjutnya, Sukmadinata (2011:62), mengatakan bahwa motivasi


memiliki 2 fungsi, yaitu:
a. Mengarahkan (directional function) Dalam mengarahkan kegiatan,
motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran
yang akan dicapai. Apabila sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang
diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan.
Sedangkan bila sasaran tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi
berperan menjauhi sasaran
b. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing
function) Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau
motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh,
tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan
dengan sungguhsungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga
kemungkinan akan berhasil lebih besar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi


berfungsi sebagai pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dan
mencapai prestasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang melakukan kegiatan itu akan dapat
melahirkan prestasi yang baik dan sasaran akan tercapai.
Berdasarkan fungsi motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa fungi
dari motivasi belajar itu untuk melakukan suatu perbuatan, sebagai
pengarah, dan sebagai penggerak bagi Siswa untuk melakukan kegiatan atau
aktivitas dalam belajar, agar Siswa mendapatkan hasil belajar yang baik
sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

3. Jenis-jenis dan Indikator Motivasi Belajar Siswa


Menurut Tambunan (2015:196), motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik merupakan jenis motivasi berdasarkan sumbernya. Adapun
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik tersebut yaitu:
a. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ditimbulkan dari diri seseorang.
Motivasi ini biasanya timbul karena adanya harapan, tujuan dan
keinginan seseorang terhadap sesuatu sehingga dia memiliki semangat
untuk mencapai itu.
b. Motivasi ekstrinsik, adalah sesuatu yang diharapkan akan diperoleh dari
luar diri seseorang. Motivasi ini biasanya dalam bentuk nilai dari suatu
materi, misalnya imbalan dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang
diperoleh atas suatu upaya yang telah dilakukan.
Adapun menurut Sardiman (2018:89), mengatakan bahwa motivasi
intrinsik dan ekstrinsik adalah sebagai berikut:
a. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar.

Menurut pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi


belajar yang ada pada diri siswa diantaranya motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
siswa itu sendiri, tanpa adanya rangsangan dari luar, sebaliknya motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang dimbul akibat adanya rangsangan dari luar
diri siswa.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa


Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan,
artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis
siswa. Menurut Syamsu Yusuf dalam skripsi Rima Rahmawati (2016:17),
motivasi belajar dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor internal
1. Faktor fisik Faktor fisik merupakan faktor yang mempengaruhi dari
tubuh dan penampilan individu. Faktor fisik meliputi nutrisi (gizi),
kesehatan dan fungsi-fungsi fisik terutama panca indera.
2. Faktor psikologis Faktor psikologis merupakan faktor intrinsik yang
berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat
aktifitas belajar pada siswa. Faktor ini menyangkut kondisi rohani
siswa.
b. Faktor eksternal
1. Faktor sosial Merupakan faktor yang berasal dari manusia disekitar
lingkungan siswa. Meliputi guru, teman sebaya, orang tua, tetangga
dan lain sebagainya,
2. Faktor non sosial Faktor non sosial merupakan faktor yang berasal
dari kondisi fisik disekitar siswa. Meliputi keadaan udara (cuaca panas
atau dingin), waktu (pagi, siang atau malam), tempat (sepi, bising atau
kualitas sekolah tempat siswa belajar), dan fasilitas belajar.

Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (2015:97), unsur yang


mempengaruhi motivasi belajar yaitu:
a. Cita-cita dan aspirasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi
belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita
akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan
rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang
sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan
memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Dengan demikian,
kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan
alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan
kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal
yang kumuh, perkelahian antar siswa akan mengganggu kesungguhan
belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa
yang rukun akan memperkuat motivasi belajar. Dengan lingkungan
yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Lingkungan
belajar dan pergaulan siswa mengalami perubahan. Lingkungan
budaya siswa yang berupa televisi dan film semakin menjangkau
siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.
Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan sumber belajar di
sekitar sekolah untuk memotivasi belajar siswa.
f. Upaya guru membelajarkan siswa. Adalah upaya guru dalam
mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikan materi, menarik perhatian
siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa.

Berdasarkan pemaparan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan


bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Bahwa faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri
seperti kondisi jasmani dan rohani siswa, kemampuan siswa dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa diantaranya kondisi lingkungan sekolah, keluarga, guru,
fasilitas belajar, dan pergaulan.

B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Setiap individu yang diberi tugas dan kepercayaan untuk bekerja pada
suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang
memuaskan serta memberikan kontribusi yang maksimal terhadap
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Menurut kamus besar bahasa
indonesia (KBBI) kata kinerja merupakan prestasi yang diperlihatkan atau
kemampuan kerja. Secara konseptual kinerja diartikan sebagai prestasi
kerja, penampilan kerja, ketaatan kerja dan produktivitas kerja.
Menurut Mondy dan Noe (19993:394) merupakan suatu system
formal yang secara berkala digunakan untuk mengevaluasi kinerja individu
dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Menurut Schuller (dalam sedarmayanti 2007:261) penilaian kinerja
adalah system formal untuk memeriksa dan mengevaluasi secara berkala
kinerja seseorang.
Menurut Mangkunegara (2000:67), kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
adalah kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaannya yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan,
motivasi dan kesungguhan dalam melaksanakan tugasnya yang dihasilkan
tercemin dari kuantitas maupun kualitasnya serta sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja


Membicarakan kinerja mengajar guru tidak dapat dipisahkan dari
faktor-faktor pendukung dan pemecah masalah yang menyebabkan
terhambatnya pembelajaran secara baik dan benar dalam rangka
pencapaikan tujuan yang diharapkan guru dalam mengajar. Adapun faktor
mendukung kinerja guru menurut Kartono Kartini (1993:32) dapat
digolongkan kedalam dua macam, yaitu:
a. Faktor dari dalam sendiri (intern)
Diantara faktor-faktor dari dalam diri sendiri (intern) adalah:
1) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas. Semakin rumit dan makmr tugas-tugas yang
diemban, makin tinggi kecerdasan yang diperlukan. Seseorang yang
cerdas, jika diberi tugas yang sederhana dan monoton, mungkin akan
terasa jenuh dan akan berakibat pada penurunan kinerjanya.
2) Keterampilan dan kecakapan
Keterampilan dan kecakapan orang berbedabeda. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan latihan.
3) Bakat
Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat
menjadikan seseorang bekerja dengan pilihan dan keahliannya.
4) Kemampuan dan minat
Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi seseorang
adalah tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya.
Kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi dapat menunjang
pekerjaan yang telah ditekuni.
5) Motif
Motif yang dimiliki dapat mendorong meningkatnya kerja
seseorang.
6) Kesehatan
Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai
selesai. Jika kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula.
7) Kepribadian
Seseorang yang mempunyai kepribadian yang kuat dan integral
tinggi kemungkinan tidak akan mengalami banyak kesulitan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan
rekan kerja yang akan meningkatkan kerjanya.
8) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja
Jika pekerjaan yang diemban seseorang sesuai dengan cita-cita
maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana karena ia bekerja
secara sungguh-sungguh, rajin dan dengan sepenuh hati.

b. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern)


Yang merupakan faktor dari luar diri sendiri (ekstern) diantaranya:
1) Lingkungan keluarga.
2) Lingkungan kerja Kondisi kerja yang menyenangkan dapat
mendorong seseorang bekerja secara optimal.
3) Komunikasi dengan kepala sekolah
4) Sarana dan prasarana
5) Kegiatan guru di kelas Peningkatan dan perbaikan pendidikan harus
dilakukan secara bertahap.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja guru bisa dilihat dari faktor dari dalam diri
(internal) dan faktor dari luar diri sendiri (eksternal). Faktor internal yang
dapat mempengaruhi kinerja guru itu meliputi kecerdasan, bakat, motif,
kesehatan, cita-cita dan tujuan dalam bekerja, sedangkan faktor ekternal
yang dapat mempengaruhi kinerja guru yaitu faktor dari lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, komunikasi dengan kepala sekolah, sarana
dan prasarana serta kegiatan guru didalam kelas.

3. Ruang Lingkup Kinerja Guru


Ruang lingkup kinerja guru dapat dilihat dari kompetensi guru dalam
proses pembelajaran. Kompetensi merupakan sebagai seperangkat
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai sebagai kinerja yang
memengaruhi peran, tindakan, prestasi dan pekerjaan seseorang. Menurut
Kusnandar dan Agus kompetensi guru merupakan seperangkat tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melakukan tugas sesuai
dengan pekerjaannya. Tercantum juga dalam Undang-Undang No 14 Tahun
2005 Bab IV pasal 10 tentang guru dan dosen, bahwa kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan , keterampuilan , dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan. Peraturan pemerintah No 74 Tahun 2008 Bab II pasal
3 Kompetensi dan Sertifikasi membagi kompetensi guru menjadi empat
kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran Siswa yang meliputi pemahaman wawasan, pemahaman
terhadap Siswa, pengembangan kurikulum atau silabus, perencanaan
pembelajara, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan Siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Untuk lebih
jelasnya berikut penjabaran kompetensi pedagogik tentang standar
kompetensi guru PAUD/TK/RA berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik
dan kompetensi guru:
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
berwibawa, mantap, dewasa, jujur, arif dan bijaksana,sportif, berakhlak
mulia, dan menjadi teladan bagi Siswa dan masyarakat. Untuk lebih
jelasnya berikut penjabaran kompetensi pedagogik tentang standar
kompetensi guru SMP berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan
kompetensi guru.

c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru atau pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan Siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali Siswa, dan bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya berikut penjabaran kompetensi
pedagogik tentang standar kompetensi guru PAUD/TK/RA berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007 tentang
kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

d. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru atau pendidik dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan .teknologi, dan /atau
seni dan budaya yang meliputi materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan,mata
pelajaran, yang diampu. Untuk lebih jelasnya berikut penjabaran
kompetensi pedagogik tentang standar kompetensi guru PAUD/TK/RA
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun
2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

4. Penilaian Kinerja Guru


Kinerja merefleksi kesuksesan suatu organisasi, maka organisasi perlu
memahami bagaimana kondisi kinerja pegawainya untuk dapat melakukan
pengelolaan dan pengembangan bagi kepentingan organisasi, sehingga
diperlukan suatu penilaian kinerja dalam rangka tersebut. Penilaian kinerja
(performance appraisal) yaitu suatu aktivitas untuk menentukan
keberhasilan pegawai dalam melakukan suatu pekerjaan dengan hasil yang
baik.
Menurut Mulyasa (2008:157) penilaian kinerja guru sebagai
serangkaian program penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi
kompetensi guru, terutama berkaitan dengan kompetensi profesional dan
pedagogik, yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan
dalam unjuk kerjanya, baik langsung maupun tidak langsung. 28 Penilaian
kinerja guru diartikan suatu upaya untuk memperoleh gambaran tentang
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap guru dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam perbuatan, penampilan, dan prestasi
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru
yaitu suatu proses penilaian untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
dan unjuk kerjanya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian diantaranya adalah:
1. Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru Akuntansi SMK Di
Kota Medium Oleh Titin Eka Ardiana, Tahun 2017
2. Analisi Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa
Kelas X SMA Negeri 5 Padang Oleh Stevani, Tahun 2016
3. Pengaruh Kinerja Guru Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar
Siswa SDK Peanabur Bandarlampung oleh Nita Tifani Manulang, Tahun 2016.

2.3 Kerangka Berfikir


Kinerja guru dalam kelas merupakan faktor yang dominan dalam
menentukan motivasi belajar Siswa serta kualitas pembelajaran. Artinya jika guru
yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, maka
akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Hal ini
dapat dipahami karena guru yang mempunyai kinerja bagus dalam kelas akan
mampu menjelaskan materi dengan baik kepada Siswa-Siswa, mampu
menumbuhkan motivasi Siswa dengan baik, mampu menggunakan media
pembelajaran dengan baik, mampu membimbing dan mengarahkan Siswa dalam
proses pembelajaran sehingga Siswa akan me mampu menggunakan media
pembelajaran dengan baik, mampu membimbing dan mengarahkan Siswa dalam
proses pembelajaran sehingga Siswa akan memiliki semangat dan motivasi dalam
belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikutinya, serta Siswa akan
merasa mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Kinerja guru
merupakan kesuksesan seorang guru dalam melaksSiswaan suatu pekerjaan yang
berkaitan dengan apa yang dihasilkan dari tingkah laku kerjanya yaitu dalam
melaksSiswaan tugas-tugas yang telah diberikan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan serta pengalaman dan kesungguhan dalam bekerja. Tolak ukur kinerja
guru dapat dilihat melalui kegiatan perencanaan pelaksanaan pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, pelaksanaan penilaian kegiatan pembelajaran,
dan tindak lanjut hasil pembelajaran. Motivasi Belajar Siswa merupakan kekuatan
baik internal maupun eksternal yang timbul dari dalam diri Siswa untuk
melakukan serangkaian kegiatan seperti memiliki keinginan atau kemauan dan
semangat yang kuat untuk berhasil dalam belajar. Tolak ukur motivasi Siswa
dapat dilihat melalui adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam mencapai tujuan,
adanya dorongan dalam kegiatan pembelajaran, adanya harapan dan cita-cita masa
depan, adanya penghargaan dalam kegiatan pembelajaran, dan adanya keinginan
menarik dalam belajar. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang
dikemukakan, maka kerangka konseptualnya sebagai berikut: kema Pengaruh
Kinerja Guru Terhadap Motivasi Siswa Keterangan: X= variabel bebas (Kinerja
guru) mencakup: mampu menjelaskan materi dengan baik, mampu menumbuhkan
motivasi belajar Siswa dengan baik, dan mampu mengarahkan dan membimbing
Siswa dalam pembelajaran sehingga Siswa memilki semangat belajar.. Y=
variabel terkait (Motivasi Belajar Siswa) mencakup: adanya hasrat dan keinginan
berhasil dalam mencapai tujuan, adanya dorongan dalam kegiatan pembelajaran,
adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam kegiatan
pembelajaran, dan adanya keinginan menarik dalam belajar.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan,
maka kerangka konseptualnya sebagai berikut:

Kinerja Guru (X) Motivasi Belajar Siswa (Y)

Gambar 2.1
Skema Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Siswa

Keterangan:
X= variabel bebas (Kinerja guru) mencakup: mampu menjelaskan materi
dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar anak dengan baik, dan
mampu mengarahkan dan membimbing anak dalam pembelajaran sehingga
anak memilki semangat belajar..
Y= variabel terkait (Motivasi Belajar siswa) mencakup: adanya hasrat dan
keinginan berhasil dalam mencapai tujuan, adanya dorongan dalam kegiatan
pembelajaran, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan
dalam kegiatan pembelajaran, dan adanya keinginan menarik dalam belajar.

2.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan diatas maka dapat
diajukan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu
Ha : Ada pengaruh yang signifikan kinerja Guru terhadap motivasi belajar
siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sibabangun
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan kinerja Guru terhadap motivasi belajar
siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sibabangun
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penlitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan kegiatan statistik yang dimulai dari
menghimpun, menyusun, atau mengatur data, mengolah data, menyajikan dan
menganalisa data angka guna memberikan gambaran tentang suatu gejala,
peristiwa, dan keadaan.
Berdasarkan pendapat yang disebutkan oleh ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, dan teknik pengambilan sampel pada umunya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.

3.2 Variabel Penelitian


Adapun variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Variabel bebas X (indepeden variabel) yaitu variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel indepeden (terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja mengajar guru.
2. Variabel terikat Y (dependen variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar siswa
Adapun deskripsi variabel penelitian sebagai berikut:

3.3 Definisi Operasional


Menurut sugyono (2013), definisi operasional variabel adalah suatu
atribut atau sifat, nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Motivasi belajar siswa adalah persepsei siswa atas harapannya telah
berhasil dari pengajaran guru. Sementara Kinerja guru adalah upaya untuk
mewujudkan upaya dari memotivasi siswa untuk semangat belajar.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Sibabangun Jln. M. Sorimuda, sibabangun Kec. Sibabangun, Kab. Tapanuli

Tengah. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 Agustus 2023- 30 September

2023.

Pemilihan lokasi ini didasari atas alasan bahwa persoalan-persoalan

yang dikaji oleh penelitian ada di lokasi tersebut.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek yang

akan diteliti. Sedangkan Sugiyono menyebutkan bahwa populasi dapat dikatakan

sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetaapkan oleh peneliti. Sedangkan

sampel merupakan bagian dari populasi itu. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS 3 Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Sibabangun jumlah siswa sebanyak 97 orang yang termuat dalam tabel

berikut:

TABELIII.I
DAFTARPENYEBARANANGGOTAPOPULASI

No Kelas Jumlah Siswa


3 XI IPS 1 30 siswa
4 XI IPS 2 29 siswa
5 XI IPS 1 38 siswa
Jumlah 97 siswa
(Sumber:Tata UsahaSekolah MenengahAtas Negeri 1 Sibabangun)

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Simple random

sampling. Dari tiga kelas XI yang ada pada populasi dengan jumlah 97 siswa,

maka peneliti memilih secara acak sederhana dengan satu kelas yang menjadi

sampel yaitu kelas XI IPS 1 sebanyak 30 siswa.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Angket
Angket merupakan suatu alat pengumpulan informasi dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa angket merupakan
pengumpulkan informasi yang diteliti dengan cara membagikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
Angket yang diberikan berkaitan dengan kinerja guru terhadap motivasi belajar
siswa pada pembelajaran ekonomi. Jenis angket yang digunakan Penulis
yaitujenisangkettertutupsehinggarespondentinggalmemilihjawabanyangtelahdis
ediakan. Angket yang disusun denganmenggunakan angket model skala
likert.Skal likert dengan lima alternative jawaban, yaitu:
Selalu (SL) diberiskor 5
Sering (S) diberi skor 4
Kadang-Kadang (KD) diberi skor 3
Jarang (JR) diberi skor 2
TidakPernah (TP) diberiskor 1.

2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ialah suatu cara untuk mengumpulkan atau
mencari data mengenai hal-hal ataupun dokumen-dokumen yang berupa tulisan
maupun catatan
Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan data-

datayang mendukung penelitian, teknik pengumpulan dokumentasi di

antaranya: deskripsi lokasi penelitian, keadaan sekolah, struktur organisasi

sekolah, jumlahguru, jumlah peserta didik, keadaan sarana dan prasaran, dan

lain-lain yang dianggap membantu pengumpulan data peneltian dilapangan.

3. 7 Teknik Analisis Data


Statistik deskriptif merupakan kegiatan statistik yang dimulai dari

pengumpulan data, menyusun atau mengatur data, mengolah data, menyajikan dan

menganalisis data angka, guna memberikan gambaran tentang suatu gejala,

peristiwa atau keadaan. Setelah data terkumpul melalui angket data tersebut diolah

untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus

persentasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


𝐹
𝑃= X100
𝑁
Ket:
F= Frekuensi yang sedang dicari persentasinya.

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu).

P =Angkapersentase.

Anda mungkin juga menyukai