PENDIDIKAN DASAR
OLEH
Dan peranan penting yang perlu ada di kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi yaitu kegiatan
terencana untuk mengukur, menilai, dan keberhasilan suatu program. Kegitan ini dijadikan bahan
penilaian untuk kurikulum yang telah dilakukan apakah perlu dilanjutkan atau diganti kurikulum
baru. Dari hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang
digunakan. Kurikulum yang berubah juga mengharuskan guru membuat strategi yang tepat dalam
pelaksanaan, serta kegiatan evaluasi harus tetap dilakukan untuk mendapatkan kurikulum yang
sesuai dengan harapan.
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam membelajarkan siswa-siswinya. Artinya
bahwa bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi
yang konon bisa memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan,
tidak mungkin dapat mengganti peran guru. Lalu apa peran guru dalam kondisi demikian? Apakah
guru sebagai satu-satunya sumber belajar masih tetap relevan? Apakah ada peran lain yang
dianggap lebih penting? Bagaimana melaksanakan peran-peran tersebut agar proses pengajaran
yang menjadi tanggung jawab lebih berhasil? Di bawah ini peran-peran guru yang sangat penting
dan harus dimiliki secara personal dan professional.
a. Guru sebagai Sumber Belajar
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai
baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Sehingga guru berperan
benar-benar sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan
dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh
keyakinan. Sebaliknya, ketidakpahaman guru tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh
perilaku-perilaku tertentu, misalnya teknik penyampaian materi pelajaran yang monoton, guru
sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata
dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dan lain-lain. Perilaku guru yang demikian bisa
menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan
siswa.
Guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran dimulai sering guru bertanya: “Bagaimana caranya
agar ia (baca: guru) mudah menyajikan bahan pelajaran?” Pertanyaan ini sekilas memang ada
benarnya. Melalui usaha yang sungguh-sungguh, guru ingin agar ia mudah menyajikan bahan
pelajaran dengan baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa proses
pembelajaran berorientasi pada guru. Oleh sebab itu, akan lebih tepat manakala pertanyaan
tersebut diarahkan kepada siswa. Misalnya apa yang harus dilakukan agar siswa mudah
mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai secara optimal. Pertanyaan tersebut
mengandung makna kalau tujuan mengajar adalah mempermudah siswa belajar. Inilah hakikat
peran fasilitator dalam proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan,
yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri.
Artinya bahwa sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru perperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses
belajar seluruh siswa.
d. Guru sebagai Pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Artinya
tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan,
tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan, dan
sebagainya. Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada bebrapa hal yang harus
dimiliki. Pertama, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.
Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus
diberikan kepada mereka. Kedua, guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik
merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun merencanakan proses
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting.
Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang,
tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk
mengerahkan segala kemampuannya. Proses pembelajaran akan berhasil ketika siswa mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Guru berperan mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk
menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan
keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan
guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan. Semua peran-peran di atas
merupakan peran yang harus dimiliki oleh seorang guru. Jadi, guru bukan hanya sekedar
menyampaikan materi tapi mencakup seluruh aspek kebutuhan anak didik. Dan sekali lagi perlu
penulis tekankan bahwa tidak sembarang orang bisa menjadi guru, tidak semuanya. Karena harus
menempuh prosedur-prosedur tertentu yang tidak bisa dilakukan tanpa harus mengikuti
pendidikan pada lembaga yang sudah ditunjuk oleh Undang-Undang sebagai lembaga pencetak
guru-guru professional. Mudah-mudahan bisa bermanfaat.
3. Analisis Kondisi Pembelajaran Dikaji dari Segi Asesmen
bagian terpadu dalam pembelajaran lainnya yakni ASESMEN tak luput dibuat hanya dengan
mengcopy pada soal yang sudah ada di buku siswa atau buku guru. Bukan tidak setuju dengan cara
ini namun dalam mengambil soal ini hendaknya diiringi dengan pengetahuan dan argumentasi
mengapa soal ini diambil. Bukankah asesmen bertujuan untuk menjelaskan kemajuan belajar dan
menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya? Bukankah hasil asesmen ini digunakan oleh
peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk
meningkatkan mutu pembelajaran?
Secara khusus, asesmen pembelajaran oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan
belajar, memantau hasil belajar dan mendeteksi kebutuhan remidial.
Untuk itu sebuah asesmen idealnya dilakukan pada 3 bentuk ditinjau dari segi waktu pembelajaran
yaitu awal pembelajaran (asesmen diagnostik), saat proses pembelajaran (asesmen formatif) dan
akhir pembelajaran (asesmen sumatif) (Rinjani, 2017).
1. Asesmen Diagnostik
Asesmen diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan guru di awal pembelajaran untuk
melihat kompetensi dan memonitor perkembangan belajar peserta didik dari aspek kognitif
maupun non kognitif. Hasil asesmen diagnostik digunakan untuk memetakan kebutuhan
belajar sehingga guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai kondisi
peserta didik. Asesmen diagnostik dapat mengandung satu atau lebih dari satu topik. Asesmen
diagnostik dapat dilaksanakan secara rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan
sebuah topik pembelajaran baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan
membahas sebuah topik, dan waktu yang lain selama semester (setiap dua minggu/ bulan/
triwulan/ semester). Kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-
beda. Ada yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, akan tetapi ada juga yang
membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat
paham dalam satu topik belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.
Asesmen diagnostik memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk
mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham dan siapa saja yang
belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan
kemampuan sisw. Asesmen diagnostik dilakukan tidak hanya untuk mengukur kemampuan
pengetahuan siswa (diagnostic cognitive) tetapi juga untuk mengukur kemampuan non
pengetahuan (diagnostic non cognitive). Beberapa contoh pertanyaan asesmen diagnostik non
kognitif seperti: Apa kabar anak-anak? Bagaimana perasaan anak-anak pagi ini? Apakah
ketika melangkahkan kaki keluar rumah anak-anak berdoa agar dibukakan hati dan pikiran
serta dimudahkan dalam menerima pelajaran? Semua pertanyaan diatas tidak mengukur
pengetahuan siswa tetapi mengukur kesiapan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Oleh karena itu dinamakan asesmen non kognitif. Setelah melakukan asesmen non kognitif
guru juga bisa mengajukan beberapa pertanyaan asesmen diagnostic cognitive di awal
pembelajaran. Beberapa contoh pertanyaan diagnostik kognitif seperti: Apa yang anak-anak
ketahui tentang mengukur? Dimana anak-anak bisa lihat orang melakukan pengukuran? Alat
ukur apa yang pernah anak-anak lihat di sekitar kita? Apa yang terjadi jika kita mengukur
dengan hanya memperkirakan saja?
2. Asesmen Formatif
Asesmen formatif merupakan asesmen yang dilakukan guru selama proses pembelajaran
untuk memberikan informasi mengenai perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik
pada setiap tahap pembelajaran. Hasil asesmen formatif berguna bagi guru untuk mengambil
tindakan dan memastikan bahwa setiap peserta didik mencapai penguasaan yang optimum.
Asesmen formatif dapat mendorong peserta didik mencapai tujuan belajar dengan melakukan
penyampaian umpan balik yang dilakukan secara berkala. Asesmen formatif melibatkan
aktivitas guru dan peserta didik yang bertujuan untuk memantau kemajuan belajar siswa
selama proses belajar berlangsung. Penilaian ini akan memberikan umpan balik bagi
penyempurnaan program pembelajaran, mengetahui dan mengurangi kesalahan yang
memerlukan perbaikan. Asesmen formatif merupakan bagian dari langkah-langkah
pembelajaran, dilakukan selama kegiatan pembekajaran berlangsung yang merupakan bagian
dari praktik keseharian pendidik dan peserta didik di dalam proses belajar mengajar di kelas.
Asesmen formatif bertujuan untuk merefleksikan proses belajar dan tidak menentukan nilai
akhir peserta didik. Tujuan asesmen formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran,
tidak hanya untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Selain itu, asesmen formatif
juga bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan pembelajaran
yang telah dilakukan. Pendidik dapat menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki,
mengubah atau memodifikasi pembelajaran agar lebih efektif dan dapat meningkatkan
kompetensi peserta didik.
3. Asesmen sumatif
Asesmen sumatif merupakan asesmen yang dilakukan guru setelah menyelesaikan proses
pembelajaran. Asesmen sumatif tidak selalu dilakukan di akhir pembelajaran. Hasil asesmen
sumatif digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, mengukur konsep
dan pemahaman peserta didik, serta mendorong untuk melakukan aksi dalam mencapai
kompetensi yang dituju. Di dalam asesmen sumatif mencakup lebih dari satu pokok bahasan
yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari
suatu unit pembelajaran ke unit pembelajaran berikutnya. Asesmen sumatif dapat juga
diartikan sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang
meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan
setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Asesmen sumatif dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan.
Kegiatan asesmen sumatif dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi
pelajaran telah selesai. Asesmen sumatif menghasilkan nilai atau angka yang kemudian
digunakan sebagai keputusan pada kinerja peserta didik. Asesmen sumatif digunakan untuk
menentukan klasifikasi penghargaan pada akhir kursus atau program. Penilaian sumatif
dirancang untuk merekam pencapaian keseluruhan siswa secara sistematis.
Asemen sumatif berkaitan dengan menyimpulkan prestasi peserta didik dan diarahkan pada
pelaporan di akhir suatu program studi. Fungsi asesmen sumatif, yaitu pengukuran
kemampuan dan pemahaman peserta didik dan sebagai sarana memberikan umpan balik
kepada peserta didik.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Dasar dan
Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
E. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/07/kurikulum-pendidikan-di-indonesia.html.
Istiqomah, Mawar (2016). Kendala Guru Dalam Menerapkan Penilaian Autentik Pada
Pembelajaran Akuntansi Di SMK Negeri Surakatra. Jurnal Pendidikan. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Gronlund, Norman E. dan Robert L. Linn. (1990). Measurement and Evaluation in Teaching. New
York: ?Vlacmillan Publishing Company.