Anda di halaman 1dari 26

Penerapan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik


Pada Pokok Bahasan Gerak Lurus di kelas 10 MAN 2 Mojokerto

Proposal Penelitian Tindakan Kelas


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan Fisika
Yang dibina oleh Bapak Sugiyanto, S. Pd, M. Si

Oleh :
Ayu Rohma Fitriana (200321614838)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA
NOVEMBER 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan sebagian besar di cita-citakan dan di prioritaskan oleh suatu
bangsa termasuk Indonesia. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, para akademis,
praktisi pada bidang pendidikan serta telah dilakukan penambaham anggaran untuk
berbagai program pengembangan inovasi pendidikan. Pendidikan itu sendiri adalah
pengetahuan keterampilan yang dilalui dengan tahapan-tahapan tertentu sedagkan menurut
UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
1, yaitu sebagai berikut:
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter telah siap dengan segala instrumen yang ada
serta diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehai-hari dan dirancang untuk
pemahaman konsep yang lebih luas tetapi tetap dapat membuat siswa mencapai hasil
belajar yang sesuai dengan yang diharapkan, melalui kurikulum 2013 dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran yang dimana mengaitkan mata pelajaran satu dengan yang
lainnya yang dipadukan ke dalam tema pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut
sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
yang terintegrasi ini yaitu memberikan kemudahan terhadap siswa dalam mendalami dan
memahami konsep materi yang disampaikan guru dan dengan cara ini siswa akan menjadi
lebih aktif dalam proses pembelajaran yang akan berdampak pada hasil belajar yang
meningkat. Dalam hal ini guru sangat berperan penting mengenai konsep materi yang akan
disampaikan, sebagaimana menurut UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dengan
mengetahui kedudukan penting guru di dalam pendidikan perlu adanya kemampuan guru
dalam merencanakan dan mengatur pelaksaan pembelajaran, menurut Djamarah (2014: 5)
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa adalah dengan
menggunakan strategi dalam pembelajaran yang dapat memecahkan masalah, strategi bisa
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru untuk anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Sejalan dengan
pendapat tersebut ini berarti kemampuan guru dalam berinovasi dalam menjalankan suatu
pembelajaran sangatlah penting untuk dilakukan.
Sebagaimana yang dijelaskan Fathurrohman Pupuh dan Suryana Aa (2012:16) “UU
Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8, secara eksplisit menyebutkan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Namun pada kenyataannya hingga saat ini tidak semua guru optimal dalam menjunjung
tinggi empat kompetensi tersebut padahal sebagai guru profesinal seharusnya empat
kompetensi tersebut harus sudah dikuasai, kesenjangan ini terlihat dari saat peneliti
melaksanakan penelitian tindakan kelas di MAN 2 Mojokerto masih ada sebagian guru
yang menggunakan paradigma lama atau masih konvensional sehingga masih dijumpai di
lapangan terdapat kesenjangan dalam pelaksaannya, antara apa yang diharapkan kurikulum
dengan pusat pembelajaran, yaitu siswa. Guru memberi penjelasan mengenai materi
sejelas-jelasnya dengan harapan siswa dapat memahami materi yang disampaikan (siswa
dapat menghapal semua materi) sesuai dengan semua redaksi yang ada di buku referensi.
Dengan melihat pelaksanaan ajar guru yang masih konvensional itu tentu pembelajaran
hanya berpusat pada penyampaiannya gurunya saja atau bisa dibilang sumber belajar hanya
terdapat di guru dengan metode ceramah, siswa hanya menerima dan mendengarkan apa
yang disampaikan oleh gurunya saja. Hal itu membuat siswa menjadi kurang aktif berperan
di dalam kegiatan pembelajaran. Siswa hanyalah subjek pembelajaran bukanlah objek
pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang terjadi hanyalah satu arah saja.
Sedangkan pembelajaran hendaknya ditunujukan untuk memupuk minat dan
pengembangan siswa yang sesuai dengan kehidupan siswa itu sendiri.
Kualitas pendidikan tidak dapat lepas dari kualitas proses pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas, namun kualitas pembelajaran dapat tergambar melalui proses hasil
belajar siswa. Proses belajar yang baik akan mendorong siswa untuk selalu aktif, kreatif,
dan bersikap kritis sehingga dapat mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan.
Pembelajaran yang bermakna merupakan hal yang sangat penting bagi siswa. Penggunaan
model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat merupakan hal yang penting agar
pembelajaran yang dilakukan menjadi bermakna. Siswa mendapat konsep yang baru dari
informasi-informasi yang disampaikan pada saat pembelajaran dan pembembelajaran
tersebut akan melekat lama dalam ingatan siswa.
Berdasarkan pengamatan di MAN 2 Mojokerto dilihat bahwa keaktifan peserta didik
ketika mengikuti pembelajaran juga masih rendah atau kurang termotivasi, kebanyakan
siswa yang aktif adalah siswa yang tingkat kecerdasan intelektual tinggi sedangkan siswa
yang lainnya perlu usaha dorongan yang lebih kuat dari guru untuk membuat siswa tersebut
aktif. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa belum dapat berpikir kritis dalam
proses pembelajaran sehingga kebanyakan siswa di kelas ini menjadi pasif dan mendapat
hasil belajar yang rendah.
Terkait rendahnya hasil belajar siswa, maka diadakan suatu upaya untuk menganalisis
penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa tersebut lalu diperlukan tindakan peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia dapat dilakukan oleh seorang guru dengan mengembangkan
profesionalisme dalam dirinya dengan memahami kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dengan melakukan sebuah
inovasi pada pembelajaran yang dilakukan oleh seorang adalah suatu hal yang akan
memberikan dampak positif. Sejalan dengan pendapat Saud (2011, hlm. 8) “inovasi dalam
pendidikan yaitu suatu perubahan yang baru, serta berbeda dari biasanya dan ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan demi mencapai sutu tujuan yang telah ditentukan”.
Inovasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan penambahan media atau penerapan
suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Dengan
adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan taraf pendidikan Indonesia yaitu
diberlakukannya kurikulum 2013, pembelajaran yang awalnya bersifat teacher centered
yaitu berpusat pada guru sekarang lebih menekankan pembelajaran student centered yang
berpusat pada siswa selain memperhatikan konsep pembelajaran materinya kuruikulum
2013 juga menekankan pada pendidikan karakter sehingga menyediakan pembelajaran
yang lebih interaktif didukung dengan penggunaan beragam model atau metode
pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajarnya. Selain itu, perlu juga adanya pembaharuan
dalam penerapan model pembelajaran ataupun cara mengajar guru, dan pandangan baru
yang bisa mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional dalam mencetak generasi
penerus bangsa yang sesuai dengan harapan. Sudah saatnya guru untuk merubah paradigma
mengajar yang masih bersifat teacher centered menjadi student centered yang bermakna.
Rendahnya hasil belajar bisa disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dari segi internal
maupun eksternal. Khususnya faktor guru sebagai pemegang kendali kelasnya maka salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menentukan dan menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan kondisi siswa sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar. Untuk itu guru harus mampu menciptakan suasana atau proses
pembelajaran yang dapat membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini
dikarenakan kemampuan berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang
memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
bahasa orang lain. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu melakukan tindakan
karena pendidik yang profesional adalah yang dapat memahami tugas dan mengaitkan
pembelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan terdekat
siswa sebagai contoh konkret. Guru diharapkan memilih model pembelajaran yang tepat
dengan memperhatikan beberapa faktor seperti keadaan siswa, materi pembelajaran yang
akan dibahas, dan mampu merubah suasana kelas dalam proses pembelajaran untuk
merangsang siswa menjadi aktif, kreatif, interaktif, dan berbobot untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan Merupakan pembelajaran yang
menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun
kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna,
relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Problem Based Learning untuk pemecahan
masalah yang komplek, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi
kasus. Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan solusi untuk pemecahan masalah.
(Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111). Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan
kemampuan dalam menerapkan konsep- konsep pada permasalahan baru/nyata,
pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOTS), keinginan dalam belajar,
mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt)
Problem Based Learning (PBL) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan atau pendapatnya secara eksplisit, memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sebelumnya sehingga siswa
terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang suatu fenomena. Model
Problem Based Learning yaitu pengembangan kurikulum yang pelaksanaan
pembelajarannya setiap siswa ditempatkan dalam posisi yang memiliki hak peranan aktif
dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi sehingga banyak
memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimiliki.
Sejalan dengan pendapat Duch dalam Shoimin (2014, hlm. 130) menyatakan bahwa
“Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran
yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan”. Apalagi jika model PBL tersebut diterapkan dalam pembelajaran pokok
materi faktor penyebab gangguan pernapasan pada manusia selain sangat memungkinkan
untuk meningkatkan hasil belajar model ini juga menantang siswa agar belajar
mengumpulkan informasi secara individu mapun bekerja sama dalam kelompok untuk
mencari solusi bagi masalah yang nyata, dengan demikian pemahaman siswa di dalam kelas
dapat diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan nyata, karena tema tersebut erat
kaitannya dengan lingkungan siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran Problem Based
Learning dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru),
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah diketahui melalui
pemikiran atau pengalamannya dan apa yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah
tersebut. Melalui model Problem Based Learning, siswa dapat mempelajari materi dengan
baik dan termotivasi dalam pembelajaran sehingga proses belajar akan lebih efektif dan
bermakna. Dengan adanya latar belakang masalah yang telah diuraikan maka peneliti
mengambil judul ”Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Gerak Lurus di Kelas 10 MAN 2 Mojokerto”
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Identifikasi Masalah
Sebagaimana telah dijelaskan dalam latar belakang masalah serta pengamatan-pengamatan
terdahulu, berbagai masalah yang dipilih sebagai objek perhatian untuk dikaji secara
ilmiah. Dapat diidentifikasi masalah diantaranya:
1. Rendahnya nilai Fisika Materi Gerak Lurus di kelas 10 MAN 2 Mojokerto.
2. Kurangnya aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran faktor penyebab
ganguan pernapasan pada manusia di kelas 10 MAN 2 Mojokerto.
3. Upaya peningkatan hasil belajar siswa dan aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran gerak lurus dengan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL).

Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitan ini
peneliti memandang perlu adanya batasan masalah secara jelas, sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Problem Based
Learning (PBL).
2. Dalam penelitian ini hanya akan mengkaji di pembelajaran kelas 10 pada pokok
bahasan gerak lurus.
3. Objek penelitian dilakukan pada siswa kelas 10 MAN 2 Mojokerto.
4. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas
siswa dan guru.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
1. Apakah model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar fisika
Materi Gerak Lurus di kelas 10 MAN 2 Mojokerto?
2. Apakah melalui penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan
aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran pada materi Gerak Lurus di kelas
10 MAN 2 Mojokerto?
D. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran gerak lurus di kelas 10 MAN 2 Mojokerto
melalui penggunaan model Problem Based Learning
2. Meningkatkan hasil belajar Fisika Materi Gerak Lurus di kelas 10 MAN 2 Mojokerto
melalui penggunaan model Problem Based Learning
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini berguna untuk menambah wawasan keilmuan bagi
guru-guru Madrasah Aliyah Negeri dalam pembelajaran di madrasah dengan
menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar fisika
Materi Gerak Lurus.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait,
terutama pendidik dan siswa di kelas 10 MAN 2 Mojokerto.
a. Menambah pengetahuan dalam mengelola perencanaan dan aktivitas peserta didik
selama berlangsungnya pembelajaran di kelas.
b. Meningkatkan minat dan kemampuan siswa kelas 10 MAN 2 Mojokerto.
PTK ini juga bermanfaat untuk:
1) Bagi Siswa
a) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
b) Siswa belajar memecahkan suatu masalah dan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya.
c) Meningkatkan hasil belajar siswa.
d) Menumbuhkan inisiatif siswa.
e) Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.
f) Dapat menumbuhkan rasa ingin tahu untuk belajar dan mengembangkan hubungan
interpersonal dalam belajar kelompok.
2) Bagi Pendidik/Peneliti
a) Menjadi tolak ukur dan bahan pertimbangan siswa melakukan pembenahan
serta koreksi diri bagi pengembangan dalam pelaksanaan tugas profesinya.
b) Memberikan wawasan pentingnya memilih dan menerapkan pola pendekatan
dan strategi pembelajaran di kelas 10 agar lebih menarik, aktif, dan diminati
siswa hingga meningkatkan prestasi atau hasil belajar baik secara afektif,
kognitif, maupun psikomotorik.
c) Memberikan masukan dalam memilih strategi pembelajaran di kelas 10 yang
sesuai dengan karakteristik siswa serta kondisi lingkungan belajar.
3) Bagi Sekolah
a) Memberikan gagasan baru dalam pebelajaran di kelas 10 MAN 2 Mojokerto
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b) Diharapkan menjadi input bagi sekolah dalam melaksanakan pembinaan dan
pengembanagn para pendidik dalam meningkatkan efektifitas dan kreatifitas
pembelajaran di kelas.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dirancang
sedemikian rupa digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan proses
pembelajaran di kelas, model tersebut disusun untuk mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan
gurunya pada saat di dalam kelas yang menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip
reaksi guru dan siswa, serta sistem penunjangnya.
Berdasarkan pengertian di atas, Jihad dan Haris (2010, hlm. 25) mengatakan
“model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi siswa, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas dan dalam rencana pengajaran”.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa
nyaman dan senang siswa terhadap pembelajaran yang dibawakan, menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
memberikan dan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran karena bersifat
terbuka pada setiap pemikiran siswa sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil
belajar yang lebih baik dari sebelumnya sebagaimana yang telah kita ketahui
keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi tidaknya peningkatan
hasil belajar siswa.
Hal penting yang harus selalu diingat bahwa tidak ada satu strategi
pembelajaran yang paling ampuh untuk segala situasi sehingga perlu diadakannya
penyesuaian. Seperti yang dikemukakan oleh Surya (2015, hlm. 111) “pembelajaran
adalah perubahan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan hidup”.
Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu proses rangkaian tahapan dari kegiatan proses pembelajaran agar materi
yang dapat disampaikan guru di dalam kelas lebih terperinci karena kegiatan diskusi
antara guru dan siswa sangat diperlukan pada model pembelajaran ini serta dapat
mencapai sebuah tujuan kelas yang kondusif. Dengan penggunaan model yang tepat
maka dapat mendorong tumbuhnya rasa nyaman dan senang siswa terhadap
pembelajaran yang dibawakan serta menumbuhkan dan meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu model pembelajaran yang biasa diterapkan di kelas tinggi pada
pelaksanaan kurikulum 2013. Model pembelajaran ini diperkenalkan ke dunia
pendidikam sejak tahun 1960 oleh Prof. Dr. Howard Borrows di Universitas Mc.
Master, Kanada. (Surif dalam Suherti 2017, hlm. 61). Dan berikut akan diuraikan lebih
rinci mengenai Problem Based Learning.
a. Pengertian Model Problem Based Learning
Model Problem Based Learning dikembangan berdasarkan konsep- konsep
yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau
biasa yang disebut dengan discovey learning. Konsep tersebut memberikan
dukungan teoritis terhadap pengembangan model Problem Based Learning yang
berorientasi pada kecakapan memproses informasi melalui masalah-masalah nyata
yang ditumbulkan. Untuk memperoleh informasi dan pengembangan konsep-
konsep siswa belajar tentang membangun kerangka masalah, mencermati,
mengumpulkan data dan mengorganisasi masalah, menyusun fakta, menganalisis
data dan mengorganisasi masalah, menyusun fakta, menganalisis data, dan
menyusun argumentasi terkait pemecahan masalah, kemudian memecahkan
masalah, baik secara individual maupun kelompok (Warsono, hlm. 147).
Model ini erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangang siswa untuk belajar lebih baik dan nyata
diharapkan dapat menemukan konsep melalui masalah yang diberikan yaitu dengan
menemukan solusi-solusi yang tepat terhadap masalah tersebut. Pembelajaran
dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat memberikan
pengalaman secara langsung kepada siswa karena model ini memfasilitasi siswa
untuk bereksperimen, bekerjasama, dan memecahkan masalah. Siswa mendapat
konsep dan informasi dalam pembelajaran sehingga memiliki kebebasan untuk
membangun pengetahuannya sendiri dalam memahami materi dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dalam penerapan model ini guru hanya sebagai fasilitator
saja meluruskan konsep-konsep pemikiran siswa agar pembelajaran lebih bermakna
karena siswa secara simultan mencari dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Ciri-ciri Model Problem Based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL)
mempunyai ciri-ciri tertentu yang nampak dan berbeda dari model-model
pembelajaran lainnya seperti yang dikemukakan Hosnan (2016, hlm. 300)
1. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan
Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik,
jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
2. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya
mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3. Penyelidikan yang Autentik
Penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian yang bersifat nyata.
4. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil Karya
Siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan
memamerkan hasil karyanya.
5. Kolaborasi
Tugas-tugas belajar masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa
dengan siswa, baik dalam kelompok kecil mapun besar, dan bersama-sama antar
siswa dengan guru.
c. Kriteria Model Problem Based Learning
Model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL)
memiliki kriteria dalam pelaksaan pembelajarannya, ini yang menjadikan model
Problem Based Learning cocok diterapakan pada kelas tinggi karena kriterianya
sesuai dengan tingkat kemampuan pada anak sekolah dasar kelas tinggi, sejalan
dengan pendapat Arends dalam Hosnan (2016, hlm. 296) kriteria Model Problem
Based Learning yaitu:
1) Autentik
Masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar
pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2) Jelas
Masalah dirumuskan dengan jelas dalam arti menimbulkan masalah baru lagi
bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
3) Mudah dipahami
Masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siwa.
4) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas.
5) Bermanfaat
Masalah yang telah disusun dan dirumuskan bersifat bermanfaat.
d. Langkah-Langkah Model Problem Based Learning
Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
merangsang peserta didik untuk belajar lebih gigih lagi, memiliki langkah-langkah
yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja yang telah dibuat oleh siswa
sesuai dengan informasi atau data melalui sumber referensi dan diskusi. Menurut
pendapat penulis yang mengadopsi dari Kemendikbud (2014, hlm. 28)
mengemukakan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut:
1) Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, alat dan bahan
yang diperlukan, menjelaskan pelaksanaan pembelajaran, memotivasi siswa
terlibat pada aktif pada kegiatan pemecahan masalah, menemukan konsep,
prinsip-prinsip, dan berdiskusi.
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mengorganisasikan dan mendefinisikan tugas belajar
yang berhubungan dengan apa saja masalah yang akan dimunculkan. Dalam
langkah ini juga dibahas mengenai topik, tugas, jadwal, kelompok belajar, dan
aturan-aturan tertentu yang diberlakukan dengan kesepakatan bersama.
3) Membimbing pengalaman individu/kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan setiap informasi dan data yang
didapatnya kemudian melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan, hipotesis, dan pemecahan masalah yang berhubungan dengan
masalah yang telah dirumuskan.. Dalam langkah ini guru harus berperan aktif
menjadi fasilitator dan terus membimbing iswa dalam pengalaman belajarnya.
4) Mengebangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa aktif dalam kelompok untuk berdiskusi, berdialog, dan
memberi komentar terhadap hasil informasi yang dicari oleh masing-masing
temannya, jika data sudah terkumpul guru membantu siswa dalam
merencanakan penyusunan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
untuk berbagi tugas kembali dengan temannya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa menyamakan pemahaman dengan melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap materi yang telah dipelajari, meminta kelompok
presentasi hasil kerja dengan menjelaskan proses-proses apa saja yang mereka
gunakan dalam memecahkan masalah.
e. Tahapan Pembelajaran Model Problem Based Learning
Sani (2015, hlm. 143) mengemukakan pemilihan permasalahan yang tepat akan
meningkatkan keingintahuan siswa dan menimbulkan inkuiri dalam pikiran mereka.
Penyelesaian masalah memerlukan analisis permasalahan dan identifikasi
pengetahuan yang telah dimiliki, serta pengetahuan yang belum dikuasai. Tahapan
awal yang dilakukan setelah siswa dihadapkan pada permasalahan adalah:
1. Mengidentifikasi permasalahan
2. Menganalisis permasalahan
3. Mengembangkan ide untuk menyelesaikan permasalahan, tahapan ini biasa
dilengkapi dengan hipotesis
4. Mengidentifikasi isu pembelajaran
f. Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Model Problem Based Learning
Menurut Arends dalam Suherti & Siti (2017, hlm. 70) PBL terdiri lima tahap
utama yang dimulai dari guru memperkenalkan suatu situasi masalah kepada siswa
dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik.
Tabel 2.1
Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran PBL Menurut Arends
Sintaks Model PBL Kegiatan Guru
Tahap 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran,
Memberikan orientasi tentang menjelaskan kebutuhan-kebutuhan yang
permasalahan pada siswa diperlukan, dan memotivasi siswa agar terlibat
pada kegiatan pemecahan masalah.
Tahap 2 Membantu siswa menentukan dan mengatur
Mengorganisasikan siswa untuk ugas belajar yang berkaitan dengan masalah
meneliti yang diangkat.
Tahap 3 Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
Membimbing penyelidikan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
siswa secara mandiri maupun dan pemecahan masalah.
kelompok
Tahap 4 Membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti
menyajikan hasil karya laporan, video, model, dan membantu siswa
dalam berbagi tugas dengan temannya umtuk
menyampaikan kepada orang lain.
Tahap 5 Membantu siswa melakukan refleksi dan
Menganalisis dan mengevaluasi mengadkan evaluasi terhadap penyelidikan
proses pemecahan masalah dan proses-proses belajar yang mereka
lakukan.
Sumber: Suherti & Siti (2017, hlm. 70)
g. Kemampuan yang Dibangun melalui Model Problem Based Learning
Kemampuan yang akan dibangun oleh siswa melalui pembelajaran Model
Problem Based Learning mencakup beberapa aspek dan hal ini kemungkinan
terjadinya sangat besar jika penerapannya berhasil seperti mendapatkan
keterampilan dalam pemecahan masalah, mendapatkan pengetahuan sekaligus
konsep yang penting dari materi ajar yang telah dibahas. Hal ini sejalan dengan
pendapat menurut Newman dalam Suherti (2017, hlm. 68) menyatakan bahwa
“tujuan Model Problem Based Learning adalah membantu siswa untuk membangun
kekayaan kognitif melalui masalah yang dihadapkan pada siswa”.
h. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning
1) Kelebihan
Menurut Warsono (2013, hlm. 152) penerapan model Problem Based Learning
memiliki beberapa kelebihan, sebagai berikut:
1. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan merasa
tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak terkait dengan pembelajaran
kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-
hari (real world).
2. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman
sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya.
3. Makin mengakrabkan guru dengan siswa.
4. Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa melalui
eksperimen hal ini juga akan membiasakan siswa dalam menerapkan
metode eksperimen.
2) Kekurangan
Menurut Warsono (2013, hlm. 152) model Problem Based Learning juga
memiliki beberapa kekurangan, diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan
masalah.
2. Seringkali memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang.
3. Aktivitas siswa yang dilaksanakan diluar sekolah sulit dipantau guru.
Berdasarkan pemaparan teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
model Problem Based Learning dikembangkan berdasarkan konsep-konsep
yang merupakan model dengan penggunaan berbagai macam kecerdasan
untuk merangsang berpikir tingkat tinggi agar adapat di aplikasikan pada
penyelesaian kehidupan sehari-hari.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu ketercapaian kemampuan seseorang dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar menjadi tolak ukur berhasil
tidaknya siswa dalam proses belajarnya sampai terlihat ketercapaian tujuan atau
standar tertentu. Dalam menentukan suatu standar tak hanya dilihat dari satu aspek
saja melainkan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik agar hasil belajar
menjadi lebih komples dan seimbang.
Sukmadinata dalam Karwati (2015, hlm. 214) mengatakan “Hasil belajar atau
achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Sejalan dengan pendapat tersebut
realisasi merupakan perwujudan nyata dari suatu rencana, ini berarti hasil belajar
adalah tindakan atdari suatu proses pembelajaran dalam bentuk perwujudan nyata.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dan
kemampuan secara keseluruhan dari semua aspek belajar yang sebelumnya telah
ditentukan standarnya dan disebabkan oleh pikiran, usaha, dan pengalaman belajar
yang digunakan untuk mengetahui penguasaan materi yang dipahami siswa, hasil
belajar juga merupakan hal penting karena dijadikan tujuan utama yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran karena keberhasilan proses pembelajaran
dapat dilihat dari hasil belajar.
b. Prinsip-Prinsip Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dalam pendidikan dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip
yang jelas dan tegas sebagai landasan pijaknya di dalam pembelajaran, prinsip
tersebut merupakan rambu-rambu atau pedoman yang perlu dipegang oleh seorang
guru saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Untuk itu, dalam pelaksanaan
penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip telah dipaparkan menurut penulis
yang mengadopsi dari Kemendikbud No 53 (2015, hlm. 4-5) yaitu:
a. Valid atau Shahih
Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh pendidik harus mengukur
pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar isi (standar
kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Penilaian hasil belajar
tersebut bisa dikatakan valid jika menilai berdasarkan kompetensi dan data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objekif
Penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria jelas yang telah ditentukan
tanpa dipengaruhi oleh subjektivitas penilaian siswa seperti latar belakang
agama, sosial, ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. Oleh
karena itu guru harus menggunakan rubrik atau pedoman dalam memberikan
skor terhadap jawaban siswa atas tes atau praktik yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik.
c. Adil
Penilaian merugikan siswa jika melihat berkebutuhan khusus serta perbedaan
latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di dalam penilaian paa proses
pebelajaran sehingga perlu dihindari karena penilaian harus diberikan oleh guru
dengan seadil-adilnya dengan situasi peserta didik di dalam pembelajaran.
d. Terpadu
Penilaian oleh guru merupakan hal tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Jika instrumen yang
digunakan sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif namun hasil penilaian
menunjukan banyak siswa yang gagal, berarti proses pembelajaran kurang baik.
Jika terjadi hal tersebut, maka guru harus memperbaiki rencana atau
pelaksanaan pembelajarannya.
e. Terbuka
Guru harus menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada siswa
agar pihak yang berkepentingan lainnya dapat mengakses prosedur dan kriteria
penilaian serta dasar penilaian yang digunakan oleh guru.
f. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Penilaian yang dilakukan oleh guru mencakup semua aspek kompetensi baik
dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
siswa dan harus melakukan bimbingan dan pembinaan agar mengetahui hasil
dari kegiatan satu ke kegiatan lainnya.
g. Sistematis
Penilaian yang dilakukan oleh guru harus dilakukan secara terencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang telah disusun sebelumnya.
Berdasarkan hal itu, penilaian perlu dirancang dan dilakukan dengan mengikuti
prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.
h. Beracuan Kriteria
Penilaian kepada siswa didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian perlu disusun dengan merujuk
pada kompetensi (SKL, SK, dan KD) yang ada. pengambilan keputusan juga
perlu didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan.
i. Akuntabel
Penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa dapat dipertanggungjawabkan
dalam berbgaia bentuk baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Maka
dari itu penilaian harus dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan
dalam penilaian dan keputusan yang telah ditetapkan kemudian memiliki dasar
yang objektif.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
prinsip penilaian belajar memiliki kriteria yang beragam. Dalam hal ini penilaian
benar-benar dijadikan salah satu dasar untuk memperbaiki proses kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Jika instrumen yang digunakan sudah
memenuhi persyaratan secara kualitatif namun hasil penilaian menunjukan banyak
siswa yang gagal, sementara berarti proses pembelajarannya kurang baik.
c. Klasifikasi Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu usaha atau proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang positif sebagai hasil pengalaman
yang telah dilalui oleh seseorang dalam interaksinya dengan orang lain dan
lingkungannya. Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009, hlm. 6) secara garis
besar membagi menjadi 3 ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketermpilan dan
kemampuan bertindak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi hasil belajar
terbagi menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik meliputi
keterampilan motoris yaitu kecakapan mempresentasikan hasil konsep dari
lambang dan kebiasaan yang telah dipelajari, sikap dan nilai yang berhubungan
dengan perilaku dan emosional dan strategi kognitif yaitu kemampuan
memecahkan masalah.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir adalah alur penalaran, dalam hal ini peneliti merumuskan kerangka
pemikiran berdasarkan pada kajian teoritis yang sesuai dengangerak lurus. Pada kondisi
awal yang dilihat oleh peneliti hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini terbukti
dari hasil belajar yang menunjukan KKM dengan rata-rata 60 sedangkan KKM yang
diharapkan MAN 2 Mojokerto adalah 70 artinya masih ada siswa yang hasil belajar dan
kemampuannya rendah di bawah KKM.
Menurut peneliti hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran yang hanya
berdasarkan buku paket dan kurang terdapat referensi sumber belajar lain, selain itu metode
atau model yang digunakan kurang bervariatif dan kurang sesuai dengan materi ajar
sehingga mengakibatkan keadaan di kelas menjadi kurang kondusif karena perhatian siswa
kurang fokus dan kurang berperan aktif pada saat proses pembelajaran.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti berusaha mencari strategi
pembelajaran yang cocok dengan keadaan siswa dan materi ajarnya, pada penelitian ini
peneliti akan menerapkan suatu model karena penggunaan model yang tepat mendorong
tumbuhnya rasa antusias dan rasa senang pada diri siswa terhadap pembelajaran. Selain itu
juga dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru, memberikan pengalaman dan kemudahan bagi siswa untuk memahami
pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Dari penjelasan di atas, peneliti memilih model Problem Based Learning untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dimana model tersebut mengedepankan siswa pada
permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar yang sangat efektif
untuk diterapkan pada siswa kelas 10 pada materi gerak lurus karena model ini sesuai
dengan kriteria siswa kelas tinggi
C. Hipotesis Tindakan
1. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Ayu Rohma Fitriana dengan judul
penelitian “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Gerak lurus di Kelas 10 MAN 2 Mojokerto”
dilatar belakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa guru jarang menggunakan model
pembelajaran, hasil belajar siswa masih rendah. Penelitian ini dilakukan di kelas 10
MAN 2 Mojokerto tahun ajaran 2022/2023. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal tersebut dibuktikan bahwa adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa.
Hasil belajar yang diperoleh adalah siswa yang mencapai nilai KKM sebesar 85 %
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian.
Penelitian dilakukan di MAN 2 Mojokerto Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto,
karena:
a. MAN 2 Mojokerto kelas 10 belum pernah dijadikan tempat penelitian.
b. Pada tahun 2022/2023 dalam pembelajaran guru belum pernah menggunakan
metode PBL dalam pembelajaran gerak lurus.
2. Waktu penelitian.
Waktu pelaksanaan penelitian selama 1 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai bulan
Agustus 2023.
3. Subyek Penelitian.
Subyek penelitian dan Obyek Penelitian. Subyek penelitian adalah siswa kelas 10 MAN
2 Mojokerto Kec. Sooko, Kab. Mojokerto. Obyek penelitian adalah penerapan metode
Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
gerak lurus.
4. Materi Penelitian
Gerak Lurus.
5. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas 10 MAN 2 Mojokerto
dengan penerapan problem based learning.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan 2 siklus. Jika dalam siklus I sudah
mendekati sempurna menurut peneliti, tidak dilaksanakan siklus berikutnya. Berikut ini
tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di kelas 10 MAN 2 Mojokerto
Kec. Sooko Kab. Mojokerto tahun pelajaran 2022/2023 yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat siklus 1, dimana pembelajaran
dilaksanakan satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Proses perencanaan yang
dilakukan yaitu:
1) Membuat skenario pembelajaran (RPP)
2) Membuat lembar kerja siswa
3) Membuat lembar observasi
4) Menyiapkan media mengajar yang diperlukan untuk membantu siswa
memahami materi dengan baik.
5) Mendesain alat evaluasi untuk mengukur apakah materi telah dikuasai siswa
atau tidak.
b. Pelaksaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
c. Observasi
Melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi akan dikumpulkan dan di
analisis. Dalam tahap ini apabila tindakan pada siklus 1 sudah mendekati sempurna
menurut peneliti maka tidak dilaksanakan siklus berikutnya dan sebaliknya
kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki pada siklus
II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pelaksanaan siklus II disarkan pada hasil observasi, evaluasi, dan refleksi pada
siklus I yamg belum memenuhi indikator tujuan pembelajaran. Pada siklus II
dilaksanakan 1 kali pertemuan (2 x 35 menit). Proses perencanaan meliputi:
1) Membuat scenario pembelajaran (RPP)
2) Membuat lembar kerja kelompok
3) Membuat lembar observasi
4) Menyiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan untuk membantu siswa
memahami konsep faktor penyebab gangguan pernapasan pada manusia dengan
baik.
5) Mendesain alat evaluasi
b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang di
harapkan mampu meningkatkan hasil belajar Fisika Materi Gerak Lurus. Dalam
pembelajaran ini peneliti membagi dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, inti,
dan kegiatan akhir.
Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut:
1. Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam dan berdoa kemudian
memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru mengajak siswa menyanyikan
lagu garuda Pancasila dan menginformasikan tujuan yang akan dicapai selama
pembelajaran serta menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari.
2. Kegiatan Inti
Dalam penelitian ini, Penelitian tindakan kelas dilaksanakan menggunakan
model Problem Based Learning. Dalam model Problem Based Learning
terdapat lima langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan
dalam belajar. Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut:
a) Orientasi siswa pada masalah.
Langkah pertama dalam model pembelajaran ini adalah orientasi siswa pada
masalah. Guru dapat memfasilitasi sebuah masalah yang dapat
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dari masalah yang ditampilkan. Hal
ini bisa berupa gambar dan artikel yang berkaitan dengan materi yaitu gerak
lurus.
b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam tahapan ini, guru dapat meminta pendapat atau pertanyaan dari siswa
dalam rangka mempersiapkan siswa untuk berpikir lebih jauh dalam
langkah selanjutnya Dengan pendapat atau pertanyaan, diharapkan siswa
mulai memiliki pandangan mengenai materi yang akan dipelajari.
c) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok untuk melaksanakan
pembelajaran secara berkelompok. Setiap siswa duduk berkelompok sesuai
dengan kelompoknya dan mendengarkan instruksi dari guru sebelum
melaksanakan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning.
Dengan pembelajaran secara berkelompok ini, diharapkan mampu
memotivasi siswa untuk aktif dalam kelompok serta dapat menambah
wawasan siswa karena dapat mengetahui alur pemikiran antar siswa dalam
pembelajaran sehingga dapat memperluas pengetahuan siswa. Setelah itu
setiap peserta didik dalam kelompok diharapkan mampu menganalisis
masalah apa yang terjadi. Hal ini dimaksudkan untuk membangun
pemikiran siswa secara mandiri serta pemecahan masalah pada materi yang
ada. Pada saat ini, guru memulai pengamatan pada peserta didik dengan cara
melakukan pengecekan antar kelompok. Siswa yang belum memahami
permasalahan dan belum dapat melakukan analisis guru akan coba memacu
pengetahuan siswa dengan memberi penjelasan. Kemudian setelah semua
siswa menganalisis, setiap kelompok diharapkan menyusun kesimpulan
terbaik dari pemikiran anggota kelompoknya yang nantinya akan
dipresentasikan bersama dengan kesimpulan dari kelompok lainnya.
Dengan model pembelajaran seperti ini, diharapkan siswa tidak hanya
menerima materi secara monoton dari guru, tetapi juga ikut berpartisipasi
dalam keberhasilan belajar karena siswa akan mencoba mencari secara
mandiri hal – hal yang perlu dipelajari ataupun yang perlu dimengerti dalam
pembelajaran.
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Setelah setiap kelompok mendapatkan hasil analisis terbaiknya, salah satu
anggota kelompok memaparkan apa yang telah diperoleh kelompoknya,
Pada saat perwakilan kelompok memaparkan hasil kerjanya, guru
melakukan pengamatan pada hasil kerja kelompok siswa. Setelah semua
kelompok memaparkan hasilnya, guru mulai memberikan penjelasan dan
meluruskan analisis kelompok yang dirasa kurang tepat. Setelah memberi
penjelasan maka guru akan menarik kesimpulan materi yang diajarkan.
e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pada tahap ini, guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan
yang telah dilakukan siswa. Guru dapat memberi penguatan atas hasil yang
telah diperoleh siswa serta dapat memberikan koreksi pada hasil
penyelidikan siswa yang sekiranya perlu untuk diberikoreksi. Selama
pembelajaran berlangsung, peneliti akan mengamati peserta didik dalam
melaksanakan pembelajaran. Peneliti dapat membuat lembar observasi guna
mencatat motivasi siswa dalam melakukan pembelajaran sehingga dapat
diketahui seberapa besar antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.
f) Kegiatan akhir
Guru bersama siswa menarik kesimpulan pembelajaran yang telah dipelajari
dapat juga membahas soal yang berkaitan dengan materi. Setelah itu guru
meminta peserta didik untuk mempersiapkan materi pertemuan yang akan
datang. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam.
c. Observasi
Melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui hasil dalam keberhasilan dan kegagalannya
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Test Hasil Belajar
Data hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi dengan menggunakan test yang telah
disiapkan.
2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru
Data mengenai aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi siswa
yang diisi oleh observer ketika proses pembelajaran berlangsung dan dituliskan di
lembar observasi yang telah dibuat. Sedangkan, data aktivitas guru dalam mengajar
diisi oleh teman sejawat, mengamati dan melihat kekurangan-kekurangan pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data deskriptif, yaitu
mendeskripsikan data yang diperoleh melalui observasi aktivitas siswa, dan hasil belajar
siswa.
1. Analisis dan Interpretasi Data Hasil Belajar Siswa
a. Nilai Rata-rata Siswa
∑𝑥
𝑥=
𝑁
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
x = Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa
N = Jumlah siswa (Sudjana, 2005)
b. Ketuntasan Kelas
∑ 𝑁𝑠
𝐾𝐵 = 𝑥 100%
𝑁
Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
Ns =Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah siswa (Depdiknas, 2004)
c. Ketuntasan belajar siswa
Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan KKM yang ditetapkan
sebelumnya yaitu 70. Jadi siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama
dengan 70 ( n  70), n adalah nilai siswa, diinterpretasikan tuntas.
2. Analisis dan Interpretasi Data Hasil Observasi
1) Observasi aktivitas guru
Data observasi diolah dengan cara menggunakan rumus yaitu:
Skor tertinggi = Jumlah butir skor x skor tertinggi tiap soal = 25 x 4 = 100
Skor terendah = Jumlah butir skor x skor terendah tiap soal = 25 x 1 = 25
Selisih skor = Skor tertinggi - skor terendah = 100– 25 = 75
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 75
Kisaran nilai untuk tiap kriteria = = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 100 = 𝑥 100 =
96

78,1
Skor tertinggi untuk tiap butir observasi 4. Jumlah butir observasi 25 maka skor
tertinggi adalah 100.
Tabel 3.1 Kisaran Nilai Tiap Kategori Pengamatan
No Skor Kriteria
1 0-25 Kurang
2 26-50 Cukup
3 51-75 Baik
4 76-100 Sangat Baik
2) Observasi aktifitas siswa Skor tertinggi tiap butir observasi 4. Jumlah butir
observasi 5 maka skor tertinggi adalah 20.
Tabel 3.2 Kisaran Nilai Tiap Kategori Pengamatan
No Skor Kriteria
1 0-5 Kurang
2 6-10 Cukup
3 11-15 Baik
4 16-20 Sangat Baik
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Fathurrohman, Pupuh dan Suryana, Aa. (2012). Guru Profesional. Bandung: PT Refika
Aditama
Saud, Udin, Syaefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Aris shoimin. (2014). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yokyakarta: AR-
ruz media
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakarya
Warsono, dan Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja
Rosdakary
Hosnan. (2016). Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia
Suherti, Euis & Rohimah, Siti Maryam. (2016). Bahan Ajar Mata Kuliah Pembelajaran
Terpadu. Universitas pasundan: PGSD
Kemendikbud. (2015). Permendikbud Nomor 53 tahun 2015 tentang Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Muakhidah, Inta Nur. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Menggunakan
Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Dan Alat Peraga Pada Siswa Kelas V
MI Al Islam Sutopati 3 Kec. Kajor Kab. Magelang Tahun 2017/2018. Skripsi. FTIK IAIN
Salatiga

Anda mungkin juga menyukai