Anda di halaman 1dari 6

PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Kunti Nikmah Alawiyah

UIN SALATIGA

Email : nikmahal2@gmail.com

Abstrak

Proses pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Proses pembelajaran yang
monoton akan membuat peserta didik jenuh dalam pembelajaran, akibatnya mereka tidak dapat
memahami materi dan hasil belajarnya rendah. Oleh karena itu seorang guru harus dapat membuat
pembelajaran yang membuat peserta didik semangat dan senang dalam proses pembelajaran. Guru
dapat menggunakan berbagai model pembelajaran dan teori belajar yang sadah dirumuskan oleh para
ahli. Kegiatan belajar mengajar seringkali tidak mendapat campur tangan baik dari dalam diri peserta
didik maupun dari faktor eksternal. Untuk menanganinya maka seorang guru perlu
mempertimbangkan berbagai metode dan model yang mungkin sesuai untuk peserta didik.

Kata Kunci : Pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran

Abstract

The learning process is very influential on student learning outcomes. The monotonous learning
process will make students bored in learning, as a result they cannot understand the material and their
learning outcomes are low. Therefore, a teacher must be able to make learning that makes students
enthusiastic and happy in the learning process. Teachers can use various learning models and learning
theories that have been formulated by experts. Teaching and learning activities often do not get
intervention either from within the students or from external factors. To handle it, a teacher needs to
consider various methods and models that may be suitable for students

Keywords: Learning, learning methods, learning models


PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan anak didik yg dilakukan secara
terencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada pembelajaran ada kegiatan belajar serta
mengajar. Belajar merupakan aktivitas yang ditekankan kepada peserta didik, sedangkan mengajar
adalah lebih menekankan pada kegiatan guru.

Hakekat belajar adalah adanya tekat untuk melakukan sebuah perubahan yang lebih baik dari
sebelumnya. Perubahan menjadi salah satu kata kunci umtuk belajar. Seseorang yang melakukan
perubahan berarti telah melakukan proses belajar. Perubahan yang dilakukannya seseorang harus
secara sadar, terencana dan sistematis. Jika perubahan yang dilakukan tidak disadari dan tidak
direncana secara matang maka tidak bisa dikatakan hasil belajar. Perubahan juga bisa bersifat fisik
ataupun non fisik. Namun di dalam konteks belajar dan pendidikan, perubahan lebih ditekankan
kepada aspek non fisik yaitu yang terkait dengan intelektual, sikap kepribadian dan perilaku atau
ketrampilan mekanik.

Pembelajaran yang ada di Madrasah Ibtidaiyah (MI) itu berbeda dengan pembelajaran yang ada di
Madrasah Tsanawiyah (MTS)  ataupun Madrasah Aliyah (MA) serta di Pendidikan Tinggi, karena
secara psikologis dan target kelembagaan berbeda. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar seperti Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.

Secara eksplisit Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah bentuk pendidikan dasar yang memiliki tujuan
utama yaitu melandasi agar mampu meneruskan kejenjang selanjutnya. Yaitu melanjutkan ke
Madrasah Tsanawiyah  (MTS) dan ke Madrasah Aliyah (MA). Misi yang utama pada pendidikan MI
adalah melandasi atau membekali siswa agar memiliki kesiapan mental secara lahir dan batin untuk
melanjutkan pendidikan selanjutnya. Menumbuhkan kesiapan secara lahir (fisik) dan batin (psikis)
para siswa menjadi pilihan utama yang harus diwujudkan pendidik melalui proses pembelajaran dan
kepemimpinan.

Pembelajaran didalam MI dapat dikatakan lebih menekankan pembelajaran pada pembentukan


kesiapan peserta didik baik kesiapan fisik maupun mental. Apa yang dilakukan Guru pada
pembelajaran peserta didik MI diarahkan dalam rangka pembentukan dan penyiapan kondisi
psikologis. Hal ini sangat penting, karena kondisi psikologis atau mental merupakan faktor penentu
untuk keberhasilan seseorang dalam melakukan sebuah tujuan.

pada usia 7-12 tahun meruoakan masa masa pertumbuhan pada anak-anaak baik fisik maupun psikis
yang harus diberi stimulus secara tepat oleh Guru. Pada usia 7-12 bisa disebut usia yang labil dan
dinamais. Labil sangat rentan dan mudah terprngaruh ke arah hal hal yang negatif ataupun positif.
Dinamis sangat mudah berubah-ubah atau berkembang. Akibatnya, Guru di MI harus benar - benar
mampu memberikan stimulus yang tepat dan proporsional kepada peserta didik agar perkembangan
psikologisnya sesuai dengan apa yang harapan.

proses pembelajaran, selama ini yang dilakukan guru kebanyakan menerapkan metode yang relatif
konvensional. Artinya, pembelajaran dilakukan dengan cara penyampaian materi, dilanjutkan dengan
menghafal dan praktik, akibatnya yang bekerja hanya otak kiri, dan ini bagi sebagian siswa terkesan
monoton dan membosankan. Tidak jarang pula karena alasan mengejar target kurikulum, para
pendidik membebani siswa-siswanya dengan materi yang sangat banyak dan bertubi-tubi tanpa
memperdulikan apakah siswa tersebut telah benar-benar paham dengan pelajaran yang diajarkan atau
tidak. Padahal suasana pembelajaran yang monoton bisa menciptakan suasana yang kurang nyaman
bahkan bisa mengakibatkan stres. Maka dari itu, dibutuhkan suatu upaya untuk mengembangkan
metode dan model pembelajaran  yang sesuai, tepat dan menyenangkan, sehingga proses belajar-
mengajar dapat benar-benar diterima serta dapat memberi rasa senang bagi para peserta didik.

Ada banyak sekali model pembelajaran yang harus dipahami dan dimengerti oleh guru dan
diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran di kelas. Guru memiliki kewenangan memilih dan
menentukan berbagai macam model pembelajaran yang ada dan dianggap cocok atau sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ada karena ciri ciri model pembelajaran setidaknya menyangkut beberapa
hal yaitu :

1. Sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran


2. Rasional dan ilmiah
3. Berorientasi kepada peserta didik
4. Realistis
5. Kondusif

Ciri ciri model pembelajaran tersebut, menimbulkan berbagai macam model pembelajaran yang
sering digunakan para guru seperti, Model Pembelajaran Inovatif, Model Pembelajaran Aktif, Model
Pembelajaran Berbasis Problem, Model Pembelajaran Investigatif dan masih banyak model model
lainnya.

Hakekat pembelajaran adalah memberikan atau menumbuhkan motivasi kepada peserta didik supaya
memiliki keinginan kuat untuk mengetahui, memahami dan mengembangkan pelajaran.  Keberhasilan
seseorang peserta didik untuk meraih cita cita sangat ditentukan oleh sejauhmana peserta didik
mampu mengelola dan menumbuhkan motivasi dalam dirinya. Penentuan model pembelajaran juga
merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan semangat bagi siswa dalam mempelajari materi
pelajaran.
Model secara fisik adalah serangkaian langkah langkah atau tahapan yang harus dilalui oleh pendidik
dan peserta didik dalam melakukan pembelajaran. Sedangkan model non fisik lebih merujuk kepada
kesiapan secara mental/kepribadian untuk melakukan model yang telah dirancang. Salah satu Contoh
Model berbasis problem Guru dan siswa selain mengetahui dan mampu melaksanakan tahapan yang
ada di dalam model berbasis problem juga harus memiliki kesiapan mental untuk mensukseskan
model tersebut. Tujuan utamanya, melaksanakan model adalah agar  peserta didik memiliki semangat
dan mudah memahami materi yang disampaikan dari Guru. Kualitas pemahaman terhadap materi
ditentukan oleh faktor fisik dan non fisik (psikologis). Oleh sebab itu pembelajaran harus selalu
memperhatikan dua aspek yang selalu saling berkaitan.

Keberhasilan pembelajaran, selain ditentukan oleh model dan pendekatan juga ditentukan oleh
metode yang digunakan atau dipilih guru. Pendidik yang baik adalah yang mampu memilih jenis
metode yang sesuai, dalam artian sesuai dengan materi dan kemampuan peserta didik. Metode adalah
cara atau langkah langkah yang digunakan untuk menuju suatu tujuan yang sudah ditentukan. Metode
atau cara bersifat tehnis atau praktis dan merupakan penjabaran dari pendekatan. Metode
pembelajaran berisi tahapan atau langkah langkah tehnis /praktis yang dilakukan oleh guru dan
peserta didik. Metode pembelajaran yang baik adalah yang memeiliki ciri ciri sebagai berikut :

1. Intruksionistik yaitu sesuai dengan tujuan yang ditentukan


2. Substantif yaitu sesuai dengan materi yang ditentukan
3. Praktis yaitu didukung dengan sarana dan prasarana yang memadahi
4. Aplikatif yaitu didukung dengan kemampuan dan ketrampilan guru dan peserta didik.

Berdasarkan ciri ciri tersebut, dapat dikatakan bahwa tidak ada metode yang baik dan juga tidak ada
metode yang buruk. Semua metode baik dan semua metode buruk. Baik dan buruknya metode
ditentukan dengan kesesuaian dengan tujuan, materi, sarana dan kemampuan guru serta peserta didik.
Konsekuensinya, kunci sukses guru dalam melakukan pembelajaran ditentukan sejauhmana pendidik
mampu memilih metode yang tepat dalam suatu pembelajaran.

Beberapa pilihan metode yang dapat digunakan oleh seorang pendidik dalam pembelajaran, seperti
metode ceramah, diskusi, tanya jawab, uswah (contoh), demontrasi, karya wisata,
pembisaaan (driil), bermain peran (role playing) dan masih banyak metode lain yang bisa
dioptimalkan untuk meraih tujuan yang telah ditentukan. Konsekuensi pertama dan utama adalah
metode harus dikuti dengan kualitas elemen lainnya. Guru tidak boleh hanya mengandalkan satu
metode saja, tetapi harus menggunakan metode yang bervariasi disesuaikan dengan jenis materi dan
tujuan yang dirumuskan.
KESIMPULAN

Pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Proses pembelajaran yang monoton
akan membuat peserta didik jenuh dalam pembelajaran, akibatnya mereka tidak dapat memahami
materi dan hasil belajarnya rendah. Dibutuhkan suatu upaya untuk mengembangkan metode dan
model pembelajaran  yang sesuai, tepat dan menyenangkan, sehingga proses belajar-mengajar dapat
benar-benar diterima serta dapat memberi rasa senang bagi para peserta didik. Berbagai macam model
pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru seperti, Model Pembelajaran Inovatif, Model
Pembelajaran Aktif, Model Pembelajaran Berbasis Problem, Model Pembelajaran Investigatif dan
masih banyak model model lainnya.

Selain ditentukan oleh model dan pendekatan juga ditentukan oleh metode yang digunakan atau
dipilih guru. Tidak ada metode yang baik dan juga tidak ada metode yang buruk. Semua metode baik
dan semua metode buruk. Baik dan buruknya metode ditentukan dengan kesesuaian dengan tujuan,
materi, sarana dan kemampuan guru serta peserta didik. Banyak pilihan metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, uswah (contoh), demontrasi,
karya wisata, pembisaaan (driil), bermain peran (role playing).
DAFTAR PUSTAKA

Muchith, M. S. (2019, februari 5). karakter pembelajaran di Madrasah intidaiyah. Retrieved from
Saekankudus.com: https://saekankudus.com/?p=1930
Afandi, M., Chamalah, E., Wardani, O. P., & Gunarto, H. (2013). Model dan metode
pembelajaran. Semarang: Unissula.

Widyaningrum, R. (2012). Model pembelajaran tematik di MI/SD. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan


Kemasyarakatan, 10(1), 107-120.

Anda mungkin juga menyukai