Anda di halaman 1dari 3

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DAN METODE PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

KARVIANA
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UNISDA
Lamongan
Asalemail: viana2392@gmail.com

Abstrak
Pendidikan merupakan hal terpenting bagi siswa sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.
Pada kasus ini, proses pendidikan harus dirancang secara khusus dalam kaitannya dengan
perkembangan kognitif, kompetensi afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini perlu
dikembangkan secara komprehensif agar kompetensi akademik, sosial, dan kreatif peserta didik
dapat terwujud secara maksimal.
Kata Kunci: Pengembangan, Kognitif, Afektif, Psikomotorik
Abstrak
Education is the most important thing to students as guidance to go through the life. In this case,
education process has to be designed specifically in terms of students’ development of cognitive,
affective, and psychomotor competence. These three aspects need to be developed comprehensively
so that academic, social, and creative competence of students can be maximally actualized.
Kata Kunci: Pengembangan, Kognitif, Afektif, Psikomotorik

PENDAHULUAN
Selain faktor bawaan atau faktor ketrunan dari peserta didik yang dapat mempengaruhi kualitas
perkembangan dari peserta didik, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangannya. Kedua
faktor ini berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan perbedaan yang
disebut dengan istilah individual differences. Berdasarkan hal ini, masing-masing individu memiliki keunikan
atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
yang terlihat dalam kemampuan berfikir, merasakan sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari. Dalam
melihat dan menyikapi perbedaan tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua individu dapat
diperlakukan dengan cara yang selalu sama. Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga
pendekatan yang sifatnya personal maupun institusional tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya
tergantung faktor mana yang dominan dalam mempengaruhi perkembangan peserta didik tersebut
Berbicara tentang peserta didik tentu tidak terlepas adanya pendidik sebagai satu komponen dalam
kegiatan proses pengembangan potensi peserta didik untuk mau menerima perubahan. Fungsi utama pendidik
adalah bagaimana membuat rancang bangun, sedangkan peserta didik sebagai penerima rancang bangun
menetukan pilihan dari apa yang datang dari pendidik itu sendiri. Hal ini mendorong akan adanya
pengembangan yang perlu dipahami dari setiap peserta didik oleh pihak yang berkompeten yaitu pendidik.
Jabatan guru telah hadir cukup lama di negeri ini. Guru mendapat pengakuan terhormat dengan motto
“pahlawan tanpa jasa”, artinya menjadi sosok pribadi guru sangat terhormat. Guru adalah agen pembawa
perubahan dan sekaligus pengembang amanah yang mulia. Sosok guru bukan sekedar guru tapi tokoh yang
digugu dan ditiru1 . Pembelajaran yang terjadi pada sekolah yang diterima langsung oleh peserta didik
dirasakan dominan mengarah pada pengajaran kognitif, terkesan sekedar penyampaian materi pelajaran
(transfer of knowledge ) mengabaikan aspek afektif akibatnya pembelajaran menjadi kurus lagi kering akan
nilai-nilai pendidikan menyeluruh.
Peserta didik tidak memperoleh proses pendidikan yang relevan dengan fakta-fakta kehidupan sehari-
hari. Survei membuktikan keberhasilan pendidikan pada 10 tahun terakhir ini (Orde Reformasi) hanya diukur
dari keunggulan ranah kognitif dan nyaris tertindas dan tidak menyentuh ranah afektif serta ranah
psikomotorik (perbuatan). Pada hal untuk memperoleh keberhasilan yang tertuang dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, ke tiga ranah itu tidak bisa terpisahkan. Peserta didik punya hak untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, perilaku, akhlakul karimah dan keterampilan yang memadai.
Menjadi keprihatinan bersama bertumpuh kepada apa seharusnya peserta didik yang diharapkan dari
guru dan sebaliknya guru dituntut menuntut Peserta didik untuk mengenal ke tiga aspek tersebut. Proses
evaluasi sering kali pihak guru memandang proses pengukuran sesaat dan parsial sehingga hasil belajar yang
tampak tidak sesuai dengan fakta atau kemampuan peserta didik. Menyikapi dengan bijak apa yang menjadi
penomena pada latar belakang tersebut maka yang menjadi kajian penulis dititikberatkan pada belajar sebagai
suatu aspek perubahan, faktor yang mempengaruhi belajar, peserta didik sebagai makhluk belajar, penilaian
hasil belajar pada aspek kompetensi.

METODE
Pengertian metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran akan membantu para guru dalam
melakukan pengelolaan kelas. Biasanya, jika guru tak menggunakan metode akan ada banyak peserta didik
yang berkeliaran di dalam kelas entah berlari atau ramai sendiri. Hal tersebut tentu akan mengganggu teman
lainnya yang sedang belajar. Kehadiran metode pembelajaran akan berpengaruh pada aktivitas belajar peserta
didik sehingga bisa lebih kondusif.Namun memasuki era kurikulum baru yaitu kurikulum Merdeka, metode
yang bisa digunakan pun semakin berkembang jenisnya dan semakin interaktif. Berikut jenis-jenis metode
pembelajaran yang bisa digunakan dalam kurikulum merdeka :

1. Model Think, Pair, Share (TPS)


Model Think, Pair, Share menargetkan pada perkembangan interaksi siswa. Dengan demikian, semangat dan
rasa keingintahuan peserta didik terhadap konten pembelajaran bertambah. Sintaks sederhana pada model TPS
ini dimulai dari menyajikan konten materi secara klasik.Kemudian, guru akan memasangkan para peserta
didik agar mereka bisa melakukan kerjasama (think-pair). Pada saat melakukan kerjasama, tentu akan ada
banyak diskusi yang mereka lakukan. Setelah melakukan banyak diskusi, kemudian antar peseta didik dapat
saling mendemonstrasikan hasil diskusi mereka.

2.Model Pembelajaran Jigsaw


Sintaks pembelajarannya sederhana yakni sang guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari beberapa
peserta didik. Kemudian, setiap peserta didik pada kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab untuk
bisa memahami secara keseluruhan materi yang akan didemonstrasikan di depan kelompok lain. Biasanya,
guru akan memastikan terlebih dahulu pengelompokkan berdasar kemampuan di masing – masing sub bab
terkait.Setelah pembagian kelompok tersebut, guru akan memberikan waktu untuk bisa mendiskusikan terkait
pertanyaan – pertanyaan yang sudah disediakan oleh para guru. Kemudian, setelah waktu yang diberikan guru
sudah habis, maka kemudian sang guru meminta peserta didik untuk bersiap dalam mempresentasikan hasil
diskusinya.Tujuan dari penerapan model belajar Jigsaw yakni agar para peserta didik dapat mendalami konten
materi yang diberikan oleh guru secara sempurna. Kesempurnaan itu dapat terlihat melalui bagaimana sang
peserta didik mencoba menjelaskan kepada teman – temannya terkait materi yang dibawakan.

3.Metode Pembelajaran Project Based Learning


Kemudian, metode lainnya yakni metode pembelajaran Project Based Learning (PBL). PBL merupakan upaya
pendekatan pembelajaran yang memberikan berbagai kesempatan siswa untuk dapat mengkaji dan mendalami
ilmu pengetahuan yang sudah diajarkan sekaligus mengembangkan kemampuan melalui upaya problem
solving dan investigasi.Menurut J. Striver dan Brandon Goodman, keduanya memaknai bahwa PBL
merupakan upaya pendekatan pengajaran yang berlandaskan pada kegiatan belajar dan pemberian tugas nyata
yang akan menjadi tantangan bagi siswa untuk bisa dipecahkan oleh para anggota kelompoknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Melalui metode pembelajaran Think, Pair, Share (TPS) di atas dapat memudahkan guru
cenderung mudah untuk menyampaika pembelajaran cukup dengan berdiri atw duduk di depan kelas dan
menjelaskan pembelajaran secara klasik, tapi pembelajaran ini cenderung lebih sedikit ide yang muncul dan
kelompok yan dimonitor. Melalui metode Pembelajaran Jigsaw dengan metode berkelompok dapat
memacu peserta didik untuk berfikir kritis, memaksa siswa membuat kata-kata yang tepat agar dapat
menjelaskan kepada sesama peserta didik lainnya dan dengan beini dapat membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan sosialnya. Namun kekurangan dari metode pembelajaran ini cenderung
membuat peserta didik yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengoontrol jalannya
diskusi, sedangkan keunggulan pembelajaran deng meggunakan metode pembelajran Project base learning
siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli, Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Sedangkan metode pemikiran kritis siswa dan pemikiran kreatif siswa dapat dikembangkan,. Meningkatnya
kemampuan memecahkan permasalahan pada peserta didik dengan mandiri, Meningkatkan motivasi peserta
didik dalam belajar. Disamping kelebihan yan dimiliki terdapat kekurangan juga manakala siswa tidak
memiliki nniat atau tidak mempuanyai kepercayaan bahwa masalah yan dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa enggan untuk mencobannya dan untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa
pemahaman mengenai pemateri yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus
berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka akan blajar apa yang mereka
ingin pelajari.

SIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Think, Pair, Share (TPS), Jigsaw, Project Based
Learning (PBL) dapat di terapkan di kurikulum sekolah SMK Negeri Ngambon dan disesuaikan dengan
kebutuhan belajar peserta didik, sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi supaya proses dan hasil lebih
maksimal dan peserta didik nyaman ketika belajar, sehingga berpusat pada peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Djoko Sumanto, 2020. Perkembanan Peserta Didik. Pamulang Tangerang Selatan Unpam Press

Sekolah Dasar, Teori Belajar Behavioristik, Kognitif dan Kontruktivisme, (Online), (http://sekolah-
dasar.blogspot.com/teori-belajar-behavioristik-kognitif/), diakses pada 22 April 2013

(https://www.academia.edu/7341867/METODE_METODE_PEMBELAJARAN_DALAM_ASPEK_KO
GNITIF_PSIKOMOTOR_DAN_AFEKTIF), diakses pada 3 Januari 2024

(https://www.smpkridautama.sch.id/berita/detail/980269/metode-pembelajaran-untuk-kurikulum-
merdeka/ ), diakses pada 3 Januari 2024

Anda mungkin juga menyukai