Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang di lakukan oleh orang dewasa

untuk mengembangkan potensi jasmani, akal dan akhlak melalui serangkaian

pengetahuan dan pengalaman agar menjadi pribadi yang utuh dan lebih baik.

Pendidikan adalah sebuah wadah ilmu pengetahuan yang di dalamnya terjadi

proses belajar mengajar antara guru dan siswa. Dalam proses belajar mengajar

tersebut peran penting pendidik sangat di butuhkan untuk mendidik dan

mengajar siswa dalam lembaga sekolah. Oleh karena itu pendidik harus

mampu memberi pengertian yang sangat urgen pada siswa baik metode itu

sendiri atau strategi yang di gunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan

yang selanjutnya akan di proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang

berkualitas sesuai dengan tujuan nasional, oleh karena itu keberhasilan belajar

peserta didik harus menjadi sebuah perhatian yang sangat penting. Menurut

Hasan Baharun, pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan

manusia.

Menurut M, Ngalim Purwanto “dalam pelaksanaan pembelajaran

disekolah terutama didalam kelas, salah satu aspek-aspek penting yang perlu

diperhatikan oleh pendidik adalah minat dan motivasi belajar siswa.Kedua hal
tersebut sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Di

sekolah sering sekali terdapat siswa yang malas, tidak menyenangkan dan

sebagainya. Dalam hal demikian guru tidak berhasil dalam memberikan

motivasi untuk mendorong siswa agar bekerja dengan segenap tenaga dan

fikirannya.1

Sebagai peserta dididk yang sedang menuntut ilmu di lembaga ,

disamping mencari dan mendalami ilmu tentunya peserta didik memiliki

kewajiban untuk mentaati aturan-aturan sekolah dan tidak melakukan hal-hal

yang dilarang oleh sekolah secara keseluruhan. Mereka juga dituntut untuk

menaati guru dan meneladani kehidupannya dalam segala hal, di samping

harus bersedia menjalankan tugas apa pun yang diberikan oleh guru.

Guru mampu mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam rangka

mewujudkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional. Guru cenderung melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional yang menjadikan peserta didik sebagai objek,

yaitu peserta didik lebih banyak mencatat, dan mendengarkan ceramah materi

dari guru, sehingga pengetahuan atau hasil belajar peserta didikpun

berkurang.Guru professional dituntut memiliki kompetensi sebagai agen

pembelajaran.Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik,

kepribadian, professional atau akademik, dan sosial. Pembelajaran model

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu strategi


1
Ngalim,M. Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya 2002), hlm: 60-61
pembelajaran kooperatif yang didalamnya ada beberapa kelompok kecil siswa

dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama

untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik,

siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis.

Karena metode STAD paling sederhana serta paling baik untuk permulaan

bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

Guru juga merupakan factor yang paling dominan yang menentukan

kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang baik tentu akan

menghasilkan hasil yang baik pula. Dalam sistem pembelajaran saat ini guru

dituntut untuk mampu memilih model pembelajaran yang tepat, mampu

memilih dan dan menggunakan fasilitas pembelajaran dikelas maupun

pembelajaran saat praktek, menguasai materi dan memahami karakter siswa.

Salah satu tuntutan guru tersebut adalah mampu memilih model pembelajaran

yang digunakan guru itu tepat maka pencapaian tujuan pembelajaran akan

mudah tercapai, sehingga nilai ketuntasan belajar siswa akan meningkat dan

akan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Sementara Ainurrafiq Dawam dalam bukunya yang dikutip oleh Naim

Ngainun & Sauqi Ahmad bahwa “pendidikan multikultural adalah proses

pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan

heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan


aliran (agama)”.2 Pengertian seperti ini mempunyai implikasi yang sangat luas

dalam pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa akhir

atau proses sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan multikultural

menghendaki penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap

harkat dan martabat manusia. Manusia dan pendidikan adalah dua hal yang

tidak dapat dipisahkan. Manusia sepanjang hidupnya melaksanakan

pendidikan.Bila pendidikan bertujuan membina manusia yang utuh dalam

semua segi kemanusiaannya, maka semua segi kehidupan manusia harus

bersinggung dengan dimensi spiritual, moralitas, sosialitas, emosionalitas,

rasionalitas estetis dan fisik.Namun realitanya, proses pendidikan kita masih

banyak menekankan pada segi kognitif saja, apalagi hanya nilai-nilai ujian

yang menjadi standar kelulusan, sehingga peserta didik tidak berkembang

menjadi manusia yang utuh. Akibatnya akan terjadi beragam tindakan yang

tidak diinginkan oleh guru ataupun orang tua seperti yang terjadi pada akhir-

akhir ini yaitu: Tawuran, Perang, Penghilangan Etnis, Ketidakadilan dan

Ketidak Jujuran.

Diera globalisasi yang terjadi saat ini disekolah, pendidikan

multikultural kian mendesak disekolah.Dengan pendidikan multikultural,

sekolah menjadi lahan untuk menghapus prasangka, dan sekaligus untuk

2
Naim Ngainun & Sauqi Ahmad, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), hlm:50
melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis,

humanis dan prularis.

Sedangkan yang terjadi dilapangan saat ini bahwasannya sebagian

guru sudah melaksanakan berbagai model pembelajaran yang salah satunya

adalah STAD. Yang mana STAD itu sendiri adalah pembagian kelompok

belajar untuk mencapai hasil proses pembelajaran yang optimal. Maka dari itu

penulis ingin mengetahui seberapa besar penerapan STAD yang diterapkan

disekolah untuk mengetahui sejauh mana guru bisa memberikan sebuah

pemamaparan atau pengertian terkait dengan pendidikan multikultural

disekolah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang terarah kepada

mata pelajar SKI (Sejarah Kebudayaan Islam).

Model pembelajaran merupakan unsur yang amat penting dalam

proses kegiatan belajar mengajar. Pemilihan jenis model pembelajaran yang

menyenangkan akan membuat siswa lebih antusias dan aktif dalam mengikuti

pembelajaran. Siswa yang lebih antusias dalam pembelajaran, maka akan

membuat hasil belajar siswa meningkat, serta suasana pembelajaran akan

lebih aktif dan tidak membosankan.

Ada beberapa fenomena yang ada disekolah, diantaranya adalah:

Kurangnya motivasi belajar peserta didik sehingga ketika pembelajaran

berlangsung peserta didik tidak mendengarkan keterangan guru, melainkan

berbicara dengan temannya sendiri, Rusaknya akhlak peserta didik karena

pergaulan bebas di luar lingkungan sekolah, sehingga ketika dalam


lingkungan sekolah yang ada hanya mmbuat keributan dengan temannya,

Kurangnya semangat membaca peserta didik dan semangat belajar yang

sangat rendah, Semangat belajar yang sangat rendah

Uraian diatas diperlukan pembaharuan dalam model pembelajaran

yang digunakan oleh guru agar siswa lebih memahami dan antusias dalam

mengikuti mata pelajaran dengan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievements Divisions (STAD) sehingga peserta didik lebih

aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Implementasi Metode Student Teams

Achievement Division (STAD) berorientasi Multikultural di Sekolah

Madrasah Aliyah Zainul Anwar

B. Identifikasi Masalah

Dapat di definisikan permasalahan-permasalah di antaranya :

1. Kurangnya variasi pendidik dalam menggunakan model pembelajaran

yang lebih inovatif dan kreatif pada kegiatan belajar mengajar,

sehingga pengetahuan belajar peserta didik berkurang.

2. Pendidik lebih banyak menerapkan model pembelajaran yang

konvensional berupa ceramah yang bersifat satu arah sehingga siswa

kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.


C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini dapat di paparkan :

1. Bagaimana Implementasi Model STAD Berorientasi Multikultural di

Madrasah Aliyah Zainul Anwar ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi

Model STAD Berorientasi Multikultural di Madrasah Aliyah Zainul

Anwar ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan Model STAD Berorientasi Multikultural

di Madrasah Aliyah Zainul Anwar

2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dari

Model STAD Berorientasi Multikultural di Madrasah Aliyah Zainul

Anwar.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi :

1. Secara teoritis

a. Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahan pada

khususnya, maupun bagi masyarakat luas pada umumnya

mengenai Implementasi model STAD Berorientasi Multikultural.

b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan pada peneliti selanjutnya.


c. Untuk melatih penulis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

yang bersifat teoritis dalam bentuk karya ilmiah

2. Secara praktis

a. Bagi pendidik

Memberikan bahan pertimbangan pada pendidik untuk

mengotimalkan proses belajar mengajar melalui Implementasi

Model STAD Berorientasi Multikultural agar peserta didik selalu

aktif, kreatif dan inovatif

b. Bagi peserta didik

Memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta didik untuk

meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik dalam proses

pembelajaran di kelas dengan tujuan agar supaya mengembangkan

ide yang kreatif dan kondusif.

c. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu yang di

peroleh di perkuliahan serta bekal untuk menjadi seorang pendidik.

Agar pendidik memperhatikan berbagai faktor pendukung dan

penghambat yang berhubungan dengan Implementasi Moel STAD

Berorientasi Multikultural di sekolah.


F. Definisi konsep

1. Model pembelajaran STAD

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang di

dalamnya ada beberapa kelompok peserta didik dengan level kemampuan

akademi dan latar be;akang yang berbeda beda untuk saling bekerja sama

untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik,

peserta didik juga di kelompokkan berdasarkan gender, ras, agama,

budaya, dan etnis. Sehingga peserta didik mampu memecahkan

permasalahan bersama yang ada dalam pembelajaran tersebut secara

kelompok.

2. Pendidikan Multikultural

Multikultural di bagi menjadi dua jenis multi yang artinya banyak dan

kultural yang artinya budaya, maka dari dua jenis tersebut bisa di

gabungkan menjadi banyaknya budaya, artinya pendidikan multikultural

adalah pendidikan yang mengajarkan bagaimana kita saling menghargai

dan menghormati sesama teman meski bereda agama, suku, ras, dan

budaya, apalagi di dalam lingkungan sekolah yang terkadang peserta didik

berbeda dalam kemampuan akademik dan latar belakang yang berbeda –

beda sehingga pendidik bisa memahami karakteristik peserta didik

masing-masing.
G. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dapat di jadikan sebagai perbandingan

dalam penelitian ini, di antaranya :

1. Skripsi Hasil Penelitian Hamdah. Program studi PGSD Universitas

Lampung, November 2017. Dengan Judul penerpan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tematik untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Penelitian tersebut menggunakan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran

menggunakan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa, sehingga siswa mampu menguasai materi dengan baik dan benar.3

2. Jurnal yang ditulis oleh Hasan Baharun dan Robiatul Adawiyah. Program

Studi Pendidikan Agama Islam (2017). Dengan Judul Pendidikan

Multikultural dalam menanggulangi narasi islamisme di Indonesia. Hasil

penelitian ini disimpulkan bahwasannya pendidikan multicultural menjadi

sesuatu yang sangat penting dan mendesak untuk diimplementasikan

dalam praksis pendidikan di Indonesia. Karena pendidikan multicultural

dapat berfungsi sebagai saran alternatif pemecahan konflik.4

3. Skripsi hasil penelitian yang di lakukan oleh Ignasius Kristanto dalam

tesisnya yang berjudul Penerapan Model STAD untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Peserta Didik. Dapat di simpulkan dari hasil penelitian ini bahwa

3
Hamdah. penerpan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran tematik untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik {Skripsi, Lampung 2017)
4
model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal

ini di buktikan dengan adanya prestasi ketuntasan peserta didik dari

prestasi sebelumnya.

4. Penelitian yang di lakukan oleh Siti Rabi’atul El Adawiyah dalam tesisnya

dengan judul : Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di SMP Nurul Jadid

Paiton Probolinggo. Hasil penelitian ini di simpulkan bahwa dalam

penerapan strategi pembelajaran STAD ini dapat meningkatkan motivasi

belajar peserta didik dalam pembelajaran.

5. Skripsi penelitian yang di lakukan oleh Laylatul Azizah dalam tesisnya

dengan judul : Iplementasi Pendidikan Multikultural melalui Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Kesimpulan ini adalah bahwa pelaksanaan

pembelajaran pendidikan Agama Islam berwawasan multikultual berjalan

sesuai apa yang telah di rencanakan oleh pendidik dengan berbagai

macam-macam model pembelajaran.

Dari beberapa penelitian yang telah di jelaskan di atas, berdasarkan

hasil penelitian yang telah di temukan menunjukkan bahwa model

pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran yang terbukti dapat

meningkatkan kreatifitas belajar peserta didik, baik dari segi minat

membaca peserta didik, aktif, kreatif jika menggunakan model

pembelajaran STAD ini.

Anda mungkin juga menyukai