Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap makhluk hidup pasti tidak terlepas dari suatu pendidikan. Manusia

adalah bagian dari makhluk hidup tersebut. Manusia menjadikan pendidikan

sebagai suatu usaha untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang

ada dalam masyarakat dan kebudayaan yang berkembang di dalamnya. Oleh

karena itu, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat

didalamnya pasti ada atau sedang berlangsung proses pendidikan. Hal ini

dinyatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan mempunyai peranan

penting sebagai ujung tombak dalam menentukan masa depan bangsa. Bangsa

tanpa pendidikan tidak akan ada penerus cita-cita luhur untuk mencapai

kesejahteraan.

Sebagai salah satu sarana untuk memperoleh pendidikan formal, sekolah

mempunyai beberapa jenjang dan jenis pendidikan. Salah satu nya yaitu

Sekolah Menengah Kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu

bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan

1
pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau

bentuk lain yang sederajat.

Faktor internal dan faktor eksternal saling terkait dan mempengaruhi

kualitas proses pembelajaran. Salah satu indikator proses pembelajaran yang

berkualitas bisa dilihat dari hasil belajar peserta didiknya. Sehingga, dapat

dikatakan bahwa belum maksimalnya hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran tertentu dapat disebabkan karena tidak berkembangnya satu atau

dua faktor yang berpengaruh pada proses pembelajaran di dalam kelas.

Djamarah (2015:26) juga mengemukakan beberapa manfaat dari

pembelajaran dengan Model tutor sebaya, antara lain : 1) hasilnya lebih baik

bagi beberapa anak yang memiliki perasaan takut atau enggan kepada guru,

2) bagi tutor, dapat memberikan kesempatan untuk menelaah kembali secara

mendalam dan melatih diri untuk mengemban tanggung jawab dan kesabaran,

3) mempererat hubungan sosial antara siswa.

Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat

mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa, salah satu cara untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan.

Pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam pembentukan daya

manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam

pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan

merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna

2
menjawab perubahan zaman. Salah satu peningkatan mutu pendidikan

merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna

menjawab perubahan zaman. Salah satu faktor peningkatan mutu dilihat dari

proses pembelajaran.

Pendidikan merupakan upaya mencetak sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti

luhur dan berdaya saing tinggi. Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa kemampuan guru perlu

dikembangkan sehingga mampu secara optimal membimbing siswa dalam

proses pembelajaran di sekolah. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk

mengembangkan kemampuan guru di sekolah dan untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional di Indonesia dilakukan Pemerintah melalaui berbagai cara.

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan kemampuana

guru dan mutu pendidikan nasional antara lain dengan penyempurnaan

Kurikulum.

3
Perubahan Kurikulum di Indonesia telah terjadi beberapa kali. Kurikulum

2013 yang terbaru saat ini merupakan kurikulum yang ditetapkan Pemerintah

menggantikan kurikulum 2006. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) dengan

menekankan aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Siswa

diharapkan dapat selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan peran

guru di kelas adalah sebagai fasilitator dan motivator. Untuk meningkatkan

keaktifan siswa di dalam kelas guru diharapkan dapat menggunakan model

pembelajaran yang menarik, kreatif dan efektif sesuai dengan kurikulum 2013.

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran adalah

proses pokok yang harus dilalui oleh seorang pendidik atau guru. Berhasil

tidaknya suatu tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar

mengajar dirancang dan disajikan. Proses pembelajaran akan berimbas pada hasil

belajar siswa. Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan hasil belajar

yang baik dan sebaliknya, jika proses pembelajaran kurang berjalan dengan baik

maka hasil belajar siswapun kurang baik.

Pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru mengakibatkan

nilai hasil belajar yang dicapai siswa belum optimal. Maka dari itu, salah satu

alternatif cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

adalah dengan menerapkan Model yang dapat menarik perhatian & minat belajar

siswa, melibatkan siswa secara langsung, menuntut peran serta siswa untuk aktif

dan terlebih lagi dapat meminimalisir kesenjangan hasil belajar diantara siswa

yaitu Model tutor sebaya. Widhyasa (2018) mengatakan bahwa pembelajaran

4
tutor sebaya adalah pembelajaran dimana siswa yang lebih pandai dari

temanya membantu dan mengajari teman lain yang belum bisa terhadap

suatu materi pelajaran dalam kelasnya. Tutor sebaya pada hakekatnya

melibatkan tugas yang memungkinkan siswa saling membantu dan

mendukung satu sama lain dalam meyelesaikan tugas sehingga terjadi

komunikasi antar siswa. Dalam Model pembelajaran ini siswa akan memiliki

persepsi yang sama, mempunyai tanggung jawab individual dan kelompok

dalam mempelajari materi yang diberikan.

Model Tutor Sebaya adalah cara yang digunakan oleh guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran dimana sumber belajar dalam Model ini ialah

teman sebaya yang lebih pandai, yang pemanfaatannya diharapkan dapat

memberikan bantuan belajar kepada teman-temannya yang mengalami

kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Teman

sebaya ini dipilih oleh guru atas dasar berbagai pertimbangan, seperti siswa

yang memiliki prestasi akademik yang baik dan hubungan sosial yang memadai.

Siswa yang ditunjuk sebagai tutor ditugaskan membantu siswa lain yang

mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk -petunjuk yang diberikan

oleh guru.

Melalui tutor sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran

tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau

sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian,

siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi

sehingga menjadi lebih memahaminya dan siswa lain yang bukan tutor juga

5
akan lebih memahami materi karena tidak ada rasa malu atau takut dalam diri

siswa untuk bertanya kepada tutor yang tidak lain adalah teman sebayanya..

Pembelajaran tutor sebaya dapat berjalan lancar apabila prinsip-prinsip

yang mendasarinya terpenuhi secara baik. Prinsip-prinsip tersebut merupakan

syarat mutlak dalam Model pembelajaran ini. Syarat utama Model

pembelajaran ini adalah peserta didik yang nantinya akan dijadikan tutor.

Menurut Mulyadi (2008:85) penentuan peserta didik menjadi seorang tutor

bagi teman-temannya harus mempertimbangkan persyaratan berikut: a) Peserta

didik tersebut tergolong prestasi atau motivasi belajarnya baik, Peserta didik

mempunyai hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya .

Prinsip pembelajaran tutor sebaya ada 4 kriteria untuk menjadi seorang tutor

sebaya antara lain, tutor membantu murid atau siswa yang kesulitan

berdasarkan petunjuk guru, murid atau siswa yang dipilih sebagai tutor

hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan

kemampuan membantu orang lain, dalam pelaksanaannya, tutor-tutor ini dapat

membantu teman-temannya baik secara individual maupun secara kelompok

sesuai petunjuk guru, tutor dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan

kegiatan kelompok, dalam hal tertentu dia dapat berperan sebagai pengganti guru.

Pengajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap

pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga guru

atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering

tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang. Selain itu para pendidik

mengetahui bahwa para siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar.

6
Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama

bagi semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap

siswa. Sehingga perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan

memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu

memberi kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya.

Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya,

anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi.

Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa

mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan.

Peran guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.

Kelebihan Model tutor sebaya adalah dapat meminimalisir kesenjangan yang

terjadi antara siswa yang hasil belajarnya rendah dengan siswa yang hasil

belajarnya lebih tinggi dalam suatu kelas. Selain itu kelebihan Model tutor sebaya

yaitu dalam penerapannya, siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa

setia kawan yang tinggi. Artinya, siswa yang dianggap pandai bisa mengajari atau

menjadi tutor bagi temannya yang kurang pandai atau ketinggalan materi

pelajaran. Bagi tutor sendiri, kesempatan itu merupakan kesempatan untuk

pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.

Kelebihan lain dari Model tutor sebaya adalah dapat mengatasi masalah

klasikal dalam kelas. Masalah klasikal adalah masalah yang terjadi karena

kondisi dimana siswa dalam satu kelas terlalu banyak, tetapi guru hanya satu.

Kondisi pembelajaran seperti itu dapat memunculkan masalah, yaitu: terjadi

perbedaan tingkat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru

7
karena guru tidak dapat memberikan bantuan secara individual pada setiap siswa.

Siswa yang kurang paham dan tidak mendapatkan kesempatan dibimbing

menjadi ketinggalan materi sedangkan guru sudah melanjutkan pada materi

selanjutnya, sehingga siswa yang seperti ini merasa malas untuk mengikuti lagi.

Kelemahan Model tutor sebaya yaitu siswa yang dibantu sering kali kurang

serius karena berhadapan dengan temannya sendiri, sehingga hasilnya kurang

memuaskan.

Jadi, kita dapat menugaskan siswa pandai untuk memberikan penjelasan

kepada siswa kurang pandai (tutor sebaya). Demikian juga, siswa kurang

pandai dianjurkan untuk bertanya kepada atau meminta penjelasan dari siswa

pandai terlebih dahulu sebelum kepada gurunya. Hal ini untuk menanamkan

kesan bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, tidak selalu dari guru yang

akibatnya tergantung kepada guru. Tutor dikatakan berhasil jika dapat

menjelaskan dan yang diberi penjelasan dapat membuktikan bahwa dia telah

mengerti atau memahami melalui hasil pekerjaannya.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan Model

pembelajaran Tutor Sebaya menurut Mulyatiningsih, E (2011) adalah sebagai

berikut :

1. Guru menyusun kelompok belajar, setiap kelompok beranggota 3-6 orang

yang memiliki kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal memiliki

satu orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam hal akademik

untuk menjadi Tutor teman sejawat.

8
2. Guru menjelaskan tentang tata cara penyelesaian tugas melalui belajar

kelompok dengan Model Tutor Sebaya, wewenang dan tanggung jawab

masing-masing anggota kelompok, dan memberi penjelasan tentang

mekanisme penilaian tugas melalui teman sejawat dan diri sendiri.

3. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada semua siswa dan memberi

peluang tanya jawab apabila terdapat materi yang belum jelas.

4. Guru memberi tugas kelompok, dengan catatan siswa yang kesulitan

dalam mengerjakan tugas dapat meminta bimbingan kepada teman yang

ditunjuk sebagai Tutor oleh guru.

5. Guru mengamati aktivitas belajar dan memberi penilaian kompetensi.

6. Guru, Tutor dan siswa memberikan evaluasi proses belajar mengajar

untuk menetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.

Keberhasilan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran

yang sedang berlangsung, yang didalamnya meliputi beberapa komponen

yang saling terkait. Komponen tersebut adalah guru (pendidik), siswa

(peserta didik), materi (bahan) media(alat/sarana), dan pola penyam paian.

Selama penulis melakukan PPL (Praktek Pengalaman Kerja) di Sekolah SMK

Amaliyah Tanjung Tiga, penulis mencoba melakukan Observasi dengan Guru

Produktif Teknik Jaringan Komputer Muhammad Iqbal Hasibuan,S.Pd

diketahui menggunakan model pembelajaran Konvensional.

Adapun hasil belajar peserta didik pada materi pelajaran Microsoft Excel

banyak mendapatkan nilai dibawah KKM terlihat pada tabel di bawah ini:

9
Tabel 2.1 Daftar Nama dan Nilai Harian Peserta Didik Kelas XA TKJ

Di SMK Amaliyah Tanjung Tiga.

No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan

1. Aldi Alfahri 75 77 Tuntas

2. Al Ikhsan Riski 75 65 Tidak Tuntas

3. Bagus R 75 80 Tuntas

4. Bagas R 75 76 Tuntas

5. Mas Bayu A 75 75 Tuntas

6. M. Ikhsan M 75 85 Tuntas

7. M. Habib Alfarisi 75 70 Tidak Tuntas

8. Alfiani 75 65 Tidak Tuntas

9. Aura Maulida 75 79 Tuntas

10. Aprilia Ukhti 75 65 Tidak Tuntas

11. Aulia Syahputri 75 77 Tuntas

12. Dilla Jenita 75 70 Tidak Tuntas

13. Dedek Lestari 75 81 Tuntas

14. Dewi Agustina 75 65 Tidak Tuntas

15. Gadis Wulandari 75 78 Tuntas

16. Handayani 75 80 Tuntas

17. Mega Aulia 75 80 Tuntas

18. Natasya Aulia 75 75 Tuntas

19. Putri 75 75 Tuntas

Tabel 2.1 Daftar Nama dan Nilai Harian Peserta Didik Kelas XA TKJ

10
Di SMK Amaliyah Tanjung Tiga.

No. Nama` KKM Nilai Keterangan

20. Pitri Handayani 75 75 Tuntas

21. Puspita Sari 75 70 Tidak Tuntas

22. Riska Laila 75 78 Tuntas

23. Siti Nur Alisyah 75 65 Tidak Tuntas

24. Syarifah Rodiah 75 80 Tuntas

25. Siska Audia 75 82 Tuntas

26. Siti Nurulpiah 75 78 Tuntas

27. Styawati 75 80 Tuntas

28. Wikasih 75 70 Tidak Tuntas

29. Wulandari 75 79 Tuntas

30. Winda Aulia 75 79 Tuntas

31. Yona Syahfitri 75 80 Tuntas

32. M. Irfan Yusuf 75 70 Tidak Tuntas

Berdasarkan tabel di atas menunjukan hasil belajar peserta didik mata

pelajaran Microsoft Excel masih banyak yang mendapatkan nilai dibawah

KKM, dengan jumlah peserta didik 32 orang yang tuntas 22 orang dan yang

belum tuntas 10 orang.

Maka dari deskripsi di atas penulis mencoba meneliti proses belajar

mengajar pada mata pelajaran microsoft excel dengan pendekatan pembelajaran

yang dapat meningkatkan model pembelajaran Tutor sebaya di SMK Amaliyah .

11
karena berdasarkan pengamatan sementara (observasi) siswa pada materi

Microsoft Excel masih tergolong dalam kategori rendah. Maka dari permasalahan

tersebut penulis ingin mengangkatnya sebagai karya tulis dengan judul “

Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas X A
TKJ Pada Mata Pelajaran Microsoft Excel di SMK Amaliyah

Tanjung Tiga”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijabarkan diatas,

maka dapat diidentifikasikan masalah yang ada di kelas sebagai berikut :

1. Rendahnya kesadaran berfikir siswa

2. Rendahnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar

3. Rendahnya nilai siswa

C. Pembatasan Masalah

Terlalu luasnya permasalahan menjadi salah satu faktor yang

menghambat penelitian, karena nantinya memerlukan waktu yang lama.

Sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah dalam melaksanakan

penelitian. Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dijabarkan diatas.

Guru mengajar menggunakan Model ceramah sehingga menyebabkan peserta

didik tidak memperhatikan pembelajaran dan hasil belajar tidak mencapai 75

(KKM), maka peneliti membatasi masalah penelitian ini difokuskan pada

rendahnya hasil belajar dan keaktifan (bertanya, menjawab pertanyaan serta

mengungkapkan pendapat) peserta didik Kelas X A TKJ yang berjumlah 32

peserta didik pada mata pelajaran Microsoft Excel di SMK Amaliyah. Oleh

12
karena itu perlu diterapkan Model pembelajaran yang berbeda. Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan Model pembelajaran tutor sebaya yang diharapkan

mampu meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta d kelas X A TKJ SMK

Amaliyah Tanjung Tiga.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas

timbullah permasalahan yang di rumuskan pada pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan dalam meningkatan keaktifan belajar siswa

pada mata pelajaran Microsoft Excel di SMK Amaliyah dengan

menerapkan Model pembelajaran Tutor Sebaya?

2. Bagaimana penerapan dalam meningkatan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Microsoft Excel di SMK Amaliyah dengan

menerapkan Model pembelajaran Tutor Sebaya?

E. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Penerapan untuk peningkatan keaktifan

dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Microsoft

Excel di SMK Amaliyah dengan menerapkan Model pembelajaran

Tutor Sebaya?

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkandapat memberikan manfaat bagi seluruh

pihak baik bersifat Teoritis maupun bersifat praktis :

13
1. Bagi Sekolah Model pembelajaran tutor sebaya dapat dijadikan

pertimbangan bagi sekolah dalam meningkatkan hasil belajar dan

keaktifan peserta didik.

2. Bagi Guru dapat memberikan alternatif atau refrensi Model pembelajaran

dalam melakukan pembelajaran dikelas agar pembelajaran lebih efektif

dan bermakna serta dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan

peserta didik.

3. Bagi peserta didik dapat membantu proses pembelajaran menjadi semakin

menarik dan meningkatkan hasil belajar dan keaktifan.

4. Bagi peneliti untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang Model

pembelajaran tutor sebaya sehingga peneliti dapat mengembangkan diri

dan menjadi calon pendidik yang professional.

14
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teoritis

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Hamalik (2015: 37), “suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Sejalan dengan itu, Sardiman

(2016: 20), mengatakan “belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku

atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”. Hal yang sama juga

diutarakan oleh Slameto (2015: 2), dimana beliau mendefinisikan belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan definisi belajar yang diutarakan oleh Oemar Hamalik,

Sardiman dan Slameto di atas, dapat diambil suatu konsep bahwa inti dari belajar

adalah perubahan tingkah laku. Yang membedakan hanyalah cara atau usaha

pencapaiannya. pengalaman belajar. Sedangkan menurut Sardiman untuk dapat

terjadi perubahan tingkah laku maka perlu adanya serangkaian kegiatan misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang guna menghasilkan

perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya interaksi dengan lingkungan.

Seseorang dikatakan telah mengalami peristiwa belajar jika ia mengalami

15
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak kompeten menjadi berkompeten

dan dari cara sikapnya memandang suatu masalah yang mengalami peningkatan

kualitas dari cara sebelum dia belajar.

Menurut Slameto dan Oemar Hamalik untuk dapat terjadi perubahan

tingkah laku maka perlu adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya

yang didalamnya terjadi serangkaian Belajar yaitu proses, aktifitas dan kegiatan

yang dilakukan untuk menambah ilmu sehingga terjadi perubahan dalam pola

pikir dan tingkah laku sebelum belajar dibandingkan sesudah belajar.

Untuk mencapai tujuan belajar hendaknya setiap komponen pembelajaran

dapat saling berhubungan dan berkaitan dengan baik.Beberapa komponen yang

dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :

a) Tujuan

Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotor, afektif)

yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

b) Subjek Belajar

Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama

karena berperan sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta

didik adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek

karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku

pada diri subjek belajar.

16
c) Materi Pelajaran

Materi pelajaran merupakan segala informasi berupa fakta, prinsip, dan

konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Materi pembelajaran dalam

sistem pembelajaran berada dalam silabus, RPP, dan buku sumber.

d) Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses

pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam menerapkan strategi pembelajaran pendidik perlu memilih

model-model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi

pelajaran

e) Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan pendidik

dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.

f) Penunjang Komponen

penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah segalah

sesuatu yang berfungsi memperlancar, melengkapi, dan mempermudah

terjadinya proses pembelajaran.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan

pengajaran. Menurut Purwanto (2016:46) hasil belajar ialah perubahan perilaku

seseorang akibat belajar. Menurut Suprijono (2015:5-6) hasil belajar adalah pola

17
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan.

Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah

terjadinya kegiatan belajar yang berlangsung. Suatu keberhasilan belajar dapat

dilihat dari segi proses dan hasil belajar. Sebagaimana yang diungkapkan

Sudjana” hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2015: 3-4), “hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Sejalan dengan

itu, Nana Sudjana (2017: 22) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Suharsimi Arikunto (2016: 32), hasil

belajar yang baik dapat dilihat dari proses pembelajaran yang baik.

Berdasarkan definisi hasil belajar yang diutarakan oleh Dimyati dan

Mudjiono serta Nana Sudjana di atas, dapat diambil suatu konsep bahwa inti dari

hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran. Menurut dimyati dan

Mudjiono, hasil dari proses pembelajaran ini adalah hasil dari suatu interaksi,

sedangkan menurut Nana Sudjana hasil dari proses pembelajaran ini adalah

perubahan tingkah laku. Definisi hasil belajar menurut Nana Sudjana lebih

sesuai dengan definisi belajar yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga

definisi hasil belajar yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah definisi

hasil belajar menurut Nana Sudjana. Jadi, berdasarkan pendapat para ahli di

18
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dimana perubahan

tingkah laku tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sebagai seorang guru, pemahaman tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa merupakan hal yang sangat penting. Karena

dengan memahami faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar siswa,

guru bisa menganalisa faktor apa saja yang mungkin dapat diubah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2015: 54-72) faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi:

1. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam)

a. Faktor jasmaniah, antara lain: kesehatan, cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, kesiapan.

c. Faktor kelelahan.

2. Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar)

a. Faktor keluarga, antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

tua, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, antara lain: Model mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,

waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, Model

belajar, tugas rumah.

19
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiyono (2015: 237-253), faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1. Faktor Internal Siswa (faktor dalam diri siswa), yaitu keadaan atau

kondisi jasmani dan rohani siswa. Ada 11 faktor internal siswa, antara lain:

a) Sikap terhadap belajar.

b) Motivasi belajar.

c) Konsentrasi belajar.

d) Mengolah bahan pembelajaran.

e) Menyimpan perolehan hasil belajar.

f) Menggali hasil belajar yang tersimpan.

g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar.

h) Rasa percaya diri siswa.

i) Intelegensi dan keberhasilan belajar.

j) Kebiasaan belajar.

k) Cita-cita siswa.

2. Faktor Eksternal Siswa (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi

lingkungan di sekitar siswa. Ada 11 faktor internal siswa, antara lain:

a) Guru sebagai pembina siswa belajar.

b) Prasarana dan sarana pembelajaran.

c) Kebijakan penilaian.

d) Lingkungan sosial siswa di sekolah.

e) Kurikulum sekolah.

20
Dalam penelitian ini, faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

yang akan diubah untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah faktor

eksternal siswa khususnya Model pembelajaran. Model pembelajaran akan diubah

dari Model ceramah dan penugasan menjadi Model tutor sebaya dengan alasan

bahwa Model pembelajaran tutor sebaya ini dianggap paling tepat untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk mengatasi masalah kesenjangan

hasil belajar yang terjadi di SMK Amaliyah Tanjung Tiga. Jadi, berdasarkan

pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, ada 2

faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari

lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisaasi dan

internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan

dan kemampuan bertindak Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan

ekspresif dan interpretatif.

Pendapat serupa juga di ungkapkan oleh Lukita Yuniati (2007 : 148)

yang menyatakan bahwa: Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang

terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat di

21
didik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan

psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan tingkah laku dalam domain-

domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam

domain kognitif, afektif dan psikomotor.

Berdasarkan dari kedua pendapat diatas maka penilaian hasil belajar

perlu dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menyerap dari

proses belajar yang telah dilaksanakan. Hasil belajar yang terdiri dari tiga

ranah tersebut sebenarnya tidak berdiri sendiri. Masing-masing ranah selalu

berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang

berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu berubah pula

sikap (afektif) dan perilakunya (psikomotor). Jadi dalam penilaian hasil belajar

maka harus dinilai ketiga ranah tersebut. Ranah kognitif paling mudah dinilai

karena berupa nilai prestasi siswa, sedangkan ranah afektif dan psikomotor

dapat dinilai pada saat proses pembelajaran

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti melakukan penilaian hasil

belajar dalam tiga domain perilaku kejiwaan, melalui test dan nontest sebagai

berikut:

1) Ranah kognitif, yang diukur berdasarkan hasil tes yang dilakukan tiap

akhir pembelajaran. Dalam domain/ranah ini peneliti menggunakan

evaluasi jenis tes.

2) Ranah Afektif, yang diukur berdasarkan partisipasi siswa selama

pembelajaran berlangsung dimana terdapat dua penilaian yaitu

22
partisipasi siswa pada saat diskusi kelompok dan partisipasi siswa pada

saat diskusi kelas. Diukur melalui nontes yaitu, observasi secara langsung

3) Ranah psi-komotor, yang diukur berdasarkan keterampilan siswa dalam

katepatan dan ketelitian siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan

Diukur melalui nontes yaitu, observasi secara langsung.

3. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Khoerunnisa dan Aqwal ( 2020 ) Model pembelajaran adalah

suatu rencana atau pola yang dapat di gunakan untuk membentuk kurikulum

( rencana pembelajaran ), sehingga kegiatan belajar mengajar lebih baik. Model

pembelajaran dan dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu

jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran . sedangkan model

merupakan rangkaian satu- kesatuan dari pendekatan , strategi , Model , dan

teknik pembelajaran. Model pembelajaran menggambarkan suatu proses

pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran.

Model pembelajaran harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

Jadi, guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang dapat menunjang

kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah cara yang digunakan

oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

23
4. Model Pembelajaran Tutor Sebaya

1. Pengertian Tutor Sebaya

Model pembelajaran harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

Jadi, guru sebaiknya menggunakan Model pembelajaran yang dapat menunjang

kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa Model pembelajaran adalah cara yang digunakan

oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

Jadi, guru sebaiknya menggunakan Model pembelajaran yang dapat menunjang

kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa Model pembelajaran adalah cara yang digunakan

oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. meningkatkan hasil belajar

sehingga tidak ada lagi kesenjangan hasil belajar diantara siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa Model tutor sebaya adalah adalah cara yang digunakan oleh guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran dimana sumber belajar dalam Model ini ialah

teman sebaya yang lebih pandai, yang pemanfaatannya diharapkan dapat

memberikan bantuan belajar kepada teman-temannya yang mengalami kesulitan

dalam belajar sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Agar proses dengan model tutor sebaya dapat berjalan dengan efektif,

seorang tutor hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut:

24
1) memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas

2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa

3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik

4) memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesame

5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai

yang terbaik

6) bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab

7) suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.

2. Langkah – Langkah Penerapan Model Tutor Sebaya

Menurut Hamalik (2017: 163), tahap-tahap kegiatan pembelajaran di kelas

dengan menggunakan Model tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

a. Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang

dalam bentuk sub pokok bahasan. Setiap sub pokok bahasan berisi tentang

judul, tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas

yang harus diselesaikan.

b. Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor

sebaya. Jumlah tutor sebaya yang ditunjuk disesuaikan dengan jumlah

kelompok yang akan dibentuk.

c. Mengadakan latihan bagi para tutor. Latihan diadakan dengan cara latihan

kelompok kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya

siswa yang akan menjadi tutor.

25
d. Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas

4-7 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan

siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada masing-

masing kelompok yang telah ditentukan.

2). Tahap Pelaksanaan

a. Setiap pertemuan guru memberikan pengantar terlebih dahulu tentang

materi yang diajarkan.

b. Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai

anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum

dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada

masalah yang tidak bisa diselesaikan, barulah tutor meminta bantuan

guru..

c. Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah pindah dari

satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada

masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.

3). Tahap Evaluasi

a. guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

b. Setelah kegiatan pembelajaran dilakukan, guru memberikan soal-soal

latihan kepada anggota kelompok untuk mengetahui apakah tutor sudah

menjelaskan tugasnya atau belum.

c. Mengingatkan tutor untuk mempelajari sub pokok bahasan selanjutnya di

rumah.

26
Dengan diterapkannya Model tutor sebaya, siswa yang kurang aktif

menjadi aktif karena tidak perlu merasa canggung, malu lagi untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapatnya secara bebas serta dengan diterapkannya Model tutor

sebaya, rasa saling menghargai dan mengerti dapat dibina antar siswa yang

bekerja sama. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada 3 tahap dalam penggunaan

Model tutor sebaya, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dimana

peran guru dalam Model tutor sebaya adalah hanya sebagai fasilitator dan

pembimbing terbatas

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tutor Sebaya

Menurut Suharsimi Arikunto adapun kelebihan dan kelemanahan model

tutor sebaya adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan Model tutor sebaya

1) Untuk menyampaikan informasi lebih mudah sebab bahasanya sama.

2) Dalam mengemukakan kesulitan lebih terbuka.

3) Suasana yang rilex bisa menghilangkan rasa takut.

4) Mempererat persahabatan.

5) Ada perhatian terhadap perbedaan karakteristik.

6) Konsep mudah dipahami.

7) Siswa tertarik untuk bertanggung ,jawab dan mengembangkan kreativitas

b. Kelemahan Model tutor sebaya

1. Kurang serius dalam belajar.

2. Jika siswa punya masalah dengan tutor ia akan malu bertanya

3. Sulit menentukan tutor yang tepat.

27
4. Tidak semua siswa pandai dapat jadi tutor

5. Kajian Tentang Mata Pelajaran Microsoft Excel.

Microsoft Excel program aplikasi untuk mengolah angka seperti membuat

neraca, laporan laba-rugi dan sebagainya. Microsoft Excel atau Microsoft Office

Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat oleh

Microsoft Corporation untuk sistem operasi Microsoft Windows dan Mac OS.

Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik yang, dengan

menggunakan strategi marketing. Excel merupakan program spreadsheet pertama

yang mengizinkan pengguna untuk mendefinisikan bagaimana tampilan dari

spreadsheet yang mereka inginkan seperti: font, atribut karakter, dan tampilan

setiap sel. khusus dari pengguna.

Microsoft Excel merupakan program aplikasi keluaran dari keluarga

microsoft. Merupakan aplikasi yang banyak digunakan untuk mengelola dan

memproses data-data keuangan entitas pribadi maupun perusahaan. Fitur yang

diberikan terbilang lebih lengkap dibandingkan keluarga microsoft lainnya dalam

hal pengolahan data angka. Dalam penerapannya, UMKM dapat memilih

Microsoft Excel menjadi aplikasi untuk memproses keuangannya, karena fitur

yang ditawarkan sangat beragam dan dapat digunakan untuk membantu dalam

proses pelaporan keuangan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa microsoft excel adalah

sebuah program untuk memanipulasi lembar kerja elektronik. Disebut lembar

kerja elektronik karena terdiri dari lajur kolom dan lajur baris. Microsoft excel

bisa digunakan dalam perhitungan, analisis dan pembuatan grafik.

28
Microsoft Excel mempunyai keunggulan dalam mengolah data angka dan

juga dapat digunakan sebagai analisis data. Beberapa kelebihan Microsoft Excel

dibandingkan program aplikasi pengolah data angka lain adalah:

6. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran Tutor Sebaya, di antara nya adalah :

1. Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Busana Di SMK

Ma’arif 2 Sleman” yang dilakukan oleh Retno Sapto Rini Sudiasih tahun

2011, menyimpulkan bahwa Model tutor sebaya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan oleh adanya

peningkatan rerata kelas nilai kognitif siswa dari 43 meningkat 5%

menjadi 45 pada siklus pertama, dan siklus II meningkat 12% menjadi 48.

2. Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Tutor sebaya

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MB Pada Standar

Kompetensi Mengukur Dengan Alat Ukur Mekanik Di SMKN 2

Wonosari” yang dilakukan oleh Budi Kristina tahun 2013, menyimpulkan

bahwa Model tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan

Penerapan Model Pembelajaran Peer Teaching (Tutor Sebaya) Pada Mata

Pelajaran Dasar Kepariwisataan Kelas X JB 3 di SMKN 3 Magelang”

yang dilakukan oleh Riska Dian Pramesti tahun 2014, menyimpulkan

bahwa Model tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

29
7. Kerangka Konseptual

Hasil belajar siswa jurusan TKJ SMK Amaliyah Tanjung Tiga pada

materi pelajaran Microsoft Excel berada dalam kategori rendah. Rendahnya

hasil belajar disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masih kurangnya sarana

dan prasarana yang mendukung dan belum dipakainya media pembelajaran yang

sesuai dengan materi pembelajaran Teknologi.Hal itu mengakibatkan kurangnya

minat siswa terhadap pelajaran Microsoft Excel karena dirasa membosankan,

sehingga berakibat pada hasil belajar para siswa menjadi kurang. Untuk mengatasi

masalah tersebut perlu digunakan model dan media pembelajaran yang sesuai

dengan materi Microsoft Excel.

Untuk meningkatkan hasil belajar, siswa harus mampu menerima

pembelajaran dengan baik, Salah satu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa adalah model Tutor sebaya.

8. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoitis diatas, maka sebelum di lakukan penelitian

terlebih dahulu dirumuskan penelitian terlebih dahulu di rumuskan hipotesis

sebagai berikut yaitu :

H0 Hasil belajar siswa kelas XA TKJ SMK Amaliyah pada pokok bahasan

Microsoft Excel yang mengikuti Pembelajaran dengan model Microsoft

Excel lebih tinggi dari siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode

konvensional.

H1 terdapat peningkatan hasil belajar siswa X A TKJ di SMK Amaliyah

Tanjung Tiga pada pokok bahasan microsoft excel yang mengikuti

30
pembelajaran dengan model Tutor Sebaya.

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tempat peneliti mengajar. Yaitu di SMK

Amaliyah Tanjung Tiga. Yang beralamat di Jln. KH. Ahmad Dahlan No.1

Tanjung Tiga Desa Karang Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Provinsi Sumatra Utara Kode Pos 20855. Subjek penelitian adalah Kelas X A TKJ

dengan Jumlah 32 Siswa. Alasan pemilihan tempat dan subjek penelitian adalah

SMK Amaliyah Tanjung Tiga adalah sekolah tempat peneliti melaksanakan tugas

mengajar sehari-hari.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 3 bulan yang di

laksanakan pada tahun ajaran 2022/2023.

September Oktober November


No. Kegiatan Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan

Proposal

2 Pengambilan

sampel

3 Pembuatan Bab 1

dan 2

32
4 Pembelajaran

siklus I

5 Pembelajaran

Siklus II

6 Analisis Data

7 Penyusunan

Laporan

B. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XA TKJ di SMK
Amaliyah Tanjung Tiga yang berjumlah 32 Siswa dengan fokus penelitian pada
penerapan model pembelajaran tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran microsoft excel.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa melalui penerapan
model pembelajaran tutor sebaya untuk menigkatakn hasil belajar siswa kelas X A
TKJ Di SMK Amaliyah Tanjung Tiga.
C. Prosedur penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Clasroom Action
Research atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan tujuan
untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta
didik. PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam
siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu,
perencanaan (planing), pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Secara garis besar pelaksanaan penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

33
Diagram Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Refleksi
Observasi Silkus 1
Tindakan Perencanaan

Refleksi
Observasi Siklus 2
Tindakan Perencanaan
(Sumber Suharmisi Arikunto,2010)
Gambar 3.1Siklus Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Adapun penjelasan lebih rinci tentang keempat tahap di atas adalah
sebagai berikut:
1. Pra Tindakan (Studi Pendahuluan)
Studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi lapangan
sebenarnya, mengumpulkan informasi mengenai keadaan dalam kelas dan
mencari permasalahan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Dalam
Pra Tindakan ini, peneliti sudah berkolaborasi dengan guru pengampu mata
pelajaran Microsoft Excel untuk menentukan kompetensi dasar yang akan
digunakan pada saat penelitian yaitu kompetensi dasar memahami perangkat
pengolah angka. Selain itu, dalam Pra Tindakan ini peneliti juga sudah
menentukan kelas yang akan diberikan tindakan yaitu kelas XA TKJ Di SMK
Amaliyah Tanjung Tiga.
2. Siklus Pertama
a. Rencana
Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap rencana ini adalah sebagai
berikut:
1) Berkolaborasi dengan guru pengampu mata pelajaran SDKD untuk
menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa.

34
2) Menggunakan metode tutor sebaya sebagai solusi pemecahan masalah
pembelajaran.
3) Membuat skenario pembelajaran yang meliputi: RPP, Handout materi
teknologi Informasi Dan Komputer tentang kompetensi dasar yang akan
disampaikan dan alat evaluasi (soal pre test dan post test).
4) Menyiapkan power point sebagai media pembelajaran.
5) Memilih dan menetapkan 4 orang tutor.
6) Membagi kelas menjadi 4 kelompok belajar saat proses pembelajaran,
masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa dan 1 tutor yang sekaligus
menjadi ketua kelompok. Sambil mengkondisikan kelas menjadi
kelompok-kelompok, guru mengecek kesiapan tutor.
7) Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan
selama proses pembelajaran berlangsung, seperti kamera dan ldkd.
Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan ptk,
antara lain sebagai berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
b. Menguraikan solusi yang akan diterapkan dalam pemecahan masalah
c. Membuat lembar kerja siswa
d. Membuat instrumen yang akan digunakan dalam siklus ptk e) Menyusun
alat evaluasi pembelajaran
b. Tindakan
Pada tahap tindakan ini kegiatan pembelajaran siklus pertama dan
siklus berikutnya sampai siklus terakhir menggunakan metode tutor sebaya.
Tindakan dilakukan oleh guru dan tutor sebaya. Guru memberikan pengantar
dan tutor sebaya mengajari serta mendampingi anggota kelompoknya masing-
masing.
c. Observasi
Pada tahap ini observasi dilakukan oleh peneliti dengan bantuan 4
orang observer. Observasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan tindakan serta hasil belajar siswa setelah tindakan dilakukan.
d. Refleksi

35
Pada tahap ini refleksi dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan guru
pengampu mata pelajaran Microsoft Excel. Refleksi dilakukan terhadap hasil
observasi yang telah dilakukan pada siklus pertama, yaitu menganalisis kelebihan
dan kekurangan tindakan serta hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.
Hasil kesimpulan yang didapat berupa tingkat keefektifan rancangan
pembelajaran yang dibuat dan daftar permasalahan yang dihadapi di lapangan.
Hasil ini kemudian dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan pada siklus
berikutnya.
3. Siklus kedua
Siklus II Langkah-langkah yang dilaksanakan pada siklus II sama dengan
langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus I, meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Refleksi dilakukan berdasarkan
hasil observasi dan hasil tes prestasi belajar yang dilaksanakan pada akhir siklus
II. Jika aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada siklus II telah meningkat
dan telah memenuhi standar minimal yang diberlakukan sesuai kurikulum di
sekolah tersebut, maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya atau
dengan kata lain bahwa penelitian dihentikan pada siklus II. Namun, berdasarkan
refleksi belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa maka perlu dilakukan
tindakan siklus III. Pada akhir siklus III telah meningkat dan telah memenuhi
standar minimal yang diberlakukan serta mencapai ketuntasan secara klaksikal ,
maka tindakan penelitian dapat dihentikan.
D. Instrumen Penilaian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
lembar evaluasi berupa angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab
dengan responden). Suharsimi Arikunto (2010: 194) menjelaskan bahwa angket
adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk menilai
kelayakan media pembelajaran Microsoft Excel berbasis multimedia. Data yang
diperoleh dari angket ini adalah data kuantitatif. Bentuk angket yang digunakan

36
adalah skala bertingkat yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan (Suharsimi Arikunto, 1993: 195).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pembuatan angket
mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2007: 135), yaitu :
1. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada dalam
rumusan judul penelitian atau yang tertera dalam problematika penelitian.
2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
3. Mencari indikator dari setiap sub variabel.
4. Menderetkan diskriptor dari setiap variabel.
5. Membuat kisi-kisi angket penelitian. 6. Melengkapi instrumen dengan
pedoman atau instruksi dan kata pengantar.
Berikut ini akan diberikan kisi-kisi instrumen untuk masing-masing responden.

37
1. Instrumen untuk Ahli Meteri
Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi dapat ditinjau dari aspek kualitas
materi dan kemanfaatan materi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Table 3. Kisi-kisi Instumen Untuk Ahli Materi
No. Aspek Indikator
1. Menu Ikon - Pengenalan program Microsoft Excel
- Menu-menu dalam Microsoft Excel
- Fungsi ikon-ikon
- Membuat lembar kerja
2. Mengolah data - Mengolah data dalam lembar kerja
- Rumus dasar pada Microsoft Excel
3. Mengedit tampilan lembar - Menyisipkan gambar
kerja dalam Microsoft - Menyisipkan grafik
Exce
4 Kemanfaatan - Konsistensi letak tombol
- Mempunyai fungsi tombol dengan
benar
- Mempunyai fungsi fasilitas link
dengan benar
- Membatu siswa lebih fokus dalam
belajar Microsoft Excel
- Mempermudah siswa dalam praktik
Microsoft Excel
2. Instrumen untuk Ahli Media
Kisi-kisi instrumen untuk ahli media dapat ditinjau dari aspek tampilan
design, konsistensi, navigasi dan kemanfaatan, dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
Table 4. Kisi-kisi Instumen Untuk Ahli Media
No Aspek Indikator
1 Tampilan design - Pemilihan font
- Komposisi warna
- Kualitas gambar
2 Konsistensi - Tata letak tombol
- Penggunaan warna yang konsisten
- Pemilihan font yang konsisten
3 Navigasi - Fungsi tombol
- Fungsu link
4 Kemanfaatan - Membatu siswa lebih fokus dalam
belajar Microsoft Excel
- Mempermudah siswa dalam praktik
Microsoft Excel

38
3. Uji coba Instrumen
Sebelum Instrumen digunakan dalam penelitian, maka instrumen harus
diuji cobakan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan guna bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai sudah atau belum terpenuhinya persyaratan.
Instrumen memunuhi syarat sebagai alat pengumpulan data yang valid dan
reliabel. Pengujian dilakukan di SMK Amaliyah Tanjung Tiga dengan subjek
yang digunakan untuk uji coba adalah siswa kelas XA TKJ sebanyak 3 Siswa.
E. Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
suatu penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2010: 308). Agar data yang data yang diperoleh dalam penelitian ini
merupakan data yang valid yaitu data yang diperoleh merupakan gambaran
sebenarnya dari kondisi yang ada.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan
dokumentasi, dengan tujuan untuk menentukan kelayakan media pembelajaran
Microsoft Excel berbasis multimedia. Observasi dilaksanakan pada saat uji ahli
media pembelajaran, uji ahli materi dan uji coba produk, sedangkan teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi digunakan saat uji coba pemakaian
produk. Menurut Suharsimi Arikunto (1992: 307), data kuantitatif yang berwujud
angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara
dijumlah, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase.
Persentase ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Skor Yang Di Observasi


Presentase Kelayakan (%) = X 100%
Skor yang diharapkan

39
Pencarian persentase kjdimaksudkan untuk mengetahui status sesuatu yang
dipersentasekan dan disajikan tetap berupa persentase, tetapi dapat juga persentase
kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, misalnya Sangat
baik (76% - 100%), baik (56% - 75%), cukup (40% - 55%), kurang baik (0 –
39%). Adapun keempat skala tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

Tabel 6. Presentase pencapaian


Presentase Skala Nilai Interprestasi
Pencapaian
76 – 100% 4 Sangat Baik
56 – 75% 3 Baik
40 – 55% 2 Cukup
0 – 39% 1 Kurang Baik

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data PTK. . Data PTK dari
hasil observasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran teknologi dasar otomotif
akan dianalisis dan dipersentase. Teknik analisis data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Teknik analisis data hasil belajar siswa
a. Dihitung nilai rata-rata
∑ xi
Me =
n
Keterangan :
Me = Mean (rata-rata)
∑ = Epsilon (baca jumlah)
Xi = Nilai X ke i sampai n
N = Jumlah individu
b. Dipresentasikan ketuntasan hasil belajar siswa

jumlah sisa tuntas


% Ketuntasan= x 100 %
jumlah seluruh siswa

40
41

Anda mungkin juga menyukai