Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULLUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-undang No 20 tahun 2003(Dalam Hasbullah,2012:304)menyatakan

tentang sistim pendidikan nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan,pengadilan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Menurut undang-undang tersebut pendidikan juga diartikan usaha sadar

yang terencana yang berarti, proses pendidikan di sekolah bukanlah proses

pelakasanaan yang bukan asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses

bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan

pada pencapaian tujuan.

Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan

dalam keluarga , yang sekaligus juga merupakan lanjutaan dari pendidikan

dalam keluarga di samping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi

anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam

masyarakat kelak.Hasbullah(2012:46)

Dalam pengertian dasar (Mulyasana 2011:2) pendidikan adalah proses

menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh

sejalan dengan bakat, watak, kemampuan , dan hati nuraninya secara utuh.

1
pendidikan tidak dimaksudkan untuk mencetak karakter dan kemampuan

peserta didik sama seperti gurunya .proses pendidikan di arahkan pada proses

berfungsinya semua potensi peserta didik secara manusiawi agar mereka

menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kemampuan dan kepribadian unggul.

Pendidikan bermutu, selain di kembangkan melalui transformasi nilai-nilai

positif, juga di selenggarakan sebagai alat untuk memberdayakan semua potensi

peserta didik menuju tingkat kesempurnaan. oleh karena itu, pendidikan bermutu

bukan sekedar mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang besar,

bermakna, dan bermanfat di zamannya, tapi juga dapat membekali peserta didik

menghadap Allah SWT di alam yang teramat abadi kelak.

Sekolah adalah wadah tempat pembelajaran yang dibentuk oleh masyarakat

sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang bersifat formal maupun non-

formal dalam bentuk kursus-kursus dan sebagainya. Sekolah didirikan dan di

bentuk berdasarkan jenjang yakni mulai dengan pendidikan usia dini, taman

kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan, dan sekolah tinggi.

Sekolah-sekolah dengan berbagai jenjang membutuhkan tenaga pendidik

dan kependidikan yang profesional.dan guru adalah tokoh kunci dalam

membangun sumber daya manusia. Oleh karena itu perlu di lakukan berbagai

upaya untuk menghasilkan guru selaras kompetensi yang di milikinya.kompetensi

tersebut adalah pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.untuk menunjang

profesionalismenya, seorang guru harus terus berupaya menjadi guru yang

inspiratif dan berkarakter mulai.

2
Proses pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang di tandai

dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Seorang guru hanya dapat di katakan telah melakukan kegiatan

pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai

akibat dari kegiatan tersebut. Ada hubungan fungsional antara perbuatan guru

mengajar dengan perubahan perilaku peserta didik. Artinya proses pembelajaran

itu memberikan dampak kepada perkembangan peserta didik.

Proses pembelajaran, selain di arahkan pada pembentukan semangat,

motivasi, kreativitas, keuletan dan kepercayaan diri, juga di tekankan pada

pembentukan kesadaran, disiplin, tanggung jawab, dan budaya belajar yang baik.

Proses pembelajaran yang demikian di kembangkan sesuai dengan bakat, minat,

kemampuan, kebutuhan, karakteristik, dan gaya belajar peserta didik.

Dalam proses belajar mengajar siswa di anggap sebagai objek pasif yang

selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pengajar. oleh karena itu,

kurikulum dikembangkan secara terstruktur dengan menggunakan standar-

standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus di raih oleh siswa. Dalam

penilaian (asesmen) hasil belajar, siswa hanya di ukur pada hal-hal yang nyata,

misalnya hasil tes tulis, hasil uji kinerja yang dapat di amati (observable),

sehingga hal-hal yang tidak teramati seperti sikap, minat, bakat, motivasi dan

sebagianya kurang di jangkau oleh penilian.(Suyono 2011:70)

Menurut Djamarah (2010: 120) dalam proses belajar-mengajar kehadiran

media mepunyai arti yang cukup penting. karena dalam kegiatan tersebut ketidak

jelasan bahan yang di sampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media

3
sebagai perantara. kerumitan bahan yang akan di sampaikan kepada anak didik

dapat di sederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang

kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. bahkan

keabstrakan bahan dan dikonkertkan dengan kehadiran media. dengan demikian,

anak didik lebih mudah mencernah bahan dari pada tanpa bantuan media.

Djmarah (2010:121) Media sebagai alat bantu dalam proses belajar

mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. karena memang

gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam

menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru

kepada anak didik.guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran

sukar untuk di cernah dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan

pelajaran yang rumit atau kompleks.

Menurut Asmani ( Dalam Kotten 2012:71) dalam pengertian guru adalah

orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada

peserta didik.sementara itu, masyarakat memandang guru sebagai orang yang

melaksanakan pendidikan di sekolah. semua pihak sependapat bila guru

memegang peranan amat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia

melalui pendidikan.

( Uno dan Mohamad 2012:11) Tugas utama guru adalah menciptakan

suasana kelas sedemikian rupa agar terjadi interaksi belajar-mengajar yang

dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.

Keterampilan proses akan berjalan sebagaimana di harapkan apabila dalam

praktiknya mampu mengembangkan keterampilan memproses perolehan. tanpa

4
keterampilan memproses keterampilan, pastilah hal ini tidak akan bergerak,

karena keterampilan-keterampilan itu merupakan roda penggerak penemuan dan

pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan pengembangan sikap

dan nilai pada diri siswa.

Proses pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh sesorang

( pelajar, mahasiswa) untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak di ketahui

atau diketahui tetapi belum menyeluruh tentang suatu hal. Melalui belajar

seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuannya seperti yang di

kemukakan sebelumnya. apabila di dalam suatu proses belajar seseorang tidak

mendapatkan suatu peningkatan Kualitas dan Kuantitas kemampuan, maka dapat

di katakan bahwa orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses

belajar.atau orang tersebut mengalami kegagalan dalam proses belajar.

Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun

makna atau pemahaman , maka siswa perlu di beri waktu yang memadai untuk

melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berpikir

ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk

membangun sendiri gagasannya. tidak membantu siswa telalu dini,menghargai

siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk

membangun sendiri gagasannya. tidak membantu siswa terlalu dini, menghargai

usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan, dan menantang siswa

sehingga berbuat dan berpikir merupakan strategi guru yang memungkinkan

siswa menjadi pembelajar seumur hidup. tanggung jawab belajar berada pada

diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang

5
mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar

sepanjang hayat.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan berbagai strategi

dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan

bermakna.dalam hal ini kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dalam

meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,

kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup peserta didik guna

membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.pemanfatan media

seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru sebagai

fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran.oleh karena itu tiap-tiap pendidik

perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat

mengefektifkan pencapian tujuan pembelajaran dalam proses belajar-mengajar.

6
B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ini berfokus pada

upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan

media gambar dalam pembelajaran penjaskes materi budaya hidup sehat

pada peserta didik kelas V sekolah dasar Inpres waitiu.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fokus masalah yang telah penulis kemukakan

diatas,maka dapat di rumuskan masalah penelitian sebagai brikut

1. Bagaimana penggunaan media gambar pada mata pelajaran

penjaskes materi menerapkan budaya hidup sehat dan di SD

Inpres Waitiu Kecamatan Larantuka kabupaten flores Timur ?

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran

penjaskes materi budaya hidup sehat di SD Inpres Waitiu

Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores Timur ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penggunaan media gambar pada mata

pelajaran Penjaskes materi budaya hidup sehat di SD Inpres

Waitiu Kecamatan Larantuka Kabupaten flores Timur.

2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik kelas V pada mata

pelajaran Penjaskes materi budaya hidup sehat setelah di

terapkanya media gambar di SD Inpres Waitiu Kecamatan

Larantuka Kabupaten flores Timur.

7
E. DEFENISI OPERASIONAL JUDUL

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang di

pakai pada judul penelitian ini,maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah

sebagai berikut:

1. Medi gambar
Media gambar adalah : sumber yang di perlukan untuk melakukan

komunikasi dengan peserta didik .

2. Hasil belajar

Purwanto (2013:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaki siswa

akibat belajar .perubahan itu di upayakan dalam proses belajar mengajar

untuk mencapai tujuan pendidikan perubahan perilaku individu akibat

proses belajar tidaklah tunggal.setiap proses belajar mempengaruhi

perubahan perilaku pada domain tertentu pada diri siswa ,tergantung

perubahan yang di inginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidik.

3. peserta didik

peserta didik adalah angota masyarakat yang sedang di siapkan menjadi

anggota masyrakat yang lebih baik.pesrta didik merupakan komponen

masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya di proses dalam

proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional.

8
4. penjaskes merupakan

F. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian di atas,maka penelitian ini di harapkan

dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut ini:

1. Bagi sekolah
Untuk memperkaya literatur dan meningkatkan kualitas hasil

belajar dalam bidang pendidikan penjaskes

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu

media pembelajaran di sekolah terutama pada mata pelajaran

penjaskes sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

3. Bagi peserta didik

Meningkatkan cara berpikir peserta didik tersebut lebih

kritis,tanggap terhadap lingkungan-lingkungan,diri sendiri

serta aktif dalam kegiatan sehari-hari untuk meningktkan

hasil belajar secara individu.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI
1. Penerapan Media Gambar
a. Pengertian Media
Media brasal dari bahasa latin “Medius” yang secara

harafia berarti” tengah”perantara atau pengantar.pengertian

umumnya adalah segalah sesuatu yang dapat menyalurkan

informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi

(Suryani 2012:135).

Media adalah segalah sesuatu yang menyalurkan informasi

sedangkan menurut Briggs (dalam Susilana,2014:5) menyatakan

bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang

bagi siswa supaya terjadi proses belajar.

Amri (2013:104-105) menyatakan bahwa media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan

dalam kaitnya dengan pengajaran pembelajaran media adalah

segala sesuatau yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar.

Menurut Martin dan Briggs (Dalam Wena, 2011:9-10)

media adalah semua sumber yang di perlukan untuk melakukan

komunikasi dengan siswa .Menurut degeng (1989) ada lima cara

untuk mengklasifikasikan media pengajaran untuk keperluan

10
mempreskripsikan strategi penyampaian,yaitu (1) tingkat

kecermatan representasi, (2) tingkat interaktif yang di

timbulkan, (3) tingkat kemampuan khusus yang di miliki,

(4 )tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan, dan (5) tingkat

biaya yang di perlukan.

Gagne (Dalam Komalasari, 2015:111-112) mengartikan

media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

dapat merangsang mereka untuk belajar .senada dengan itu,

Briggs(Komalasari, 2015:112) mengartikan media sebagai alat

untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses

belajar. yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta

sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan

belajar (siswa). sebagai penyaji dan penyalur pesan, media

belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan

informasi belajar kepada siswa. Media adalah segala bentuk

dan saluran yang di gunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi pembelajaran. hal-hal yang harus dipertimbangkan

dalam memilih media pembelajaran:1) ketepatan dengan tujuan

pembelajaran; 2) dukungan terhadap isi pelajaran; 3) kemudahan

memperoleh media; 4) keterampilan guru dalam

menggunakanya; 5) ketersediaan waktu menggunaknya; dan 6)

sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.

11
Media pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis berupa

kemampuan untuk: (1) membuat konsep yang abstrak menjadi

konkret: (2) melampaui batas indra, waktu dan ruang: (3)

menghasilkan keseragaman pengamatan: (4) memberi

kesempatan pengguna mengontrol arah maupun kecepatan

belajar: (5) membangkitkan keingintahuan dan motivasi belajar:

dan (6) dapat memberikan pengelaman belajar yang menyeluruh

dari yang abstrak hingga yang konkret.

b. Media Sebagai Alat Bantu

Bahri djamarah ( 2010:121) media sebagai alat bantu

dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang

tidak dapat dipungkiri.karena memang gurulah yang

menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam

menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang di

berikan oleh guru kepada anak didik. guru sadar tanpa bantuan

media, maka bahan pelajaran sukar untuk di cerna dan di pahami

oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau

kompleks.

Hamiyah dan Gauhar ( 2014: 261) Media sebagai alat

bantu dalam proses belajara-mengajar adalah suatu kenyataan

yang tidak dapat di pungkiri. Setiap materi pelajaran memiliki

tingkat kesukaran yang bervariasi. Di satu sisi, ada bahan

pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu,tetapi di sisi lain,

12
ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa

media pengajaran sperti globe, grafik, gambar dan

sebagainya.penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa

sembarangan menurut kehendak guru, tetapi harus

memperhatikan dan mempertimbangkan tujuannya. akhirnya

dapat di pahami media adalah alat bantu dalam proses belajar-

mengajar gurulah yang mempergunakannya untuk

membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.

c. Macam Macam Media

Hamiyah dan Gauhar(2014-262-263) klasifikasi media di

lihat dari jenisnya, daya liputnya, bahan, serta cara

pembuatnya.di lihat dari jenisnya, media di bagi ke dalam:

1) Media Audutif.
Media audutif adalah media yang hanya mengandalkan
suara saja, seperti radio, casette recorder, dan piringan
hitam.
2) Media visual.

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan

indera penglihatan.media ini menampilkan gambar diam

seperti film strip (film rangkai), slides ( film bingkai),

foto,gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pul yang

menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti

film bisu,dan film kartun.

3) Media audiovisual.

13
Media audivisual adalah media yang mempunyai unsur

suara dan unsur gambar. Media ini mempunyai

kemampuan yang lebih baik karena mencakup kedua jenis

media. Media ini dibagi ke dalam:

a) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan

suara dan gambar diam seperti film bingkai

suara( sound slides), film rangkai suara, dan cetak

suara.

b) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat


menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak
seperti film suara dan video-cassette.
Ini juga dapat bagi mejadi:
(1) Audiovisual murni, yaitu unsur suara dan unsur

gambar yang berasal dari suatu sumber seperti

vidio-cassete.

(2)Audiovisual tidak murni, yaitu unsur suara dan

unsur gambar yang berasal dari sumber yang

berbeda,misalnya, film bingkai suara yang unsur

gambarnya bersumber dari slides proyektor dan

unsur suaranya bersumber dari tape recorder.

Sedangkan di lihat dari daya liputnya, ini di bagi


menjadi:

1) Media dengan daya liput luas dan serentak.

14
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat

dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak

didik yang banyak.

2) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang

dan tempat. Media ini membutuhkan tempat dan

ruang yang khusus.

3) Media untuk pengajaran individual.

Media ini di gunakan hanya untuk seorang diri,

misalnya modul berprogram dari pengajaran

melalui komputer.

Dilihat dari bahan pembuatannya, ini dibagi menjadi :

1) Media sederhana.

Media ini bahan dasarnya mudah di peroleh,

harganya murah, pembuatanya mudah, dan

penggunannya tidak sulit.

2) Media kompleks.

Media ini bahan dan alat pembuatanya sulit di

peroleh, sulit membuatnya, penggunaannya

perlu keterampilan, dan harganya mahal.

d. Prinsip pemilihan Media Pembelajaran

Suryani ( 2012:140 ) prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran


adalah:

15
1) Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi

pelajaran,metode mengajar yang di gunakan serta karakteristik

siswa yang belajar( tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan

jumlah siswa yang belajar)

2) Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal

ciri-ciri dan tiap-tiap media pembelajaran

3) Pemilihan media pembelajaran harus berorinentasi pada siswa

yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan

efektivitas belajar siswa.

4) Pemilihan media harus memepertimbangakan biaya

pengadaan ,ketersediaan bahan media, mutu media, dan

lingkungan fisik tempat siswa belajar.

Sudirman (dalam Hamiyah dan Gauhar 2014:264)

mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yaitu :

1) Tujuan pemilihan.

Pemilihan media yang akan di gunakan harus sesuai dengan

kejelasan maksud dan tujuanya.

2) Karakteristik media pengajaran.

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, dilihat dari segi

keampuhannya, cara pembuatnnya, maupun cara penggunaanya.

3) Alternatif pilihan.
Guru bisa menentukan mana media yang akan di gunakan apabila

terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan.

16
Sedangkan prinsip menurut Sudjana adalah:

1) Menentukan jenis media dengan tepat.

2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat.

3) Menyajikan media dengan tepat.

4) Menepatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat, dan

situasi yang tepat.

e. Fungsi Media Sebagai Alat Pengajaran

Suryani( 2012:145-146) dapat di katakan salah satu fungsi

media pembelajarn adalah sebagai alat bantu mengjar yang turut

mempengaruhi kondisi dan lingkungan yang ditata dan di

ciptakan oleh guru.

Media pengajaran adalah suatu alat bantu yang tidak

bernyawa. Sudjana (dalam hamiyah dan gauhar 2014: 265)

merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori:

1) Penggunaan media dalam proses belajar-mengajar bukanlah

fungsi tambahan, tetapi merupakan fungsi sebagai alat bantu.

2) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang

integral dari keselurahan situasi mengajar.

3) Media pengajaran dalam pengajaran.

4) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat

hiburan.

5) Penggunaan media dalam pengajaran lebih di utamakan

untuk mempercepat proses belajar mengajar.

17
6) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk

mempertinggi mutu belajar-mengajar.

f. Media gambar
Pengertian media gambar

g. Langkah Langkah Penerapan Media Gambar dalam pembelajaran

2. Belajar

a. Pengertian belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan

semua lapisan masyarakat. bagi para pelajar atau mahasiswa

kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semu kegiatan

dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.kegiatan

belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan

keinginan.entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.

Drs.Slameto juga merumuskan pengertian tentang

belajar.menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang di

18
lakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengelaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

Menurut gagne belajar merupakan kegiatan yang

kompleks.hasil belajar berupa kapabilitas. stelah belajar orang

memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. timbulnya

kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari

lingkungan, dan (ii) proses kognitif yaang di lakukan oleh

pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses

kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan

perilaku yang di lakukan dengan sengaja untuk memperoleh

pengetahuan, kecakapan, dan pengelaman baru ke arah yang

lebih baik.

Hamiyah dan gauhar ( 2014:1) belajar merupakan kegiatan

paling pokok dalam proses belajar-mengajar manusia, terutama

dalam pencapaian tujuan institusional suatu lembaga pendidikan

atau sekolah.

b. Teori-teori belajar

1) Teoi belajar menurut ilmu jiwa daya

Pengaruh teori ini adalah ilmu pengetahuan yang didapat

hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka.penguasaan bahan

19
yang bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian.walaupun

begitu, teori ini dapat digunakan untuk menghafal rumus,

dalil, tahun,kata-kata asing dan sebagainya.

2) Teori tanggapan

Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang

teori belajar yang dikemukakan oleh ilmu jiwa daya. Herbart

adalah orang yang mengemukakan teori tanggapan. menurut

Herbart teori yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak

ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat menerangkan

kehidupan jiwa.oleh karena itu, herbart mengajukan teorinya,

yaitu teori tanggapan. Menurutnya unsur jiwa yang paling

sederhana adalah tanggapan.

3) Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt

Dalam belajar, menurut teori gestalt, yang terpenting adalah

penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau

tanggapan yang tepat.

4) Teori belajar dari R.Gagne

Dalam masalah belajar, gagne memberikan dua defenisi.

a) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,

kebiasaan, dan tingkah laku.

b) Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang di

peroleh dari intruksi.

20
5) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi

Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya

terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

Dalam praktiknya, proses belajar yang di alami oleh diri siswa

tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor yang turut mendukung

efektivitas belajar itu sendiri.secara fundamental,menurut Dollar

dan Miller (makmun,S. A.) efektivitas perilaku belajar

dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:

1) Adanya motivasi ( drives), dari siswa yang bersangkutan.


ini berarti siswa harus menghendaki sesuatu (the learner must
want something).
2) Adanya perhatian dan mengetahui sasaran ( cue).
Ini berarti siswa harus memperhatikan sesuatu ( the learner
must notice something).
3) Adanya usaha (response). Ini berarti siswa harus melakukan
sesuatu ( the learner must do something).
4) Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement).
Ini berarti siswa harus memperoleh sesuatu ( the learner must
get something).

1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai

melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-

angka atau nilai. Menurut Gagne dan Driscoll (dalam Ekawarma, 2013 :

21
69) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui

penampilan peserta didik.

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa hasil

yang dicapai peserta didik setelah melalui proses pembelajaran yang dapat

dilihat dari nilai yang tertera dalam raport yang menunjukan kecakapan

siswa dalam menguasai materi pembelajaran.

Kata hasil dalam bahasa indonesia mengandung makna pendidikan

makna perolehan dari suatu usaha yang telah di lakukan sebelumnya. Hasil

belajar peserta didik dapat dinyatakan dengan nilai dalam raport, sesuai

dengan pendapat sumardi suryadibrata (dalam Paizaluddin dan Ermelinda

2012:211), yang menyatakan bahwa nilai raport merupakan rumusan

terakhir dari guru mengenai kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalm

masa tertentu yaitu 4 ataupun 6 bulan.

Hasil belajar merupakan suatu masalah dalam sejarah kehidupan

manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar

prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Dalam kamus

besar bahasa indonesia prestasi belajr didefenisikan sebagai hasil

penelitian yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang besifat kognitif

dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaiaan.

b. Fungsi hasil belajar

22
Menurut Arifin (dalam Paizaluddin dan Ermalinda 2012:211), hasil

belajar mempunyai fungsi:

1) Hasil belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas ilmu


pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Hasil belajar sebagai penguasaan hasrat ingin tahu.
3) Hasil belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Hasil belajar sebagai indikator itern dan ekstern dari suatu instusi

pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat

dijadikan indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya

prestasi belajar dijadikan indikator tingkat kesusksesan anak didik

dalam masyarakat.

c. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor dari dalam

(faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor internal). Menurut

Suryabrata (dalam Ekawarma, 2013 :77) menyatakan faktor internal

adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis (misalnya kecerdasan,

motivasi berprestasi, dan kemampuan kognitif) sedangkan internal adalah

faktor instrumental dan faktor lingkungaan (misalnya guru, kurikulum dan

model pembelajaran).

Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasi belajar

penting sekali dalam rangka membantu peserta didik dalam memcapai

23
hasil belajar dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Ahmadi (Dalam Paizalludin dan Ermelinda 2012:212), bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi:

1) Faktor internal

a) Faktor jasmania ( fisilogi) baik yang bersifat bawaan maupun

yang di peroleh,yang termasuk faktor ini misalnya

penglihatan,pendengaran,struktur tubuh dan sebagainya.

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang di

peroleh terdiri atas:

(a) Faktor intelektif yang meliputi Faktor potensial yaitu

kecepatan dan bakat.

(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah

dimiliki.

(c) Faktor non intelektif,yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c) Faktor kematangan fisik maaupun psikis

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan sosial yang tediri dari:

Lingkungan keluaraga

Lingkungan sosial

Lingkungan masyarakat

24
Lingkungan kelompok

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik ,di antarnya fasilitas rumah,fasilitas

belajar di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat

dan iklim.

1. Pengertian peserta didik

a. pengertian peserta didik

Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah

satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta

didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam

semua proses transformasi yang di sebut pendidikan. Sebagai

salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan, peserta

didik sering di sebut “raw material ( bahan mentah).

Dalam prespektif pedagogis, peserta didik diartikan

sebagai sejenis makhluk homo edukandum, mahkluk yang

menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik di

pandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat

laten, sehingga di butuhkan binaan dan bimbingan untuk

mengaktualisasikannya agar peserta didik menjadi manusia susila

yang cakap.

25
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu

yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya

masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan

berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan

pengarahan yang kosisten menuju ke arah titik optimal

kemampuan fitrahnya (Arifin, 1996).

Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional NO 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, peserta didik

diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur

jenjang dan jenis pendidikan tertentu

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

peserta didik adalah manusia yang sedang berada dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis

melalui proses pendidikan dan jenis pendidikan tertentu

b. Hakikat peserta didik

Kajian mengenai hakikat peserta didik dapat dilihat dari

aneka tilikan filosofis dan teoritis. Pandangan psikoanalitik

melihat peserta didik sebagai insan digerakkan oleh dorongan-

dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Pandangan

humanistik melihat peserta didik sebagai insan yang baik dan

memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan-tujuan

26
yang positif. Pandangan ini didasari atas asumsi bahwa manusia

merupakan insane yang selalu berubah, tumbuh, dan berkembang

menjadi pribadi yang lebih maju dan sempurna.

Pandangan netralistik melihat peserta didik sebagai insane

yanggg tidak dapat dikatakan ini atau itu. Karena esensinya

manusia merupakan suatu keadaan dan keberadaan yang

berpotensi, namun dihadapkan pada kesemestaan alam, sehingga

manusia itu terbatas. Pandangan behavioristik melihat peserta

didik sebagai manusia yang sepenuhnya adalah makhluk kreatif,

dimana tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang

bersumber atau memiliki kekuatan dari luar.

c. Karaktekristik peserta didik

Berdasarkan beberapa definisi peserta didik, dapat

disimpulkan bahwa peserta didik merupakan individu yang

memiliki sejumlah karakteristik yaitu:

1) Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik

yang khas sehingga ia merupakan insan yang baik.

2) Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang,

artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-

perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang

ditunjukan pada dirinya maupun yang diarahkan pada

penyesuaian dengan lingkungannya.

27
3) Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan

untuk mandiri.

4) Peserta didik adalah individu yang membutuhkan

bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

d. Hak dan Kewajiban Peserta didik

Hak dan kewajiban itu antara diatur dalam UU No. 20 Tahun

2003 Sisdiknas, bahwa setiap peserta didik pada satuan pendidikan

berhak:

1. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama

yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang

seagama.

2. Mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,

minat dan kemampuannya.

3. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang

tuanya mampu membiayai pendidikannya.

4. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang

tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

5. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan

pendidikan lain yang setara.

6. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan

kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang

dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

28
Selain itu setiap peserta didik harus memenuhi

kewajiban tertuntu. UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas telah

mengatur kewajiban peserta didik.

1. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin

keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

2. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan,

kecuali bagi peserta didik yang yang dibebaskan dari

kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

3. Warga negara asing dapat menjadi peserta pada satuan

pendidikan yang diselenggarakan dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik

2. Pembelajaran penjaskes
a. Pengertian penjaskes

29
B. PENELITIAN RELEVAN
Penelitian terdahulu di anggap relevan dan sangat terkait dengan penelitian
ini,yang telah di lakukan untuk mengetahui prestasi belajar yang telah dicapai dari
penelitian yang telah dimaksud,akan di paparkan sebagai berikut:
1. Marsiano kalo ( 2015 ) dengan judul penelitiannya adalah :
penerapan media gambar pada pembelajaran ips untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV pada mata
pelajaran IPS di SDK Niodede” terbukti bahwa dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS materi
kenampakan alam setelah menggunakan media gambar.
2. Bonefasius olan ( 2014 ) dengan judul penlitiannya
adalah :penerapan media gambar untuk meningktkan hasil belajar
IPA materi alat pernapasan manusia pada siswa kelas V SDI
Maurole”dari hasil tersebut dapat di simpilkan bahwa penerapan
media gambar dapat meningkatkan hasil belajar.
3. Narsisius lembu ( 2014 ) dengan judul penelitiannya penerapan
media gambar untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa
kelas IV SDK Detu Wulu”dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa,dengan penerapan media gambar dapat meningkatkn
prestasi belajar IPS materi pokok perkembangan teknologi
komunikasi.

Dari hasil ketiga penelitian di atas membuktikan bahwa penggunaan


media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. adapun
persamaan dan perbedaan antara ketiga peneliti di atas dan penelitian yang akan di
lakukan yaitu sama-sama menggunakan media gambar. Sedangkan perbedanya
yaitu mata pelajaran, materi, tingkat kelas dan tempat penelitian.

30
C. KERANGKA PIKIR

Pembelajaran lebih pusat pada guru


Peserta didik jadi bosan dan jenuh pada
Kondisi Awal pembelajaran Penjaskes
Hasil belajar cenderung menurun dan
rendah

Menerapkan media gambar pada pelajaran


PENJASKES, Budaya Hidup Sehat.
Kondisi Tindakan Guru memotivasi peserta didik

Hasil belajar jadi meningkat dan mencapai


KKM yang ada di sekolah tersebut
Kondisi Akhir Peserta didik lebih senang dan tertarik pada
pembelajaran PENJASKES

Gambar kerangka berfikir

Berdasarkan urian kerangka pemikiran di atas kajian teoritik yang telah di uraikan
sebelumnya diperoleh alur kerangka berpikir bahwa kondisi awal SDI waitiu
pelajaran penjaskes di kelas V masi berorientasi pada pengalihan pengetahuan
pembelajaran lebih berpusat pada guru. Guru memandang peserta didik sebagai
objek didik yang siap untuk menerima informasi yang di sampaikan oleh guru.
dampak lanjutnya peserta didik pasif, malas berpikir, kesulitan dalam
berkomunikasi kesulitan menjawab pertanyaan guru, peserta didik jadi bosan dan
jenuh dalam belajar. akibatnya aktifitas belajar menjadi menurun, dan hasil yang
dicapai tidak mencapai KKM ( kriteria ketuntasan minimal) yang ada di sekolah
tersebu. Dengan kondisi awal seperti ini, kemudian peneliti akan melaksanakan
suatu tindakan untuk mengatasinya peneliti melakukan penelitian dengan
menggunakan penerpan media gambar pada mata pelajaran Penjaskes materi
budaya hidup sehat pada peserta didik kelas V. Peneliti akan memberi motivasi
pada peserta didik dengan memberi penguatan agar peserta didik merasa senang
dan tidak bosan dengan pembelajaran. dari tindakan yang di laksanakan peneliti,
di harapkan mencapai kondisi akhir, yaitu hasil belajar PENJASKES peserta didik

31
kelas V SDI Waitiu dapat meningkat, dan peserta didik lebih senang dan tertarik
untuk belajar PENJASKES.

D. HIPOTESIS
Penggunaan Media Gambar dapat Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas V pada Mata Pelajaran Penjaskes Materi Budaya Hidup Sehat di
SDI WAITIU Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores Timur.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

1. Jenis penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan

hasil belajar PENJASKES di kelas V SDI Waitiu.

Menurut French dan Bell (Trianto, 2012: 14), mendefinisikan

penelitian tindakan dari dua segi, yaitu: (1) dari segi proses, penelitian

tindakan kelas adalah pengumpulan data penelitian yang dilakukan

secara sistematis tentang suatu sistem yang sedang berjalan yang

berhubungan dengan beberapa sasaran, tujuan atau kebutuhan sistem;

melakukan tindakan-tindakan dengan mengubah variable yang dipilih

dalam sistem tersebut berdasarkan data dan hipotesis; dan menilai

hasil tindakan dengan mengumpulkan banyak data; dan (2) dari segi

pendekatan, penelitian tindakan adalah aplikasi penelitian ilmiah

untuk menemukan fakta dan eksperimentasi masalah-masalah praktis

yang membutuhkan fakta, dan eksperimentasi masalah-masalah

praktis yang membutuhkan solusi dan melibatkan kolaborasi dan

kerjasama ilmuwan, praktisi dan pihak lain yang berkepentingan. Jenis

penelitian yang dipakai bersifat kolaboratif.

Trianto (2012:22) menyatakan sifat kolaboratif artinya proses

PTK selalu terjadi kerjasama antar guru atau antar peneliti, atau antara

peneliti dengan pihak-pihak yang terkait. Kerjasama yang dilakukan

33
dalam rangka mencapai keabsahan data (validitas dan reliabilitas

data).

Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas kualitatif yang

dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam

pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki

kualitas pembelajaranya

B. Prosedur penelitian

1. Gambar umum penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Tagart.Menurut Trianto (2012: 30)

Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep

dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin, hanya saja komponen acting dan

observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan

yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.

Dalam perencanaannya, Kemmis menggunakan system spiral

refleksi diri yang dimulai dengan :

1. Tahap 1 :Menyusun Rancangan Tindakan (Planning).

Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan pada

tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara

empiris hipotesis tindakan yang ditentukan.Rencana tindakan ini

mencakup semua langkah tindakan secara rinci.Segala keperluan

pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran

34
yang mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik atau

instrument observasi/evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada

tahap perencanaan ini.

2. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari

semua rencana yang telah dibuat.Tahap ini, yang berlangsung di

dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan

teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-

langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum

yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan

efektivitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu

peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi

yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi di kelasnya sendiri.

3. Tahap 3 : Pengamatan (Observing)

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaa tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi

tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat,

serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang

dikumpulkan dengan alat bantu instrument pengamatan yang

dikembangkan oleh penelitian.

4. Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)

35
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data

yang didapat saat dilakukan pengamatan.Data yang didapat

kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis dan

disintesis. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman,

pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan

dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi

bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik

suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.

2. Rincian prosedur penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan prosedur menurut Kemmis dan

Mc Taggart seperti gambar di bawah ini:

36
Identifikasi masalah

Refleksi

Observasi Perencanaan I

Pelaksanaan

Hasil refleksi

Refleksi

Observasi Perencanaan II

Pelaksanaan

dst

Prosedur penelitian model Kemmis Mc.

Taggart

Keterangan :

: Kegiatan
: Hasil kegiatan
: Kegiatan berlangsung secara bersamaan
: Urutan pelaksanaan kegiatan

37
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:

Siklus I

1) Perencanaan

a. Menyusun RPP

b. Merancang pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan

dengan materi pelajaran.

2) Tindakan pengamatan

a. Guru membagi siswa dalam masing- masing kelompok.

b. Guru mejelaskan materi dengan menggunakan media

gambar.

c. Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pembelajaran.

d. Siswa diberikan tugas rumah secara individual.

e. Pengamat mengamati jalannya pembelajaran dan menilai

kemampuan siswa dalam pembelajaran.

f. Pengamat menilai tes formatif siswa.

3) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mencetak semua keterangan baik

kelebihannya maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I

selanjutnya untuk mengadakan perbaikan pada siklus II

Siklus II

1) Perencanaan

a. Menyusun RPP

38
b. Merancang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

materi pelajaran.

2) Tindakan pengamatan

a. Guru membagi siswa dalam masing- masing kelompok.

b. Guru menjelaskan materi dengan menerapkan media gambar

c. Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pembelajaran.

d. Siswa diberikan tugas rumah secara individual.

e. Pengamat mengamati jalannya pembelajaran dan menilai

kemampuan siswa dalam pembelajaran.

f. Pengamat menilai tes formatif siswa.

3) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mencetak semua keterangan baik

kelebihannya maupun kekurangan

C. Seting dan subjek penelitian

a. Lokasi dan waktu

1) Lokasi penelitian

Penelitian Tindakaan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar

Inpres Waitiui Kecamatan Kabupaten flores timur.

2) Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 bulan

b. Seting penelitian

39
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada peserta didik

Kelas V di Sekolah Dasar Inpres Waitiu Kecamatan ....... Kabupaten

Flores timur karena berdasarkan observasi yang dilakukan, dijumpai

bahwa sebagian peserta didik masih belum memahami materi dalam

pembelajaran Penjaskes Kelas V. Hal ini tentunya disebabkan oleh

banyak faktor sebagaimana dijelaskan dalam latar belakang.

D. Teknik pengumpulan data


Untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

1. Obsevasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara

sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat

dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang

sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara

umum, peneliti mengum[pulkan data atau informasi sebanyak

mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi

yang tefokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang

diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku

dan hubungan yang terus-menerus terjadi. Jika hal itu sudah

diketemukan, maka peneliti dapat menemukan teme-tema yang

akan diteliti. (Sarwono 2006:224)

2. Wawancara

40
Teknik wawancara dalam penelitian pendekatan kualitatif

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 1) wawancara dengan

melakukan pembicaraan informal (informal conversational

interview), 2) wawancara umum yang terarah (general interview

guide approach), dan 3) wawancara terbuka yang standar

(standardized open-ended interview) Patton, dikutip oleh Cathreine

Marshal (dalam Sarwono :224). Dengan menggunakan teknik

wawancara ini, keberhasilan dalam mendapatkan data atau

informasi dalam obyek yang diteliti sangat bergantung pada

kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data seperti naskah-naskah, tulisan-tulisan.

administrasi, gambar-gambar dan lain sebagainya. Teknik

dokumentasi dalam penelitian untuk mendapatkan data yang

berhubungan dengan letak sekolah, sejarah berdirinya dan lain-lain.

4. Field Notes

Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini

adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti atau

mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. Berbagai

aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas,

hubungan interaksi guru dengan peserta didik, interaksi peserta didik

dengan peserta didik, demikian pula kegiatan lain dari penelitian ini

41
seperti aspek orientasi, perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan

refleksi, semuanya dapat dibaca kembali dari catatan lapangan ini.

Dalam penelitian tindakan kelas, analisis dilakukan peneliti

sejak awal, pada setiap aspek kegiatan penelitian. Pada waktu

dilakukan pencatatan lapangan tentang kegiatan pembelajaran di

kelas, peneliti juga dapat langsung menganalisis apa yang

diamatinya, situasi dan suasana kelas, cara guru mengajar, hubungan

guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan

lain sebagainya.

5. Tes

Menurut Amir Daien (dalam Arikunto,2012:46), Tes adalah

suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk

memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan

tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan

cepat.

6. Foto/Kamera

. Foto/Kamera digunakan untuk mengabadikan momen-momen

yang dianggap penting saat pembelajaran berlangsung.

E. Analisis data
Pada penelitian tindakan ini, peneliti menganalisis data dengan

menggunakan teknik analisis data kualitatif. Berdasarkan metode

42
pengumpulan data menggunakan teknik analisis data kualitatif maka hasil

yang diolah menggunakan rumus dalam Sarwono (2006) sebagai berikut:

M=
∑X
N

Keterangan:

M =Rata-rata nilai

∑ =Jumlah nilai keseluruan yang di peroleh siswa

N =Banyaknya siswa dalam satu kelas

Dari hasil rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik, pencapaian

indikator pembelajaran dapat dikategorikan berdasarkan ketentuan. Setelah

itu dinyatakan dengan kriteria yang sifatnya kualitatif dengan rentangan

nilai sebagai berikut:

Skor rentangan
Nilai : 10 – 100
< 40 = Sangat Kurang (E)
46 – 55 = Kurang (D)
56 – 65 = Cukup (C)
66 – 79 = Baik kjlog (B)
80- 100 = Sangat Baik (A)

43
Sedangkan untuk data observasi dianalisis dengan kriteria
penilaian sebagai berikut:

Skor rentangan
Nilai : 1 – 5
1= Sangat Kurang (E)
2 = Kurang (D)
3 = Cukup (C)
4 = Baik (B)
5 = Sangat Baik (A)

F. Jadwal penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik Kelas V Sekolah Dasar

Waitiu Kecamatan ...... Kabupaten Flores timur mulai akhir bulan maret

sampai dengan akhir bulan April 2017. Jadwal kegiatan Penelitian Tindakan

Kelas dapat dirincikan pada tabel berikut ini: .

Tabel 1.jadwal penelitian

Maret April
No Jenis Kegiatan
Minggu Ke

3 4 1 2 3 5
1 Proposal Di Setujui
2 Observasi Awal
3 Siklus I
4 Analisis Siklus I
5 Siklus II
6 Analisis Siklus II
7 Ujian Skripsi

44
45

Anda mungkin juga menyukai