Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus

membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.1 Pendidikan merupakan

usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik

dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transformasi

sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan.2 Pendidikan dan

pembelajaran merupakan satu paket yang tak terpisahkan. Pembelajaran

merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Kegiatan pembelajaran

diselenggarakan untuk membentuk watak, membangun pengetahuan, sikap dan

kebiasaan-kebiasaan untuk meningkatkan mutu kehidupan peserta didik.3

Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan

kehidupan generasi sejalan dengan tuntutan zaman, pendidikan menjadi sarana

utama untuk mengembangkan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kunci

dari segala bentuk kemajuan hidup manusia.

Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk membantu manusia

memperoleh kehidupan yang bermakna, baik secara individu maupun secara

kelompok. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional memberikan definisi tentang pendidikan dengan:


1
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan : Sebuah Tinjauan Fillosofis,
(Yogyakarta: Suka-Press, 2014 ), h. 13.
2
Ibid., h. 73.
3
Anwar, Pembelajaran Mendalam untuk Membentuk Karakter Siswa sebagai
Pembelajar. (Bandung: Rodeta, 2017), h. 97-104.

1
2

Usaha sadar dan terencana dan mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki muatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, pendidikan dapat diartikan

sebagai suatu proses atau upaya sadar untuk menjadikan manusia ke arah yang

lebih baik. Dalam suatu proses pendidikan selalu ingin menghasilkan lulusan atau

output yang baik, berkualitas, memiliki prestasi belajar yang bagus dan dapat

diandalkan. Untuk mencapai keberhasilan pendidikan dimaksud, harus melalui

beberapa proses dan sistem yang baik. Proses atau sistem yang dimaksud

mencakup berbagai hal yakni proses belajar mengajar, sumber belajar, alat dan

evaluasi. Dalam proses belajar mengajar terdapat berbagai komponen yang

menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan proses belajar mengajar itu

sendiri. Bagian atau komponen tersebut antara lain guru, siswa, bahan atau materi

pembelajaran, dan media pembelajaran.

Keberadaan guru dalam proses belajar mengajar merupakan komponen

yang memegang peranan penting dan utama. Hal itu dikarenakan keberhasilan

proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Profesionalisme dan

kecakapan guru akan sangat berpengaruh terhadap hasil kegiatan belajar

mengajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas seorang guru adalah

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi dan komunikasi

dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya.5

4
Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Nomor 20
Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 39.
5
Basyaruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
h. 1
3

Komponen selanjutnya adalah keberadaan siswa dalam proses belajar

mengajar. Siswa adalah orang yang belajar dalam sebuah interaksi sosial dalam

bentuk proses belajar mengajar. Adapun yang dimaksud belajar adalah suatu

proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.

Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.

Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan perilaku

yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,

ketrampilan, dan sikapnya.6

Pendidikan merupakan wadah yang berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia ynag beriman dan bertakwa kepada

Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam

mewujudkan tujuan pendidikan dibutuhkan sosok yang mampu menjadi tumpuan

proses pendidikan itu berlangsung. Guru merupakan sosok yang dibutuhkan

dalam mewujudkan tujuan tersebut. Sebagai tenaga profesional yang bertugas

dalam mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi para peserta didik sehingga sosok guru dibutuhkan dalam dunia

pendidikan.

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi komunikasi antara siswa

dengan guru dalam kegiatan pendidikan. Tercapainya kompetensi siswa dalam


6
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 1
4

proses belajar mengajar merupakan tolak ukur keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif akan mendorong ke arah perubahan, pengembangan

serta meningkatkan hasrat untuk belajar. Ketika belajar secara pasif, peserta

didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu dan tanpa pertanyaan. Ketika

belajar secara aktif, pelajar mempunyai sesuatu. Dia ingin menjawab

pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah.7

Diantara keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh

kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode sebagai strategi

pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa sehingga hasil

pembelajaran sesuai dengan harapan. Guru merupakan kunci dan sekaligus

ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan. Guru berada pada titik

sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan sarana kegiatan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.8

Agar kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang maksimal perlu

diusahakan faktor yang menunjang seperti kondisi pelajar yang baik, fasilitas

dan lingkungan yang mendukung, serta proses belajar yang tepat. Agar terjadi

interaksi pembelajaran yang baik, ada beberapa komponen yang saling berkaitan,

saling membantu dan satu kesatuan yang dapat menunjang proses pembelajaran

tersebut. Aspek pendukung terciptanya suasana pembelajaran itu di antaranya

adalah tujuan, strategi, pendekatan, metode, materi, media, sarana dan prasarana,

evaluasi, dan lingkungan. Dari semua aspek ini, pendekatan, strategi, dan

metode merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.


7
Ibid., h. 77.
8
Anwar, Pembelajaran Mendalam…, h. 176.
5

Dikatakan demikian karena dengan ketiga aspek inilah materi disampaikan,

yang otomatis akan mempengaruhi hasil pembelajaran. Oleh sebab itu,

pemilihan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran haruslah ditetapkan

guru dengan tepat.

Dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan diharapkan siswa

dapat mengetahui dan memaknai keadaan lingkungan sosialnya sesuai dengan

peristiwa yang sebenarnya, dan dituntut untuk peduli keadaan sesama warga

Negara. Namun, berdasarkan hasil observasi awal di MIN 24 Aceh Utara dimana

guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional selama

pembelajaran suasana kelas cenderung pasif, aktivitas siswa rendah, siswa

kurang fokus pada saat pembelajaran, Namun, dari pengamatan peneliti hanya

sebagian siswa yang aktif selama proses pembelajaran sementara siswa yang

lainnya bercanda atau malah diam. Sehingga menyebabkan proses pembelajaran

menjadi lebih rendah terutama pada aspek afektif, kognitifdan psikomotorik

siswa.9

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan upaya perbaikan

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar, salah

satunya dapat mengganti metode seorang guru dalam pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan

kompetensi berpusat pada siswa, memberi pembelajaran dan pengalaman

belajar yang relevan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata sehingga

pembelajaran akan menjadi bermakna. Di sini guru dituntut untuk merancang

9
Hasil observasi di MIN 24 Aceh Utara pada tanggal 15 oktober 2018.
6

kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan pemahaman dan

meningkatkan hasil belajar. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, kualitas

pembelajaran sangat dipengaruhi metode yang digunakan oleh guru. Guru harus

dapat memilih dan menentukan metode yang tepat. Selain itu metode yang

digunakan harus disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari siswa.

Bermain peran atau dikenal dengan Role playing sebagai metode

pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa. Metode bermain peran cakap

dalam berbagai bidang dan dapat dipakai untuk mengkaji Pelajaran PKn. Metode

bermain peran adalah suatu proses belajar mengajar yang dirancang agar siswa

mengalami sendiri serta menggali sendiri pengetahuan dan pemahaman yang

diperolehnya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik

agar peserta didik dapat belajar dengan mengalami. Guru memberikan langkah-

langkah kerja secara sistematis yang harus dikerjakan oleh siswa dengan

tujuan siswa mengalaminya sendiri, sehingga pemahaman mereka akan tergali.

Menurut Anggoro, bermain peran atau Role Playing adalah kegiatan

yang mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan

mendiskusikan sehingga orang dapat mengeksplor perasaan, sikap, nilai,dan

berbagai strategi pemecahan masalah. Definisi lain dari pengertian Bermain

Peran Menurut Corsini, mengemukakan bahwa bermain peran suatu alat belajar

yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian

mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi

yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.10


10
Anggoro, Pembiasaan Bermain Peran Dalam Mengenalkan Konsep Membilang
Pada Anak Usia Dini Di Kota Bandar Lampung. (Darul Ilmi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam
7

Pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dapat mempengaruhi

hasil belajar, sikap serta tingkah laku siswa. Hal ini dapat dicapai bila para

peserta didik secara langsung belajar dan melakukan interaksi satu sama

lainnya dan melakukan pemecahan masalah melalui peragaan. Oleh karena itu,

metode bermain peran dalam pementasan drama mampu menghasilkan suatu

pengalaman yang berharga bagi para peserta didik. Dengan menggunakan metode

bermain peran ini diharapkan dalam proses pembelajaran, siswa aktif, dapat

berpikir secara kritis dan mampu memecahkan persoalan atau masalah

dalam materi pelajaran PKn.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik ingin membuat sebuah

penelitian dengan judul “pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar

siswa pada pembelajaran PKn siswa kelas V di MIN 24 Aceh Utara”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti dapat

merumuskan sebuah rumusan masalah penelitian yaitu: adakah pengaruh metode

role playing terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn siswa kelas V di

MIN 24 Aceh Utara?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui adakah pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar siswa

pada pembelajaran PKn siswa kelas V di MIN 24 Aceh Utara.


Anak Usia Dini, 2016), h. 1-7.
8

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

khazanah keilmuan dalam memperkaya teori dan konsep di bidang pendidikan

khususnya pendidikan PPKn di MIN. Di samping itu, diharapkan juga dapat

bermanfaat sebagai bahan bacaan atau bahan referensi untuk menambah wawasan

dan pengetahuan bagi pencinta dan pemerhati pendidikan, dan sebagai sumbangan

pemikiran bagi para praktisi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan untuk

memotivasi agar lebih kreatif dan inovatif dalam memilih suatu metode.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi guru

MIN 24 Aceh Utara sebagai bahan masukan guna meningkatkan hasil belajar

siswa untuk pelajaran PKn. Diharapkan juga dapat bermanfaat bagi semua guru

MIN 24 Aceh Utara sebagai bahan masukan dalam menambah wawasan dan

pengetahuan sekaligus sebagai perbandingan dalam memilih model pembelajaran.

Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa MIN 24 Aceh

Utara dalam mempelajari PKn sehingga mampu meningkatkan hasil belajarnya.

E. Definisi Operasional

Mengingat judul yang menimbulkan polemik- polemik yang beraneka

ragam, berikut peneliti menjelaskan variabel yang terdapat pada judul, yaitu

sebagai berikut:
9

1. Metode Role Playing

Role Playing atau Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah

laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.11 Metode bermain peran juga

biasa disebut dengan Role Playing. Pengertian bermain peran adalah salah satu

bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-

peran tertentu. Bermain pada anak merupakan salah satu sarana untuk belajar.

Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk

menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman

dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.

Bermain peran adalah suatu metode penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Role Playing adalah salah satu motode

pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran - peran

tertentu atau melakukan peran masing- masing sesuai dengan tokoh yang di

lakoni berdasarkan arahkan guru.

2. Hasil Belajar Pkn Siswa

Adapun yang dimaksud oleh peneliti pada penelitian ini bahwa hasil

belajar Pkn merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajaranya Pkn nya disekolah, hasil yang

diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

baik berupa sikap, kebiasaan dan ketrampilan sebagai hasil dari aktivitas belajar

11
Syaiful B. Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Rineka Cipta, 2006), h.87.
10

Pembelajaran Pkn yang dapat di uji hasilnya dengan menjawab beberapa soal

nantinya yang berhubungan dengan materi belajarnya.

Pembelajaran Pkn yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah

segenap kegiatan yang telah disusun oleh guru baik berupa tujuan pembelajaran,

langkah-langkah pembelajaran, aktivitas siswa dalam pelajaran Pkn, baik diluar

kelas maupun didalam kelas, dalam arti kata yang lain proses belajar mengajar

pada mata pelajaran Pkn.

F. Kajian Terdahulu

Untuk memudahkan penulis dan supaya tidak terjadi plagiat dan terdapat

persamaan dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran secara digital dan

manual dibeberapa pustaka dan blog (internet), peneliti memperoleh beberapa

karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang hampir sama dengan penelitian ini, yaitu:

Skipsi Ardian Biantara t a h u n 2 0 1 2 dengan judul “Pengaruh Penggunaan

Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SD

Negeri Blondo 3 Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan pada hasil belajar siswa kelas

eksperimen yang mendapatkan perlakuan khusus dengan metode Role Playing

dibandingkan kelas yang diberi perlakuan dengan pembelajaran biasa

menggunakan ceramah bervariasi. Hasil observasi afektif kelas eksperimen

berada pada rentang skor 18,71 yang berarti masuk kategori tinggi dan kelas

kontrol berada pada rentang skor 12,68 yang berarti masuk kategori rendah.

Berdasarkan hasil uji-t (t-test) pada selisih skor hasil belajar pada kelas

eksperimen dan kontrol diperoleh nilai t sebesar 2,738, Nilai t hitung > t
11

tabel (2,738 > 1,686). Kelas eksperimen memperoleh peningkatan hasil

belajar rata-rata sebesar 19,10 sedangkan kelas kontrol sebesar 9,35.12

Selanjutnya Skripsi Achmad Zainudin dengan judul “Penerapan Metode

Bermain Peran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuanlitatif fenomenologis dengan

rancangan multi kasus. Sesuai dengan pendekatan tersebut, penelitian ini

menggunakan dua macam analisis yaitu analisis kasus individu dan analisis antar

kasus. Analasis data dilakukan sejak atau bersamaan dengan pengumpulan

data. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Langkah-langkah penerapan Metode

Bermain Peran (a) pemanasan. (b) Memilih pemain. Tokoh-tokoh yang

diperankan diantaranya Ir. Soekarno, M. Hatta, Sayuti Melik, Ibu Fatmawati,

Pasukan pengibar bendera beserta pelaksana upacara, kaum pemuda, dan

wartawan. (c) Menata panggung. (d) Penunjukan pengamat. (e) Permainan

dimulai. (f) Diskusi tentang permainan yang sudah berlangsung. (g) Evaluasi. (2)

Prestasi belajar siswa meningkat dengan penerapan Metode Bermain Peran dalam

pembelajaran IPS yang diterapkan oleh guru kelas dari masing-masing lokasi

penelitian. Nilai rata-rata matapelajaran IPS per kelas menunjukkan di atas

nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matapelajaran IPS kelas V. Dengan

demikian Metode Bermain Peran dapat digunakan sebagai upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.13

12
Ardian Biantara, Pengaruh Penggunaan Metode Role Playing Terhadap Hasil
Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri Blondo 3 Kecamatan Mungkid Kabupaten
Magelang, skripsi tidak dipublikasi (Jakarta: UIN Suska, 2 0 1 2 ) .
13
Achmad Zainudin, Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS Siswa Kelas V, Skripsi tidak di publikasikan, (Tulung Agung : IAIN Tulung Agung,
2013).
12

Selanjutnya Skripsi Ratna Puji Anjani dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Metode Role Playing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III Tema

Keperluan Sehari-hari Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan Di SDN Dabasah

3 Bondowoso tahun pelajaran 2014/2015”. Populasi penelitian adalah siswa kelas

III-A, kelas III-B dan kelas III-C dengan jumlah siswa masing-masing kelas 29

siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental sebenarnya atau true

experimental dengan pola pre-test post-test control group design. Pengumpulan

data menggunakan metode wawancara, dokumentasi dan tes yang berupa tes

tulis pilihan ganda pada pre-test dan post-test. Nilai siswa yang di ajar

menggunakan metode role playing mempunyai rata-rata nilai sebesar 84,33,

sedangkan nilai siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional mempunyai

nilai lebih rendah yakni rata-rata 79,61. Hasil uji statistik independent test

menggunakan program SPSS versi.14 sebesar 3,629. Kemudian dikonsultasikan

dengan t- dengan db=56. Diperoleh bahwa hasil t-ℎ > t- yaitu 3,629 > 2,003.

Kemudian untuk mengetahui keefektifan relatif (ER) metode role playing

digunakan rumus ER, melalui perhitungan rumus ER diperoleh hasil 53,49%.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan dan pengaruh

yang signifikan sebesar 53,49% antara nilai siswa yang diajar dengan

menerapkan metode role playing dibandingkan dengan nilai siswa yang diajar

dengan menerapkan pembelajaran konvensional.14

14
Ratna Puji Anjani, Pengaruh Penggunaan Metode Role Playing Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas III Tema Keperluan Sehari-hari Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan Di
SDN Dabasah 3 Bondowoso tahun pelajaran 2014/2015”. Skripsi tidak di publikasikan, (Riau :
UNRI, 2016).
13

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Tarwiyah (2011) dengan judul:

Penggunaan Metode Luar Ruangan (outdoor) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Surat Al-Mukminun Kelas V SD Negeri

14 Dewantara, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dan untuk mengetahui apakah dengan

menggunakan metode luar ruangan (outdoor) akan meningkatkan hasil belajar

siswa mata pelajaran Al-Qur’an Hadits surat Al-ma’un.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. jenis penelitian

tindakan kelas (PTK), pengumpulan data dilakukan melalui tes, observasi dan

wawancara. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan

hasil belajar dari kegiatan pre test dan tes akhir siklus I skor rata-rata diperoleh

pada kegiatan pre test sebesar 57,39 %. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I

meningkat sebesar 84,78 % termasuk dalam kategori baik. Hasil siklus I ternyata

sudah memenuhi target pencapaian skor yaitu > 75 %. Hasil observasi tindakan

siklus I terhadap tindakan peneliti menurut pengamat I dan II adalah 100 % dan

91,7 %. Sedangkan terhadap pengamatan siswa menurut pengamat I mencapai

85,7 % dan pengamat II 92,8 %. Maka taraf keberhasilan peneliti dalam

melaksanakan pembelajaran Al qur’an hadis materi surat Al-ma’un menggunakan

metode luar ruangan (outdoor) termasuk dalam kategori baik. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar meningkat dengan pembelajaran menggunakan

metode Luar Ruangan (outdoor) dan penelitian ini diktakan berhasil.15

15
Tarwiyah, Penggunaan Metode Luar Ruangan (outdoor) Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Surat Al-Mukminun Kelas V SD Negeri 14
Dewantara, Skripsi tidak di publikasikan, (Lhokseumawe : IAIN Lhokseumawe, 2012).
14

Adapun yang membedakan dengan penelitian diatas dengan penelitian

penulis yaitu dari variable dependent adalah hasil belajar PKn siswa sedangkan

variable dependent dalam penelitian diatas mata pelajaran Al-qur’an hadis, dan

juga variable independent adalah pengaruh metode role playing dalam penelitian

ini adalah peran guru, sedangkan variable independent penelitian diatas adalah

penerapan metode outdoor, sedangkan teknik pengumpulan data penelitian diatas

menggunakan perhitungan persentase dan menggunakan dua skilus, sedangkan

dalam penelitian ini menggunakan teknik test dengan membuat soal yang akan

dijawab oleh siswa, yang selanjutnya akan dihitung menggunakan rumus-rumus

statistic penelitian, selanjutnya lokasi penelitian dilakukan di MIN 25 Aceh Utara,

sedangkan penelitian diatas di SD Negeri 14 Dewantara secara tidak langsung

berarti sumber datanya dan subyek penelitiannya juga ikut berbeda.

Anda mungkin juga menyukai