LANDASAN TEORITIS
1. Pengertian Guru
Dalam masyarakat istilah guru sudah tidak asing lagi, bahkan sudah
mendapat arti yang sangat luas. Orang yang pernah mendidik atau memberikan
sebagai guru. Salah satu aktor penting dalam pendidikan adalah guru. Karena
guru adalah orang yang langsung berinteraksi dengan peserta didik, memberikan
saja, tetapi juga berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebagai guru, seseorang harus
memiliki ilmu yang akan diajarkan. Karena ia tidak mungkin memberikan sesuatu
kepada orang lain kalau ia sendiri tidak memilikinya. Dengan kata lain, apa
yang akan diajarkan harus dikuasai oleh pendidik terlebih dahulu, kemudian
1
Jamal Ma‟ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h. 58.
2
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 30.
13
14
Menurut ahli bahasa, kata murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi yang berarti
atau “mengajarkan”. Sementara istilah muaddib berasal dari akar kata addaba,
pendidikan. Oleh sebab itu, guru harus selalu berkembang dan dikembangkan,
agar peroleh subjek didik terhadap pengethuan, keterampilan, sikap dan nilai
didik secara utuh lahir dan batin, fisik dan mental, jasmani dan rohani. Tujuan ini
hanya bisa tercapai jika subjek didik ditenpa kepribadiannya melalui pendidikan
bermuara pada kualitas pribadi subjek didik yang sesuai dengan cita-cita
pendidikan.5
Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu
pengetahuan.6
pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, pasilitator, dan sebutan lain yang
pendidikan.7
5
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif…, h. 31.
6
Muhammmad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: AR. Ruzz Media
Group, 2010) , h. 66.
7
Dedi Hamid, Undang-undang No. 20 Tahuun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta,
Asokadikta Daruru Bahagia, 2003), h. 3
8
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), h. 74-75
16
dari dua sisal. Pertama, “Secara sempit guru adalah ia yang berkewajiban
memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan secara luas diartikan guru adalah orang
yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung
masing.”10
Dari pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, penulis dapat
mendidik orang-orang yang menjadi peserta didiknya. Yang tidak dapat dilakukan
oleh sembarang orang di luar bidangnya pekerjaan ini cukup berat. Karena
9
Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), h. 148
10
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Gunung Agung,
2002), h. 123
11
Baqir Syarif, Seni Mendidik Islami, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), h. 83
17
sebagian besar tergantung pada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh
para guru.
2. Syarat-syarat Guru
Harus diakui bahwa saat ini profesi guru paling mudah tercemar
dibandingkan profesi – profesi lain dalam arti masih ada saja orang yang
12
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah..., h. 113.
18
Oleh karena guru adalah orang yang berpengaruh besar di sekolah maupun
masyarakat, maka tidak semua orang dapat menjadi seorang guru. Karena pada
Purwanto adalah :
a. Berijazah
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik
d. Bertanggung jawab
e. Berjiwa nasional.13
a. Kedewasaan
b. Identifikasi norma
c. Identifikasi dengan anak, artinya pendidik dapat menempatkan diri
dalam kehidupan anak, hingga usaha pendidikan tidak bertentangan
dengan kodrat anak
d. Knowledge, mempunyai pengetahuan yang cukup perihal pendidikan
13
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2003), h. 139
14
Abu Ahmadi, Pengantar Dedaktik Metodik, (Bandung, Armico, 2001), h. 49
15
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 2005), h. 90.
19
Demikian tadi syarat – syarat yang harus dimiliki oleh guru, yang
sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dengan hasil yang optimal. Idealnya,
seorang guru harus memiliki sifat- sifat sebagaimana di atas. Namun pada
kenyataannya masih ada guru yang belum memenuhi kriteria sebagai guru.
Dapat dimaklumi bahwa guru adalah juga seorang manusia yang pasti
persyaratan yang telah disebutkan di atas hendaknya bisa menjadi pedoman bagi
mempunyai makna "digugu dan ditiru" artinya mereka yang selalu dicontoh dan
dipanuti. Oleh karena itu profil seorang guru sampai saat ini masih ditempatkan
pada kedudukan yang terhormat oleh murid maupun masyarakat, kecuali jika
Sedangkan baik yang terikat dinas maupun di luar dinas dalam bentuk
a. Tugas profesi
b. Tugas kemanusiaan
c. Tugas kemasyarakatan17
a. Tugas Profesi
Guru merupakan suatu profesi yang artinya, suatu jabatan atau pekerjaan
yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini mestinya
sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran. Adapun tugas guru
2) Sebagai pendidik
Dalam hal ini tugas seorang guru sebagai pendidik lebih banyak diarahkan
16
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 197-
198.
17
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996), hal.
6
21
sopan santun yang tinggi, dapat menghargai orang lain, memiliki rasa sosial
terhadap sesama, yang pada intinya untuk mengembangkan dan meneruskan nilai
-nilai hidup.
3) Sebagai pemimpin
memiliki dua fungsi yakni kedinasan dan moral. Tugas kemanusiaan inilah yang
merupakan salah satu wujud nyata dari fungsi moral. Tugas manusiawi adalah
18
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 19.
22
tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan
manusia kelak dengan sebaik-baiknya.19 Guru berperan sebagai orang tua kedua,
yang bekerja secara suka rela dan tanpa pamrih. Bentuk pengabdian ini
- Merasa terpanggil.
- Mempunyai rasa tanggung jawab secara penuh dan sadar mengenai tugasnya.
manusia.20
b. Tugas Kemasyarakatan
berdasarkan Pancasila.21
Dari ketiga tugas guru tersebut, yang paling dominan dilakukan oleh guru
19
Ibid., h. 23.
20
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Rosda Karya, 2004), h.
78.
21
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 7
23
Seorang dikatakan sebagai seorang guru tidak cukup tahu sesuatu materi
yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seorang yang
memiliki “kepribadian guru” dengan segala ciri tingkat kedewasaan.
Dengan kata lain bahwa untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang
harus berpribadi.22
Ketiga tugas di atas jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus
memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan
masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi.
4. Peran-peran Guru
antara siswa dan guru. Yakni siswa sebagai pihak yang belajar sedangkan guru
sebagai pihak yang mengajar. Namun disadari atau tidak guru merupakan bagian
terpenting dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan peran guru yang
sebagainya.”23
Beberapa peran guru dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar
meliputi beberapa hal sebagaimana dikemukakan oleh Moon yaitu sebagai berikut
22
Sardiman A M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), h. 135.
23
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Rosda Karya, 2004),
h. 78.
24
meliputi banyak hal yaitu, “Guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator,
pemimpin.27
Namun dalam pembahasan ini penulis hanya membahas 4 peran guru yang
materi pelajaran dapat langsung dipahami oleh siswa. Untuk itu agar memudahkan
24
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 23.
25
Marasudin Siregar, Didaktik, Metodik, dan Kedudukan dalam Proses Belajar Mengajar,
(Yogyakarta: Sumbangsih, 2005), h. 8
26
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.
9.
27
Akhyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya: eLKAF, 2005), h.11.
25
siswa dalam memahami materi yang diajarkan guru harus membantunya dengan
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan.
Selain itu guru harus menyadari bahwa ia juga seorang pelajar. Ini berarti guru
diajarkan
suatu alat peraga. Sebagaimana dikatakan Nana Sudjana, “Alat peraga dalam
belajar mengajar, penulis akan kemukakan fungsi alat peraga sebagai berikut :
28
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2006), h. 99.
26
dalam bentuk :
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas.
penyelenggaraan atau proses yang melibatkan pengawasan pada semua hal yang
29
Ibid., h. 99- 100.
30
Ibid., h. 27.
31
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai
Pustaka), hal. 470
27
seleksi dan penggunaan alat- alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.”32
- Kurikulum
- Bangunan dan sarana
- Guru
- Murid
- Dinamika kelas.34
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi
kelasnya.
Dalam menjalankan perannya guru perlu bekerja sama dengan para siswa,
Peran guru sebagai pengelola kelas dalam hal ini adalah memberikan
Dengan jalan ini maka akan menumbuhkan perasaan tanggung jawab dan
perlu penulis terangkan dulu mengenai pengertian dari media itu sendiri. “Media
36
Hadri Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas,(Jakarta: Tema Baru, 2000), h.
128.
29
berasal dari bahasa latin yaitu medium yang artinya perantara atau pengantar.” 37
Dengan demikian media memiliki dungsi untuk penyalur pesan atau indormasi
belajar.
maupun non-verbal. Dalam penyampaian pesan yaitu materi pelajaran dari guru
ke siswa ada kalanya berhasil, ada kalanya tidak untuk itu agar pesan atau materi
yang disampaikan guru bisa dengan lebih mudah diterima oleh siswa guru dapat
diperlukan. Media biasanya hanya digunakan untuk pelajaran yang betul- betul
dua, yaitu :
sumber belajar.
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
mengajar.39
39
Akhyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya: eLKAF, 2005), h. 13.
40
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 144
-145.
31
“Proses menetapkan nilai atau jumlah dari sesuatu taksiran yang sama.”42
pendidikan yang sangat penting. Berhasil atau gagalnya suatu pendidikan dalam
mencapai tujuan dapat dilihat setelah dilakukan penilaian terhadap produk yang
dihasilkan. Jika hasil suatu pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan yang
menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dapat dijadikan dasar untuk
menentukan perlakuan selanjutnya. Dengan melihat hasil dari evaluasi ini guru
akan mendapatkan umpan balik dari proses interaksi edukatif yang telah
pelaksanaannya.”44
41
Dzakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), h. 39.
42
Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah (Ujung Pandang: Yayasan
Ahkam, 2006), h. 99.
43
Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999), h. 60.
44
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),
h. 159.
32
Sunartana adalah :
- Fungsi selektif
- Fungsi diagnostik
- Fungsi penempatan
- Fungsi keberhasilan
mengikuti perkembangan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswanya dari
waktu ke waktu. Seorang guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan
Guru tidak hanya menilai produk, tetapi juga menilai proses. 46 Dengan
mengetahui hasil belajar, guru dapat mengambil tindakan konstruktif, baik bagi
45
Wayan Nurkanvana dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 2006), h. 3-6.
46
Imam Musbikin, Guru yang Menakjubkan¸ (Yogyakarta: Bukubiru, 2010), h. 64.
33
anak didik yang berprestasi belajar tinggi maupun bagi anak didik yang
berprestasi sedang.
yang penulis anggap penting dalam mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran
tersebut. Dari keseluruhan peran guru pada hakikatnya bertujuan demi kelancaran
proses pembelajaran dan juga demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah
direncanakan.
47
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 2004), h. 107.
34
pengalaman belajarnya.48
Proses belajar mengajar dan hasil belajar saling berhubungan karena dalam
kegiatan belajar mengajar terdapat tujuan yang akan dicapai. Siswa yang
sebelumnya tidak tahun menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti
setelah belajar. Hamalik mengatakan hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.49
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa
menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran penilain ialan proses dan hasil belajar
48
Nana Sudjana, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.28.
49
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.22.
50
Nana Sudjana, Penilaian ...,h. 22
35
Terdapat tiga kegiatan yang saling terkait dalam kegiatan penilaian hasil
dan evaluasi (evaluation). Ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda,
hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses
penilaian.52
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pada Kurikulum 2013, aspek yang dinilai
tergantung pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan
51
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan
Penerapan, (Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 26.
52
Ibid., h. 29.
36
Berbagai metode dan instrumen, baik formal maupun non formal dapat
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta
didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru
proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis
dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.54
53
Ibid., h. 33.
54
Ibid., h. 30.
37
Beberapa hal penting yang mendasari penilaian hasil belajar pada kuri-
standar diperlukan sebagai acuan minimal (dalam hal kompetensi) yang harus
dipenuhi oleh seorang lulusan dari suatu lembaga pendidikan sehingga setiap
calon lulusan dinilai apakah yang bersangkutan telah memenuhi standar minimal
Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD)
tentang apa yang harus dikuasai peserta di setiap tingkatan dan jenjang, serta pada
saat yang sama memiliki kebebasan yang luas untuk mendesain dan melakukan
proses pembelajaran yang dipandang paling efektif dan efisien untuk mencapai
penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif
55
Ibid., h. 31.
38
proses pelaksanaan belajar sehari-hari hasil pengamatan guru, penilaian diri, dan
penilaian teman, hasil ulangan harian lisan maupun tulisan, nilai hasil karya, dan
56
Ibid., h.42.
57
Ibid., h. 44.
39
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik.
alat penilaian untuk setiap ranah tersebut mempunyai karakteristik sendiri, sebab
setiap ranah berbeda dalam cakupan dan hakikat yang terkandung didalamnya.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
1. Pengetahuan
mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau
2. Pemahaman
mengharapkan responden mampu memahami atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya.
40
3. Penerapan
menggunakan apa yang telah diketahui dalam suatu situasi yang baru.
4. Analisis
unsur-unsur pembentukannya.
5. Sintesis
6. Evaluasi
b. Ranah Afektif
belajar afektif kurang mendapat perhatian dari pendidik. Pendidik lebih banyak
menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada peserta
58
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 47
41
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar
c. Ranah Psikomotorik
59
Ibid,. h.49
60
Nana Sudjana, Penilaian Hasil…., h. 31
42
tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan.
Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah
Suryabrata mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi dua
yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang meliputi faktor nonsosial dan
faktor sosial, serta faktor yang berasal dari dalam diri pelajar yaitu faktor
Lingkungan alami akan membawa dampak besar terhadap hasil belajar anak.
keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, dan alat-alat yang digunakan
untuk belajar. Semua faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat
61
Suryabrata, Psikologi Pendidikan. Jakarta: (Raja Grafindo Persada, 2010), h. 76.
62
Ibid
43
atau kondisi jasmaniah seseorang. Faktor ini merupakan faktor bawaan dalam diri
dan cacat tubuh. Faktor fisiologis ini ada bersifat permanen seperti cacat tubuh
jasmani yang perlu diperhatikan dalam belajar adalah kondisi fisik normal atau
tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik
normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh.
Selain itu kondisi kesehatan fisik sehat serta segar sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik ada beberapa hal perlu
diperhatikan antara lain makan, minum teratur, olah raga serta cukup tidur.
berkaitan dengan kondisi mental kejiwaan seseorang. Aspek psikis atau kejiwaan
Orang sehat psikisnya adalah orang terbebas dari tekanan batin mendalam,
psikologis dalam belajar meliputi seluruh keadaan psikologi anak yang sedang
bangsa melalui pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subjek melalui cara-
aktualisasi diri mereka. Pendidikan model ini sangat relevan bagi pengembangan
adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan
pendidikan HAM karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal,
dan kewajiban warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan
45
dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, politik, administrasi publik dan
sebagainya.65
bangsa (character nation building) ini sangat relevan untuk dilakukan saat ini
65
Ubaedillah, A & Rozak, Abdul, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani,
(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 15.
66
Ibid., h. 15.
67
Ibid.
46
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945”, sedangkan tujuannya, digariskan dengan tegas, “ adalah agar peserta didik
kewarganegaraan.
education) terdiri dari tiga materi pokok, yaitu demokrasi, hak asasi manusia, dan
pembelajaran PKn meliputi: persatuan dan kesatuan bangsa, norma, hukum, dan
peraturan, hak asasi manusia (HAM), kebutuhan warga negara, konstitusi negara,
68
Ibid., h. 19.
69
Ruminiati, Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013), h. 26-27.
48
b. Harga diri sebagai warga masyarakat, adalah salah satu hak kita
sebagai warga negara. Kita harus mengetahui apa saja yang menjadi
organisasi tersebut.
warga negara sudah dijamin oleh negara, maka dari itu, bila kita
pelanggaran.
49
Dari uraian diatas, terlihat jelas bahwa materi mengenai warga negara
sangat penting bagi siswa. Untuk dapat memahami materi tersebut, memerlukan
motivasi belajar yang tinggi dari siswa. Akibat dari motivasi yang tinggi akan
bangsa serta kaya akan sumber daya alamnya, membutuhkan pemimpin yang
memiliki nilai moral dan norma yang baik. Tujuan mata pelajaran PKn adalah
untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Ubaedillah &
integritas bangsa.
sejak dini. Pembentukan kecakapan ini hendaknya telah diterapkan oleh guru di
sekolah dasar sejak siswa berada di kelas 1. Sejalan dengan pendapat di atas,
hidup.
dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup serta mau berpartisipasi secara
aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua
kegiatan.
yang tahu, mau, sadar akan hak dan kewajibannya. Tujuan PKn untuk
pada hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini dapat diwujudkan dalam
71
Ibid., h. 179.
51
kemampuan (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
secara cerdas dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, serta anti-korupsi,
(3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya,
dan (4) berinteraksi dengan bangsa lain dalam secara langsung atau tidak langsung
72
Ali Mustofa dan Irfan Tamwifi, Materi Pembelajaran IPS/PKN MI, (Surabaya:
UINSA, 2009), h. 175.
73
Ibid.
52
berkaitan dengan konsep, nilai, moral dan norma. Bertujuan pula membentuk
warga negara yang baik sesuai Pancasila. Dengan demikian, para calon guru
Peserta didik diajak untuk menganalisis contoh materi PKn SD/MI ditinjau
dari muatan nilai, moral, dan norma. Pembahasan ini bermanfaat untuk
mengetahui sejauh mana muatan nilai, moral dan norma yang tercantum dalam
74
Ibid., h. 178.