Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam mempunyai tujuan akhir yaitu agar terciptanya insan kamil, dan
untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan Islam, seorang
pendidik mempunyai tanggung jawab dalam mengantarkan peserta didik ke arah
yang dimaksud, sehingga keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangatlah
penting, sebab kewajibannya tidak hanya memberikan atau memasukkan ilmu
pengetahuan tetapi juga dituntut untuk menginternalisasikan nilai-nilai pada
peserta didik, dan sebagai pendidik juga bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh
potensinya, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik, ataupun sering
disebut potensi rasa, cipta, dan karsa.

Makalah ini bertujuan agar setelah mengetahui bagaimana pendidik dalam


perspektif pendidikan Islam, akan membantu pembaca dalam mengaktualisasikan
perannya terhadap perkembangan generasi agar menjadi manusia yang bermanfaat
bagi bangsa dan agama.

Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pendidik?


2. Bagaimana Kedudukan Pendidik Dalam Islam?
3. Apa saja Syarat-syarat Pendidik Dalam Islam?
4. Apa saja Sifat-sifat Pendidik Dalam Islam?
5. Apa saja Tugas dan Peran Pendidik Dalam Pembelajaran?

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu
tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, selain itu penulisan makalah ini
juga bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui Pengertian Pendidik

2. Untuk mengetahui Kedudukan Pendidik Dalam Islam

3. Untuk mengetahui Syarat-syarat Pendidik Dalam Islam

4. Untuk mengetahui Sifat-sifat Pendidik Dalam Islam

5. Agar mengetahui Tugas dan Peran Pendidik Dalam Pembelajaran

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik

Hakekat pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab


terhadap pekembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak
didik baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.

Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan
pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, maupun berdiri sendiri memenuhi tingkat kedewasaannya,
mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah
SWT dan mampu sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk individu yang
mandiri. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul
pertanggung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak
dan kewajibannya bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik.

Pendidik juga diartikan sebagai orang yang betanggung jawab dalam


menginternalisasikan nilai -nilai religious dan berupaya menciptakan individu
yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna

Secara etimologi dalam konteks pendidikan islam, pendidik disebut juga dengan
murabbi, muallim, dan muaddib.

Kata atau istilah “murabbi” misalnya sering dijumpai dalam kalimat yang
orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau
rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat pada proses orang tua membesarkan
anaknya.

Mereka tentu berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh
dengan fisik yang sehat dan kepribadian serta akhlak yang terpuji.

Sedangkan untuk istilah “mu’allim”, pada umumnya dipakai dalam membicarakan


aktivitas yang lebih berfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan
dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu.

Adapun istilah “muaddib” menurut al-Attas, lebih luas dari istilah muallim dan
lebih relevan dengan konsep pendidikan islam.

2
Secara terminologi Muhaimin menggunakan istilah-istilah di bawah ini, untuk
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Ustadz adalah orang yang berkomitmen dengan profesionalitas, yang


melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu prosese hasil kerja,
serta sikap continous improvement.

b. Mua’llim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkan


srta menjalankan fungsinya dalam kehidupan, menjalankan dimensi teoritis
praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi, serta
implementasi.

c. Muraddib adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta agar


mampu berkreasi seta maampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk
tidak menimbulkan mala petaka bagi dirinya, masyarakat dan alalm sekitar.

d. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
dari atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didik.

e. Mudarris adalah orang yang memilki kepekaan intelektual dan informasi


serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan dan
berusaha mencerdaskan peserta didik, memberantas kebodohan mereka, serta
meletih keterampilan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan.

f. Muaddib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik un tuk


tanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitras di masa depan.

B. Kedudukan Pendidik Dalam Islam

Dalam islam orang yang beriman dan berilmu pengetahuan sangat luhur
kedudukannya di sisi Alloh SWT. Sebab guru memiliki beberapa fungsi mulia,
diantaranya :
1. Fungsi penyucian : sebagai pemelihara diri, pengembang serta pemelihara
fitroh manusia.
2. Fungsi pengajaran : sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai
keyakinan.

Selanjutnya, jika kita mencoba mengikuti petunjuk Al-Qur’an, akan dijumpai


informasi bahwa yang menjadi pendidik itu secara garis besar ada 4, yaitu :

3
a. Sebagai pendidik pertama adalah Allah
b. Sebagai pendidik kedua adalah Nabi Muhammad SAW
c. Sebagai pendidik ketiga adalah orang tua
d. Sebagai pendidik ke empat adalah orang lain. Orang lain inilah
yang nantinya disebut guru.

Seorang pendidik yang melakukan kegiatan dan memberikan pengetahuan,


ketrampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Orang yang melakukan
kegiatan ini bisa siapa saja dan dimana saja. Di rumah, orang yang melakukan
tugas tersebut adalah kedua orang tua, karena secara moral dan teologis merekalah
yang diserahi tanggungjawab mendidik anaknya. Selanjutnya disekolah tugas
tersebut dilakukan oleh guru, dan di masyarakat dilakukan oleh organissasi-
organisasi kependidikan dan sebagainya. Atas dasar ini, maka yang termasuk
dalam pendidikan itu bisa kedua orang tua, guru, tokoh masyarakat dan
sebagainya.
Istilah pendidik dalam beberapa literatur kependidikan sering diwakili oleh istilah
guru. Guru sebagai orang yang kerjanya mengajar/memberikan pengajaran di
sekolah/kelas. Artinya, guru bekerja dalam pendidikan dan pengajaran yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu anak–anak mencapai kedewasaan masing–
masing. Guru tidak hanya menyampaikan materi pengetahuan tertentu, tetapi ikut
aktif serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk
menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa. Dari sini, kita bisa pahami
bahwa kedudukan seorang guru sangat penting dalam proses pendidikan karena
dia bertanggungjawab dan menentukan arah pendidikan dalam rangka mencetak
generasi bangsa yang unggul disegala bidang.
Hasan Fahmi mengutip salah satu ucapan seorang penyair zaman modern, yang
berkenaan dengan kedudukan guru. Syair tersebut artinya “Berdirilah kamu
seorang guru dan hormatilah dia”. Seorang guru itu hampir mendekati kedudukan
seorang rasul, yaitu menempati urutan kedua sesudah martabat Rasul. Sejalan
dengan itu, Athiyah Al Abrasy mengatakan, seseorang yang berilmu kemudian
mengamalkan ilmunya maka orang itulah yang berjasa besar di kolong langit ini.
Penghormatan terhadap guru yang demikian tinggi dapat dilihat dari jasanya yang
demikian besar dalam mempersiapkan kehidupan bangsa di masa yang akan
datang.

C. Syarat-syarat Pendidik Dalam Islam

4
Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha membimbing dan membina
anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsanya di
kemudian hari. Gaji yang kecil, jauh dari memadai, tidak membuat guru berkecil
hati dengan sikap frustrasi meninggalkan tugas dan tanggung jawab sebagai guru.
Karenanya sangat wajar di pundak guru diberikan atribut sebagai “pahlawan tanpa
tanda jasa”.

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat
melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup
dan kehidupannya mengabdi kepada Negara dan bangsa guna mendidik anak
didik menjadi manusia susila yang cakap, bertanggung jawab atas pembangunan
dirinya dan pembangunan bangsa dan Negara.

Menjadi guru menurut Zakiah Daradjat dan kawan-kawan tidak sembarangan,


tetapi harus memenuhi empat persyaratan.[1] seperti disebutkan di bawah ini:

1. Takwa kepada Allah Swt


Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak
bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya
sebagaimana Rasulullah Saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana
seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak
didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik
mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

2. Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu
yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai
ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat,
misalnya jumlah anak didik sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh
dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni
menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada
patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan
pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

3. Sehat jasmani
Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang
melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular,
umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu,
guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan
“mens sana in corpore sano”, yang artinya “dalam tubuh yang sehat
terkandung jiwa yang sehat”. Walaupun pepatah itu tidak benar secara

5
keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat
bekerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya
merugikan anak didik

4. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus
menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan
pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak
didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak
mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya
untuk mendidik. Akhlak mulia dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak
yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama,
Nabi Muhammad Saw. Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah
mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak
didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat
manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, dan bekerjasama dengan
masyarakat.

D. Sifat-sifat Pendidik Dalam Islam

Alquran menunjukan agar orang yang berilmu mendidik dan mengajarkan


ilmunya dengan sifat; tidak takabur karena hanya Allah yang pantas dibesarkan,
berpakaian yang bersih dan rapih, menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik,
tidak mengharapkan hanya dunia semata, dan bersifat sabar.

Pendidik harus merendah pada perserta didik, bersifat lembut tidak bersifat kasar
dan kejam. Dengan kelembutan pendidik tidak akan muncul sesuatu kecuali
hiasan yang menghias keindahan dirinya, dan tidak akan hilang kecuali
menghilangkan keaibannya.

para ahli pendidikan Islam berpendapat bahwa pendidik harus memiliki sifat-sifat
tertentu. Sifat-sifat pendidik ini dapat disederhanakan sebagai berikut: (1) kasih
sayang kepada anak didik; (2) lemah lembut; (3) rendah hati; (4) menghormati
ilmu yang bukan pegangannya; (5) adil; (6) menyenangi jihad; (7) konsekuen,
perkataan sesuai dengan perbuatan; dan (8) sederhana.

Al-Ghazali memaparkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik,


yaitu: (1) Kasih sayang, seperti kepada anak sendiri; (2) Tidak
mengharapkan materi, tetapi mengharap ridha Allah dan taqarrub kepada-Nya; (3)
Tidak berhenti menasihati murid, sekalipun hak yang kecil; (4) Kontrol sosial bagi
murid dengan cara lemah lembut; (5) Tidak merendahkan ilmu dan orangnya; (6)

6
Memberikan materi sesuai dengan kemampuan akal peserta didik; (7) Memotivasi
peserta didik yang berkemampuan rendah; dan (8) Berindak sesuai dengan
ilmunya.

Sedangkan menurut al-Abrasyi pendidik harus memiliki sifat-sifat: (1) Abawi-yah


(kebapakan); (2) Komunikatif; (3) Memberi materi sesuai dengan kemampuan
akal peserta didik; (4) mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masyarakat; (5)
Suri teladan dalam keadilan, kesetiaan dan kesempurnaan; (6) Ikhlas; (7)
berwawasan luas; (8) Selalu mengkaji ilmu; (9) Mengajar dan mengelola kelas
dengan baik; (10) Memperbanyak ilmu dengan ruh ilmu-ilmu baru; (11)
Komitmen tinggi; (12) Sehat; dan (13) berkepribadian kuat.

Adapun sifat-sifat pendidik yang lainnya, yaitu harus :

1. Ikhlas dalam Mendidik


Sifat pendidik dalam islam yang harus dimiliki adalah ikhlas dalam mendidik
dan memberikan pengajaran. Ikhlas menjalankan tugas sebagai pendidik dan
memberikan pengajaran secara rendah hati. Menyampaikannya ilmu yang
dimiliki dengan lembut dan bersungguh-sungguh agar mudah dicerna oleh
anak didik. Jujur dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan tidak
menyesatkan.

2. Jauh dari Sifat Tercela


Sifat pendidik dalam islam yang juga seharusnya dimiliki adalah bersih
jiwanya dan menjauhi sifat-sifat tercela. Sifat tercela tidak pantas ada dalam
diri seorang pendidik karena dalam islam pendidik itu hendaknya bersih dari
dosa. Memang, manusia itu tak luput dari dosa namun setidaknya seorang
pendidik tidak melakukan dosa-dosa besar yang disengaja. Ini bisa menjadi
contoh yang buruk bagi anak-anak didik.

3. Zuhud
Sifat pendidik dalam islam yang juga harus ada dalam diri kita sebagai
pendidik adalah sifat zuhud. Yang artinya mendidik demi mengharapkan ridha
Allah SWT. Tidak mendidik hanya karena materi semata dan menjalankan
tugas karena terpaksa.

4. Menguasai Ilmu yang Diajarkan


Seorang pendidik juga harus menguasai ilmu pengetahuan yang akan
diajarkan kepada anak didik. Hal ini untuk mencegah agar tidak ada kesalahan

7
dalam penyampaian materi pengajaran yang bisa membuat anak didik salah
kaprah.

5. Mengajar dengan Cinta


Seorang pendidik juga harus memberikan pengajaran yang disampaikan
dengan cinta dan kasih sayang. Mengajarkan anak didik dengan tulus dan
memperlakukan mereka seperti anak kandung sendiri dan tanpa membeda-
bedakan. Berlaku adil kepada semua anak didik juga merupakan sifat pendidik
dalam islam yang harus dimiliki.

6. Memahami Karakter Anak Didik


Sebagai seorang pendidik juga harus bisa mengenali karakter anak didik.
Mengetahui seperti apa sifat dan kepribadian anak didik dan belajar untuk
memahami mereka. Karakter anak didik itu tidak sama dan setiap anak
memiliki tingkah yang berbeda-beda.

7. Pemaaf
Sifat pendidik dalam islam yang juga wajib dimiliki adalah sifat pemaaf. Mau
memaafkan anak didik yang melakukan kesalahan atau malah sering berlaku
nakal. Tidak menyimpan dendam dan rasa tidak suka kepada anak didik
sehingga memperlakukannya berbeda dari yang lain. Pendidik yang pemaaf
juga menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya.

8. Sabar
Yang namanya anak-anak tentu memiliki tingkah yang beragam dan terkadang
tidak sesuai dengan harapan. Karena itu sifat pendidik dalam islam yang juga
harus dimiliki adalah sifat sabar. Sabar dalam menghadapi berbagai perilaku
anak didik dan mampu mengarahkan mereka agar juga bisa berlaku sabar.

9. Tanggap Informasi
Seorang pendidik juga harus tangga dengan berbagai informasi yang ada dan
sedang berkembang. Pendidik tidak hanya bertanggung jawab dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan tapi juga harus bisa membentuk pola pikir
anak didik agar tidak terpengaruh dengan berbagai perubahan yang bisa
merusak jiwa anak didik. Hal ini juga untuk menghindari anak didik
dari kenakalan anak jaman sekarang.

E. Tugas dan Peran Pendidik Dalam Pembelajaran

8
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan
diri (taqarrub) kepada ALLAH SWT. Hal tersebut karena tujuan pendidikan
islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika
pendidik belum mampu membiasakan diri dalam peribadatan pada peserta
didiknya, maka ia mengalami kegagalan dan tugasnya, sekalipun peserta didiknya
memiliki prestasi akademis yang luar biasa.[9]

 Tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian,


yaitu:

a. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program


pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhir
dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan

b. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat


kedewasaan dan berkepribadian kami seiring dengan tujuan Allah SWT
menciptakannya.

c. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada


diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah
yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian,
pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidik yang dilakukan.

 Peran seorang pendidik dalam pendidikan islam sangat besar sekali. Dapat
disimpulkan jika peran dari seorang pendidik dalam pendidikan islam
yakni:

• Sebagai seorang pengajar, yang dapat mengajak peserta didiknya


menguasai seperangkat pengetahuan keterampilan tertentu dengan melaksanakan
program yang telah direncanakan.

• Sebagai pendidik, mampu untuk mengarahkan peserta didiknya memiliki


kepribadian yang insan kamil sesuai dengan tujuan Allah menciptakan.

• Sebagai khalifah atau pemimpin, yakni mampu memimpin, serta


mengendalikan diri sendiri kemudian orang lain seperti peserta didik dan
masyarakat, yang berkaitan dengan masalah yang menyangkut dengan upaya
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, serta partisipasi dalam
pendidikan.

Pada hakikatnya peran dari pendidik yakni bukan hanya mendidik, namun juga
sebagai seorang pengajar yang mampu menstranfer ilmu yang dimilikinya kepada
peserta didik sehingga mereka mampu mengamalkan ilmu tersebut ke dalam
kegiatan sehari-hari.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Islam, pendidikan sangatlah dihargai baik itu pendidik, peserta didik, dan
orang-orang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Istilah pendidik
didalam islam disebut dengan istilah seperti mu’addid, murabbi, dan mu’allim.
Walaupun ketiga istilah itu masih terbedakan, karena masing-masing memiliki
konotasi dan penekanan makna yang agak berbeda, namun dalam sejarah
pendidikan islam ketiganya selalu digunakan secara bergantian.

Pendidik dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap


pekembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik
baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Yang paling ditekankan
dalam Islam terhadap pendidik adalah bagaimana seorang pendidik dalam
mengarahkan peserta didik munuju kepada akhlatul karimah.

Menurut pendidikan Islam, macam-macam pendidik yaitu diawali oleh sang


pencipta yang Maha mengetahui yaitu Allah SWT, kemudian Nabi Muhammad
SAW selaku utusan Allah dengan mukjizat terbesarnya yaitu Al-Qur’an sebagai
pedoman seluruh manusia untuk menjalani kehidupan agar bahagia di dunia dan
akhirat. Kemudian pendidik dalam lingkungan keluarga yaitu orang tua, karena
orang tua adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan anaknya dan itu memang sudah kewajiban bagi orang tua yang
diberikan oleh Allah. Pendidik berikutnya adalah Guru, orang yang mengarahkan,
mendidik, mengajar, dan memimpin peserta didik di lembaga pendidikan seperti
sekolah.

Didalam pembinaan terhadap akhlak, seorang pendidik harus memiliki sikap


ilmiah yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak mulia, seperti
sikap cinta, objektif, bertanggung jawab, logis dan kritis. Seorang pendidik juga
harus memiliki sifat-sifat yang mendukung keprofesionalannya dalam mendidik,
karena kedudukan pendidik dalam Islam sangat penting dan tugas yang harus
diemban sebagai seorang pendidik adalah sebagai pengajar, pendidik, dan
pemimpin, pendidikan akan lebih berkembang jika dilakukan dalam instansi atau
lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi.

10
B. Kritik dan Saran

Demikian tulisan ini saya buat. Penyusun sadar akan banyaknya kekurangan dan
jauh dari hal sempurna. Masih banyak kesalahan dari makalah ini. Penyusun juga
membutuhkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi bagi penyusun agar
kedepan bisa lebih baik lagi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada segala pihak
yang telah membantu hingga makalah ini dapat saya selesaikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://sadulkhaliq.blogspot.com/2017/08/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html?m=1

https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/11/syarat-pendidik-dalam-pendidikan-
islam.html?m=1

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19551007199
0011-DEDENG_ROSIDIN/ETIKA_PENDIDIK_DALAM_ISLAM.pdf

https://www.kompasiana.com/firdamaghfirrotusamalia/5e79fcb6097f3679b11f09c
2/peran-seorang-pendidik-dalam-pendidikan-islam

12

Anda mungkin juga menyukai