2/A
Kelompok 9
ASFIYATUL MAQFIROH(6982)
Dosen pengampu :
FAKULTAS TARBIYAH
ii
KATA PENGANTAR
Probolinggo,Maret 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER........................................................................
KATA PENGANTAR...................................................
DAFTAR ISI.................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.........................
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peserta didik merupakan salah satu sumber daya manusia yang
masih aktif, semangat, dan bisa mengembangkan seluruh
kreatifitasnya dalam berbagai bidang. Selain itu, peserta didik juga
merupakan salah satu satu penerus cita-cita bangsa Indonesia ini
agar tetap maju. Sebagai salah satu penerus cita-cita bangsa,
seorang peserta didik harus bisa menunjukkan sesuatu yang
berbeda. Sesuatu yang berbeda itu bisa berupa kemampuan,
pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini dimaksudkan agar seorang
peserta didik bisa menunjukkan karakteristik yang khas dari dalam
dirinya. Penjelasan ini sejalan dengan apa dikatakan Manan (dalam
Marsudi, 2009: 3) yang memaparkan bahwa peserta didik
dipandang sebagai individualitas, yakni mampu menampilkan
karakteristik yang khas, kepribadian khas yang berbeda dengan
individu yang lain. Peserta didik harus diperlakukan secara
individual, dalam proses menuju kedewasaan akan memiliki
kecenderungan minat dan bakat yang spesifik sehingga nampak
dirinya memiliki induvidual defferences. Salah satu hal yang harus
dilakukan agar minat dan bakat peserta didik terbentuk menjadi
karakteristik yang khas adalah dengan menempuh pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang di maksud pendidik?
Apa yang dimaksud dengan peserta didik?
1.3 Tujuan dan Manfaat penulis
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping
untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya
dan semua mahasiswa umumnya mampu memahami tentang dasar
dasar pendidikan.
ii
Manfaatnya agar pendidik melalui pemahaman dan perannya bisa
meningkatkan kemampuan mendidik atau mengajar terhadap anak
didiknya, sehingga para peserta didik mampu bersaing dalam
masyarakat global.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidik
1. Pengertian pendidik
2. Jenis-jenis pendidik
Pendidik pertama yaitu orang tua ayah dan ibu. Pendidik kedua
ialah pendidik pendidik sebagai suatu profesi yang karena
jabatannya ia harus mendidik anak, misalnya guru di sekolah (TK-
SMA), pembimbing pada kelompok bermain (play group), para
pembimbing dilembaga pemeliharaan anak yatim piatu, dan
sebagainnya.
a. Orang tua
ii
Orang tua secara wajar menjadi pendidik karena merasa
bertanggung jawab terhadap anaknya. Sehingga dengan
tanggung jawab itu mengundang para orang tua untuk
membantu berkembangnya si anak, dan membantu
perkembangan itulah disebut mendidik. Peran pendidik pertama
ini sangat besar, karena mereka bukan saja sekedar mendidik
anak agar ia menjadi besar dan pandai sagala macam, namun
terutama ia membantu perkembangan anak dalam segi
kemanusiannya, menjadikan anak didik menjadi manusia yang
mampu hidup bersama dengan orang lain, manusia bermoral
dan berhati nurani.
b. Guru
ii
Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. 1 Disamping itu
pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses
belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didikdapat
teraktualisasi secara baik dan dinamis. 2
Menurut Ahmad D. Marimba tugas pendidik dalam pendidikan
Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau
kesanggupan peserta didik, mencipytakan situasi yang kondusif bagi
berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki guna ditransformasikan
kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh
kelemahan dan kekurangannya.3
Imam Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang utama
adalah menyempurnakan, membersikan, mensucikan, serta
membawa hati manusia untuk taqarrub ila Allah. Para pendidik
hendaknya mengarahkan para peserta didik untuk mengenal Allah
lebih dekat lagi melalui seluruh ciptaan-Nya. Para pendidikan dituntut
untuk dapat mensucikan jiwa pesertaa didiknya. Hanya melalui jiwa-
jiwa yang suci manusia akan dapat dengan Khaliq-Nya. Berdasarkan
konsep tersebut, An-Nahlawi menyimpulkan bahwa selain bertugas
mengalihkan berbagai pengeetahuan dan keterampilan kepada
peserta didik, tugas utama yang harus dilakukan pendidik adalah
tazkiyat an-nafs yaitu mengembangkan, membersikan, mengangkat
jiwa peserta didik kepada Khaliq-Nya, menjauhkannya dari kejahatan
dan menjaganya agar tetap kepada fitrah-Nya. 4
1
Ahmad Tafsir, 1992, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya,
hal: 78
2
Hasan Lunggung, 1988, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Pustaka
al-Husna, hal: 86-87.
3
Samsul Nizar, 2002, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan historis teoritis dan praktis,
Jakarta: Ciputat Pres, hal: 44.
4
Ibid, hal: 44-45
ii
1. Sifat yang harus dimiliki Pendidik dalam pendidikan Islam. 5
Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari
keridhoan Allah semata.
Kebersihan Guru.
Ikhlas dan jujur dalam pekerjaan
Suka pemaaf.
Harus mengetahui tabi’at murid
Harus menguasai mata pelajaran.
2. Kewajiban Pendidik.
Menurut Imam Ghazali beberapa keawajiaban pendidik yang harus
diperhatikan yakni:6
a) Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid memperlakukan
mereka seperti perlakuan anak kita sendiri. Rasulullah saw
bersabda:
“ Sesungguhnya saya bagi kamu adalah ibarat bapak dengan anak.” Oleh
karena itu seorang pendidik harus melayani murid seperti melayani
anaknya sendiri.
5
Mohd. Athiyad al-Abrasyi, 1987, Dasar-dasr pokok Prndidikan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, hal: 137-139
6
Ibid, hal: 150-152
ii
e) Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara
dengan mereka menurut kadar akalnya dan jangan disampaikan
sesuatu yang melebihi tingkat daya tangkapnya, agar ia tidak lari
dari pelajaran, ringkasnya bicara dengan bahasa mereka. Ini
adalah prinsip tebaik yang kini tengah dipakai .
f) Jangan ditimbulkan rasa benci pada diri murid mengenai suatu
cabang ilmu tersebut, tetapi sebaiknya dibukakan jalan bagi
mereka untuk belajar cabang ilmu tersebut. Artinya murid jangan
terlalu fanatik terhadap jurusan pelajaannya saja.
g) Sebaiknya kepada murid yang masih dibawah umur, diberikan
pelajaran yang jelas dan pantas buat dia dan tidak perlu disebutkan
kepadanya akan rahasia-rahasia yang terkandung dari sesuatu itu,
hingga tidak menajdi dingin kemampuan dan gelisa fikirannya.
h) Sang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlain kata
dengan perbuatannya.
3. Hak Pendidik
ii
bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan
dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan
yang diberikan oleh pendidik.
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka
istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah
peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik cakupannya lebih
luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-
orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi
individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga
mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah
(pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat,
seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia
dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh
menjadi orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim dan
murabbi yang menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya,
jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan
ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak
yang dilepaskan beitu saja dengan bebasnya, niscaya dia akan
menjadi seorang yang celaka dan binasa.
1. Sifat dan Karakter Seorang Peserta Didik
Peserta didik memiliki sifat-sifat umum yang sangat mudah untuk
diperhatikan, antara lain sebagai berikut:[6]
a. Anak bukan miniatur orang dewasa, sebagaimana pernyataan
J.J. Rousseau, “anak bukan miniatur orang dewasa, tetapi anak
adalah anak dengan dunianya sendiri”.Peserta didik memiliki
fase perkembangan tertentu, seperti pembagian Ki Hadjar
Dewantara (Wiraga, Wicipta, Wirama). Murid memiliki pola
perkembangan masing-masing. Peserta didik memiliki
kebutuhan. Di antara kebutuhan tersebut adalah sebagaimana
dikemukakan oleh L.J. Cionbach, yaitu afeksi yang diterima
ii
orang tua dan kawan, indenpedensi, serta harga diri. Sementara
itu Masih memaparkan adanya kebutuhan biologis, rasa aman,
kasih sayang, harga diri, dan realisasi.Perbedaan individual
yang meliputi berbagai segi, seperti jasmani, intelegensi, sosial,
dan bakat. Di samping itu, perlu diperhatikan masalah kualitas
peserta didik. Jangan membanding-bandingkan antara peserta
didik yang satu dengan yang lainnya.
Hal yang sangat berbeda dinyatakan oleh para ahli psikologi yang
kognitif. Menurut mereka, memahami anak didik adalah memahami
manusia sebgai makhluk yang mendayagunakan ranah kognitifnya
semenjak berfungsisnya kapasitas motor dan sensorinya. Implikasi
pokok dari hasil riset kognitif menurut Bower, sebagaimana dikutip
Muhibbin Syah, menyatakan bahwa manusia memulai kehidupannya
sebagai makhluk sosial yang betul-betul berkemampuan dan sebagai
makhluk yang mampu belajar.
Sementara itu dalam Islam, landasan filosofinya adalah Al-qur’an
yang memahami manusia dalam beberapa hal :
Manusia adalah makhluk yang termulia yang diajarkan ilmu
pengetahuan dengan Al-Bayan. Dengan demikian, ilmu adalah
permulaan manusia sebgai sebuah potensi yang paling mulia.
Manusia adalah hewan berpikir yang mampu menciptakan istilah
dan menanamkan sesuatu untuk dikenal.
Manusia memiliki tiga dimensi, yaitu: jasad, akal, dan ruh sebagai
dimensi pokok dalam kepribadian yang harus dioptimalkan.
Manusia mempunyai motivasi, kebutuhan, kasih sayang, dan rasa
gundah.
Ada perbedaan di antara sesama manusia, terutama pada aspek
kemampuan.
Anak didik merupakan seseorang yang sedang berkembang,
memiliki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia
mengembangkan potensinya tersebut secara optimal. Untuk
mengetahui siapa anak didik perlu dipahami bahwa, ia sebagai
ii
manusia yang sedang berkembang menuju je arah kedewasaan
memiliki beberapa karakteristik. Tirtaraharja , (2000)
mengemukakan empat karakteristik yang dimaksudkan, yaitu:
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan makhluk yang unik. Anak sejak lahir telah memiliki potensi-
potensi yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk
mengaktualisasikannya membutuhkan bantuan dan bimbingan dari
pendidik.
ii
10) Peserta didik mengetahui hubungan antara ilmu dan tujuannya,
sehingga ia dapat memilih mana ilmu yang harus diprioritaskan dan
mana yang tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ii
DAFTAR PUSTAKA
http://yusufabdulrohman.blogspot.com
http://www.rendraf.com
http://koharuddin-iing.blogspot.com
ii