Anda di halaman 1dari 26

Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Kanak-Kanak

Pertengahan dan Akhir

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pengembangan

Dosen Pengampu : Syarifah Nur Latifah, M.Psi Psikolog

Oleh:

Muhammad Syukur NIM : 20.1.11.027

Shofiatin Hanifah NIM : 20.1.11.015

Nur Asifa NIM : 20.1.11.040

PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SANGATTA

KUTAI TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah yang
berjudul “Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Kanak-Kanak Pertengahan dan
Akhir” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
“Psikologi Pengembangan” yang di berikan oleh Dosen pengajar. Makalah ini
diharapkan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan sebagai seorang
pelajar.

Kami mengucapkan terimaksih kepada dosen pengampu atas ilmu baru yang
kami dapatkan dari penyusunan makalah ini, dan juga kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari adanya banyak kekurangan,


baik dalam isi, materi, maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan
merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan ini dapat membantu, meski
sedikit, semoga di waktu selanjutnya kita bisa menjelaskan secara lebih jelas lagi
dan dengan harapan semoga kita semua mampu berinovasi dan meningkatkan
pengetahuan tentang psikologi dengan potensi yang dimiliki. Amin.

Sangatta, 16 Oktober 2021

(Kelompok 5)
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan Fisik Dan Kesehatan..............................................................................
B. Anak-Anak Dengan Kebutuhan Khusus..................................................................

C. Perubahan Kognitif.................................................................................................

D. Perkembangan Bahasa............................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pertumbuhan anak-anak di masa kanak-kanak awal lebih lambat dari


pertumbuhan di masa bayi, namun mereka tetap tumbuh rata-rata sebanyak 2,5
inci dan 2 hingga 3,5 kilogram setiap tahun. Di masa kanak-kanak awal,
pertumbuhan yang paling cepat pada otak terjadi di korteks prefrontal.
Keterampilan motorik kasar dan halus. Anak-anak menjadi lebih lancar dan
terkoordinasi.

Dalam hal perkembangan kognitif, masa kanak-kanak awal adalah priode di


mana anak-anak kecil semakin terlibat dalam pemikiran simbolik. Kemampuan
pemrosesan informasi meningkat signifikan, atensi eksekutif dan tertahan
meningkat, memori jangka pendek membaik, serta pemahaman terhadap pikiran
manusia maju pesat. Anak-anak kecil juga meningkatkan pengetahuan sistem
berbahasa dan literasinya dengan berpartisipasi secara aktif dalam berbagai
pengalaman berbahasa. Sebagian besar anak kecil mengikuti program pendidikan
prasekolah, dan terdapat banyak variasi dalam program-program ini.

Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, perkembangan tubuh dan


keterampilan motorik anak-anak masih terus berlangsung. Ketika memasuki
sekolah dasar, anak-anak lebih mampu mengendalikan tubuhnya, dapat duduk dan
memperhatikan dalam waktu yang lebih lama. Di masa ini, anak-anak perlu
berolahraga secara teratur agar dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat.
2. Rumusan Masalah

1. proses perubahan fisik dan kesehatan di masa kanak- kanak pertengahan


dan akhir?
2 Bagaimana mengatasi anak-anak dengan berbagai tipe kebutuhan khusus
dan masalah dalam mendidik mereka?
3 Bagaimana perubahan kognitif di masa kanak-kanak pertengahan dan
akhir?
4 Bagaimana perkembangan bahasa di masa kanak-kanak?

3. Tujuan

1. Mendeskripsikan perubahan fisik dan kesehatan di masa kanak-kanak


pertengahan dan akhir.
2. Mengidentifikasi anak-anak dengan berbagai tipe kebutuhan khusus dan
masalah dalam mendidik mereka.
3. Menjelaskan perubahan kognitif di masa kanak-kanak pertengahan dan
akhir
4. Memaparkan tentang perkembangan bahasa di masa kanak-kanak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Fisik dan Kesehatan

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Tubuh

Pertumbuhan di masa kanak-kanak awal dan pertengahan berlangsung secara


lambat namun konsisten. Masa ini merupakan periode tentang sebelum akhirnya
mereka mengalami pertumbuhan yang cepat (growth spurt) di masa remaja.
Selama usia sekolah dasar, anak-anak bertambah tinggi sekitar 2 hingga 3 inci
setiap tahunnya. Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak
mengalami penambahan berat tubuh sebesar 5 hingga 7 pon setiap tahunnya.
pertambahan berat ini terutama terkait dengan peningkatan ukuran kerangka dan
sistem otot, maupun ukuran beberapa organ tubuh. Perubahan proporsi adalah
perubahan fisik yang paling jelas terlihat di masa kanak-kanak pertengahan dan
akhir. Lingkar kepala, lingkar pinggang, dan panjang kaki, berkurang
dibandingkan dengan ketinggian tubuh. Perubahan fisik yang kurang terlihat
secara jelas adalah tulang mengeras di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir
namun menjadikan tekanan dan tarikan yang lebih kuat daripada tulang orang
dewasa. Massa dan kekuatan otot meningkat secara bertahap di tahun-tahun ini
sementara l"emak bayi" mulai berkurang. Gerakan-gerakan bebas dan benturan-
benturan pada lutut di masa kanak-kanak awal dapat menumbuhkan otot. Di masa
ini, faktor herediter maupun olahraga dapat melipatgandakan kekuatan mereka.
Anak laki-laki biasanya juga lebih kuat dibandingkan anak perempuan karena
memiliki jumlah sel otot yang lebih banyak.1

2. Otak

1
Johwn W. Santrock, Life-Span Development, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm.318.
Volume total otak menjadi stabil di akhir masa kanak-kanak pertengahan dan
akhir, namun perubahan signifikan dalam berbagai struktur dan daerah otak tetap
berlangsung. Secara khusus, jalur otak dan sirkuit yang melibatkan korteks
prefrontal, level tertinggi pada otak, terus meningkat di masa kanak-kanak
pertengahan dan akhir. Kemajuan dalam korteks prefrontal ini terkait dengan
peningkatan atensi penalaran, serta kendali kognitif pada anak.

Ketika anak-anak bertumbuh besar, aktivasi beberapa area otak meningkat,


sementara yang lain menurun. Suatu pergerakan aktivasi yang terjadi ketika anak-
anak berkembang adalah dari area yang menyebar dan luas, ke area yang lebih
fokus dan sempit. Pergeseran ini dicirikan oleh pemotongan sinaptik, di mana area
otak yang tidak digunakan kehilangan koneksi sinaptik sedangkan area yang
digunakan menunjukkan peningkatan koneksi. Dalam sebuah penelitian terbaru,
peneliti menemukan lebih sedikit penyebaran serta lebih banyak aktivasi yang
fokus dalam korteks prefrontal dari usia 7 hingga 30 tahun. Perubahan aktivasi
dibarengi dengan peningkatan efisiensi dalam kinerja kognitif, terutama dalam
kendali kognitif, yang melibatkan kendali fleksibel dan efektif dalam sejumlah
area. Area-area ini meliputi pengendalian atensi, mengurangi pemikiran yang
mengganggu, melakukan tindakan motorik, dan fleksibel dalam menentukan
berbagai pilihan.2

3. Perkembangan Motorik

Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir keterampilan motorik anak-anak


menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan di masa kanak-kanak
awal. Sebagai contoh, di usia 3 tahun, hanya satu dari seribu anak-anak yang
dapat memukul bola tenis hingga melewati net, namun di usia 10 atau 11 tahun
hampir semua anak dapat mempelajari olahraga ini. Berlari, memanjat, melompat
tali, berenang, mengendarai sepeda, dan bermain sepatu es, adalah beberapa
keterampilan fisik yang dapat dikuasai oleh anak-anak usia sekolah dasar.
Keterampilan motorik kasar ini melibatkan banyak aktivitas otot dimana anak
laki-laki biasanya lebih unggul dibandingkan anak perempuan.
2
Johwn W. Santrock, Life-Span Development, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm.319.
Meningkatnya myelinasi dari sistem saraf pusat dapat terlihat dalam
peningkatan keterampilan motorik halus di masa kanak-kanak pertengahan dan
akhir. Anak-anak lebih tangkas dalam menggunakan tangannya. Anak-anak usia 6
tahun dapat menggunakan palu, menempel, mengikat tali sepatu, dan mengancing
pakaian. Di usia 7 tahun, tangan anak-anak sudah lebih mantap. Di usia ini, anak-
anak memilih menggunakan pensil dibandingkan krayon untuk menulis. Huruf
yang ditulis terbalik juga sudah lebih jarang terjadi. Tulisan tangan anak-anak
sudah lebih kecil. Di usia 8 hingga 10 tahun, tangan mereka dapat dipergunakan
secara mandiri dengan lebih tenang dan tepat. Koordinasi motorik halus sudah
berkembang hingga mencapai tahap dimana anak-anak sudah dapat menulis
daripada sekedar mencetak kata-kata. Ukuran tulisan kursif menjadi lebih kecil
dan lebih mantap. Di usia 10 hingga 12 tahun anak-anak mulai memperlihatkan
keterampilan manipulasi yang serupa dengan kemampuan orang dewasa. Mereka
dapat menguasai gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang
dibutuhkan untuk menghasilkan atau untuk memainkan sebuah lagu dengan
menggunakan sebuah instrumen musik. Keterampilan motorik halus pada anak-
anak perempuan biasanya lebih unggul dibandingkan pada anak laki-laki.3

4. Olahraga

Fisik anak-anak Sekolah Dasar masih jauh dari matang, oleh karena itu
mereka harus aktif. Anak-anak ini menjadi lebih mudah lelah jika harus duduk
lama, dibandingkan jika mereka dibiarkan berlari, melompat, atau bersepeda.
Aktivitas fisik, seperti memukul bola, melompat tali, atau menjaga keseimbangan
di atas balok, merupakan sesuatu yang esensial bagi anak-anak ini agar dapat
memperhalus keterampilan mereka. Dengan demikian, jelaslah bahwa olahraga
berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

3
Johwn W. Santrock, Life-Span Development, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012 ), hlm.320.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar anak-anak lebih
banyak berolahraga :

1. Menawarkan lebih banyak program aktivitas fisik yang diberikan oleh


sukarelawan di sekolah.
2. Meningkatkan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran
fisik di sekolah.
3. Memberi tugas kepada anak-anak untuk merencanakan aktivitas komunitas
dan sekolah yang benar-benar menarik perhatian mereka.
4. Mendorong keluarga agar lebih banyak memberi perhatian pada aktivitas
fisik dan mendorong para orangtua untuk lebih banyak berolahraga.

5. Sehat, Sakit, dan Penyakit.

Pada umumnya, kesehatan yang paling baik berlangsung di masa kanak-kanak


pertengahan dan akhir. Dibandingkan masa kanak-kanak lainnya maupun masa
remaja, masa kanak-kanak pertengahan dan akhir merupakan periode di mana
penyakit dan kematian jarang dijumpai.

Namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan cedera maupun


kematian pada masa kanak-kanak pertengahan dan akhir yaitu :

1. Kecelakaan atau Cedera


2. Kegemukan atau Obesitas
3. Penyakit Kardiovaskular
4. Kanker4

B. Anak-Anak Dengan Kebutuhan Khusus


1. Cakupan Kebutuhan Khusus

Kira-kira 13% dari semua anak usia 3 sampai 21 tahun di Amerika Serikat
(AS) menerima pendidikan khusus atau pelayanan yang terkait dengan itu.

4
Johwn W. Santrock, Life-Span Development, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm.322.
Anak anak yang memiliki keterbatasan (Berkebutuhan Khusus) yaitu anak
yang :

1. Kesulitan dalam belajar


2. Retardasi Mental
3. Gangguan Fisik
4. Gangguan Sensoris
5. Gangguan Bicara dan Bahasa
6. Gangguan Emosi dan Prilaku, dll.5

Istilah keterbatasan dan cacat seringkali tertukar penggunaannya, tetapi


sekarang terdapat perbedaan diantara keduanya. Keterbatasan (disability)
mengacu pada terbatasnya fungsi seseorang sehingga menjadi menghalangi
kemampuan individu tersebut. Cacat (handicap) adalah suatu kondisi yang
dibebankan pada seseorang yang memiliki keterbatasan. Kondisi ini dapat
dibebankan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang-orang itu sendiri.

Para pendidik semakin sering menyebut "anak-anak yang memiliki


keterbatasan" daripada "anak-anak yang tidak mampu" untuk menekankan
orangnya bukan keterbatasannya. Selain itu, anak-anak yang memiliki
keterbatasan tidak lagi dijuluki sebagai "anak cacat" meskipun istilah kondisi
cacat masih digunakan untuk mendeskripsikan kesulitan belajar dan fungsi dari
individu-individu yang memiliki keterbatasan yang telah dibebankan oleh
masyarakat. sebagai contoh, ketika anak-anak yang menggunakan kursi roda tidak
mempunyai akses yang memadai untuk kamar mandi, transportasi, dan lain-lain
maka dirujuk sebagai kondisi cacat.

2. Isu-Isu Pendidikan yang Melibatkan Anak Yang Memiliki Keterbatasan.

Menurut hukum, sekolah negeri diharuskan melayani semua anak yang


memiliki keterbatasan dalam lingkungan yang sedapat mungkin tidak membatasi.
Kita akan mengeksplorasi aspek-aspek hukum dalam menghadapi anak-anak yang
memiliki keterbatasan, mendeskripsikan dengan singkat penempatan dan layanan
5
Jowhn W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009), hlm.245.
yang tersedia bagi anak-anak ini, dan memeriksa peran orang tua dan teknologi
dalam mendidik anak-anak yang memiliki keterbatasan.

1. Aspek Hukum

Dimulai pada pertengahan 1960-an sampai pertengahan 1970-an, badan


pembuat undang-undang, pengadilan Federal, dan kongres AS menentukan hak-
hak pendidikan bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan. Sebelumnya,
sebagian besar anak-anak yang memiliki keterbatasan ditolak atau tidak dilayani
dengan baik oleh sekolah-sekolah. Pada 1975, Perwakilan Rakyat mengesahkan
public law 94-142, Educational For All Handicapped Children Act, sebuah
undang-undang pendidikan bagi semua anak cacat, yang mengharuskan bahwa
semua siswa yang memiliki keterbatasan diberi pendidikan yang bebas biaya dan
layak serta memberikan pembiayaan untuk membantu mengimplementasikan
pendidikan ini.

Individuals with Disabilities Educational Act (IDEA) pada 1990, public Law
94-142 dibuat kembali sebagai individual with disabilities educational (IDEA)
sebuah undang-undang untuk anak-anak yang memiliki keterbatasan pendidikan.
Revisi IDEA dilakukan pada tahun 1997 dan kemudian disahkan kembali pada
2004 selanjutnya dinamai Individual with Disabilities Education Improvement
Act, undang-undang meningkatkan mutu pendidikan bagi individu yang memiliki
keterbatasan. IDEA menjelaskan mandat dewan untuk melayani semua anak yang
memiliki keterbatasan. Pelayanan tersebut mencakup evaluasi dan penentuan sifat
yang memenuhi syarat, pendidikan yang sesuai dan rencana pendidikan yang
disesuaikan, serta pendidikan dalam lingkungan yang setidaknya dapat
membatasi.6

Anak-anak yang dianggap memiliki keterbatasan dievaluasi untuk menentukan


sifat mereka yang memenuhi syarat untuk menerima pelayanan dari IDEA.
Sekolah-sekolah dilarang merencanakan program pendidikan khusus dan
memberikan tawaran hanya berdasarkan masih ada tempat tersedia di sekolah

6
Jowhn W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009), hlm.272.
tersebut. Dengan kata lain, sekolah harus memberikan pelayanan pendidikan yang
sesuai dengan semua anak yang telah ditentukan akan membutuhkannya

2. Penempatan, Pelayanan, dan Orang Tua sebagai Mitra Penddikan

Anak-anak yang memiliki keterbatasan dapat ditempatkan di berbagai tempat, dan


beragam pelayanan dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan mereka.

 Penempatan Sekarang ini di Amerika Serikat, dari jumlah siswa yang


memiliki keterbatasan hanya sejumlah anak dengan persentase kecil yang
dididik di luar sekolah reguler, meskipun persentase siswa yang memiliki
keterbatasan yang dididik dalam kelas Reguler berbeda-beda dari satu
negara bagian ke negara bagian lainnya. Dalam tahun ajaran sekolah 2003-
2004 hampir 50% dari siswa-siswa di AS memiliki keterbatasan
menghabiskan 80% hari-hari sekolahnya di dalam kelas reguler. Jumlah
ini mewakili 5% peningkatan sejak 1994. Kira-kira 4% siswa AS yang
memiliki keterbatasan dididik di sekolah-sekolah yang terpisah. Sekarang,
marilah kita mengeksplorasi jenis-jenis pelayanan yang tersedia bagi siswa
siswa yang memiliki keterbatasan.
 Pelayanan, pelayanan untuk anak-anak dapat diberikan oleh guru kelas
reguler, seorang guru keterampilan khusus, seorang guru pendidikan
khusus, seorang konsultan kolaboratif, ahli-ahli lain, atau tim interaktif.
 Orang Tua sebagai Mitra Pendidikan, pendidik dan peneliti semakin
mengakui betapa pentingnya bagi guru dan orangtua untuk bersama-sama
membimbing pembelajaran anak-anak yang memiliki keterbatasan. IDEA
mengamanatkan partisipasi orang tua dalam mengembangkan program
pendidikan untuk semua anak yang memiliki keterbatasan. 7

3. Teknologi

7
Jowhn W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009), hlm.283.
IDEA, termasuk amandemen 1997-nya mewajibkan peralatan dan layanan
teknologi disediakan untuk siswa-siswa yang memiliki keterbatasan apabila
peralatan dan layanan teknologi itu penting dan dapat menjamin pendidikan
yang bebas dan berkesesuaian.

Dua jenis teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan


siswa yang memiliki keterbatasan adalah teknologi pembelajaran dan
teknologi pembantu. Teknologi pembelajaran meliputi berbagai jenis peranti
keras dan peranti lunak yang dikombinasi dengan metode pengajaran yang
inovatif untuk kebutuhan belajar siswa di dalam kelas. Contohnya meliputi
rekaman video, pelajaran yang dibantu dengan komputer, dan program
hipermedia yang rumit dimana komputer digunakan untuk mengendalikan
tampilan audio dan gambar visual yang disimpan dalam piringan video.

Teknologi pembantu terdiri atas berbagai layanan dan perlengkapan untuk


membantu siswa-siswa yang memiliki keterbatasan berfungsi didalam
lingkungan mereka. Contohnya meliputi bantuan komunikasi, keyboard
alternatif, dan tombol adaptive. Untuk menempatkan layanan seperti ini, para
pendidik dapat menggunakan basis data komputer seperti Device Locator
System.

Tim pendidik dan profesional lain sering mengombinasikan teknologi ini


untuk meningkatkan pembelajaran siswa yang memiliki keterbatasan. Sebagai
contoh, para siswa yang tidak dapat menggunakan tangan mereka untuk
mengoperasikan keyboard komputer dapat menggunakan komputer yang
dioperasikan dengan suara (teknologi pembantu) yang memberikan pelajaran
dari program peranti lunak yang dirancang untuk memberikan pelajaran
pengejaan (teknologi pelajaran).

C. Perubahan Kognitif
Kognitif berarti "pikiran" dan psikologi lebih bersifat kognitif atau mulai lebih
berfokus pada pikiran, pada akhir abad ke-20. Penekanan kognitif terus berlanjut
hingga hari ini dan menjadi dasar bagi banyak pendekatan pembelajaran. 8

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Piaget (1952), cara berpikir anak-anak prasekolah tergolong


praoperasional. Anak-anak prasekolah dapat membentuk konsep-konsep yang
stabil, mereka juga mulai mampu bernalar namun cara berpikir mereka dihambat
oleh egosentrisme dan sistem keyakinan yang magis. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa di dalam kondisi yang sesuai, anak-anak kecil dapat
memperlihatkan kemampuan yang terdapat di tahap perkembangan kognitif
berikutnya, yakni tahap berpikir operasional konkret (Gelman, 1969).

Tahap Operasional Konkret, Piaget menyatakan bahwa tahap operasional


konkret berlangsung pada usia sekitar 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini, anak-
anak dapat melakukan operasional konkret, mereka juga dapat bernalar secara
logis sejauh penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang spesifik
atau konkret. Ingatlah bahwa operasi (operation) adalah kegiatan mental dua-arah
(reversible) dan operasi-operasi konkret (concrete operations) adalah operasi
yang diaplikasikan pada objek-objek yang real atau konkret. Sebagai contoh,
sebuah tugas tentang konservasi bahan. Seorang anak diberi dua bola lilin yang
identik. Pelaku eksperimen menggulung satu bola menjadi satu bentuk yang
panjang dan tipis, yang satu lagi tetap dalam bentuk yang asli. Anak kemudian
ditanyakan apakah lebih banyak lilin di dalam bola atau di dalam potongan lilin
yang panjang dan tipis itu? Pada saat anak-anak mencapai usia 7 atau 8 tahun,
sebagian besar menjawab kedua bentuk lilin tersebut sama. Untuk menjawab
pertanyaan itu dengan benar, anak-anak harus membayangkan bahwa bola lilin
digulung kembali ke bentuk aslinya yang bundar. Tipe imajinasi ini melibatkan
8
Jowhn W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009), hlm.302.
tindakan mental dua-arah yang diaplikasikan dalam objek yang konkret dan nyata.
Operasi-operasi konkret memungkinkan anak memikirkan beberapa karakteristik
dan bukan berfokus pada suatu properti tunggal suatu objek. Didalam contoh lilin,
anak-anak praoperasional tampaknya lebih berfokus pada tinggi atau lebar. Anak
operasi-konkret mengoordinasikan informasi mengenai kedua dimensi itu.

Mengevaluasi Tahap Operasi Konkret Piaget, Apakah pembelajaran Piaget


mengenai operasi konkret anak telah diuji melalui riset? Menurut Piaget, terdapat
berbagai aspek dari sebuah tahapan yang seharusnya muncul di saat yang sama.
Meskipun demikian, pada kenyataannya, beberapa kemampuan operasi konkret
tidak muncul secara sinkron. Sebagai contoh, anak-anak tidak belajar melakukan
konservasi pada saat yang sama ketika mereka belajar melakukan klasifikasi-
silang.

Disamping itu pendidikan dan budaya memberikan dampak yang lebih


kuat terhadap perkembangan anak-anak dibandingkan yang diyakini oleh Piaget
(Holzman, 2009; Irvine dan Berry, 2010). Beberapa anak yang berada di tahap
praoperasional dapat dilatih untuk bernalar di tahap operasi konkret. Usia di mana
anak-anak memperoleh keterampilan konservasi berkaitan dengan sejauh mana
praktik-praktik budaya memungkinkan berkembangnya keterampilan-
keterampilan ini.9

2. Pemrosesan Informasi

Alih-alih menganalisis tipe-tipe pemikiran yang diperlihatkan anak-anak, kita


akan menelaah cara mereka menangani informasi selama masa kanak-kanak
pertengahan dan akhir. Apa yang akan kita temukan? Selama masa ini, sebagian
besar anak memperlihatkan kemajuan yang dramatis dalam mempertahankan dan
mengendalikan atensi. Mereka lebih banyak menaruh perhatian pada stimuli yang
relevan dengan tugas dibandingkan stimuli yang menonjol. Perubahan-perubahan
lain dalam pemrosesan informasi selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir
ini mencakup memori, pemikiran, dan metakognisi.

9
Johwn W. Santrock, Life-Span Development, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm.330.
1) Memori jangka pendek (short-item-memory)

Memperlihatkan peningkatan yang cukup berarti di masa kanak-kanak awal.


Meskipun demikian setelah berusia 7 tahun peningkatan ini tidak berlangsung
banyak.

2) Memori jangka panjang (long-term-memory)

Ingatan yang relatif permanen dan merupakan tipe ingatan yang tidak terbatas,
meningkat seiring dengan bertambahnya usia di masa kanak-kanak pertengahan
dan akhir. Dalam beberapa hal, kemajuan dalam ingatan ini mencerminkan
meningkatnya pengetahuan anak-anak dan meningkatnya kemampuan mereka
dalam menggunakan strategi-strategi. Ingatlah bahwa penting untuk tidak melihat
memori dalam hal bagaimana anak-anak menambahkan sesuatu, namun
bagaimana anak-anak mengonstruksikan memori tersebut (Ornstein, Coffman, &
Grammer, 2009; Ornstein dkk, 2010).

3) Pengetahuan dan Keahlian

Banyak riset mengenai peran pengetahuan terhadap memori melakukan


perbandingan antara pengetahuan ahli dan pemula. Para ahli memiliki
pengetahuan yang luas mengenai bidang tertentu, pengetahuan ini memengaruhi
apa yang mereka perhatikan serta bagaimana mereka mengorganisasi,
menyajikan, dan menginterpretasikan informasi. Selanjutnya hal ini memengaruhi
kemampuan mereka untuk mengingat, bernalar, dan memecahkan masalah. Jika
individu memiliki keahlian mengenai subjek tertentu, ingatan mereka juga
cenderung baik dalam mempertimbangkan materi-materi yang berkaitan dengan
subjek tersebut.

Sebagai contoh, sebuah studi menemukan bahwa anak-anak berusia 10


hingga 11 tahun yang berpengalaman menjadi pemain catur (“ahli”) mampu
mengingat lebih banyak informasi mengenai biduk-biduk catur dibandingkan para
mahasiswa yang tidak berpengalaman menjadi pemain catur (“pemula”).
Sebaliknya, jika para mahasiswa disajikan stimuli lain, mereka mengingat lebih
baik dibandingkan anak-anak. Dengan demikian, keahlian anak-anak dalam hal
catur memberi mereka ingatan yang superior, namun hanya dalam hal catur.

4) Strategi

Apa yan telah kita ketahui tentang memori jangka-panjang adalah bahwa
memori jangka-panjang adalah bahwa memori jangka panjang tergantung pada
aktivitas belajar yang dilakukan individu ketika mempelajari dan mengingat
informasi. Strategi terdiri dari aktivitas mental yang disengaja untuk
meningkatkan pemrosesan informasi. Strategi tidak berlangsung secara otomatis
namun membutuhkan usaha dan kerja. Berikut adalah beberapa strategi yang
efektif digunakan oleh orang dewasa dalam meningkatkan keterampilan memori
anak:

 Mendorong anak-anak untuk melakukan pencitraan-bayangan (mental


imagery). Pencitraan bayangan dapat membantu mengingat gambar-
gambar, bahkan untuk anak-anak kecil sekalipun. Namun, untuk
mengingat informassi verbal, pencitraan bayangan bisa dilakukan secara
lebih baik oleh anak-anak yang lebih besar dibandingkan anak kecil
(Schneider, 2004).
 Memotivasi anak-anak untuk mengingat sesuatu dengan memahami alih-
alih mengingatnya. Anak-anak akan mengingat informasi secara lebih baik
untuk waktu yang lama jika mereka memahami informasi daripada
banyak berlatih dan menghapalnya.
 Ulangi dengan variasi terhadap informasi instruksi serta kaitkan sedari
awal dan lakukan sering kali. Ini adalah rekomendasi ahli perkembangan
memori, untuk meningkatkan konsolidasi dan rekonsolidasi anak-anak
terhadap informasi yang mereka pelajari. Variasi dalam tema pelajaran
meningkatkan jumlah kumpulan penyimpanan memori serta cakupan
jejaringnya, kedua strategi ini memperluas cara pengambilan informasi
dari penyimpanan.
 Menambahkan bahasa yang relevan dengan memori ketika memberi
instruksi pada anak-anak. Para guru berbeda dalam menggunakan bahasa
yang relevan dengan memori ketika mendorong siswanya mengingat
sebuah informasi. Ketika siswa dengan pencapaian prestasi rendah
ditempatkan di ruang kelas di mana guru dikategorikan sebagai "guru
dengan hafalan tinggi" dimana Guru itu menambahkan informasi yang
relevan dengan memori dalam pengajarannya, prestasi siswa itu
meningkat.10

5) Berpikir

Ada tiga penting dari berpikir adalah mampu berpikir secara kritis kreatif dan
ilmiah.

 Berpikir kritis, mencakup kegiatan berpikir secara reflektif dan produktif


serta mengevaluasi fakta.
 Berpikir kreatif, anak-anak yang kompeten secara kognitif tidak hanya
mampu berpikir kritis namun juga kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan
untuk berpikir dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa, serta menemukan
solusi solusi yang unik terhadap masalah yang dihadapi.
 Berpikir ilmiah, seperti halnya ilmuwan, anak-anak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pundamental mengenai realitas dan mencari jawaban terhadap
persoalan yang seringkali tampak sederhana atau tidak dapat dijawab oleh
orang lain.

3. Inteligensi
10
Johwn W. Santrock, Life-Span Development, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm.333.
Inteligensi (intelligence) adalah kemampuan untuk memecahkan masalah serta
beradaptasi dan belajar dari pengalaman. Fokus terhadap inteligensi adalah
perbedaan dan penilaian Individual. Perbedaan individual adalah cara yang stabil
dan konsisten yang berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Kita dapat membahas perbedaan individual di dalam bidang kepribadian atau
bidang-bidang lainnya. Meskipun demikian perhatian mengenai perbedaan
individual paling banyak diarahkan pada bidang inteligensi. Sebagai contoh, tes
inteligensi bertujuan untuk memberi informasi kepada kita mengenai apakah
seorang siswa dapat bernalar lebih baik dibandingkan siswa lain. Kini, marilah
kita meninjau kembali sejarah mengenai intelegensi serta tes intelegensi yang
pertama kali digunakan.11

 Jenis-Jenis Inteligensi

Manakah yang lebih sesuai meninjau intelegensi anak sebagai sebuah


kemampuan umum atau sebagai sejumlah kemampuan spesifik. Potensi
intelegensi atau kecerdasan ada beberapa macam yang dapat didentifikasikan
menjadi beberapa kelompok besar yaitu;

1.) Intelegensi Verbal-Linguistik

Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan bahasa dan segala sesuatu


yang berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis.

2.) Intelegensi Logical-Matematik

Merupakan kecerdasan dalam hal berfikir ilmiah, berhubungan dengan angka-


angka dan simbol, serta kemampuan menghubungkan potongan informasi yang
terpisah.

3.) Intelegensi Visual Spasial

11
Johwn W. Santrock, Life-Span Development, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm.338.
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan seni visual seperti melukis,
menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan
kemampuan membayangkan objek-objek dari sudut pandang yang berbeda.

4.) Intelegensi Kinestetik Tubuh

Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan menggunakan


tubuh untuk mengekspresikan perasaan atau disebut juga dengan bahasa tubuh
(body language). Kecerdasan ini berhubungan dengan berbagai keterampilan
seperti menari, olah raga serta keterampilan mengendarai kendaraan.

5.) Intelegensi Ritme Musikal

Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan mengenali pola


irama, nada dan peta terhadap bunyi-bunyian.

6.) Intelegensi Intra-Personal

Kecerdasan yang berfokus pada pengetahuan diri, berhubungan dengan


refleksi, kesadaran dan kontrol emosi, intuisi dan kesadaran rohani. Orang yang
mempunyai kecerdasan intra-personal tinggi biaasanya adalah para pemikir
(filsuf), psikiater, penganut ilmu kebatinan dan penasehat rohani.

7.) Intelegensi Interpersonal

Kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan individu


untuk bekerjasama, kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non-
verbal. Seseorang dengan tingkat kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya
mampu membaca suasana hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang
lain. Pribadi dengan Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya
mempunyai rasa empati yang tinggi.

8.) Intelegensi Emosional

Kecerdasan yang meliputi kekuatan emosional dan kecakapan sosial.


Sekelompok kemampuan mental yang membantu seseorang mengenali dan
memahami perasaan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk
mengatur perasaan-perasaan diri sendiri.

4. Perkembangan Bahasa

Salah satu aspek yang penting dalam perkembangan anak yang dikembangkan
dalam proses pembelajaran taman kanak-kanak guna meningkatkan kemampuan
dasar anak adalah bahasa. Di bawah ini merupakan penjelasan mengenai
perkembangan bahasa anak.

1. Pengertian Bahasa

Bahasa menurut Hurlock merupakan setiap sarana komunikasi dengan


mengubah pikiran dan perasaan ke dalam bentuk simbol-simbol sehingga
maknanya dapat diberikan kepadaorang lain. Yang termasuk di dalam hal tersebut
adalah perbedaan bentuk komunikasi seperti tulisan, bicara, bahasa simbol,
ekspresi muka, isyarat, pantomim, dan seni. Selain itu, Santrock mendefinisikan
bahasa sebagai bentuk dari upaya komunikasi yang dapat diucapkan, ditulis atau
dilambangkan berdasarkan sistem simbol. Bahasa meliputi kata-kata beserta
aturanaturannya yang digunakan masyarakat sebagai upaya menyusun bermacam-
macam variasi dan mengkombinasikannya.12

1. Teori-teori Perkembangan Bahasa

Masa awal anak-anak merupakan masa perkembangan bahasa anak yang


sangat pesat. Istilah nativis diambil dari pernyataan bahwa pemerolehan bahasa
ditentukan bawaan (innatly), yaitu individu dilahirkan dengan (membawa)
kemampuan genetik yang mempengaruhinya untuk menanggapi secara sistematik
bahasa disekitarnya, yang berakibat terbentuknya sistem bahasa. Faktor genetis
yang diwariskan pada manusia berupa suatu perangkat perolehan bahasa
(language acquisition system), suatu mekanisme pembelajaran berbasis bahasa
yang spesifik, yang memungkinkan bayi dan balita menguasai berbagai kerumitan
12
John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm.353.
bahasa dalam waktu yang singkat. Mekanisme bawaan ini yang membuat anak-
anak mampu mengkonstruksi tata bahasa dalam bahasa asli mereka.13

Perkembangan bahasa anak juga tidak terlepas dari bagaimana anak-anak


mempelajari bahasa melalui orang-orang di sekitarnya. Dalam hal ini bahasa
dipelajari melalui proses penguatan dan peniruan. Bayi akan belajar
mengasosiasikan bunyi tertentu dengan suatu objek atau orang secara bertahap.
Mereka mulai belajar bagaimana menyebutkan objek dan apa yang awalnya
merupakan ocehan tak bermakna menjadi bahasa yang bermakna. Selain itu, anak
dapat mempelajari sebuah bahasa hanya bila orang-orang di sekelilingnya
menggunakan bahasa tersebut seara rutin dalam percakapan. Semakin kaya bahasa
yang didengar anak, maka semakin cepat kosakata anak berkembang. Tidak hanya
sekedar menirukan apa yang mereka (anak-anak) dengar. Ternyata hal-hal yang
didengar mereka gunakan untuk mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri
mengenai bahasa tersebut, termasuk pengetahuan mengenai makna-makna kata,
konvensi-konvensi yang mengatur cara menggabungkan kata menjadi kalimat
yang bermakna, dan sebagainya.

Hal ini sebagaimana deskripsi Piaget mengenai adanya konstruksi


pengetahuan. Sejalan dengan hal tersebut, Vygotsky memaparkan bahwa pada
awalnya pikiran (kognitif) dan bahasa masing-masing berkembang sebagai dua
sistem yang berkembang. Sebelum usia sekitar 2 tahun, anak-anak menggunakan
kata-kata secara sosial sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang di
sekitarnya. Hingga titik ini, kognisi internal anak tidak berisi bahasa. Sekitar usia
dua tahun, pikiran dan bahasa bergabung. Bahasa yang awalnya sebagai
penunjang utama interaksi sosial kemudian diinternalisasi sehingga dapat
memberikan bahasa bagi pikiran yang dapat mengarahkan tindakan-tindakan dan
pikiran anak.

Perkembangan kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun kemampuan anak


dalam berbicara hampir sama dengan kemampuan oran dewasa. Pada masa ini
anak telah menguasai sedikitnya 2500 kosa kata dan menggunakannya secara aktif
13
Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm.120
dalam berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Dilihat dari fungsinya,
bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat
perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa
mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan,
tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantonim atau seni.
Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif
untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. 
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab
pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan
sebagainya.14

2. Tujuan Pengembangan Bahasa

Pengembangan kemampuan berbahasa untuk anak memiliki tujuan agar


mereka mampu mengungkapkan pikiran dan disampaikan menggunakan bahasa
secara tepat, serta mampu berkomunikasi secara baik. Bahasa diperlukan untuk
menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan orang lain. Bahasa dapat
memampukan seseorang untuk mendeskripsikan kejadian yang terjadi di masa
lalu dan merencanakan masa depan. Dengan bahasa seseorang dapat
menyampaikan informasi ke setiap generasi selanjutnya dan dapat menghasilkan
warisan budaya yang kaya. Dalam membahas fungsi bahasa untuk anak, maka
Depdiknas menjabarkannya menjadi 4 fungsi, yaitu sebagai alat untuk:

a. berkomunikasi dengan lingkungan,


b. mengembangkan kemampuan intelektual anak,
c. mengembangkan ekspresi anak, dan
d. menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

Kesimpulan yang diperoleh dari uraian di atas bahwa bahasa untuk


berfungsi menjadi alat berkomunikasi (berbicara, mendengarkan, membaca, dan

Jamaris Martini, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Pernamas
14

Murni, 2010).
menulis), mengembangkan kemampuan intelektual, mengembangkan ekspresi
anak serta mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya kepada orang lain.15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak mengalami
penambahan berat tubuh sebesar 5 hingga 7 pon setiap tahunnya. pertambahan
berat ini terutama terkait dengan peningkatan ukuran kerangka dan sistem otot,
maupun ukuran beberapa organ tubuh. Perubahan proporsi adalah perubahan fisik
yang paling jelas terlihat di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Lingkar
kepala, lingkar pinggang, dan panjang kaki, berkurang dibandingkan dengan
ketinggian tubuh. Perubahan fisik yang kurang terlihat secara jelas adalah tulang
mengeras di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir namun menjadikan tekanan

15
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 63.
dan tarikan yang lebih kuat daripada tulang orang dewasa. Massa dan kekuatan
otot meningkat secara bertahap di tahun-tahun ini sementara l"emak bayi" mulai
berkurang. Gerakan-gerakan bebas dan benturan-benturan pada lutut di masa
kanak-kanak awal dapat menumbuhkan otot. Dalam hal perkembangan kognitif,
masa kanak-kanak awal adalah priode di mana anak-anak kecil semakin terlibat
dalam pemikiran simbolik. Kemampuan pemrosesan informasi meningkat
signifikan, atensi eksekutif dan tertahan meningkat, memori jangka pendek
membaik, serta pemahaman terhadap pikiran manusia maju pesat. Anak-anak
kecil juga meningkatkan pengetahuan sistem berbahasa dan literasinya dengan
berpartisipasi secara aktif dalam berbagai pengalaman berbahasa.

B. Saran

Demikianlah makalah Psikologi Perkembangan yang dapat kami sajikan,


semoga  dapat beemanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran tetap kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

John W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa

Hidup I  Jakarta, Erlangga, 2012.

Jowhn W.Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Salemba Humanika, 2009.

John W. Santrock, Perkembangan Anak, Jakarta, Erlangga, 2007.

Penney Upton, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Erlangga, 2012.

Jamaris Martini, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta:


Yayasan Pernamas Murni, 2010.

Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Bandung, Alfabeta, 2010.

Anda mungkin juga menyukai