Tugas Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Tugas Mahasiswa Dalam Mata
Kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik
Dosen Pengampu:
Dr. Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 10 / Kelas 2E
1. Selasmawati (21112251111)
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dan tepat waktu. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak terkait yang telah berkontribusi memberikan
sumbangan baik materi, pikiran dan. Makalah yang berjudul “Perkembangan Fisik pada Masa
Usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) Masa Kanak-Kanak Tengah dan Remaja Akhir” ini merupakan
salah satu tugas pada mata kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik di progam studi S2
Pendidikan Dasar Univesitas Negeri Yogyakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Aprilia
Tina Lidyasari, M.Pd., selaku dosen pengampu pada mata kuliah Perkembangan dan Belajar
Peserta Didik, atas arahan serta bimbingannya selama penulisan makalah ini. Akhirnya, penulis
menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif serta membangun dari para pembaca
untuk penyususnan makalah-makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Makalah....................................................................................................2
C. Tujuan Makalah........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
C. Cacat Yang Biasa Terjadi Pada Masa kanak-kanak tengah dan Akhir..........13
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................................19
A. Kesimpulan...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain sistem yang dapat mengintegrasikan nilai-nilai teoritis ke dalam diri anak,
peran orangtua, guru, komite sekolah, pengambil kebijakan, serta masyarakat juga berperan
penting. Kerjasama, keterpaduan, dan keharmonisan pihak-pihak tersebut dalam mengikuti
irama pendidikan anak menjadi kunci keberhasilan dari sebuah arti pendidikan yang selalu
mengarahkan peserta didik ke arah perkembangan yang lebih maju.
Pemahaman akan karakteristik khas anak merupakan modal awal pihak-pihak yang
terkait dengan pendidikan. Dengan pemahaman yang komprehensif, pihak-pihak tersebut
dapat membawa dunia anak-anak ke dunia mereka. Artinya, dari setiap proses pendidikan
yang didapat anak dilakukan berlandaskan sinergi antara kebutuhan anak dan bekal ilmu
yang akan dibelajarkan. Intinya, dengan pemahaman yang baik, pemilihan metode ataupun
strategi pembelajaran ataupun pendekatan terhadap anak menjadi lebih terarah dan anak
yang menerimapun dapat menyerap informasi dengan baik dan menyenangkan.
Pada masa usia sekolah dasar anak-anak memiliki karakteristik. Anak di masa usia
sekolah dasar (SD) merupakan anak dengan memiliki banyak perubahan yang sangat
berbeda pada mental maupun fisik. Usia anak sekolah dasar memiliki usia dari 7 -12 thn.
Siswa SD memiliki perkembangan yang dapat dilihat secara fisik, dan secara
perkembangan pemikiran.
1
Perkembangan yang dapat dilihat secara fisik seorang anak dikatakan berkembang
karena terdapatnya atau terlihatnya suatu perubahan yang terjadi pada pola pikir, tinggi
badan, dan berat badan. Seorang anak pada masa usia sekolah dasar memiliki ukuran tubuh
yang tidah bisa di perkirakan, hal ini terjadi karena bentuk tubuh yang di milikinya bisa
jadi adalah factor keturunan ataupun factor penyakit yang terjadi semenjak ia lahir. Oleh
karena itu, pentingnya kita mengetahui serta mempelajari mengenai perkembangan fisik
pada anak usia sekolah dasar . Maka pada makalah ini, kami berkesempatan membahas dan
mengkaji “Perkembangan Fisik pada Masa Kanak-Kanak Tengah dan Akhir (Usia
Sekolah Dasar 7-12 tahun)”
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang tersebut, terdapat beberapa rumusan masalah yang akan
dikaji, yaitu:
1. Bagaimana perubahan yang terjadi pada pertumbuhan fisik, otak dan perkembangan motorik
masa kanak-kanak tengah dan akhir?
2. Apa saja isu utama dalam kesehatan pada masa kanak-kanak tengah dan akhir?
3. Apa saja cacat yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak tengah dan akhir?
4. Bagaimana aktivitas fisik sesuai tumbuh kembang anak usia sekolah dasar?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuat makalah ini, selain memenuhi tugas kuliah, yaitu:
1. Mengetahui perubahan yang terjadi pada pertumbuhan fisik, otak dan perkembangan
motorik masa kanak-kanak tengah dan akhir
2. Mengetahui isu utama dalam kesehatan pada masa kanak-kanak tengah dan akhir
3. Mengetahui cacat yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak tengah dan akhir
4. Mengetahui aktivitas fisik sesuai tumbuh kembang anak usia sekolah dasar
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tubuh, Otak dan Motorik Anak
1. Sistem Rangka Otot
Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak tumbuh rata-rata 2 hingga 3 inci per
tahun sampai, pada usia 11 tahun, tinggi rata-rata anak perempuan adalah 4 kaki, 9
inci, dan rata-rata tinggi anak laki-laki adalah 4 kaki, 7 ¾ inci. Selama tahun-tahun
pertengahan dan akhir masa kanak-kanak, anak-anak bertambah sekitar 5 sampai 7
pon per tahun. Peningkatan berat badan terutama disebabkan oleh peningkatan ukuran
sistem kerangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Massa dan kekuatan otot
secara bertahap meningkat saat "lemak bayi" berkurang. Gerakan-gerakan yang
kendor dan lutut-lutut anak usia dini memberi jalan bagi peningkatan tonus otot.
Peningkatan kekuatan otot disebabkan oleh faktor keturunan dan olahraga. Anak-anak
juga menggandakan kemampuan kekuatan mereka selama tahun-tahun ini. Karena
jumlah sel otot mereka yang lebih besar, anak laki-laki biasanya lebih kuat daripada
anak perempuan.
Perubahan proporsional adalah salah satu perubahan fisik yang paling menonjol
pada masa kanak-kanak pertengahan dan akhir (Burns & others, dalam Santrock,
2016). Penurunan lingkar kepala, lingkar pinggang, dan panjang tungkai berbanding
lurus dengan tinggi badan. Perubahan fisik yang kurang terlihat adalah tulang terus
mengeras (mengeraskan) selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir.
3
Faktor terpenting yang terdapat dalam diri manusia yang akan menentukan
perkembangan manusia selanjutnya adalah otak. Sejak lahir manusia memiliki 100-
200 miliar sel neuron yang siap memproses beberapa triliun informasi, tetapi neuron
yang berfungsi tidak seluruhnya, hanya 5 % saja yang berfungsi. Jutaan pesan masuk
dari luar melalui neuron, kemudian neuron membentuk kolom-kolom bila ada
pengalaman langsung dan masuk ke nuron motorik. Namun, jumlah sel otak tidak
pernah akan bertambah, tetapi yang bisa bertambah adalah kualitas otak (dendrit).
Fungsi dan struktur otak terkait dengan seluruh kegiatan kita yaitu kegiatan mental,
berpikir, emosi dan memori, dimana semuanya terkait dengan dengan otak. Oleh
karena itu, adanya kerusakan otak akan mempengaruhi intelegensi individu dan
prilakunya.
Sepanjang masa kanak-kanak (anak usia dasar), otak tidak tumbuh secepat pada
masa bayi, meskipun demikian, otak dan kepala masih tumbuh lebih cepat dari pada
anggota tubuh lain. Beberapa peningkatan otak dalam ukuran disebabkan oleh
myelenasi, dan beberapa disebabkabkan oleh peningkatan dalam jumlah dan ukuran
dendrit. Beberapa ahli perkembangan menyimpulkan myelenasi adalah penting dalam
kematangan sejumlah kemampuan anak. Sebagai contoh, mylenasi pada daerah otak
yang berhubungan dengan koordinasi tangan dan mata tidak lengkap hingga sekitar
usia 4 tahun. Myelenasi di daerah otak yang berhubungan dengan perhatian yang
terfokus tidak lengkap hingga akhir masa kanak-kanak tengah dan akhir.
Dengan cara berulang-ulang mendapatkan hasil pemindaian otak dari anak yang
sama hingga selama 4 tahun, ilmuwan menemukan bahwa otak anak mengalami
ledakan pertumbuhan yang cepat antara usia 3 dan 15 tahun. Ukuran otak seluruhnya
tidak berubah secara dramatis, tetapi pola lokal berubah. Jumlah materi otak pada
beberapa daerah dapat menjadi dua kali lipat sedikitnya dalam satu tahun, diikuti oleh
hilangnya jaringan secara drastis saat sel-sel yang tidak diperlukan dibuang dan otak
terus mengatur diri. Dari umur 3 hingga 6 tahun, pertumbuhan yang cepat terjadi di
area lobus frontal yang terlibat dalam perencanaan dan pengaturan tindakan baru dan
dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas. Dari umur 6 tahun hingga masa
puber, perubahan dramatis terjadi dalam lobus temporal dan parietal, khususnya pada
area yang memainkan peran utama dalam bahasa dan hubungan spasial."
Ilmuwan mulai membuat bagan hubungan antara perkembangan kognitif anak,
struktur otak mereka yang berubah-ubah dan tranmisi informasi ditingkat neuron.
Sebagai contoh, kita telah menyebutkan sebelumnya bahwa sirkuit syaraf bagi
perhatian dan ingatan sedang bekerja terletak pada korteks prefrontal dan
menggunakan dopamine neurotransmiter. Konsentrasi dopamin dalam otak anak
biasanya meningkat secara signifikan dari umur 3 hingga 6 tahun. Mungkin
perubahan ini, juga pertumbuhan yang cepat pada lobus frontal pada priode yang
sama, dihubungkan dengan ktrampilan kognitif anak yang sedang berkembang. Saat
teknologi maju memungkinkan ilmuwan untuk melihat bagian dalam otak dan
mengamati aktivitasnya, kita mungkin akan memahami dengan lebih tepat bagaimana
otak berfungsi dalam perkembangan kognitif. Mengacu tahap perkembangan berpikir
dari Piaget, maka anak pada masa ini berada pada tahap opersional konkret yang
berlangsung kira-kira usia 7-11 tahun. Pada tahapan ini pikiran logis menggantikan
pikiran intuitif. Konsep yang semula samar samar dan tidak jelas, kini menjadi
konkret. Anak sudah mampu berpikir rasional dan melakukan aktivitas logis tertentu,
walaupun masih terbatas pada objek konkret dan dalam situasi konkret. Cara
4
berpikirnya sudah kurang egosentris yang ditandai dengan desentrasi
5
yang besar, yaitu sudah mampu memerhatikan lebih dari satu dimensi dan juga
menghubungkan satu dengan lainnya.
3. Keterampilan Motorik kasar dan Halus Masa kanak-kanak Tengah dan Akhir
Selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, perkembangan motorik anak-
anak menjadi lebih lancar dan lebih terkoordinasi daripada di masa kanak-kanak awal.
Misalnya, hanya satu dari seribu anak yang dapat memukul bola tenis melewati net
pada usia 3 tahun, namun pada usia 10 atau 11 tahun kebanyakan anak dapat belajar
bermain olahraga. Lari, panjat tebing, lompat tali, berenang, bersepeda, dan skating
hanyalah beberapa dari sekian banyak keterampilan fisik yang dapat dikuasai anak-
anak sekolah dasar. Dan, ketika dikuasai, keterampilan ini merupakan sumber
kesenangan dan pencapaian besar bagi anak-anak. Dalam keterampilan motorik kasar
yang melibatkan aktivitas otot besar, anak laki-laki biasanya mengungguli anak
perempuan.
Saat anak-anak melewati tahun-tahun sekolah dasar, mereka mendapatkan kontrol
yang lebih besar atas tubuh mereka dan dapat duduk untuk waktu yang lebih lama.
Namun, anak-anak sekolah dasar masih jauh dari matang secara fisik, dan mereka
perlu aktif. Anak-anak sekolah dasar menjadi lebih lelah karena duduk dalam waktu
lama daripada berlari, melompat, atau bersepeda. Tindakan fisik sangat penting bagi
anak- anak untuk memperbaiki keterampilan mereka yang sedang berkembang, seperti
memukul bola, lompat tali, atau menyeimbangkan balok. Oleh karena itu, prinsip
latihan yang penting bagi anak-anak sekolah dasar adalah bahwa mereka harus aktif
secara fisik bila memungkinkan.
Peningkatan mielinisasi sistem saraf tercermin dalam peningkatan keterampilan
motorik halus selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Anak-anak
menggunakan tangan mereka lebih gesit sebagai alat. Anak usia enam tahun dapat
memalu, menempelkan, mengikat sepatu, dan mengencangkan pakaian. Pada usia 7
tahun, tangan anak-anak menjadi lebih stabil. Pada usia ini, anak-anak lebih memilih
pensil daripada krayon untuk mencetak, huruf-huruf yang terbalik lebih jarang, dan
pencetakan menjadi lebih kecil. Pada usia 8 hingga 10 tahun, anak-anak dapat
menggunakan tangannya secara mandiri dengan lebih mudah dan presisi. Koordinasi
motorik halus berkembang ke titik di mana anak-anak menggunakan tulisan kursif
daripada mencetak. Ukuran huruf menjadi lebih kecil dan lebih rata. Pada usia 10
sampai 12 tahun, anak-anak mulai menunjukkan keterampilan manipulatif yang mirip
dengan kemampuan orang dewasa. Mereka sekarang dapat menguasai gerakan yang
kompleks, rumit, dan cepat yang diperlukan untuk menghasilkan kerajinan berkualitas
baik atau untuk memainkan bagian yang sulit pada alat musik. Anak perempuan
biasanya mengungguli anak laki-laki dalam keterampilan motorik halus. Rangkuman
perubahan keterampilan otor pada masa kanak-kanak tengah dan akhir.
6
lebih besar dan fleksibilitas keseluruhan, yang berharga dalam menari,
7
menyeimbangkan, dan senam (Abdelaziz et al., 2001; Cratty, 1986). Gadis-gadis
dengan tipe tubuh tertentu tampaknya sangat cocok untuk senam. Mereka yang
bertubuh pendek, kurus, dan bertulang kecil menjadi pesenam terbaik, menurut pelatih
Olimpiade, karena mereka paling efektif menggantikan gravitasi. Ini mungkin
menjelaskan mengapa pesenam wanita dianggap tua untuk olahraga pada saat mereka
mencapai usia belasan. Pada saat itu, mereka sering tumbuh lebih tinggi dan kontur
tubuh mereka telah terisi (Erlandson et al., 2008).
Saat pubertas, perbedaan gender dalam kinerja motorik yang mendukung anak
laki- laki menjadi semakin besar (Dorfberger et al., 2009). Faktor-faktor apa yang
mungkin menjelaskan perkembangan perbedaan gender dalam kinerja fisik? Sedikit
perbedaan gender dalam kinerja motorik sebelum pubertas tidak cukup besar untuk
dikaitkan dengan variabel biologis. (Satu-satunya pengecualian mungkin melempar,
keterampilan di mana anak laki-laki unggul sejak usia dini.) Anak laki-laki lebih
mungkin menerima dorongan, dukungan, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
olahraga dibandingkan anak perempuan (Martin & Dinella, 2012). Bahkan selama
tahun-tahun prasekolah, orang tua lebih menekankan aktivitas fisik pada anak laki-laki
daripada anak perempuan. Pada masa kanak-kanak pertengahan, anak laki-laki terlibat
dalam permainan kompetitif dan permainan durasi yang lebih lama. Mereka juga
terlibat dalam aktivitas yang lebih kuat rata-rata daripada anak perempuan (Barnett et
al., 2014).
Pada masa pubertas, ketika anak laki-laki mulai unggul dalam bidang-bidang
seperti lari, lompat jauh, sit-up, dan kekuatan cengkeraman, ukuran dan kekuatan anak
laki- laki yang lebih besar memberikan keuntungan biologis. Tetapi beberapa faktor
lingkungan yang bekerja pada masa kanak-kanak pertengahan mungkin dianggap lebih
penting lagi pada masa pubertas. Perilaku “tomboy” pada anak perempuan kurang
diterima secara sosial pada masa remaja dibandingkan pada masa kanak-kanak
pertengahan. Oleh karena itu, anak perempuan mungkin menjadi kurang tertarik untuk
berpartisipasi dalam kegiatan atletik dan mungkin kurang termotivasi untuk
melakukannya dengan baik dalam kegiatan yang mereka lakukan (Martin & Dinella,
2012). Pada usia 12 dan 13 tahun, anak perempuan lebih kecil kemungkinannya
dibandingkan anak laki-laki untuk menganggap diri mereka kompeten (Barnett et al.,
2014), dan persepsi kompetensi diri memprediksi tingkat partisipasi dalam olahraga
(Barnett et al., 2014).
Bagaimanapun, aktivitas fisik menurun dengan usia antara masa kanak-kanak
pertengahan dan remaja di kedua jenis kelamin (RA Thompson et al., 2003). Aktivitas
fisik menjadi semakin stereotip oleh anak-anak sebagai maskulin (misalnya, sepak
bola) atau feminin (misalnya, menari) (Barnett et al., 2014).
Perkembangan keterampilan motorik selama masa kanak-kanak pertengahan dan
remaja akhir menurut Ratus (2016 : 356)
Keterampilan Motorik Kasar
6 tahun Melompat, melompat, memanjat
7 tahun Menyeimbangkan dan mengayuh sepeda
8 tahun Memiliki keseimbangan tubuh yang baik
9 tahun
Terlibat dalam aktivitas tubuh yang kuat, terutama
olahraga tim sepertibaseball, sepak bola, bola voli,
dan bola basket
8
10 tahun Menyeimbangkan dengan satu kaki selama 15 detik;
11 tahun menangkap bola terbang
12 tahun Menampilkan beberapa kecanggungan sebagai akibat
dari perkembangan tulangdan otot yang tidak sinkron
Keterampilan Motorik Halus
6 – 7 tahun • Mengikat tali sepatu
• Melempar bola dengan menggunakan pelepas
pergelangan tangan dan jari
• Memegang pensil dengan ujung jari
• Mengikuti labirin sederhana
• Mungkin bisa memukul bola dengan bat
8-9 tahun •Memberi spasi pada kata saat menulis
•Menulis dan mencetak secara akurat dan rapi
•Menyalin bentuk berlian dengan benar
•Mengayunkan palu dengan baik
•Menjahit dan meraju
• Menunjukkan koordinasi tangan-mata yang baik
Perubahan keterampilan motorik yang terjadi pada anak tengah dan akhir (Santrock,
2016: 318)
1. Anak-anak bisa melompat
2. Anak-anak dapat menyeimbangkan dengan satu kaki tanpa melihat
3. Anak-anak dapat terlibat dalam lompatan berirama alternatif pola yang berbeda
4. Anak perempuan bisa melempar bola 41 kaki, anak laki-laki 71 kaki
5. Anak-anak dapat menilai dan mencegat jalur bola-bola kecil yang dilempar
dari kejauhan.
9
2013). Sebagian besar anak-anak memperoleh rasa untuk meningkatkan variasi
makanan di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Namun, dengan meningkatnya
ketersediaan restoran cepat saji dan bujukan media, terlalu banyak anak yang
mengonsumsi makanan yang memiliki "kalori kosong" yang tidak mendorong
pertumbuhan yang efektif. Banyak dari makanan berkalori kosong ini memiliki
kandungan gula, pati, dan lemak berlebih yang tinggi.
Baik orang tua maupun guru dapat membantu anak belajar makan dengan lebih
baik. Dalam nada ini, mereka dapat membantu anak-anak belajar tentang Piramida
Panduan Makanan dan apa yang dimaksud dengan diet sehat (Byrd Bredbenner &
others, 2014). Anak-anak harus memulai hari mereka dengan makan sarapan yang
sehat. Menurut ahli gizi, sarapan harus membuat sekitar seperempat dari kalori hari
itu. Sarapan bergizi
membantu anak-anak memiliki lebih banyak energi dan lebih waspada dipagi hari.
10
bersifat traumatis dan lebih sering di ekstremitas atas, sedangkan anak berusia 13
hingga 17 tahun lebih mungkin dirawat untuk dada, pinggul/panggul, dan cedera
tulang belakang,
11
serta cedera berlebihan. Studi terbaru lainnya mengungkapkan bahwa untuk anak
berusia 6 hingga 18 tahun, 39 persen cedera yang mengancam jiwa terkait dengan
olahraga, dengan hampir seperempat dari patah tulang belakang anak terkait dengan
olahraga (Meehan & Mannix, 2013).
Arya merupakan anak berusia 10 tahun asal karawang. Arya memiliki berat badan
hingga 190 kg di usianya yang masih 10 tahun. Sehari arya bisa meminum 20 gelas
minuman kemasan. Rokayah ibu Arya menceritakan, berat badan anaknya bertambah
karena asupan makanan yang berlebihan.
"Kalau dulu makannya banyak, dua piring, sampai lima kali makan sehari," kata
Rokayah, Juli 2016 lalu.
"Mi dua mangkok, bakso dua mangkok, beli bubur dua mangkok. Tidak ada yang
semangkok, dia mah kalau makan. Kalau enggak dibuatkan dia marah, nangis-nangis,
ibu enggak tega dia marah."
Sumber: https://batam.tribunnews.com/2021/06/08/ingat-arya-permana-anak-
tergemuk-di-dunia-kini-sudah-remaja-berat-badan-turun-drastis?page=2.
12
Dokumentasi Habib Husein (7th) Anak Obesitas di Kalimantan Barat
Foto: Selasmawati
13
Dokumentasi Bayu (7th) Anak Kanker Retinoblastoma, Ketapang Kalimantan Barat
Foto: Selasmawati
2) Diabetes
Diabetes adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum pada anak-
anak dan remaja. Pada diabetes tipe 1, tubuh memproduksi sedikit atau tidak sama
sekali insulin (hormon yang mengatur kadar gula darah tubuh) (Iwabuchi & others,
2013). diabetes tipe 1adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh
menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin. Di diabetes tipe 2,jenis diabetes
yang paling umum, tubuh mampu memproduksi insulin, tetapi mungkin tidak
mencukupi atau sel-sel tubuh mungkin tidak dapat menggunakannya. Faktor risiko
diabetes tipe 2 termasuk kelebihan berat badan dan/atau tidak aktif secara fisik,
memiliki kerabat dengan penyakit ini, atau termasuk dalam kelompok etnis
tertentu (Balikcioglu & others, 2013; Bell & others, 2013; Linder & Imperatore,
2013).
Dokumentasi Habib Husein (7th) Anak Obesitas dan Diabetes di Kalimantan Barat
14
Foto: Selasmawati
15
3) Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular jarang terjadi pada anakanak. Meskipun demikian,
pengalaman dan perilaku lingkungan di masa kanakkanak dapat menabur benih
penyakit kardiovaskular di masa dewasa (Zhang, Zhang, & Xie, 2014). Banyak
anak usia sekolah dasar sudah memiliki satu atau lebih faktor risiko penyakit
kardiovaskular, seperti hipertensi dan obesitas (Abdulle, Al-Junaibi, &
Nagelkerke, 2014; Bell & others, 2013; Zhao & others, 2014).
4) Asma
Asma adalah penyakit paru-paru kronis yang melibatkan episode obstruksi
aliran udara. Gejala serangan asma antara lain sesak napas, mengi, atau sesak di
dada (Follenweider & Lambertino, 2013). Insiden asma terus meningkat dalam
beberapa dekade terakhir, mungkin karena peningkatan polusi udara (Brown &
others, 2011). Asma adalah penyakit kronis yang paling umum pada anak-anak
AS, yang hadir di sekitar 9 persen dari mereka (Pusat Statistik Kesehatan
Nasional, 2012). Asma adalah alasan utama ketidakhadiran di sekolah, dan
bertanggung jawab atas sejumlah penerimaan anak ke ruang gawat darurat dan
rumah sakit (Millett & others, 2013). Penyebab pasti asma tidak diketahui, tetapi
diyakini bahwa penyakit ini disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap zat
lingkungan yang memicu reaksi alergi (Altug & others, 2013).
16
C. Cacat Yang Biasa Terjadi Pada kanak-kanak tengah dan remaja akhir
1. Anak Disabilitas
Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Siswa
dengan ketidakmampuan belajar merupakan kelompok siswa dengan disabilitas
terbesar yang diberikan pendidikan khusus, diikuti oleh anak-anak dengan gangguan
bicara atau bahasa, cacat intelektual, dan gangguan emosional. Departemen
Pendidikan AS memasukkan siswa dengan ketidakmampuan belajar dan siswa dengan
ADHD dalam kategori ketidakmampuan belajar.
2. Rentang Disabilitas
a) Ketidakmampuan Belajar
Seorang anak dengan ketidakmampuan belajar mengalami kesulitan dalam belajar
yang melibatkan pemahaman atau menggunakan bahasa lisan atau tulisan, dan
kesulitan tersebut dapat muncul dalam mendengarkan, berpikir, membaca,
menulis, atau mengeja.
Disleksia
Disleksia adalah kategori yang diperuntukkan bagi individu dengan gangguan
parah dalam kemampuan membaca dan mengeja (Allor & al Otaiba, 2013;
Ramus, 2014).
Disgrafia
Disgrafia adalah ketidakmampuan belajar yang melibatkan kesulitan dalam
tulisan tangan (Fischer-Baum & Rapp, 2014; Mason, Harris, & Graham,
2013). Anak-anak dengan disgrafia dapat menulis dengan sangat lambat,
produk tulisan mereka mungkin hampir tidak terbaca, dan mereka mungkin
membuat banyak kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka untuk
mencocokkan suara dan huruf.
Diskalkulia
Diskalkulia juga dikenal sebagai gangguan aritmatika perkembangan, adalah
ketidakmampuan belajar yang melibatkan kesulitan dalam perhitungan
matematika (Bryant & others, 2013; Cowan & Powell, 2014).
17
1) Perilaku yang terhubung dengan Attention-Deficit/HyperactivityDisorder
(ADHD) (Rathus 2016 : 359)
Kategori Perilaku
Kekurangan perhatian • Mudah teralihkan dari tugas dan
aktivitas
• Tidak memperhatikan instruksi dan
detail
• Tidak menyelesaikan pekerjaan di
kelas atau pekerjaan rumah
• Tidak mengatur tugas dan kegiatan
• Kehilangan pensil, buku, dan tugas
rumah
Hiperaktif • Gelisah di kursi di kelas
• Berjalan-jalan atau meninggalkan
kelas secara tiba-tiba selama tugas dan
kegiatan
• Tidur dengan gelisah
• Berlari terus-menerus, “seperti motor”
• Mengalami kesulitan bermain dengan
tenang
• Berbicara berlebihan
Impulsif • Bertindak dulu, baru berpikir
• Berpindah dari satu hal ke hal lain
tanpa menyelesaikan tugas atau
aktivitas
• “Memanggil” di kelas
• Tidak menunggu giliran
Sumber: Diadaptasi dari American Psychological Association.
http://www.apa.org/topics/adhd/index.aspx(Diakses 6 Desember 2012).
2) Penyebab ADHD
Karena ADHD sebagian dicirikan oleh aktivitas motorik yang berlebihan,
banyak ahli teori fokus pada kemungkinan penyebab fisik. Untuk satu hal, ADHD
cenderung menurun dalam keluarga untuk anak perempuan dan anak laki-laki
dengan gangguan tersebut (Martel et al., 2011). Beberapa peneliti menyarankan
bahwa mungkin ada komponen genetik untuk gangguan tersebut (Martel et al.,
2011). Jika demikian, setidaknya satu komponen genetik mungkin melibatkan cara
anak-anak memproses pembawa pesan otak dopamin dan serotonin (Groenman et
al., 2015; Tong et al., 2015).
ADHD juga ditemukan hidup berdampingan dengan gangguan dan
masalah psikologis lainnya, mulai dari gangguan oposisi dan gangguan kecemasan
hingga gangguan mood dan tics (Maric et al., 2015; Melegari et al., 2015). Studi
pencitraan otak telah menemukan bahwa otak anak-anak yang memiliki ADHD
berbeda dalam beberapa hal dari anak-anak yang memiliki ADHD ditambah
gangguan lain, seperti gangguan mood yang serius. Hal ini menimbulkan prospek
bahwa penyebab dan pengobatan yang berbeda akan ditemukan untuk berbagai
kelompok anak-anak dengan ADHD.
Pada 1970-an, diyakini secara luas—karena argumen dan anekdot
Benjamin Feingold—bahwa pewarna makanan buatan dan pengawet makanan
(benzoat) sebagian besar bertanggung jawab atas hiperaktif. Feingold kemudian
memperkenalkan apa yang disebut "diet Feingold," yang menghilangkan semua
bahan kimia tersebut dari makanan dan, menurut Feingold dan peneliti lain,
18
memiliki efek kecil namun terukur dalam mengurangi hiperaktif pada anak-anak
(Stevenson et al., 2014).
Pada tingkat neurologis, peneliti menyarankan bahwa ADHD berhubungan
dengan kegagalan untuk melakukan proses penghambatan yang memadai; yaitu,
anak-anak dengan ADHD tidak menghambat, atau mengendalikan, impuls yang
kebanyakan anak mampu kendalikan (Davies et al., 2014). Kita dapat
membedakan antara penghambatan yang berada di bawah kendali eksekutif otak
(semacam penghambatan kognitif-neurologis) dan penghambatan yang biasanya
dimotivasi oleh emosi seperti kecemasan dan ketakutan (misalnya, kecemasan
mengecewakan guru atau takut menjadi miskin). nilai). ADHD mungkin tidak
mencerminkan kegagalan untuk menanggapi perasaan cemas atau takut. Gangguan
ini lebih mungkin diakibatkan oleh kurangnya kontrol eksekutif, tetapi sifat yang
tepat dari kontrol ini— kemungkinan aspek neurologisnya, misalnya pada kategori
impulsif.
19
Whalen, 2001). Waxmonsky (2005) menunjukkan bahwa anak-anak mungkin
lebih
20
baik dengan pengobatan, sedangkan remaja dan orang dewasa dengan ADHD
mungkin bisa mendapatkan keuntungan lebih dari terapi perilaku kognitif.
4) Cara mendidik anak ADHD yang bisa orangtua lakukan.
1. Membuat rutinitas yang disiplin
2. Jauhkan anak dari sesuatu yang mengganggu
3. Memberi hadiah secara perlahan-lahan
4. Bersikap tegas, bukan marah
5. Bantu anak menemukan bakatnya
6. Melakukan terapi dengan ahli
c) Gangguan fisik
Penyandang disabilitas fisik mengalami keterbatasan akibat gangguan pada fungsi
tubuh. Cacat dapat muncul sejak lahir atau akibat kecelakaan, penyakit, atau efek
samping dari pengobatan medis. Beberapa jenisnya antara lain lumpuh, kehilangan
anggota tubuh akibat amputasi, dan cerebral palsy.
d) Gangguan sensorik
Disabilitas sensorik adalah keterbatasan fungsi panca indra. Yang termasuk jenis
disabilitas ini, antara lain disabilitas wicara, rungu, dan netra.
Untuk membantu penyandang disabilitas netra, kita perlu mempelajari cara khusus
berinteraksi dengan mereka. Ketahuilah jenis sentuhan dan nada bicara yang bisa kita
gunakan untuk berkomunikasi. Selain itu, sebelum membantu mereka, kita juga perlu
bertanya terlebih dahulu apakah mereka memang membutuhkan bantuan kita atau
tidak.
e) Gangguan mental
beberapa cara menangani disabilitas mental adalah dengan tidak menempatkan mereka
pada kondisi yang rentan menimbulkan stres atau tertekan. Selain itu, saat berinteraksi
dengan penyandang disabilitas mental, kita sebaiknya menggunakan penjelasan yang
menyeluruh dan pemilihan kata yang mudah dimengerti. Jika perlu, kita bisa
21
memberikan pilihan cara penyampaian informasi, beberapa lebih memilih untuk
mendengarkan penjelasan secara langsung dan beberapa lainnya lebih mudah
memahami tulisan. Terakhir, kita butuh kesabaran dan pikiran yang terbuka untuk
memahami kondisi penyandang disabilitas mental.
f) Gangguan intelektual
22
2. Periode umur 9 tahun (SD kelas 3)
a) Libatkan dalam aktivitas-aktivitas conditioning seperti lari, lompat, berjangkit,
bentuk-bentuk latihan senam dan keterampilan bermain.
b) Gabungan dari dua atau lebih gerakan.
c) Berbagai variasi permainan yang menuntut aktivitasa yang lebih keras
d) Mulai mempelajari skill tendang dengan bola sepak.
e) Keterampilan lempar bola untuk jarak dan ketepatan.
f) Teknik-teknik sederhana bola basket dan voli dengan yang lebih kecil dan lebih
ringan.
g) Mempermahir keterampilan berenang.
h) Aktivitas dialam terbuka. Pada periode ini cabang olahraga yang bisa dilakukan
yaitu : basket, anggar, bulutangkis, atletik, dan renang.
3. Periode umur 10-11 tahun (kelas 4 dan 5)
Dalam periode ini ada trasisi dalam aktivitas-aktivitasnya yang diberikan dalam
pelajaran-pelajaran pendidik rohani/ olahraga. Pendidikan gerak (movement
education) seperti yang lebih ditekankan dalam periode sebelumnya mulai berubah
ke aktivitas kesegaran jasmani dan keterampilan olahraga, seperti:
a) Aktivitas dengan melibatkan otot-otot besar.
b) Aktivitas dengan mengubah arah dan tempo lari.
c) Pengembangan koordinasi lempar,lompat, skill cabang olahraga.
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan fisik pada masa ini tidak lagi sepesat masa anak awal. Dibandingkan
sebelumnya pertumbuhan berjalan lebih lambat dan merupakan periode tenang sebelum
memasuki pertumbuhan yang pesat pada masa pubertas/menjelang masa remaja. Umumnya
pada masa ini anak duduk di sekolah dasar.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kons pleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan).
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) dalam
Yudrik Jahja (2015:39) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi
empat aspek, yaitu: Sistem saraf, Otot-otot, Kelenjar endokrin, dan Struktur fisik/tubuh,
yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Pada masa usia sekolah dasar anak-anak memiliki karakteristik. Anak di masa usia
sekolah dasar (SD) merupakan anak dengan memiliki banyak perubahan yang sangat
berbeda pada mental maupun fisik. Usia anak sekolah dasar memiliki usia dari 6 -- 12 thn.
Siswa SD memiliki perkembangan yang dapat dilihat secara fisik, dan secara
perkembangan pemikiran.
Perkembangan yang dapat dilihat secara fisik seorang anak dikatakan berkembang
karena terdapatnya atau terlihatnya suatu perubahan yang terjadi pada pola pikir, tinggi
badan, dan berat badan. Seorang anak pada masa usia sekolah dasar memiliki ukuran
tubuh yang tidah bisa di perkirakan, hal ini terjadi karena bentuk tubuh yang di milikinya
bisa jadi adalah factor keturunan ataupun factor penyakit yang terjadi semenjak ia lahir.
Tetapi hal tersebut dapat dilihat selama memulai masuk usia 6 tahun sampai pada usia
12 tahun saat ia sudah bukan anak dengan usia sekolah. Dan hal tersebut dapat dilihat dari
usia sebagai berikut: usia masuk SD dimana anak baru akan memulai berada dalam masa
peralihan dengan dari fase pertumbuhan yang lebih cepat namun memiliki fase
perkembangan yang lebih lambat. Bentuk tubuh anak pada usia ini masih memiliki ukuran
yang sangat kecil selama menjalani masa usia sekolah dasar.
24
DAFTAR PUSTAKA
Rathus, Spencer A. 2016. Childhood and Adolescence: Voyages in Development, Sixth Edition.
United States of America: Cengage Learning
Christina Hari Soetjiningsih. 2018. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan
Kanakkanak Akhir. Jakarta: Kencana
Eggen, P., Kauchack, D. (2004). Educational psychology. New Jersey : Merril Prentice Hall
Sears, W. (2004). Anak cerdas. Jakarta ; Emerald Publishing
Partini, S. (2008). Perkembangan masa kanak-kanak akhir. Dalam Izzaty, R.E, dkk.
Perkembangan peserta didik. Yogyakarta : UNY press
Kencana
Erick, Burhaen. 2017. Aktifitas Fisik Olahraga untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa
SD. IJPE. Universitas Negeri Yogyakarta
https://www.kompasiana.com/rikaastuti31/5db8cd02d541df4e7a744044/perkembangan-fisik-
padamasa-usia-sekolah-dasar diakses pada Kamis, 23 April 2022 pukul 10.24 WIB
https://batam.tribunnews.com/2021/06/08/ingat-arya-permana-anak-tergemuk-di-dunia-kini-
sudah-remaja-berat-badan-turun-drastis?page=2. diakses pada Rabu, 22 April 2022
pukul 10.30 WIB
25