Disusun Oleh :
Kelompok 1:
Chores Maruli Tua Sinaga (4223141030)
Magdalena Nainggolan (4223141029)
Rika Malem Margaretta br Gurusinga (4221141022)
Ro Kasih Karunia Pasaribu (4223341009)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Medan,September 2022
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologi merupakan salah satu aspek yang
sangat penting bagi perkembangan individu terutama bagi anak usia sekolah dasar. Pada
usia anak sekolah dasar, pertumbuhan dan perkembangan fisik berlangsung secara
optimal. Pertumbuhan fisik anak usia sekolah dasar akan menimbulkan karakteristik juga
pola penyesuain diri mereka terhadap lingkungan. Selanjutnya perkembangan fisik
mencakup aspek – aspek : tinggi dan berat badan, proporsi dan bentuk tubuh, otak dan
perkembangan motorik. Maka kita akan membahasnya satu persatu.
Dari usia bayi sampai umur 6 tahun, perkembangan bagian bawah lebih cepat
dibandingkan bagian bawah. Bagian anggota badan relatif pendek, dan kepala relatif
besar. Tinggi badan seorang anak relatif kisaran 5 hingga 6 % dan berat bertambah 10
%. Jadi, pada usia anak sekolah dasar perubahan berat badan lebih banyak dari pada
tinggi badan. Karena ada penambahan ukuran dalam kerangka tulang belulang, sistem
otot dan organ lainnya. Berat dan kekuatan otot anak semakin meningkat dan semakin
menurunnya kadar lemak bayi. Pertambahan kekuatan otot juga dipengaruhi oleh
faktor keturunan dan latihan. Pertumbuhan fisik akan memberikan kemampuan anak
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktifitas baru.
Pada anak usia sekolah dasar masih mengalami belum seimbangnya bentuk proporsi
dan bentuk tubuh. Seringkali kepala mereka lebih besar dibandingkan kaki. Namun
perkembangan akan mulai nampak pada kelas 5 atau 6. Mereka akan mengalami
perubahan dari keseluruhan badan untuk menuju keseimbangan. Ada tipologi dari
Sheldon (Hurlock, 1980) membangi anak menjadi tiga bentuk prime: edomorfik yaitu
lemaknya jauh lebih banyak dari pada jaringan otot, mesomorfik yaitu lebih banyak
jaringan ototnya dari pada lemak, dan ektomorfik yaitu tidak ada jaringan yang
melebihi jaringan lainnya atau bisa dikatan kurus. Dalam tahap perkembangan anak,
perkembangan otot anak juga cepat meningkat. Hanya jaringan otot anak laki-laki
lebih banyak dibandingkan dengan otot anak perempuan. Sehingga anak laki – laki
lebih kuat dari pada anak perempuan. Kondisi proporsi anak juga dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak.
c)Otak
Perkembangan otak yang dialami oleh anak akan mengalami proses perkembangan
lebih cepat. Pada usia 3 tahun perkembangan otak saja sudah mencapai dua pertiga
otak orang dewasa. Dan pada usia 5 tahun otak sudah mencapai 90% otak orang
dewasa. Perkembangan ini disebabkan oleh penambahan jumlah dan ukuran ujung-
ujung syaraf yang ada di dalam dan sekitar otak. Ditambah dengan adanya proses
melinasi (terdesaknya sel-sel syaraf oleh lemak sehingga meningkatkan kecepatan
informasi).
Perkembangan otak tidak selalu dipengaruhi oleh nutrisi juga dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang akan merangsang otak selalu berfungsi. Karena tanpa
dirangsang, otak tidak akan berkembang dan sulit mendapatkan informasi-informasi
baru. Dan hal tersebut akan mempengaruhi perilaku anak dan interaksi dengan orang
lain.
d)Perkembangan Motorik
Pekembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna dan terkoordinasi dari masa
sebelumnya seiring bertambahnya berat dan tinggi badan. Mereka sudah mampu
mengotrol dan mengkoordinasi setiap gerakan badan. Seperti kemampuan
mengkoordinasi kakinya untuk menendang bola ke gawang secara akurat. Anak
sekolah dasar sudah mampu duduk dan memperhatikan seorang guru, tetapi mereka
sering merasa bosan untuk duduk terus selama pelajaran. Karena pada usia-usia
mereka perlu melakukan aktivitas fisik lebih banyak. Sejak usia 6 tahun anak mampu
menembak, menendang, melempar. Usia 7 tahun tangan anak semakin kuat dan lebih
suka menggambang menggunakan pensil dari pada krayon. Usia 8 sampai 10 sudah
mampu menggambar dengan baik dan dapat menulis dengan rata dan lebih kecil. Usia
10 sampai 12 sudah mampu memperlihatkan keterampilan dengan gerakan lebih cepat,
rumit, dan kompleks seperti orang dewasa. Biasanya dalam hal perkembangan motorik
anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-laki.
Keterampilan kognitif dan perkembangan intelektual anak ditandai oleh berbagai aktivitas
dan pola tertentu yang dapat dikenali. Ada empat tahap berbeda dari perkembangan
intelektual seseorang yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu tahapan sensorik-motorik,
periode pre-operational, periode concrete operation, dan periode formal operation.
1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Emosi Siswa
Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak
untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.
pada masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi
dalam masyarakat. Piaget dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi
pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada
tahap ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan
baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)
Menurut Hurlock 2000 dalam Musyafaroh (2017) untuk mencapai perkembangan sosial dan
mampu bermasyarakat, seorang individu harus memerlukan tiga proses. ketiga proses
tersebut saling berkaitan dan apabila terjadi kegagalan dalam satu proses dari tiga proses
tersebut, maka akan menurunkan kadar sosialisasi individu tersebut. ketiga proses tersebut
adalah; pertama, perprilaku yang dapat diterima secara sosial dan setiap kelompok
masyarakat memiliki standar perilaku tersebut. Kedua, belajar memainkan peran sosial.
Ketiga, perkembangan proses sosial yakni menyukai orang lain dan kegiatannya. Menurut
Moh Padil dan Trio Supriyatno dalam Musyarofah (2017) perkembangan sosial anak dapat
dilakukan dengan du acara: pertama, proses belajar sosial dan pembentukan loyalitas sosial.
Dari pernyataan ini dapat ditegaskan bahwa perkembangan sosial peserta didik merupakan
kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang
berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kerja
sama. Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan
kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di
lingkungannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu keluarga, kematangan,
teman sebaya, sekolah, dan status sosial ekonomi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas
kelima faktor tersebut akan dipaparkan pada bagian berikut.
1. Filosofi pendidikan bagi anak berkesulitan belajar adalah pada saat mereka mencapai
kesiapan dan kematangan yang disetting dalam kelas oleh guru berbagai modifikasi tugas
yang disesuaikan dengan gaya-gaya belajar yang memudahkan baginya menyerap materi
yang disajikan dengan cara yang khusus pula.
2. Jadikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar setiap
anak usia sekolah tanpa kecuali memperoleh haknya untuk terpenuhi kebutuhan
pendidikannya.
Pendidikan yang memberikan layanan kepada semua peserta didik tanpa memandang
kondisi fisik mental intelektual sosial emosi ekonomi jenis kelamin suku budaya tempat
tinggal bahasa dan sebagainya. Semua peserta didik belajar bersama-sama baik di sekolah
atau kelas formal maupun nonformal yang berada di dekat tempat tinggalnya yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Dalam kaitan nya
dengan wajib pencapaian pendidikan untuk semua mata pendidikan inklusif dapat diposisikan
sebagai strategi untuk mendorong terlaksananya pendidikan untuk semua waktu wajib
belajar.
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Baik buruknya
mutu pendidikan atau mutu lulusan dipengaruhi oleh musuh kegiatan belajar mengajar. Film
mutu lulusan yang bagus dapat diprediksi bahwa mu tuh kegiatan belajar mengajar nya juga
bagus. Atau sebaliknya bilang untuk kegiatan belajar mengajar nya bagus makam urusannya
juga akan bagus. Lingkungan yang inklusif merupakan lingkungan yang ramah terhadap
pembelajaran mengakomodasi keanekaragaman peserta didik. Pada tahap awal dapat
diarahkan kepada sekolah yang ramah yaitu sekolah yang terbuka kepada semua peserta didik
menghargai perbedaan dan memenuhi kebutuhan yang beragam dari setiap peserta didiknya.
Pembelajaran inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat
menerima dan menghargai perbedaan. Pembelajaran di kelas inklusif akan bergeser dari
pendekatan pembelajaran kompetitif yang kaku mengacu materi tertentu atau pendekatan
pembelajaran kooperatif yang melibatkan kerjasama antar peserta didik dan bahan pelajaran
dikembangkan secara tematik dan kontekstual.
Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai kemampuan dan kebutuhan peserta didik
serta mengacu kepada kurikulum yang telah dikembangkan. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara efektif dan efisien guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran. Pembelajaran dalam setting inklusif selain menerapkan prinsip prinsip umum
pembelajaran juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan
kebutuhan dan hambatan peserta didik berkebutuhan khusus. Untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik yang beragam pembelajaran dalam setting inklusif diperlukan asesmen yang
akan dipertimbangkan dalam menyusun pembelajaran yang di individualisasi
kan.Pembelajaran yang multilevel menjadi ciri dan pelaksanaan yang dikembangkan dalam
setting kelas yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, Mulyani. (2017). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka
Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Inklusif