Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu : Rafael Ginting, S.Pd ,M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 1:
Chores Maruli Tua Sinaga (4223141030)
Magdalena Nainggolan (4223141029)
Rika Malem Margaretta br Gurusinga (4221141022)
Ro Kasih Karunia Pasaribu (4223341009)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmatNYAsehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Terimakasih kepada
Dosen Pembimbing mata kuliah Perkembangan Peserta didik, tidak lupa kami
jug amengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusidengan memberikan ide-ide dan waktunya
.Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
danpengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentukmaupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena
itu kami sangat m e n g h a r a p k a n s a r a n d a n k r i t i k y a n g m e m b a n g u n d a r i
p e m b a c a d e m i kesempurnaan makalah ini.

Medan,September 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .....................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Tujuan Masalah .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pertumbuhan dan perkembangan fisik siswa ………………………………


1.2 Pertumbuhan dan perkembangan intelektual siswa…………………………
1.3 Pertumbuhan dan perkembangan emosi siswa…………………..…………
1.4 Pertumbuhan dan perkembangan bahasa siswa ……………………………
1.5 Pertumbuhan dan perkembangan moral siswa……………………………..
1.6 Pertumbuhan dan perkembangan sosial siswa …………………………….

BAB III PENUTUP............................................................................................


DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan
melaksanakan kurikulum agar suatu lembaga pendidikan dapat mempengaruhi para siswa
sehingga tujuan pendidikan yang telah ditentukan dan diterapkan dapat tercapai. Proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah memiliki tujuan yang sama dengan
tujuan
Pendidikan Nasional, oleh karena itu peningkatan prestasi belajar siswa terus
diupayakan oleh pihak sekolah maupun pemerintah.Pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut Surya (2004:7) bahwa ”dalam pembelajaran lebih menekankan
kepada sutu proses pengajaran (bagi guru) dan belajar (bagi siswa) sehingga interaksi
keduanya lebih luas pada pengajaran dan proses belajar mengajar”.
Pendidikan adalah suatu proses kehidupan yang menyeluruh mencakup pengalaman-
pengalaman yang direncanakan dan tidak direncanakan yang memungkinkan anak dan orang
dewasa untuk berkembang dan belajar melalui interaksi dengan masyarakat dan budaya di
mana mereka berada yang dijalani sejak masa bayi sampai tua (Ashkan, 1994).Pendidikan
mencakup pula penyesuaian diri terhadap masyarakat dan budaya. Dalamperistiwa-peristiwa
kehidupan, adaptasi berarti bahwa setiap orang adalah unik dalam belajar melalui jenjang
sekolah yang dimulai sejak pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.Bagi orang-
orang yang baru memasuki dunia pendidikan atau tidak mengenal kegiatan pembelajaran di
sekolah, istilah anak-anak dengan kebutuhan khusus mungkin hanya berarti anak-anak yang
lambat atau terbelakang yang tidak akan pernah berhasil di sekolah seperti anak-anak lainnya.
Untuk sebagian orang hal itu berarti bahwa untuk anak-anak ini harapan memperoleh
kehidupan normal tidak akan dapat direalisasikan.Terdapat banyak anak-anak berkebutuhan
khusus yang memerlukan bantuan khusus yang intensif pada sekolah atau sekolah khusus dari
guru-guru yang telah dilatih secara tersendiri untuk membantu mereka. Namun banyak juga
di antara mereka yang bersekolah di sekolah terdekat baginya, mengikuti pelajaran di kelas-
kelas biasa. Mereka memperoleh kebaikan dan keuntungan di tempat ini di mana
dilaksanakan pelayanan pendidikan yang dirancang untuk anak-anak agar belajar lebih
efektif.
Pendidikan khusus telah menyediakan filsafat untuk mendukung dan melandasi
pelayanan pendidikan di mana terjadi proses belajar dan pembelajaran. Hal itu akan sangat
penting dan bermanfaat untuk merangkum beberapa hal penting tentang pendidikan khusus.
Pertama, pendidikan khusus adalah suatu konsep relatif yang didefinisikan sebagai suatu
program yang membutuhkan sumber-sumber untuk menyajikan pendidikan yang memadai
bagi semua siswa yang berkebutuhan khusus. Kedua, pendidikan khusus adalah suatu istilah
yang umum yang merujuk kepada sekelompok program atau pelayanan yang didesain untuk
memenuhi kebutuhan siswa yang khusus atau berkelainan. Ketiga, pendidikan khusus telah
menjadi pengkajian dan landasan bagi strategi dan teknik pembelajaran. Keempat pendidikan
khusus mempunyai karakter ekonomi dan politik yang unik.Setiap anak memiliki perbedaan
baik perbedaan fisik maupun perbedaan cara berpikir dan kemampuan intelektualnya.
Perbedaan-perbedaan ini sering dikenal oleh orang tua yang memperbandingkan
perkembangan prestasi anak-anaknya dengan prestasi anak-anak lain misalnya sebagian anak
belajar berbicara pada usia yang lebih mudah daripada anak-anak lainnya sebagian telah
dapat memahami dan menggunakan ide ide dan konsep yang kompleks sebelum yang lain.
Melalui observasi dan eksperimen pada abad yang lalu telah ditemukan bahwa
perkembangan fisik, mental, dan keterampilan sangat berkaitan dengan usia. Untuk bidang
terkait dengan fisik dan motorik kita dapat merujuk kepada grafik atau skala perkembangan
anak, sedangkan untuk mengetahui perkembangan domain intelektual rujukan paling utama
adalah intelegensi quotient (IQ) dan menggunakan tes kecerdasan. Dari hal yang diperoleh
dapat diketahui apakah seorang anak pada usia tertentu berkembang sesuai dengan standar
yang dikenal ataukah ia berada di atas atau di bawah standar tersebut. Anak-anak yang berada
di luar tentang tersebut adalah mereka yang memerlukan pendidikan khusus atau bahkan
pendidikan khusus bagi mereka merupakan kebutuhan esensial.
B. TUJUAN MASALAH
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah diharapkan para pembaca dapat mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan fisik,intelektual,emosi,bahasa, moral,dan sosial siswa.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Siswa

Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologi merupakan salah satu aspek yang
sangat penting bagi perkembangan individu terutama bagi anak usia sekolah dasar. Pada
usia anak sekolah dasar, pertumbuhan dan perkembangan fisik berlangsung secara
optimal. Pertumbuhan fisik anak usia sekolah dasar akan menimbulkan karakteristik juga
pola penyesuain diri mereka terhadap lingkungan. Selanjutnya perkembangan fisik
mencakup aspek – aspek : tinggi dan berat badan, proporsi dan bentuk tubuh, otak dan
perkembangan motorik. Maka kita akan membahasnya satu persatu.

a)Tinggi dan Berat Badan

Dari usia bayi sampai umur 6 tahun, perkembangan bagian bawah lebih cepat
dibandingkan bagian bawah. Bagian anggota badan relatif pendek, dan kepala relatif
besar. Tinggi badan seorang anak relatif kisaran 5 hingga 6 % dan berat bertambah 10
%. Jadi, pada usia anak sekolah dasar perubahan berat badan lebih banyak dari pada
tinggi badan. Karena ada penambahan ukuran dalam kerangka tulang belulang, sistem
otot dan organ lainnya. Berat dan kekuatan otot anak semakin meningkat dan semakin
menurunnya kadar lemak bayi. Pertambahan kekuatan otot juga dipengaruhi oleh
faktor keturunan dan latihan. Pertumbuhan fisik akan memberikan kemampuan anak
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktifitas baru.

b)Proporsi dan Bentuk Tubuh

Pada anak usia sekolah dasar masih mengalami belum seimbangnya bentuk proporsi
dan bentuk tubuh. Seringkali kepala mereka lebih besar dibandingkan kaki. Namun
perkembangan akan mulai nampak pada kelas 5 atau 6. Mereka akan mengalami
perubahan dari keseluruhan badan untuk menuju keseimbangan. Ada tipologi dari
Sheldon (Hurlock, 1980) membangi anak menjadi tiga bentuk prime: edomorfik yaitu
lemaknya jauh lebih banyak dari pada jaringan otot, mesomorfik yaitu lebih banyak
jaringan ototnya dari pada lemak, dan ektomorfik yaitu tidak ada jaringan yang
melebihi jaringan lainnya atau bisa dikatan kurus. Dalam tahap perkembangan anak,
perkembangan otot anak juga cepat meningkat. Hanya jaringan otot anak laki-laki
lebih banyak dibandingkan dengan otot anak perempuan. Sehingga anak laki – laki
lebih kuat dari pada anak perempuan. Kondisi proporsi anak juga dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak.

c)Otak
Perkembangan otak yang dialami oleh anak akan mengalami proses perkembangan
lebih cepat. Pada usia 3 tahun perkembangan otak saja sudah mencapai dua pertiga
otak orang dewasa. Dan pada usia 5 tahun otak sudah mencapai 90% otak orang
dewasa. Perkembangan ini disebabkan oleh penambahan jumlah dan ukuran ujung-
ujung syaraf yang ada di dalam dan sekitar otak. Ditambah dengan adanya proses
melinasi (terdesaknya sel-sel syaraf oleh lemak sehingga meningkatkan kecepatan
informasi).

Perkembangan otak tidak selalu dipengaruhi oleh nutrisi juga dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang akan merangsang otak selalu berfungsi. Karena tanpa
dirangsang, otak tidak akan berkembang dan sulit mendapatkan informasi-informasi
baru. Dan hal tersebut akan mempengaruhi perilaku anak dan interaksi dengan orang
lain.

d)Perkembangan Motorik

Pekembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna dan terkoordinasi dari masa
sebelumnya seiring bertambahnya berat dan tinggi badan. Mereka sudah mampu
mengotrol dan mengkoordinasi setiap gerakan badan. Seperti kemampuan
mengkoordinasi kakinya untuk menendang bola ke gawang secara akurat. Anak
sekolah dasar sudah mampu duduk dan memperhatikan seorang guru, tetapi mereka
sering merasa bosan untuk duduk terus selama pelajaran. Karena pada usia-usia
mereka perlu melakukan aktivitas fisik lebih banyak. Sejak usia 6 tahun anak mampu
menembak, menendang, melempar. Usia 7 tahun tangan anak semakin kuat dan lebih
suka menggambang menggunakan pensil dari pada krayon. Usia 8 sampai 10 sudah
mampu menggambar dengan baik dan dapat menulis dengan rata dan lebih kecil. Usia
10 sampai 12 sudah mampu memperlihatkan keterampilan dengan gerakan lebih cepat,
rumit, dan kompleks seperti orang dewasa. Biasanya dalam hal perkembangan motorik
anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-laki.

Untuk mengembangkan gerak motorik biasanya anak lebih banyak melakukan


aktivitas permainan dan olahraga. Hal ini dapat memberikan latihan dan kesempatan
belajar bersaing, berteman, bersahabat dan memperluas pergaulan.

1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Intelektual Siswa

Perkembangan intelektual anak adalah tahapan di mana anak mempelajari dan


menerapkan pengalaman yang mereka peroleh seiring waktu. Dengan pengalaman, waktu,
ingatan, keterampilan memecahkan masalah, penalaran, dan kemampuan berpikirnya,
intelektual anak terus terasah dan berkembang. 

Keterampilan kognitif dan perkembangan intelektual anak ditandai oleh berbagai aktivitas
dan pola tertentu yang dapat dikenali. Ada empat tahap berbeda dari perkembangan
intelektual seseorang yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu tahapan sensorik-motorik,
periode pre-operational, periode concrete operation, dan periode formal operation.
1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Emosi Siswa

Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak
untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.
pada masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma,  moral dan tradisi
dalam masyarakat. Piaget dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi
pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada
tahap ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan
baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)

Menurut Hurlock 2000 dalam Musyafaroh (2017) untuk mencapai perkembangan sosial dan
mampu bermasyarakat, seorang individu harus memerlukan tiga proses. ketiga proses
tersebut saling berkaitan dan apabila terjadi kegagalan dalam satu proses dari tiga proses
tersebut, maka akan menurunkan kadar sosialisasi individu tersebut. ketiga proses tersebut
adalah; pertama, perprilaku yang dapat diterima secara sosial dan setiap kelompok
masyarakat memiliki standar perilaku tersebut. Kedua, belajar memainkan peran sosial.
Ketiga, perkembangan proses sosial yakni menyukai orang lain dan kegiatannya. Menurut
Moh Padil dan Trio Supriyatno dalam Musyarofah (2017) perkembangan sosial anak dapat
dilakukan dengan du acara: pertama, proses belajar sosial dan pembentukan loyalitas sosial.

1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa Siswa

Perkembangan bahasa anak dimulai sejak saat ia dilahirkan. Secara umum,


perkembangan bahasa anak dibagi menjadi dua tahap, yaitu: tahap pralinguistik dan
linguistik.
Periode kritis perkembangan kemampuan berbahasa anak terjadi pada tahap usia dini, yakni
sejak ia lahir sampai berusia 6 tahun
Tahukah Mam bahwa perkembangan bahasa anak dimulai sejak saat ia dilahirkan?
Meski pada waktu itu si Kecil belum dapat mengutarakan kata-kata, melalui tangisan,
ekspresi wajah, dan gerakkan, ia berusaha menjalin komunikasi dengan orang-orang di
sekitarnya.
Setelah melewati fase bayi, perkembangan bahasa anak usia dini berlangsung semakin pesat.
Mam pun akan melihat betapa menakjubkan peningkatan kemampuan si Kecil dalam
berbahasa maupun berkomunikasi.
Secara umum, perkembangan bahasa anak dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Tahap pralinguistik
Tahap ini berlangsung pada fase bayi. Si Kecil berusaha melakukan komunikasi dengan Mam
dan orang-orang di sekitarnya dengan cara menangis, menjerit, dan tertawa. Kemampuan ini
akan meningkat dengan bentuk komunikasi yang lebih verbal, yaitu ia mulai dapat mengoceh
meski kata-kata yang ia ingin ucapkan masih belum jelas.
2. Tahap linguistik
Ini adalah fase si Kecil belajar berbicara. Pada tahap ini, anak sudah dapat mengucapkan
kata-kata dengan baik seperti orang dewasa. Ia juga sudah dapat merangkai banyak kata
dalam satu kalimat.
Periode kritis perkembangan kemampuan berbahasa anak terjadi pada tahap usia dini, yakni
sejak ia lahir sampai berusia 6 tahun. Berikut perkembangan bahasa anak usia dini
berdasarkan tahapan usia:
0-12 bulan
Si Kecil sudah dapat merespons suara, menunjukkan ketertarikan sosial terhadap wajah dan
orang, babbling (mengulang konsonan/vokal), memahami perintah verbal, dan mampu
menunjuk ke arah yang diinginkan.
Umumnya, bayi mulai dapat berucap usia 10-16 bulan, setelah sebelumnya ia banyak
mengoceh. Biasanya, kata-kata yang pertama kali diucapkan si Kecil adalah nama atau
panggilan orang-orang di sekitarnya.
1-2 tahun
Si Kecil sudah bisa memproduksi dan memahami kata-kata tunggal, mampu menunjuk
bagian-bagian tubuh, dan perbendaharaan katanya meningkat pesat. Si Kecil mulai
memahami makna di balik pernyataan maupun instruksi sederhana seperti “lempar bola”,
“ambil mainan”, dan “tepuk tangan”.
Menurut para ahli, rata-rata bayi mengalami “ledakan bahasa” di usia 19-20 bulan. Pada saat
ini, anak bisa mempelajari kata-kata baru hingga sembilan kata per hari.
2-3 tahun
Si Kecil mampu memahami percakapan yang familiar (misalnya oleh keluarga), mampu
melakukan percakapan melalui tanya-jawab, dan mampu bertanya “kenapa”. Ia juga sudah
mampu mengucapkan kalimat yang terdiri atas dua kata atau lebih, seperti “ndak mau”, “tan
pue” (makan kue), “patu” (apa itu), meski pengucapannya belum sempurna.
3-4 tahun
Seiring meningkatnya keterampilan si Kecil dalam bersosialisasi, kemampuan berbicaranya
pun semakin membaik. Pemahaman kosakatanya semakin luas. Ia telah mampu memahami
konsep-konsep warna, bentuk, ukuran, peristiwa, rasa, tekstur, dan bau.
Pada usia ini, si Kecil senang berkomunikasi dengan teman atau anak lain seusianya. Ia juga
memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga sering mengajukan berbagai pertanyaan,
seperti “Apa ini?”, “Kenapa begini?”, “Dari mana datangnya ini?”, dan lain-lain.
4-5 tahun
Kemampuan bicara anak usia 4-5 tahun hampir sama dengan orang dewasa. Pada usia ini, si
Kecil sudah bisa membedakan kata kerja dan kata ganti, seperti makan, minum, mandi, dan
tidak mau. Hal yang mungkin juga menakjubkan bagi Mam, si Kecil kini sudah bisa
memberikan kritik, mengajukan banyak pertanyaan, bahkan menyuruh atau memberi tahu.
5-6 tahun
Pada usia  ini, perkembangan bahasa anak sudah sangat kompleks. Ia sudah bisa memahami
bahwa bahasa bukan sekadar ucapan, tetapi mengandung makna yang lebih luas. Melalui
bahasa, si Kecil dapat menyatakan pendapatnya; mengekspresikan keinginan, penolakan, dan
kekagumannya; berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, dan berima
1.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Moral Siswa
Perkembangan moral (moral development) adalah mencakup perkembangan pikiran,
perasaan, dan perilaku menurut aturan atau kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya
dilakukan seseorang ketika berinteraksi sengan orang lain (Hurlock). Perkembangan moral
sangat berpengaruh terhadap lingkungan sehingga pada masa anak-anak ini orangtua dan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak, moral yang positif akan
berdampak baik untuk kedepannya dan begitu sebaliknya jika si anak sejak kecil hanya
menerima moral yang negatif maka si anak akan berkembang tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh orangtuanya.

1.6 Pertumbuhan dan Perkembangan Sosial Siswa


Perkembangan sosial menurut Hurlock adalah ke’”%-3mampuan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana anak tersebut memahami keadaan lingkungan
dan mempengaruhinya dalam berperilaku baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang
lain.

Dari pernyataan ini dapat ditegaskan bahwa perkembangan sosial peserta didik merupakan
kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang
berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kerja
sama. Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan
kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di
lingkungannya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu keluarga, kematangan,
teman sebaya, sekolah, dan status sosial ekonomi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas
kelima faktor tersebut akan dipaparkan pada bagian berikut.

1. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap


aspek-aspek perkembangan anak termasuk aspek perkembangan sosialnya.
Keluarga merupakan tempat yang baik bagi sosialisasi anak karena sebagian besar
waktu yang ada dihabiskan anak di dalam keluarga. Anggota keluarga terutama
orang tua akan dijadikan model bagi anaknya. Oleh karena itu orang tua perlu
menerapkan pola asuh yang tepat kepada anaknya.
2. Kematangan, untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial.
3. Pengaruh teman sebaya, Teman sebaya menjadi orang-orang penting dalam
sosialisasi anak karena interaksi mereka membuat anak mengerti mengenai
hubungan sosial yang lebih dari pada hubungan dengan anggota keluarganya.
Biasanya pendapat teman sebaya sangat diperhatikan dan didengarnya. Melalui
teman sebaya anak dapat belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial,
membantu anak-anak mencapai kemandiriannya, dan juga konsep diri anak. Oleh
karena itu orang dewasa (guru dan orang tua) perlu mendampingi dan
mengawasinya agar anak tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.
4. Sekolah, merupakan lembaga yang ikut mempengaruhi perkembangan sosial anak
karena salah satu fungsi dari lembaga ini adalah mengembangkan kemampuan anak
untuk dapat hidup bermasyarakat.
5. Status sosial ekonomi, kehidupan sosial anak banyak dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi keluarganya, Status ekonomi keluarga tentunya akan mempengaruhi
norma yang ditanamkan orang tua kepada anaknya, seperti pola hidup sederhana
dan cara penampilan anak sehingga hal ini akan mempengaruhi anak dalam
memilih teman.
BAB III
PENUTUP

1. Filosofi pendidikan bagi anak berkesulitan belajar adalah pada saat mereka mencapai
kesiapan dan kematangan yang disetting dalam kelas oleh guru berbagai modifikasi tugas
yang disesuaikan dengan gaya-gaya belajar yang memudahkan baginya menyerap materi
yang disajikan dengan cara yang khusus pula.
2. Jadikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar setiap
anak usia sekolah tanpa kecuali memperoleh haknya untuk terpenuhi kebutuhan
pendidikannya.
Pendidikan yang memberikan layanan kepada semua peserta didik tanpa memandang
kondisi fisik mental intelektual sosial emosi ekonomi jenis kelamin suku budaya tempat
tinggal bahasa dan sebagainya. Semua peserta didik belajar bersama-sama baik di sekolah
atau kelas formal maupun nonformal yang berada di dekat tempat tinggalnya yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Dalam kaitan nya
dengan wajib pencapaian pendidikan untuk semua mata pendidikan inklusif dapat diposisikan
sebagai strategi untuk mendorong terlaksananya pendidikan untuk semua waktu wajib
belajar.
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Baik buruknya
mutu pendidikan atau mutu lulusan dipengaruhi oleh musuh kegiatan belajar mengajar. Film
mutu lulusan yang bagus dapat diprediksi bahwa mu tuh kegiatan belajar mengajar nya juga
bagus. Atau sebaliknya bilang untuk kegiatan belajar mengajar nya bagus makam urusannya
juga akan bagus. Lingkungan yang inklusif merupakan lingkungan yang ramah terhadap
pembelajaran mengakomodasi keanekaragaman peserta didik. Pada tahap awal dapat
diarahkan kepada sekolah yang ramah yaitu sekolah yang terbuka kepada semua peserta didik
menghargai perbedaan dan memenuhi kebutuhan yang beragam dari setiap peserta didiknya.
Pembelajaran inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat
menerima dan menghargai perbedaan. Pembelajaran di kelas inklusif akan bergeser dari
pendekatan pembelajaran kompetitif yang kaku mengacu materi tertentu atau pendekatan
pembelajaran kooperatif yang melibatkan kerjasama antar peserta didik dan bahan pelajaran
dikembangkan secara tematik dan kontekstual.
Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai kemampuan dan kebutuhan peserta didik
serta mengacu kepada kurikulum yang telah dikembangkan. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara efektif dan efisien guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran. Pembelajaran dalam setting inklusif selain menerapkan prinsip prinsip umum
pembelajaran juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan
kebutuhan dan hambatan peserta didik berkebutuhan khusus. Untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik yang beragam pembelajaran dalam setting inklusif diperlukan asesmen yang
akan dipertimbangkan dalam menyusun pembelajaran yang di individualisasi
kan.Pembelajaran yang multilevel menjadi ciri dan pelaksanaan yang dikembangkan dalam
setting kelas yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, Mulyani. (2017). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka
Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Inklusif

Anda mungkin juga menyukai