Kelompok 1
Drs.Marwan Pulungan,M.Pd.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, hidayah, dan taufik dari-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai hal-hal yang berkaitan
dengannya.makalah ini disusun dalam rangka untuk melaksanakan tugas dari
dosen kami Dra.Linda Puspita,M.Pd. dan Drs.Marwan Pulungan,M.Pd.selaku
dosen pengampu mata kuliah perkembangan peserta didik, Universitas Sriwijaya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan penulisan..................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. SIAPA ANAK SEUSIA SEKOLAH DASAR.....................................................6
B. PERKEMBANGAN FISIK ANAK SEKOLAH DASAR..................................7
C. PERKEMBANGAN MENTAL ANAK SEKOLAH DASAR.........................15
D. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL ANAK SEKOLAH DASAR..............17
E. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK SEKOLAH DASAR..........................27
F. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK SEKOLAH DASAR.............................33
G. PERKEMBANGAN MORAL ANAK SEKOLAH DASAR........................41
BAB III...........................................................................................................................46
PENUTUP.......................................................................................................................46
A. Kesimpulan.........................................................................................................46
B. Saran...................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................47
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui setiap manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dan harus mendapatkan perhatian secara seksama. Perkembangan
adalah suatu proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang
kehidupannya mulai dari masa konsepsi,masa bayi,masa kanak-kanak,masa
anak,masa remaja,sampai masa (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju
tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara
sistematis,progresif,dan berkesinambungan. Perkembangan anak usia sekolah
dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang
merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa pertengahan dan
akhir anak ini yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik,
kognitif, dan psikosial anak. Pada masa ini anak berada pada proses
perkembangan yang pendek namun merupakan masa penting dalam
kehidupannya. Masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong agar
berkembang secara optimal dan supaya tidak ada masalah gizi pada masa anak.
Permulaan masa pertengahan dan akhir anak ini yang ditandai dengan terjadinya
perkembangan fisik motorik, kognitif, dan psikosial anak. Pada masa ini anak
berada pada proses perkembangan yang pendek namun merupakan masa penting
dalam kehidupannya. Masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong
agar berkembang secara optimal dan supaya tidak ada masalah gizi pada masa
anak.
4
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja anak seusia SD?
2. Bagaimana perkembangan fisik anak?
3. Bagaimana perkembangan mental anak?
4. Bagaimana perkembangan intelektual anak?
5. Bagaimana perkembangan bahasa anak?
6. Bagaimana perkembangan emosi anak?
7. Bagaimana perkembangan moral anak?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui anak usia SD.
2. Mengetahui perkembangan fisik anak.
3. Mengetahui perkembangan mental anak?
4. Mengetahui perkembangan intelektual anak?
5. Mengetahui perkembangan bahasa anak?
6. Mengetahui perkembangan emosi anak?
7. Mengetahui perkembangan moral anak?
5
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pengertian Anak SD
Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12 tahun atau
biasa disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat
seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin
beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang
bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan
beragam aktivitas yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak
(Jatmika, 2005).
6
(6) apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting (Notoatmodjo, 2012).
3) Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi
7
Secara langsung perkembangan fisik seorang anak akan menentukan
keterampilan anak dalam bergerak.seorang anak usia 6 th yang bangian tubuhnya
sesuai dengan usia tersebut,akan dapat melakukan hal hal yang lazim dilakukan
oleh anak berumur 6 tahun.namun apabila ia mengalami hambatan atau cacat
tertentu,sehingga tubuhnya tidak berkembang dengan sempurna .maka tidak
mungkin mengikuti permainan yang dilakukan oleh teman sebayanya.
8
berlangsung.cepat,perlahan,atau sedang saja. Anak –anak dari kalangan kulit
hitam pertumbuhanya cenderung lebih lambat dibandingkan denagan anak sebaya
dari golongan kulit putih. Aakan tetapi hal ini diduga berkaitan denag perbedaan
gizi dan cara perawatan kesehatan secara umum.
9
Jenis kelamin merupakan faktor yang paling menonjol dalam variasi ini,
anak laki-laki memiliki pertumbuhan yang lebih cepat pada usia tertentu,
begitu pula perempuan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat pada
usiaMtertentu. Missal: pada usia 9,10,13 tahun, pertumbuhan perempuan
lebih cepat dibandingkan laki-laki.
10
5. Kecanggungan
Pertumbuhan yang cepat ini hampir selalu diiringi dengan adanya perasaan
canggung. Anak anak yang sebelumnya sudah memperlihatkan koordinasi
tubuh yang baikakan trlihat seperti anak yang lambat dan sering terlihat
seperti akan tersandung oleh kakinya sendiri, apabila perumbuhan yang
cepat tadi menjadi sedikit lambat, maka kecanggungan tersebut akan
menghilang dan digntikan dengan koordinasi motorik yang baik kembali.
5.) Perkembangan Fisik Anak Usia SD
Anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Secara fisik, anak SD
memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan
sesudanya.
1. Tinggi dan berat badan
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan
konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia
SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan
penambahan tinggi badan 5-7 cm pertahhun ( F.A Hadis 1996)
2. Proporsi dan bentuk tubuh
Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang
kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai
berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5
atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah
mendekati seimbang. Berdasarkan tipologi Sheldon ( Hurlock 1980 )
ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD yaitu :
• Endomorph yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan
berbadan besar.
• Mesomorph yang kelihatannya kokoh, kuat dan lebih kekar
• Ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemak dan seperti
3. Otak
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lain,
pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan
Yussen, sebagian besar pertumbuhan otak terjadi pada usia dini.
11
Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari
ukuran otak dewasa. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif anak.
Penting tidaknya ukuran tubuh anak secara psikologis akan sangat tergantung
pada bagaimana reaksi teman sebayanya terhadap ukuran tubuhnya. Pada
dasarnya anak tidak akan terlalu memperhatikan ukuran tubuh teman bermainnya,
kecuali bila ada tanda-tanda tubuh yang terlihat begitu mencolok. Bagi seorang
anak reaksi yang diperlihatkan teman sebayanya terhadap ukuran tubuhnya
mempunyai makna yang sangat penting. Karena perbedaan berat tubuh lebih
kentara dibandingkan perbedaan tinggi tubuh, maka anak yang berat badannya
mempunyai perbedaan yang mencolok dengan temannya, maka anak akan merasa
ada kelainan pada tubuhnya.
12
melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.
Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa
yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap
tidak berdaya.
Seandainya tidak ada gangguan fisik dan hambatan mental yang
mengganggu perkembangan motorik, secara normal anak yang berumur 6 tahun
akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam
kegiatan bermain teman sebaya. Sebagian tugas perkembangan anak yang paling
penting dalam masa prasekolah dan dalam tahun-tahun permulaan sekolah, terdiri
atas perkembangan motorik yang didasarkan atas penggunaan kumpulan otot yang
berbeda secara koordinasi. Jika tidak ada gangguan kepribadian yang
menghambat ,anak yang memiliki sifat yang sesuai dengan harapan masyarakat
akan melakukan penyesuaian sosial dan pribadi yang baik. Sebaliknya dalam diri
anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat,akan
berkembang perasaan tidak mampu yang akan melemahkan semangat mereka
untuk mencoba mempelajari apa yang telah dipelajari oleh teman sebaya mereka.
8.) Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
a. Motorik Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4tahun, anak sangat
mnyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari
tempat tinggi. Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan
berbahaya bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba
seperti balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi
gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan
13
gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara
lain dapat dilihat saat anak menulis dan menggambar.
KEMAMPUAN MOTORIK
Anak usia 8-9th Anak usia 10-12th
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik Perubahan sikap berkaitan dengan postur
meningkat tubuh, puberitas mulai nampak
Mampu menggunakan peralatan rumah Mampu melakukan aktivitas rumah
tangga tangga, seperti mencuci, menjemur,dll.
Keterampilan Lebih ndividual Keinginan untuk menyenangkan orangtua
Ingin terlibat dalam sesuatu Mula tertarik dengan lawan jenis
Menyukai kelompok dan mode
Mencari teman secara aktif
14
C. PERKEMBANGAN MENTAL ANAK SEKOLAH DASAR
Menurut Pieper dan Uden (2006) , kesehatan mental adalah suatu keadaan
dimana seseorang memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya dan dapat
menerima kekurangan atau kelemahan diri sendiri , mampu menghadapi masalah-
masalah dalam hidupnya , tidak memiliki perasaan terhadap diri sendiri , serta
memiliki kebahagiaan dalam hdupnya.Anak usia 6- 12 tahun biasa disebut dengan
middle childhood dimana mengalami peningkatan pertumbuhan, kekuatan, dan
kemampuan fisik.
Dampak anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi yang lebih besar
dalam usia menjelang dewasa.Jika anak- anak lemah dalam menghadapi ejekan
dari anak lainnya, maka hal tersebut akan membentuk perilaku dan proses
belajarnya yang terganggu. Anak yang diasingkan bereaksi dengan menarik diri
dan biasanya mereka sulit untuk diatur. Bahaya nya dari keadaan ini adalah terjadi
keadaan yang dapat mengakibatkan rasa inferioritas atau perasaan kurang
berharga dapat diperoleh dari anak itu sendiri atau dari lingkungan nya. Anak usia
sekolah dasar yang menderita keterbatasan fisik atau mental bias menyulitkan
mereka dalam mendapatkan keterampilan tertentu dan beresiko mengalami
inferior.
15
Gangguan mental dan perilaku dikatakan sekitar 20% dari semuaanak-
anak mereka terganggu pada tingkah laku dan kemampuan fungsi sekolah,
dirumah dan masyarakat. Perilaku kekerasan pada anak disebabkan oleh gangguan
psikososial, disebaban oleh pola asuh orang tua dan tayangan televisi juga
berpengaruh bagi faktorpemicu psikososial.
1. Motivasi kurang
2. Isolasi Sosial
8. Kurang perhatian
9. Bertenegkar
Dalam membina kesehatan mental peserta didik, hal yang bias dilakukan
seorang guru seperti;
16
`2. Aspek psikologis, Bagaimana seorang anak memiliki keterbatasan
dalam mengatasi stress. Stres ini muncul dalam banyak hal. Ketidak mampuan
menghadapitugas sekolah, ketidak mampuan menghadapi lingkungan sosilal,
ketidak mampuan menyesuaikan diri, ketidak mampuan belajar dan hal lainnya.
Guru sangat berperan penting untuk memahami perubahan perubahan psikologis
peserta didik.
17
2.) Pengertian Perkembangan Intelektual/Kognitif Pada Anak
Intelektual adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu atau kemampuan
yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi. Dalam
pengertian yang lain, intelektual merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa
makhluk hidup yang hanya dimiliki manusia, dan sejak itulah potensi intelektual
ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan individu,
dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya akan semakin berarti lagi bagi
manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya dengan
lingkungan.2 Menurut Bloom perkembangan intelektual yang cepat dan intensif
terjadi pada tahun-tahun pertama. Berdasarkan model yang didapat dari penelitian
longitudinal3 diketemukan bahwa pada umur satu tahun dicapai 20% dan pada
umur 17 tahun 100% perkembangan intelektual. Penalaran yang selanjutnya
adalah bahwa pada umur 4 tahun tercapai 50% dan pada umur 8 tahun tercapai
80% perkembangan intelektual. Angka-angka tersebut hanya merupakan petunjuk
terhadap proses-proses yang terjadi dan bukan pencerminan realitas eksak. Namun
hal tersebut dapat menjelaskan bahwa tahun-tahun kehidupan pertama dan tahun-
tahun sekolah pertama merupakan mata rantai yang penting dalam perkembangan
intelektual anak.
18
yang tidak asing lagi bagi dirinya. Anak juga sudah mulai bergeser dari pemikiran
egosentris ke pemikiran yang objektif (Slavin, 2011: 50-51). Anak mampu
mengerti adanya perpindahan pada hal yang konkret serta sudah memahami
persoalan sebab akibat. Anak mampu memaknai suatu tindakan dianggap baik
atau buruk dari akibat yang ditimbulkan (Suparno, et. al., 2002: 56).
1) Tahap Sensorimotor
Selama tahap awal, bayi hanya menyadari apa yang ada di depan mereka.
Mereka fokus pada apa yang mereka lihat, apa yang mereka lakukan, dan interaksi
fisik dengan lingkungan terdekat mereka. Karena mereka belum tahu bagaimana
hal-hal bereaksi, mereka terus-menerus bereksperimen dengan kegiatan-kegiatan
seperti mengguncang atau melempar barang-barang, memasukkan barang ke
mulut mereka
Antara usia 7 dan 9 bulan, bayi mulai menyadari bahwa suatu objek ada
walaupun tidak dapat dilihat lagi. Tahapan ini adalah tanda bahwa memori
berkembang.
19
2) Tahap Praoperasional
Selama tahap ini (balita hingga usia 7 tahun), anak-anak kecil dapat
memikirkan hal-hal secara simbolis. Penggunaan bahasa mereka menjadi lebih
dewasa. Mereka juga mengembangkan ingatan dan imajinasi, yang
memungkinkan mereka untuk memahami perbedaan antara masa lalu dan masa
depan, dan terlibat dalam khayalan.
Tetapi pemikiran mereka didasarkan pada intuisi dan masih belum sepenuhnya
logis. Mereka belum dapat memahami konsep yang lebih kompleks seperti sebab
dan akibat, waktu, dan perbandingan.
Pada saat ini, anak-anak usia sekolah dasar dan pra-remaja usia 7 hingga 11
mulai menunjukkan kemampuan berpikir logis dan konkrit. Pemikiran anak-anak
mulai mampu memahami perspektif orang lain dan mereka semakin sadar akan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di kehidupan mereka. Mereka mulai menyadari
bahwa pikiran dan perasaan seseorang adalah unik. Selama tahap ini, sebagian
besar anak masih tidak dapat berpikir secara abstrak atau hipotesis.
20
4.) Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Intelektual Anak
Peserta didik usia SD/MI senantiasa dihadapkan pada pelbagai
pengalaman di dalam dan di luar rumah atau sekolah dalam kehidupan sehari-
harinya. Anak-anak dengan usia dan tingkat perkembangan kognitif yang sama
dan melihat obyek yang sama, dapat memiliki persepsi yang berbeda tentang
obyek tersebut.7 Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi tingkat perkembangan
intelektual anak yang kemudian memberikan penafsiran yang berbeda mengenai
sebuah obyek yang dilihatnya.
1. Kedewasaan (Kematangan)
Kematangan mempunyai peranan penting dalam perkembangan kognitif, akan
tetapi faktor ini saja tidak cukup mampu menjelaskan segala sesuatu tentang
perkembangan kognitif. Oleh karena itu membutuhkan faktor-faktor yang lain
yang dapat menunjang perkembangan intelektual anak yakni pengalaman.
2. Pengalaman Fisik
Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstraksi
berbagai sifat fisik benda-benda.Pengalaman fisik yang dialami oleh anak juga
menjadi faktor yang menentukan perkembangan intelektual peserta didik.
Pengalaman yang berbeda dari setiap anak akan melahirkan berbagai interpretasi
dan sikap terhadap sesuatu yang sama. Tipe pengalaman yang didapat anak secara
langsung juga akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak
langsung dari orang lain atau informasi dalam buku, film, dsb.
21
Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, di manaseseorang
mencoba membuat lingkungannya itu mempunyaiarti bagi dirinya. Proses yang
aktif ini melibatkan seorangindividu mengakui secara selektif aspek-aspek yang
berbeda darilingkungan, menilai apa yang dilihatnya dalam hubungannyadengan
pengalaman masa lalu, dan mengevaluasiapa yang dialaminyaitu dalam kaitannya
dengan kebutuhan dan nilai-nilainya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan
pengalaman seseorangitu seringkali berbeda sifatnya, persepsinya terhadap
lingkunganjuga akan berbeda. Contohnya, peserta didik yang ada dalamsebuah
kelas yang seringkali mempunyai perbedaan dalamberpengharapan(expectacy)
mengenai suatu jenis pelajaran, sehinggahasil yang diperoleh dari pelajaran yang
sama akan berbedabeda.Sebagai tambahan keterangan dari hal-hal istimewa
ini,proses belajar di masa yang lampau dari seorang siswa didikakan memainkan
peranan penting dalam menentukan apa yangia ketahui di kemudian hari.
4. Transmisi Sosial
Bagi perkembangan intelek anak-anak, orang dewasa memainkan peran yang
sangat pentingdalam menciptakan lingkungan yang baik. Dialog orang tua dengan
anak merupakan aspek-aspek lingkungan yang dimaksudkan. Dialog itu dilakukan
dalam bentuk interaksi langsung melalui percakapan verbalistik, pemberian
contoh yang tepat dan baik, tindakan sebagai model pribadi yang menyenangkan
dan tindakan sebagai cermin perilaku dan mental yang sehat. Orang tua harus
bersikap matang dan mantap sehingga dia mampu menciptakan iklim lingkungan
22
yang sehat bagi perkembangan anak. 12 Anak dapat menerima transmisi sosial
apabila anak ada dalam keadaan mampu menerima informasi. Untuk menerima
informasi, tentu terlebih dahulu anak harus memiliki struktur kognitif yang
memungkinkan anak dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi
tersebut.13Penjelasan dari guru, orang tua, pemerolehan informasi dari buku,
meniru, merupakan bentuk-bentuk transmisi sosial yang bisa dilakukan oleh anak
untuk menyerap unsur-unsur kebudayaan dalam alam pikiran anak.
5. Pengaturan Diri
Kepribadian anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu
kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
berdasarkanpadapenyesuaian diri dan cara pandang anak terhadap dirinya sendiri
(konsep diri) disebut penyesuaian diri. 14 Berdasarkan hasil temuannya,
sebagaimana dipaparkan Ratna Wilis Dahar, Piaget mengungkapkan bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Oleh karena itu pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran anak didiknya,
tetapi melalui pemerolehan yang diawali dengan terjadinya konflik kognitif.
Terlebih lagi yang menyangkut pada pembentukan pengetahuan fisik dan
pengetahuan logika matematik. Pengetahuan ini dibangun sendiri oleh anak
melalui pengalaman dengan adanya peristiwa interaksi antara struktur kognisi
awal yang dimilikinya dengan informasi dari lingkungankonflik kognitif terjadi
pada saat berlangsung interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki anak
dengan adanya fenomena-fenomena baru yang ditemui anak. Fenomena baru
dengan konsepsi awal tidak dapat dintegrasikan begitu saja. Pengintegrasian
memerlukan suatu modifikasi atau perubahan struktur kognitif anak agar
mencapai keseimbangan.
23
5.) Kendala dalam Perkembangan Intelektual anak
24
terhadap obyek dan fenomena yang ia temui akan berpengaruh terhadap
keputusan dan sikap yang ia lakukan. Hal ini tidak terlepas dari nilai-nilai yang
dipelajari oleh individu dari lingkungannya baik di rumah, di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Dengan dipelajarinya nilai-nilai tersebut maka seorang
individu akan memiliki tolok ukur atau batasan dalam mengambil sikap dan
berperilaku. Dengan demikian, hubungan intelek dengan tingkah laku adalah
bahwa intelektual merupakan perwujudan dari tingkah laku adaptif yang terarah
kepada kontak dengan lingkungan dan kepada pemikiran. Proses interaksi
individu sesuai dengan perkembangan kognitifnya dilakukan melalui asimilasi
dan akomodasi. Sehingga semakin baik kemampuan intelektual seorang anak akan
turut mempengaruhi pola perilaku mereka dalam kehidupan.
25
memberikan contoh bertutur kata yang baik, memberikan materi sesuai dengan
tahap perkembangan intelektual peserta didik, menjadikan lingkungan sebagai
sumber dan media belajar dan lain sebagainya. Karena jika para pendidik tidak
memahami pola perkembangan intelektual anak didiknya, akan sangat berpotensi
seorang pendidik tersebut keliru dalam melakukan treatment bagi peserta
didiknya.
Dari penelitian di atas dapat dikatakan bahwa stimulasi yang paling efektif
untuk perkembangan intelektual pada dasarnya bersifat verbal dan non verbal.
Sehubungan dengan hal ini, perlu kita catat bahwa permainan dan barang-barang
mainan dapat menjadi stimulasi yang sangat efektif bagi anak, karena dapat
memberinya pengalaman-pengalaman yang penting bagi perkembangan
intelektualnya. Karena bagi anak, bermain adalah belajar dan tidak ada pemisahan
antara keduanya. Sesuai dengan konsep perkembangan intelektual dari Bloom dan
Binet di awal pembahasan di atas, kiranya dapat kita ambil kesimpulan bahwa
dalam upaya peningkatan kapasitas intelektual anak harus dimulai dari usia-usia
awal perkembangan anak dan harus mendapatkan treatment atau perlakuan yang
benar sesuai tingkat kematangan anak agar perkembangan inteligensi anak dapat
26
berkembang secara optimal. Dalam hal ini, peran orangtua dan guru sangatlah
penting sebagai pembimbing bagi anak-anaknya.
Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun,
saat ia mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya
kemampuan penguasaan alat berkomunikasi (memahami dan dipahami orang
lain), baik dengan lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda- tanda dan isyarat.
Pada usia anak memasuki sekolah dasar, kemampuan bahasa anak sudah sampai
pada tingkat dapat membuat kalimat lebih sempurna, dapat menyusun kalimat
majemuk, dan dapat menyusun dan mengajuka pertanyaan.
Kemampuan berbahasa yang paling terlihat pada anak usia sekolah dasar
adalah berbicara. Dengan berbicara membuat anak dapat bersosialisasi dan
27
diterima sebagai anggota kelompok di lingkungan sekitarnya dan membuat orang
lain mengerti apa yang diinginkan oleh anak.
28
5) Mengkritik hasil karya sendiri (“Saya tidak mewarnai gambar dengan
benar”).
6) Membesar- besarkan kejadian adalah hal yang wajar: (“Saya minum
delapan gelas cola pada waktu piknik”).
7) Menjelaskan kejadian sesuai dengan kemampuan atau kebutuhan.
(“Hari ini tidak hujan karena saya akan pergi ke kebun binatang”).
8) Menggambarkan pengalaman secara rinci (“Pertama, kami
memarkirkan mobil, lalu kami berjalan kaki melewati lorong yang
kecil yang sangat jauh, setelah itu kami sampai dirumah nenek dan
langsung beristirahat...”)
9) Memahami dan menjalani perintah dalam beberapa tahap (sampai lima
tahap dan terkadang minta ulang perintahnya karena tidak
mendengarkan seluruhnya ketika pertama kali perintahnya
disampaikan)
10) Senang menulis pesan dan catatan singkat untuk temannya.
c. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 8 Tahun:
1) Senang menceritakan lelucon dan teka- teki.
2) Mengerti dan melakukan instruksi beberapa tahap (sampai lima tahap
dan mungkin minta diulang karena tidak mendengar seluruhnya).
3) Membaca dengan mudah dan memahaminya.
4) Menulis surat atau mengirim pesan kepada teman, termasuk deskripsi
yang imajinatif dan mendetail.
5) Menggunakan bahasa untuk mengkritik dan memuji orang lain
(mengulang- ulang ucapan popular dan kata umpatan).
6) Memahami dan mengikuti aturan tata kalimat dalam percakapan dan
bentuk tertulis.
7) Berminat mempelajari kode kata rahasia dan menggunakan bahasa
kode.
8) Berbicara dengan orang dewasa dengan lancar, mampu berpikir dan
berbicara mengenai masa lampau dan masa depan (“bu, jam berapa
kita berangkat ke kebun binatang minggu depan”).
29
d. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 9- 10 Tahun:
1) Senang berbicara dan sering kali tidak berhenti tanpa alasan yang jelas
(kadang digunakan sebagai alat untuk mendapatkan perhatian).
2) Mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif melalui kata-
kata.
3) Memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem komunikasi
dengan orang lain.
4) Menggunakan ucapan populer yang sering diucapkan teman sebayanya
(“keren”, “mantap”).
5) Mengenali bahwa beberapa kata mempunyai arti ganda (“panjang
tangan, “mengadu domba”)
6) Menganggap perumpamaan yang tidak masuk akal atau permainan
kata dalam lelucon dan teka- teki sebagai sesuatu yang lucu.
7) Menunjukkan pemahaman tingkat tinggi mengenai urutan tata bahasa
(mengenali apabila ada kalimat yang tata bahasanya tidak tepat).
e. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 11- 12 Tahun:
1) Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase
ini (hanya sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun
mendatang)
2) Senang berbicara dan berargumentasi, sering tidak pernah berhenti,
dengan siapa pun yang mau mendengarkan.
3) Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks.
4) Semakin menguasai kosa kata yang kompleks, bertambah 4000 sampai
5000 kata baru tiap tahun, menggunakan kosa kata dengan terampil
untuk mengembangkan cerita dan menggambarkannya dengan jelas.
5) Menjadi pendengar yang suka berfikir.
6) Mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang tersirat atau
bertujuan (ketika ibunya bertanya, “apakah PR mu sudah dikerjakan?”
30
ibunya bermaksud untuk mengatakan kami sebaiknya berhenti
bermain, ambil buku dan mulailah mengerjakan PRmu).
7) Mempunyai selera humor dan senang menceritakan lelucon atau hal-
hal lucu, teka- teki, dan sajak untuk menghibur orang lain.
8) Menguasai beberapa gaya bahasa yang bisa berubah- ubah berdasarkan
situasi (gaya formal ketika berbicara dengan guru, gaya kasual ketika
berbicara dengan orang tua, dan gaya memaki ungkapan populer dan
kata rahasia ketika mengobrol bersama teman).
3.) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Sekolah
Dasar
a. Kesehatan
b. Intelegensi
Anak- anak dengan kecerdasan yang tinggi mampu membaca dan memahami
pembicaraan pada usia yang sangat muda, anak- anak dengan intelegensi normal
akan memiliki kemampuan berbahasa secara baik, anak dengan keterbelakangan
mental yang paling rendah sangat miskin dalam berbahasa.
Anak dari kalangan keluarga yang kurang mampu mengalami hambatan dalam
berbahasa karena akses untuk mengenal huruf sebagai lambang dan bunyi
terbatas, dan kesempatan belajar serta asupan gizi yang diperoleh anak tersebut
juga terbatas.
31
d. Jenis Kelamin
Vokalisasi anak perempuan lebih cepat sejak usia dua tahun. Interaksi yang
lebih intens antara anak perempuan dengan orang tua dan teman sebaya juga
membuat perbendaharaan kata semakin meningkat. Interaksi di sekolah antar anak
perempuan dan anak laki- laki tanpa membedakan jenis kelamin dapat membuat
perkembangan bahasa anak perempuan dan laki- laki berkembang dengan
optimal.
e. Hubungan Keluarga
Pola asuh keluarga yang demokratis dan autoritatif yang menempatkan anak
sebagai bagian dari keluarga membuat anak belajar dan memperoleh contoh
bagaimana berkomunikasi dengan baik dan memiliki kebebasan untuk
menyatakan dan mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakan melalui
beragam bahasa.
f. Akses Komunikasi
b. Hambatan Komunikasi
32
Komunikasi yang dilakukan seringkali menghadapi hambatan sehingga
menyebabkan komunikasi tidak lancar. Hambatan yang dihadapi seperti sikap
menilai yang meliputi mengkritik, memberikan panggilan yang tidak
menyenangkan, memberikan pernyataan yang tidak tepat, mengganggu
perhatian dan pembicaraan seperti memotong pembicaraan dan tidak
memperhatikan pembicaraan
33
1. Pada usia 5 sampai 6 tahun anak mulai mempelajari kaedah dan aturan
yang berlaku, anak mempelajari konsep keadilan dan anak mulai mampu
menjaga rahasia. Ini adalah ketrampilan yang menuntut kemampuan untuk
menyembunyikan informasi-informasi.
2. Anak usia 7 sampai 8 tahun perkembangan emosi anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga.
3. Usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi social
dan dapat merespon stres emosional yang terjadi pada orang lain.Selain itu
dapat mengontrol emosi negative seperti takut dan sedih, anak belajar apa
yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar
beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol.
4. Usia 11 – 12 tahun pengertian anak tentang baik buruk, tentang norma-
norma, aturan, serta nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat usia kanak-kanak
awal.
34
3.) Macam macam ekspresi emosi anak
Emosi dan perasaan yang umum pada peserta didik usia SD/MI adalah
rasa takut, khawatir /cemas, marah, cemburu, merasa bersalah dan sedih, ingin
tahu, gembira/ senang, cinta dan kasih saying, emosi pada anak yaitu:
1. Rasa Takut
2. Rasa malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri
dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
3. Rasa canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap
manusia, bukan ada objek atau situasi.Rasa canggung berbeda dengan rasa malu
dalam hal bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak
dikenal atau orang yang sudah dikenal dan memakai pakaian seperti tidak
biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain
35
terhadap prilaku atau diri seseorang. Oleh karena itu rasa canggung merupakan
keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran diri.
4. Rasa khawatir
5. Rasa cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenan dengan
sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh
kekhawatiran , ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak
dapat dihindari oleh seseorang ,disertai dengan perasaan tidak berdaya
karena merasa menemui jalan buntu,dan disertai pula dengan
ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dicapai.
6. Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa
kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya adalah karena
rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini
anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk
memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka.
7. Rasa cemburu
8. Kegembiraan
36
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan
keriangan, kesenangan, atau kebahagiaan. Setiap anak berbeda beda intensitas
kegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai
batas-batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai contoh ada kecendrungan umur
yang dapat diramalkan, yaitu anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam
bentuk yang lebih menyolok dari pada anak-anak yang lebih tua.
9. Duka cita
10. Keingintahuan
1. Keadaan anak.
2. Faktor belajar
37
mengepresikan emosinya dalam bentuk prilaku yang memberi penguasan sedikit
atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang.Dengan pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk beraksi terhadap
rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan
dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang
membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Dengan meode atau cara ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing
reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi.Pengondisian terjadi
dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar,
mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
38
Ciri khas emosi pada anak antara lain :
1. Emosi yang kuat
Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap
situasi yang remeh maupun yang serius. Anak pra remaja bahkan
bereaksi dengan emosi yang kuat terhadap hal-hal yang tampaknya bagi orang
dewasa merupakan soal sepele.
39
anak lainnya mungkin akan menangis dan anak lainnya lagi mungkin akan
bersembunyi di belakang kursi ataudi balik punggung seseorang.
Tiga reaksi emosi yang paling kuat adalah rasa marah, kaku, dan
takut, yang terjadi akibat dari peristiwa – peristiwa eksternal maupunproses tak
langsung. Reaksi tersebut dapat tercermin dalam individu yang
meningkatkan aktivitas kelenjar tertentu dan mengubah temperature tubuh.
Reaksi umumnya berkurang sesuai proporsi kematangan individu. Hal ini
disebabkan oleh pebedaan jenis reaksi emosi, misalnya dengan penyebab
ketakutan pada diri seseorang anak mungkin disebabkan oleh jenis emosi
yang berbeda sesuai dengan tingkat perkembangannya.Tingkat perkembangan
emosi tidak terlepas dari tingkat kestabilanemosi seseorang yang meliputi :
1.Emosi stabil
Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai
kecenderungan percaya diri, cermat, kukuh. Mereka selaulu menjaga
40
pikiran walaupun dalam keadaan kritis sedangkan orang - orang di
sekitarnya kehilangan kendali.
2. Emosi stabil rata-rata
Seseorang yang mempunyai derajat rata -rata tingkat emosional
mempunyai kecenderungan emosi keseimbangan yang baik, sabar, tak
memihak, berkepala dingin. Mereka tidak kebal atas rasa khawatir
dan terkadang menunjukkan emosi yang aneh, namun ini adalah
pengecualian daripada kebiasaan.
3.Emosi labil
Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesa -
gesa, bernafsu, sentimental, mudah tergugah, khawatir dan bimbang.
Merekamungkin agaknya tertekan oleh kehidupan, hal ini membuat
mereka mudah terkena hal - hal negatif dan positif, sekaligus kerap
dipengaruhi oleh tragedi dan kesenangan serta tiak ada upaya
untuk bereaksi mengatasi peristiwa - peristiwa tersebut dalam hidup
(Wijaya, 2004)
Moral berasal dari bahasa Latin "mos" (jamak: mores) yang berarti
kebiasaan, adat. Kata "mos" (mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos
dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan
dengan arti susila. Adapun pengertian moral yang paling umum adalah tindakan
manusia yang sesuai dengan ide-ide yang diterima umum, yaitu berkaitan dengan
makna yang baik dan wajar. Dengan kata lain, pengertian moral adalah suatu
kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh
umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu
mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Telah
41
banyak ahli yang mencoba memberikan pengertian moral. Seperti apa pengertian
moral menurut mereka?
Dari tiga pengertian moral di atas, dapat disimpulkan bahwa Moral adalah
suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan
kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moral sangat
berhubungan dengan benar salah, baik buruk, keyakinan, diri sendiri, dan
lingkungan sosial.
42
prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama
kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari
penelitiannya.
a. Tingkat Prakonvensional
b. Tingkat Konvensional
43
Tingkat konvensional atau konvensional awal adalah aturan-aturan dan
ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga,
kelompok, atau masyarakat.
44
nilai tersebut. Terdapat penekanan atas aturan prosedural untuk mencapai
kesepakatan, terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional
dan demokratis, dan hak adalah masalah nilai dan pendapat pribadi.
Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandang legal, tetapi dengan
penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan
pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Di luar bidang hukum,
persetujuan bebas, dan kontrak merupakan unsur pengikat kewajiban.
45
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
46
banyaknya kekurangan dalam makalah ini, diharapkan pembaca dapat
memberikan saran dan kritikan demi kebaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsah Singgih (2008). Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta.
GKM.
Latifa, Umi. “Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan
Perkembangannya” Journal of Multidisciplinary Studios. 1, no.2 (2017).
Academia. (diakses pada 21 Januari 2021).
47
48