Anda di halaman 1dari 48

PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR

Kelompok 1

1. Daru Indra Marzuki (06131181823001)


2. Zahara (06131181823002)
3. Siti Khomairroh (06131181823004)
4. Dewi Zalika Arizki (06131181823005)
5. Tasya Arsy Liana (06131181823006)
6. Intan Rahayu (06131181823007)
7. Febrina Sarbini (06131181823008)
8. Fadhilah Tu Husni (06131181823009)
9. Isma Yunita (06131181823010)

Mata Kuliah : Sastra Anak Sekolah Dasar

Dosen Pengampu : Dra.Linda Puspita,M.Pd.

Drs.Marwan Pulungan,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, hidayah, dan taufik dari-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai hal-hal yang berkaitan
dengannya.makalah ini disusun dalam rangka untuk melaksanakan tugas dari
dosen kami Dra.Linda Puspita,M.Pd. dan Drs.Marwan Pulungan,M.Pd.selaku
dosen pengampu mata kuliah perkembangan peserta didik, Universitas Sriwijaya.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca sekalian, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak memiliki kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang.Oleh karena itu harapan kami kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Jebus ,20 Januari


2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan penulisan..................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. SIAPA ANAK SEUSIA SEKOLAH DASAR.....................................................6
B. PERKEMBANGAN FISIK ANAK SEKOLAH DASAR..................................7
C. PERKEMBANGAN MENTAL ANAK SEKOLAH DASAR.........................15
D. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL ANAK SEKOLAH DASAR..............17
E. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK SEKOLAH DASAR..........................27
F. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK SEKOLAH DASAR.............................33
G. PERKEMBANGAN MORAL ANAK SEKOLAH DASAR........................41
BAB III...........................................................................................................................46
PENUTUP.......................................................................................................................46
A. Kesimpulan.........................................................................................................46
B. Saran...................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................47

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui setiap manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dan harus mendapatkan perhatian secara seksama. Perkembangan
adalah suatu proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang
kehidupannya mulai dari masa konsepsi,masa bayi,masa kanak-kanak,masa
anak,masa remaja,sampai masa (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju
tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara
sistematis,progresif,dan berkesinambungan. Perkembangan anak usia sekolah
dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang
merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa pertengahan dan
akhir anak ini yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik,
kognitif, dan psikosial anak. Pada masa ini anak berada pada proses
perkembangan yang pendek namun merupakan masa penting dalam
kehidupannya. Masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong agar
berkembang secara optimal dan supaya tidak ada masalah gizi pada masa anak.
Permulaan masa pertengahan dan akhir anak ini yang ditandai dengan terjadinya
perkembangan fisik motorik, kognitif, dan psikosial anak. Pada masa ini anak
berada pada proses perkembangan yang pendek namun merupakan masa penting
dalam kehidupannya. Masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong
agar berkembang secara optimal dan supaya tidak ada masalah gizi pada masa
anak.

4
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja anak seusia SD?
2. Bagaimana perkembangan fisik anak?
3. Bagaimana perkembangan mental anak?
4. Bagaimana perkembangan intelektual anak?
5. Bagaimana perkembangan bahasa anak?
6. Bagaimana perkembangan emosi anak?
7. Bagaimana perkembangan moral anak?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui anak usia SD.
2. Mengetahui perkembangan fisik anak.
3. Mengetahui perkembangan mental anak?
4. Mengetahui perkembangan intelektual anak?
5. Mengetahui perkembangan bahasa anak?
6. Mengetahui perkembangan emosi anak?
7. Mengetahui perkembangan moral anak?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. SIAPA ANAK SEUSIA SEKOLAH DASAR

1) Pengertian Anak SD

Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12 tahun atau
biasa disebut dengan periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat
seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin
beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang
bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan
beragam aktivitas yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak
(Jatmika, 2005).

2) Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah

Usia sekolah dasar disebut juga periode intelektualitas, atau periode


keserasian bersekolah. Pada umur 6 – 7 tahun seorang anak dianggap sudah
matang untuk memasuki sekolah. Periode sekolah dasar terdiri dari periode kelas
rendah dan periode kelas tinggi. Karakteristik siswa kelas rendah sekolah dasar
adalah sebagai berikut:
(1) adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan
jasmani dengan prestasi sekolah,
(2) adanya kecenderungan memuji diri sendiri,
(3) suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain,
(4) pada masa ini (terutama pada umur 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai
(angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas
diberi nilai baik atau tidak,
(5) tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang ada di dalam dunianya,

6
(6) apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting (Notoatmodjo, 2012).
3) Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi

Karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar adalah sebagai berikut:

(1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret,


(2) realistik, mempunyai rasa ingin tahu dan ingin belajar,
(3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran
khusus, para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor-faktor,
(4) pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira
umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas
dan berusaha menyelesaikannya sendiri,
(5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat
(sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah,
(6) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk
dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi
terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan
sendiri (Notoatmodjo, 2012).

B. PERKEMBANGAN FISIK ANAK SEKOLAH DASAR

Perkembangan anak penting dijadikan perhatian yang khusus bagi


orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi
kehidupanmereka pada masa yang akan dating. Jika perkembangan anak luput
dari perhatian orangtua(tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak
akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.

1.) Perkembangan Fisik

7
Secara langsung perkembangan fisik seorang anak akan menentukan
keterampilan anak dalam bergerak.seorang anak usia 6 th yang bangian tubuhnya
sesuai dengan usia tersebut,akan dapat melakukan hal hal yang lazim dilakukan
oleh anak berumur 6 tahun.namun apabila ia mengalami hambatan atau cacat
tertentu,sehingga tubuhnya tidak berkembang dengan sempurna .maka tidak
mungkin mengikuti permainan yang dilakukan oleh teman sebayanya.

Secara tidak langsung,perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaiman


anak memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain.ini
semua akan tercermin dari pola penyesuaian diri anak secara umum.Seorang anak,
misalnya, yang terlalu gemuk akan menyadari bahwa di tidak dapat mengikuti
permainan yang dilakukan oleh teman sebayanya.Di pihak lain,teman-temanya
akan menganggap anak gendut itu terlalu lamban,dan tidak pernah lagi diajak
bermain.Semula timbul perasaan tidak mampu, selanjutnya akan muncul perasaan
tertimpa nasib buruk.

2.) Siklus Pertumbuhan Fisik

Istilah siklus artinya bahwa pertumbuhan fisik tidak mengikutipola


ketetapan yang tertentu. Dengan kata lain pertumbuhan seperti naik turunnya
gelombang adakalanya cepat dan adakalany lambat. Irama pertumbuhan ini bagi
setiap orang mempunyai gambaran tersendiri. Walaupun secara keseluruhan tetap
memperlihatkan keteraturan tertentu. Ada beberpa anak yang mengalami
pertumbuhan cepat,sedangkan anak lain mengalami keterlambatan. Dengan
demikian, dapat kita katakan bahwa pertumbuan dan perkembangan fisik anak
umumnya berlangsung secara teratur dan dapat diramalkan.

3.) Keragaman Siklus Pertumbuhan

Meskipun pada kenyataanya bahwa siklus pertumbuhan fisik dapat


dikatakan teratur dan dapat diramalkan ,namun terjadi pula keanekaragaman . Hal
ini telah dikemukakan oleh Johnston dan teman-temannya : ”jadwal waktu
pertumbuhan fisik anak sifatnya sanagst individual’’(setiap anak berbeda
beda).Faktor-faktor yang menentukan apakah jadwal itu akan

8
berlangsung.cepat,perlahan,atau sedang saja. Anak –anak dari kalangan kulit
hitam pertumbuhanya cenderung lebih lambat dibandingkan denagan anak sebaya
dari golongan kulit putih. Aakan tetapi hal ini diduga berkaitan denag perbedaan
gizi dan cara perawatan kesehatan secara umum.

Disini kami menyimpulkan bahwa keaneragaman pertumbuhan dari setiap


individu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Genetika
Ukuran bangun tubuh juga mempengaruhi laju pertumbuhan anak.Anak-
anak yang mempunyai tubuh yang kekar biasanya akan tumbuh dengan
cepat dibandingkan dengan mereka yang mempunyai tubuh kecil atau
sedang.Anak-anak dengan tubuh besarbiasanya akan memasuki tahap
remaja lebih cepat daripada teman sebayanya yang mempunyai bangun
tubuh lebih kecil.
2. Kesehatan dan Gizi
Kesehatan dan makanan yang bergizi pada kehidupan seorang juga
menentukan kecepatan atau kelambatan siklus pertumbuhan. Seorang anak
yang memperoleh perawatan yang memadai biasanya akan tumbuh dengan
cepat pula, berbanding terbalik dengan anak yang tidak mendapat
perawatan memadai.
3. Psikologis
Anak-anak yang tenang cendrung tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan anakyang mengalami gangguan atau tekanan emossional, dan
ketegangan dapat lebih mempengaruhi berat seseorang dari pada tinggi
seseorang.
4. Anak kembar atau tidak
Terlihat bahwa anak-anak kembar juga cenderung tumbuh dengan sedikit
lambat, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak kembar. Hal ini
tampak jelas pada anak kembar yang baru dilahirkan yang memiliki tubuh
paling kecil dibandingkan dengan yang lain.
5. Jenis kelamin

9
Jenis kelamin merupakan faktor yang paling menonjol dalam variasi ini,
anak laki-laki memiliki pertumbuhan yang lebih cepat pada usia tertentu,
begitu pula perempuan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat pada
usiaMtertentu. Missal: pada usia 9,10,13 tahun, pertumbuhan perempuan
lebih cepat dibandingkan laki-laki.

4.) Pengaruh yang Lazim Terjadi pada Siklus Pertumbuhan


1. Kesukaran Penyesuain Diri
Selama dalam periode pertumbuha yang cepat, kebuthan yang terus
menrus membentuk pola penyesuaian dir yangi dapat sangat merusak
kehidupan emosionalnya. Sedangkan dalam tahab pertumbuhan yang
lambat, pembentukan pola penyesuaian diri ini akan lebih mudah.
2. Kebutuhan Energi
Perumbuhan yang cepat sangat membutukan energy yang besar, sehingga
anak cenderung mudah lelah. Hal ini membuat mereka gampang
tersinggung dan emosinya tidak menentu, Sedangkan dalam siklus
pertumbuhn yang lambat, energy ini dapat dimanfaatkan untuk bermain
atau melakukan kegiatan lainya. anak- anak dalam tahap ini akan terlihat
lebih ceria dan mudah dikendalikan.
3. Kebutuhan Gizi
Zat makanan yang mengandung nilai gizi lebih banyak dibutuhkan dalam
tahap pertumbuhan yang cepat. Jika gizi yang anak dapatkan kurang maka
mereka kurang berminat terhadap pelajaran sekolah atau bermain dengan
sebayanya dan umumnya penyesuaian sosialnya memprihatinkan.
4. Kemampuan Mempertahankan Keseimbangan
Pada saat seseorang berada dalam periode pertumbuhan yang lambat,
biasanya tubuh orang ini secara alami dapat mempertahankan
keseimbangan dirinya dengan cukup baik, sebaliknya pada tahap
pertumbuhan yang cepat, keseimbangan ini terganggu. Ini terlihat dari
menurunnya nafsu makan, mudah lelah gampang tersinggung dan
pergaulannya secara sosial memburuk.

10
5. Kecanggungan
Pertumbuhan yang cepat ini hampir selalu diiringi dengan adanya perasaan
canggung. Anak anak yang sebelumnya sudah memperlihatkan koordinasi
tubuh yang baikakan trlihat seperti anak yang lambat dan sering terlihat
seperti akan tersandung oleh kakinya sendiri, apabila perumbuhan yang
cepat tadi menjadi sedikit lambat, maka kecanggungan tersebut akan
menghilang dan digntikan dengan koordinasi motorik yang baik kembali.
5.) Perkembangan Fisik Anak Usia SD
Anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Secara fisik, anak SD
memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan
sesudanya.
1. Tinggi dan berat badan
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan
konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia
SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan
penambahan tinggi badan 5-7 cm pertahhun ( F.A Hadis 1996)
2. Proporsi dan bentuk tubuh
Anak SD kelas-kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang
kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai
berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5
atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah
mendekati seimbang. Berdasarkan tipologi Sheldon ( Hurlock 1980 )
ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD yaitu :
• Endomorph yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan
berbadan besar.
• Mesomorph yang kelihatannya kokoh, kuat dan lebih kekar
• Ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemak dan seperti
3. Otak
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lain,
pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan
Yussen, sebagian besar pertumbuhan otak terjadi pada usia dini.

11
Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak mencapai 90% dari
ukuran otak dewasa. Kematangan otak yang dikombinasikan dengan
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif anak.

6.) Makna Psikologis Ukuran Tubuh

Penting tidaknya ukuran tubuh anak secara psikologis akan sangat tergantung
pada bagaimana reaksi teman sebayanya terhadap ukuran tubuhnya. Pada
dasarnya anak tidak akan terlalu memperhatikan ukuran tubuh teman bermainnya,
kecuali bila ada tanda-tanda tubuh yang terlihat begitu mencolok. Bagi seorang
anak reaksi yang diperlihatkan teman sebayanya terhadap ukuran tubuhnya
mempunyai makna yang sangat penting. Karena perbedaan berat tubuh lebih
kentara dibandingkan perbedaan tinggi tubuh, maka anak yang berat badannya
mempunyai perbedaan yang mencolok dengan temannya, maka anak akan merasa
ada kelainan pada tubuhnya.

Sering terjadi bahwa kelainan berat seseorang akan menimbulkan dorongan


penambahan.Contoh : Seorang anak yang gemuk sekali, ia sudah menyadari
sebelum masuk sekolah bahwa dia gemuk dan teman-temannya akan melihatnya
sebagai anak gemuk dan orang dewasa biasanya akan memperlihatkan sikap iba
terhadap dirinya yang gemuk itu. Dia juga menyadari bahwa teman-temannya
tidak akan mengajak dia bermain karena dia terlalu lamban dan bodoh. Anak-anak
ini seringkali akan merasa sangat rendah diri dan merasa serba tidak mampu,
sebagai bentuk kompensasinya, seringkali mereka justru makan lebih banyak lagi
dan menjadi semakin gemuk dari semula dan semakin tidak diajak bermain teman.
7.) Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn
kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun,
adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Jadi dapat disimpulkan pula bahwa
perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmani

12
melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.
Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa
yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap
tidak berdaya.
Seandainya tidak ada gangguan fisik dan hambatan mental yang
mengganggu perkembangan motorik, secara normal anak yang berumur 6 tahun
akan siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam
kegiatan bermain teman sebaya. Sebagian tugas perkembangan anak yang paling
penting dalam masa prasekolah dan dalam tahun-tahun permulaan sekolah, terdiri
atas perkembangan motorik yang didasarkan atas penggunaan kumpulan otot yang
berbeda secara koordinasi. Jika tidak ada gangguan kepribadian yang
menghambat ,anak yang memiliki sifat yang sesuai dengan harapan masyarakat
akan melakukan penyesuaian sosial dan pribadi yang baik. Sebaliknya dalam diri
anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat,akan
berkembang perasaan tidak mampu yang akan melemahkan semangat mereka
untuk mencoba mempelajari apa yang telah dipelajari oleh teman sebaya mereka.
8.) Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus
a. Motorik Gerakan Kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari,
berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meninkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4tahun, anak sangat
mnyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari
tempat tinggi. Pada usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan
berbahaya bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba
seperti balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi
gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu
mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan

13
gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara
lain dapat dilihat saat anak menulis dan menggambar.

9.) Perkembangan Motorik Usia SD


Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat
dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan
badannya. Untuk memperhalus keterampilan- keterampilan motorik, anak-anak
terus melakukan aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan. Disamping itu anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas
permainan olahraga yang bersifat formal sperti senam, berenang,dll.
Berikut beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode
ini, antara lain :
KEMAMPUAN MOTORIK
Anak usia 6th Anak usia 7th
Ketangkasan Meningkat Mulai membaca dengan lancar
Melompat tali Cemas terhadap kegagalan
Bermain sepeda Peningkatan minat pada bidang sepiritual
Mengetahui kanan dan kiri Kadang malu atau sedih
Mungkin bertindak menentang
Menguraikanobjek-objek dengan gambar

KEMAMPUAN MOTORIK
Anak usia 8-9th Anak usia 10-12th
Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik Perubahan sikap berkaitan dengan postur
meningkat tubuh, puberitas mulai nampak
Mampu menggunakan peralatan rumah Mampu melakukan aktivitas rumah
tangga tangga, seperti mencuci, menjemur,dll.
Keterampilan Lebih ndividual Keinginan untuk menyenangkan orangtua
Ingin terlibat dalam sesuatu Mula tertarik dengan lawan jenis
Menyukai kelompok dan mode
Mencari teman secara aktif

14
C. PERKEMBANGAN MENTAL ANAK SEKOLAH DASAR

1.) Pengertian Kesehatan Mental

Menurut Pieper dan Uden (2006) , kesehatan mental adalah suatu keadaan
dimana seseorang memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya dan dapat
menerima kekurangan atau kelemahan diri sendiri , mampu menghadapi masalah-
masalah dalam hidupnya , tidak memiliki perasaan terhadap diri sendiri , serta
memiliki kebahagiaan dalam hdupnya.Anak usia 6- 12 tahun biasa disebut dengan
middle childhood dimana mengalami peningkatan pertumbuhan, kekuatan, dan
kemampuan fisik.

2.) Proses Pembentukan Kesehatan Mental

Kesehatan mental biasa terbentuk melalui peranan keluarga, pola asuh


orang tua dalam menghadapinya dan menyelesaikan persoalan secara modelling
menurun kepada anak. Pola komunikasi dan interaksi yang dijalankan dalam
keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan dan pembentukan
mental anakyang sehat.

3.) Dampak Anak yang Terasingkan/ Gangguan mental

Dampak anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi yang lebih besar
dalam usia menjelang dewasa.Jika anak- anak lemah dalam menghadapi ejekan
dari anak lainnya, maka hal tersebut akan membentuk perilaku dan proses
belajarnya yang terganggu. Anak yang diasingkan bereaksi dengan menarik diri
dan biasanya mereka sulit untuk diatur. Bahaya nya dari keadaan ini adalah terjadi
keadaan yang dapat mengakibatkan rasa inferioritas atau perasaan kurang
berharga dapat diperoleh dari anak itu sendiri atau dari lingkungan nya. Anak usia
sekolah dasar yang menderita keterbatasan fisik atau mental bias menyulitkan
mereka dalam mendapatkan keterampilan tertentu dan beresiko mengalami
inferior.

15
Gangguan mental dan perilaku dikatakan sekitar 20% dari semuaanak-
anak mereka terganggu pada tingkah laku dan kemampuan fungsi sekolah,
dirumah dan masyarakat. Perilaku kekerasan pada anak disebabkan oleh gangguan
psikososial, disebaban oleh pola asuh orang tua dan tayangan televisi juga
berpengaruh bagi faktorpemicu psikososial.

4.) Ciri Perilaku Anak yang Memiliki Gangguan Mental

1. Motivasi kurang

2. Isolasi Sosial

3. Perilaku makan dan tidur yang buruk

5. Sukar mengatur keuangan

6. Penampilan tidak rapih

7. Lupa melakukan sesuatu

8. Kurang perhatian

9. Bertenegkar

10. Berbicara sendiri

5.) Peran Guru dalam Kesehatan Mental Anak Sekolah Dasar

Dalam membina kesehatan mental peserta didik, hal yang bias dilakukan
seorang guru seperti;

1. Untuk mencapai kesehatan fisik selain orang tua dirumah guru,


memiliki peranan memberikan pengajaran yang berhubungan dengan
kebugaran.Materi kesehatan jasmani penting untuk kebugaran tubuh dalam proses
belajar mengajar. Jika anakbugar maka ia akan sehat secara fisik, kuat, aktif, serta
aliran oksigen dan peredaran fungsi lainnya berjaan dengan baik.

16
`2. Aspek psikologis, Bagaimana seorang anak memiliki keterbatasan
dalam mengatasi stress. Stres ini muncul dalam banyak hal. Ketidak mampuan
menghadapitugas sekolah, ketidak mampuan menghadapi lingkungan sosilal,
ketidak mampuan menyesuaikan diri, ketidak mampuan belajar dan hal lainnya.
Guru sangat berperan penting untuk memahami perubahan perubahan psikologis
peserta didik.

3. Sosial, dari segi social guru berperan untuk melakukan observasi,


mencari informasi, melakukan penekatan pada anak dan memberikan cara efektif
yang dapat digunakan afar anak bias menyesuaikan diri dengan lingkungan nya.

4. Mengajak anak didik untuk peduli terhadap sesame teman.

D. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL ANAK SEKOLAH DASAR

1.) Latar Belakang Perkembangan Intelektual Pada Anak


Anak usia SD dalam tingkat perkembangannya sangat memerlukan
perhatian khusus baik dari orang tua maupun guru. Anak usia SD adalah anak
yang berada pada rentang usia 6 sampai 13 tahun dengan karakteristiknya yang
unik dan sedang menempuh pendidikan jenjang SD/MI (Kurnia et.al., 2008: 1_1).
Pentingnya peran orang tua dan guru dalam mendidik anak menjadi dasar
terbentuknya karakter serta keberhasilan anak di masa depan. Misal dalam kasus
anak usia SD yang umumnya mulai belajar berinteraksi dan bekerjasama secara
berkelompok. Anak usia SD pada kelas rendah masih dominan sifat egosentris
sehingga memerlukan bimbingan orang tua atau guru dalam berinteraksi dengan
temantemannya untuk mencegah terjadinya konflik sebaya pada anak. Artikel ini
adalah sebuah pengantar yang akan membahas lebih spesifik terkait hal-hal yang
penting untuk dikaji di dalam praktik mendidik anak usia SD.

17
2.) Pengertian Perkembangan Intelektual/Kognitif Pada Anak
Intelektual adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu atau kemampuan
yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi. Dalam
pengertian yang lain, intelektual merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa
makhluk hidup yang hanya dimiliki manusia, dan sejak itulah potensi intelektual
ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan individu,
dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya akan semakin berarti lagi bagi
manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya dengan
lingkungan.2 Menurut Bloom perkembangan intelektual yang cepat dan intensif
terjadi pada tahun-tahun pertama. Berdasarkan model yang didapat dari penelitian
longitudinal3 diketemukan bahwa pada umur satu tahun dicapai 20% dan pada
umur 17 tahun 100% perkembangan intelektual. Penalaran yang selanjutnya
adalah bahwa pada umur 4 tahun tercapai 50% dan pada umur 8 tahun tercapai
80% perkembangan intelektual. Angka-angka tersebut hanya merupakan petunjuk
terhadap proses-proses yang terjadi dan bukan pencerminan realitas eksak. Namun
hal tersebut dapat menjelaskan bahwa tahun-tahun kehidupan pertama dan tahun-
tahun sekolah pertama merupakan mata rantai yang penting dalam perkembangan
intelektual anak.

Perkembangan intelektual anak merupakan kemampuan jiwa atau psikis


yang relatif menetap dalam proses berpikir untuk membuat hubungan-hubungan
tanggapan, serta kemampuan memahami, menganalisis, mensintesiskan, dan
mengevaluasi. Intelektualitas berfungsi dalam pembentukan konsep yang
dilakukan melalui pengindraan pengamatan, tanggapan, ingatan, dan berpikir.
Pemahaman yang baik akan perkembangan intelektual anak akan membuat guru
dan orang tua dapat melakukan treatment yang benar guna menstimulasi
perkembangan intelektual anak.

Selama masa SD terjadi perkembangan kognitif yang pesat pada anak.


Anak mulai belajar membentuk sebuah konsep, melihat hubungan, dan
memecahkan masalah pada situasi yang melibatkan objek konkret dan situasi

18
yang tidak asing lagi bagi dirinya. Anak juga sudah mulai bergeser dari pemikiran
egosentris ke pemikiran yang objektif (Slavin, 2011: 50-51). Anak mampu
mengerti adanya perpindahan pada hal yang konkret serta sudah memahami
persoalan sebab akibat. Anak mampu memaknai suatu tindakan dianggap baik
atau buruk dari akibat yang ditimbulkan (Suparno, et. al., 2002: 56).

3.) Tahapan Perkembangan Intelektual Anak


Tahapan perkembangan Piaget menggambarkan tahapan perkembangan
intelektual normal, dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Hal ini termasuk
pemikiran, penilaian, dan pengetahuan. Empat tahap perkembangan intelektual
(atau kognitif) Piaget adalah:

1) Tahap Sensorimotor

Selama tahap awal, bayi hanya menyadari apa yang ada di depan mereka.
Mereka fokus pada apa yang mereka lihat, apa yang mereka lakukan, dan interaksi
fisik dengan lingkungan terdekat mereka. Karena mereka belum tahu bagaimana
hal-hal bereaksi, mereka terus-menerus bereksperimen dengan kegiatan-kegiatan
seperti mengguncang atau melempar barang-barang, memasukkan barang ke
mulut mereka

Antara usia 7 dan 9 bulan, bayi mulai menyadari bahwa suatu objek ada
walaupun tidak dapat dilihat lagi. Tahapan ini adalah tanda bahwa memori
berkembang.

Setelah bayi mulai merangkak, berdiri, dan berjalan, peningkatan mobilitas


fisik mereka menyebabkan peningkatan perkembangan kognitif. Menjelang akhir
tahap sensorimotor (18-24 bulan), bayi mencapai tahapan penting lainnya, yaitu
perkembangan bahasa. Hal ini menandakan bahwa mereka sedang
mengembangkan beberapa kemampuan simbolis.

19
2) Tahap Praoperasional

Selama tahap ini (balita hingga usia 7 tahun), anak-anak kecil dapat
memikirkan hal-hal secara simbolis. Penggunaan bahasa mereka menjadi lebih
dewasa. Mereka juga mengembangkan ingatan dan imajinasi, yang
memungkinkan mereka untuk memahami perbedaan antara masa lalu dan masa
depan, dan terlibat dalam khayalan.

Tetapi pemikiran mereka didasarkan pada intuisi dan masih belum sepenuhnya
logis. Mereka belum dapat memahami konsep yang lebih kompleks seperti sebab
dan akibat, waktu, dan perbandingan. 

3) Tahapan Concrete Operational

Pada saat ini, anak-anak usia sekolah dasar dan pra-remaja usia 7 hingga 11
mulai menunjukkan kemampuan berpikir logis dan konkrit. Pemikiran anak-anak
mulai mampu memahami perspektif orang lain dan mereka semakin sadar akan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di kehidupan mereka. Mereka mulai menyadari
bahwa pikiran dan perasaan seseorang adalah unik. Selama tahap ini, sebagian
besar anak masih tidak dapat berpikir secara abstrak atau hipotesis.

4) Tahapan Formal Operational

Remaja yang mencapai tahap keempat perkembangan intelektual ini, biasanya


berusia 11 tahun keatas. Mereka mampu secara logis menggunakan simbol yang
terkait dengan konsep abstrak, seperti perhitungan aljabar dan sains. Remaja dapat
memikirkan banyak variabel secara sistematis, merumuskan hipotesis, dan
mempertimbangkan kemungkinan. Mereka juga dapat merenungkan hubungan
dan konsep yang tidak terlihat seperti keadilan, toleransi, dan lain lain.

20
4.) Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Intelektual Anak
Peserta didik usia SD/MI senantiasa dihadapkan pada pelbagai
pengalaman di dalam dan di luar rumah atau sekolah dalam kehidupan sehari-
harinya. Anak-anak dengan usia dan tingkat perkembangan kognitif yang sama
dan melihat obyek yang sama, dapat memiliki persepsi yang berbeda tentang
obyek tersebut.7 Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi tingkat perkembangan
intelektual anak yang kemudian memberikan penafsiran yang berbeda mengenai
sebuah obyek yang dilihatnya.

1. Kedewasaan (Kematangan)
Kematangan mempunyai peranan penting dalam perkembangan kognitif, akan
tetapi faktor ini saja tidak cukup mampu menjelaskan segala sesuatu tentang
perkembangan kognitif. Oleh karena itu membutuhkan faktor-faktor yang lain
yang dapat menunjang perkembangan intelektual anak yakni pengalaman.

Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan manifestasi


fisik lainnya yang sangat mempengaruhi perkembangan intelektual anak. Karena
perkembangan fisik normalnya akan berbanding lurus dengan pemahaman
mengenai suatu obyek dan gejala.Dengan demikian dalam perkembangan
intelektual tersebut, Waktu (timing) menjadi hal yang sentral sebab, setiap
perkembangan yang baik adalah perkembangan yang sesuai dengan tingkat
kematangan anak.

2. Pengalaman Fisik
Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstraksi
berbagai sifat fisik benda-benda.Pengalaman fisik yang dialami oleh anak juga
menjadi faktor yang menentukan perkembangan intelektual peserta didik.
Pengalaman yang berbeda dari setiap anak akan melahirkan berbagai interpretasi
dan sikap terhadap sesuatu yang sama. Tipe pengalaman yang didapat anak secara
langsung juga akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak
langsung dari orang lain atau informasi dalam buku, film, dsb.

21
Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, di manaseseorang
mencoba membuat lingkungannya itu mempunyaiarti bagi dirinya. Proses yang
aktif ini melibatkan seorangindividu mengakui secara selektif aspek-aspek yang
berbeda darilingkungan, menilai apa yang dilihatnya dalam hubungannyadengan
pengalaman masa lalu, dan mengevaluasiapa yang dialaminyaitu dalam kaitannya
dengan kebutuhan dan nilai-nilainya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan
pengalaman seseorangitu seringkali berbeda sifatnya, persepsinya terhadap
lingkunganjuga akan berbeda. Contohnya, peserta didik yang ada dalamsebuah
kelas yang seringkali mempunyai perbedaan dalamberpengharapan(expectacy)
mengenai suatu jenis pelajaran, sehinggahasil yang diperoleh dari pelajaran yang
sama akan berbedabeda.Sebagai tambahan keterangan dari hal-hal istimewa
ini,proses belajar di masa yang lampau dari seorang siswa didikakan memainkan
peranan penting dalam menentukan apa yangia ketahui di kemudian hari.

3. Pengalaman Logika Matematik


Bila anak mengamati benda-benda, selain pengalaman fisik ada pula
pengalaman lain yang diperoleh anak itu, yaitu pada waktu ia mengkonstruksi
hubungan-hubungan antara obyek-obyek. Misalnya anak yang sedang menghitung
beberapa kelereng yang dimilikinya dan ia memiliki “sepuluh” kelereng. Konsep
“sepuluh” bukannya sifatnya kelereng – kelereng itu, melainkan sifat konstruksi
lain yang serupa, yang disebut pengalaman logika matematika, untuk
membedakannya dari pengalaman fisik, Proses konstruksi biasanya disebut
abstraksi reflektif.

4. Transmisi Sosial
Bagi perkembangan intelek anak-anak, orang dewasa memainkan peran yang
sangat pentingdalam menciptakan lingkungan yang baik. Dialog orang tua dengan
anak merupakan aspek-aspek lingkungan yang dimaksudkan. Dialog itu dilakukan
dalam bentuk interaksi langsung melalui percakapan verbalistik, pemberian
contoh yang tepat dan baik, tindakan sebagai model pribadi yang menyenangkan
dan tindakan sebagai cermin perilaku dan mental yang sehat. Orang tua harus
bersikap matang dan mantap sehingga dia mampu menciptakan iklim lingkungan

22
yang sehat bagi perkembangan anak. 12 Anak dapat menerima transmisi sosial
apabila anak ada dalam keadaan mampu menerima informasi. Untuk menerima
informasi, tentu terlebih dahulu anak harus memiliki struktur kognitif yang
memungkinkan anak dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi
tersebut.13Penjelasan dari guru, orang tua, pemerolehan informasi dari buku,
meniru, merupakan bentuk-bentuk transmisi sosial yang bisa dilakukan oleh anak
untuk menyerap unsur-unsur kebudayaan dalam alam pikiran anak.

5. Pengaturan Diri
Kepribadian anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu
kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
berdasarkanpadapenyesuaian diri dan cara pandang anak terhadap dirinya sendiri
(konsep diri) disebut penyesuaian diri. 14 Berdasarkan hasil temuannya,
sebagaimana dipaparkan Ratna Wilis Dahar, Piaget mengungkapkan bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran anak. Oleh karena itu pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran anak didiknya,
tetapi melalui pemerolehan yang diawali dengan terjadinya konflik kognitif.
Terlebih lagi yang menyangkut pada pembentukan pengetahuan fisik dan
pengetahuan logika matematik. Pengetahuan ini dibangun sendiri oleh anak
melalui pengalaman dengan adanya peristiwa interaksi antara struktur kognisi
awal yang dimilikinya dengan informasi dari lingkungankonflik kognitif terjadi
pada saat berlangsung interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki anak
dengan adanya fenomena-fenomena baru yang ditemui anak. Fenomena baru
dengan konsepsi awal tidak dapat dintegrasikan begitu saja. Pengintegrasian
memerlukan suatu modifikasi atau perubahan struktur kognitif anak agar
mencapai keseimbangan.

23
5.) Kendala dalam Perkembangan Intelektual anak

Dalam prosesnya saat anak mengalami fase-fase perkembangan


intelektual, dapat juga terjadi kendala-kendala seperti berikut. Kendala ini yang
mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan:

a) Kelambanan perkembangan otak yang dapat mempengaruhi


kemampuan bermain dan belajar di sekolah serta penyesuaian diri dan
sosial anak. Terjadinya kelambanan biasanya disebabkan oleh tingkat
kecerdasan di bawah normal dan kurangnya mendapat kesempatan
mendapat pengalaman baik dari guru maupun orang tua di rumah.
b) Konsep yang keliru dan salah yang disebabkan oleh informasi yang
salah, pengalaman terbatas, mudah percaya, penalaran keliru, dan
imajinasi yang sangat berperan, pemikiran tidak realistis, serta salah
menafsirkan arti.
c) Kesulitan dalam membenarkan konsep yang salah dan tidak realistik.
Hal ini biasanya berkenaan dengan konsep diri dan sosial, yang kadang
mengakibatkan kebingungan pada anak sehingga menghambat
penyesuaian diri dan sosial anak.

6.) Implikasi Perkembangan Intelektual terhadap Perilaku Anak


Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak
suatu obyek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik. Dengan
demikian, belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima
(sikap positif) atau menolak (sikap negatif) sesuatu obyek. Pernyataan senang atau
tidak senang seseorang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh tingkat
pemahaman (aspek kognitif) terhadap obyek tersebut. Oleh karena itu, tingkat
penalaran (kognitif) terhadap suatu obyek dan kemampuan untuk bertindak
(psikomotorik) terhadap obyek tersebut turut menentukan sikap seseorang
terhadap obyek yang bersangkutan. Dari pemaparan di atas, dapat dikatakan
bahwa perkembangan intelektual yang terwujud pada pemahaman individu

24
terhadap obyek dan fenomena yang ia temui akan berpengaruh terhadap
keputusan dan sikap yang ia lakukan. Hal ini tidak terlepas dari nilai-nilai yang
dipelajari oleh individu dari lingkungannya baik di rumah, di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Dengan dipelajarinya nilai-nilai tersebut maka seorang
individu akan memiliki tolok ukur atau batasan dalam mengambil sikap dan
berperilaku. Dengan demikian, hubungan intelek dengan tingkah laku adalah
bahwa intelektual merupakan perwujudan dari tingkah laku adaptif yang terarah
kepada kontak dengan lingkungan dan kepada pemikiran. Proses interaksi
individu sesuai dengan perkembangan kognitifnya dilakukan melalui asimilasi
dan akomodasi. Sehingga semakin baik kemampuan intelektual seorang anak akan
turut mempengaruhi pola perilaku mereka dalam kehidupan.

7.) Implikasi Perkembangan Intelektual Anak Terhadap Proses


Pendidikan
Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan fungsi pendidikan nasional
Indonesia tersebut memiliki tujuan untuk mengembangkan peradaban bangsa
yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua hal yakni pengembangan
kemampuan kognitif dan sikap yang baik. Kedua tujuan ini merupakan hubungan
yang saling mempengaruhi sehingga kedua aspek ini perlu untuk mendapatkan
perhatian serius dari para pendidik agar pengajaran yang guru lakukan bermuara
pada pengembangan kedua aspek yang menjadi tujuan pendidikan nasional
Indonesia tersebut. Pada praktiknya, seorang pendidik harus memahami faktor-
faktor yang dapat menunjang peningkatan kapasitas intelektual peserta didik
sehingga program pengajaran yang dilakukan oleh pendidik mengarah pada
faktor-faktor penunjang perkembangan intelektual peserta didiknya. Misalkan

25
memberikan contoh bertutur kata yang baik, memberikan materi sesuai dengan
tahap perkembangan intelektual peserta didik, menjadikan lingkungan sebagai
sumber dan media belajar dan lain sebagainya. Karena jika para pendidik tidak
memahami pola perkembangan intelektual anak didiknya, akan sangat berpotensi
seorang pendidik tersebut keliru dalam melakukan treatment bagi peserta
didiknya.

8.) Upaya-Upaya Meningkatkan Kemampuan Intelektual Anak


Skeels dan Dye, sebagaimana dikutip Hadisubrata, pada tahun 1939 telah
mengadakan penelitian pada sekelompok anak yatim piatu yang dimasukkan ke
asrama yang diperuntukkan bagi anak yang terbelakang mentalnya. Di dalam
asrama tersebut, mereka mendapatkan pengasuh masing-masing yang
menghabiskan waktunya untuk bermain, berbicara bersama anak-anak tersebut
dan mengajari mereka secara informal. Selain itu, ditempat tersebut terdapat
mainan-mainan dan setelah mereka mampu berjalan merekadimasukkan ke TK
dimana mereka mendapatkan mainan dan stimulasi yang lebih tinggi. Setelah
berjalan selama empat tahun, kelompok ini mendapat tambahan nilai IQ rata-rata
32. Sebaliknya kelompok lain, yang tetap berada dipanti asuhan yang penuh sesak
penghuninya dan tanpa ada orang yang memperhatikan mereka secara khusus,
justru nilai IQ mereka berkurang 21.

Dari penelitian di atas dapat dikatakan bahwa stimulasi yang paling efektif
untuk perkembangan intelektual pada dasarnya bersifat verbal dan non verbal.
Sehubungan dengan hal ini, perlu kita catat bahwa permainan dan barang-barang
mainan dapat menjadi stimulasi yang sangat efektif bagi anak, karena dapat
memberinya pengalaman-pengalaman yang penting bagi perkembangan
intelektualnya. Karena bagi anak, bermain adalah belajar dan tidak ada pemisahan
antara keduanya. Sesuai dengan konsep perkembangan intelektual dari Bloom dan
Binet di awal pembahasan di atas, kiranya dapat kita ambil kesimpulan bahwa
dalam upaya peningkatan kapasitas intelektual anak harus dimulai dari usia-usia
awal perkembangan anak dan harus mendapatkan treatment atau perlakuan yang
benar sesuai tingkat kematangan anak agar perkembangan inteligensi anak dapat

26
berkembang secara optimal. Dalam hal ini, peran orangtua dan guru sangatlah
penting sebagai pembimbing bagi anak-anaknya.

E. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK SEKOLAH DASAR


1.) Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam


pergaulannya atau berhubungan dengan orang lain. Pada perkembangan bahasa
dimulai dengan meniru suara atau bunyi tanpa arti dan diikuti dengan ucapan satu
suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya. Sehingga
dengan bahasa anak dapat berhubungan sosial dengan tingkat perilaku sosialnya.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti


faktor intelegensi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbahasa. Semakin besar anak tumbuh dan berkembang, kemampuan bahasanya
mulai berkembang dari tingkat sangat sederhana menuju yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan karena bahasa pada dasarnya
merupakan hasil belajar dari lingkungannya. Anak belajar bahasa seperti halnya
belajar hal lain, yaitu dengan meniru dan mengulang kata- kata yang dipakai oleh
orang dewasa.

Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun,
saat ia mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya
kemampuan penguasaan alat berkomunikasi (memahami dan dipahami orang
lain), baik dengan lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda- tanda dan isyarat.
Pada usia anak memasuki sekolah dasar, kemampuan bahasa anak sudah sampai
pada tingkat dapat membuat kalimat lebih sempurna, dapat menyusun kalimat
majemuk, dan dapat menyusun dan mengajuka pertanyaan.

2.) Perkembangan Bahasa Anak Sekolah Dasar

Kemampuan berbahasa yang paling terlihat pada anak usia sekolah dasar
adalah berbicara. Dengan berbicara membuat anak dapat bersosialisasi dan

27
diterima sebagai anggota kelompok di lingkungan sekitarnya dan membuat orang
lain mengerti apa yang diinginkan oleh anak.

Profil perkembangan dan pola pertumbuhan anak usia 6- 12 tahun menurut K.


Eileen dan Lynn R. Martotz, diantaranya adalah:

a. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 6- 12 tahun:


1) Berbicara tanpa henti (bisa digambarkan seperti pengoceh).
2) Bercakap- cakap seperti orang dewasa (banyak bertanya).
3) Mempelajari lima sampai sepuluh kata setiap hari (kosa katanya terdiri
dari 10.000 sampai 14.000 kata.
4) Menggunakan bentuk kata kerja, urutan kata dan struktur kalimat yang
tepat.
5) Menggunakan bahasa dan bukan tangisan disertai teriakan atau agresi
fisik untuk mengungkapkan ketidaksenangan misalnya, “ini punyaku!
Kembalikan, kamu bodoh”.
6) Berbicara sendiri sambil menentukan langkah- langkah yang
diperlukan untuk mencegah masalah sederhana walaupun terkadang
logikanya mungkin tidak jelas bagi orang dewasa.
7) Menirukan ucapan yang sedang populer.
8) Senang menceritakan lelucon dan teka- teki.
9) Senang dibacakan cerita dan mengarang cerita.
10) Mampu belajar lebih dari satu bahasa (melakukannya dengan spontan
dalam keluarga dwibahasa atau multibahasa.
b. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 7 Tahun:
1) Suka menulis cerita pendek dan menceritakan dongeng khayalan.
2) Menggunakan susunan kalimat dan bahasa percakapan seperti orang
dewasa.
3) Menjadi semakin tepat dan luas dalam menggunakan bahasa (semakin
banyak menggunakan kata sifat deskriptif dan kata keterangan).
4) Menggunakan gerak tubuh untuk menggambarkan percakapan.

28
5) Mengkritik hasil karya sendiri (“Saya tidak mewarnai gambar dengan
benar”).
6) Membesar- besarkan kejadian adalah hal yang wajar: (“Saya minum
delapan gelas cola pada waktu piknik”).
7) Menjelaskan kejadian sesuai dengan kemampuan atau kebutuhan.
(“Hari ini tidak hujan karena saya akan pergi ke kebun binatang”).
8) Menggambarkan pengalaman secara rinci (“Pertama, kami
memarkirkan mobil, lalu kami berjalan kaki melewati lorong yang
kecil yang sangat jauh, setelah itu kami sampai dirumah nenek dan
langsung beristirahat...”)
9) Memahami dan menjalani perintah dalam beberapa tahap (sampai lima
tahap dan terkadang minta ulang perintahnya karena tidak
mendengarkan seluruhnya ketika pertama kali perintahnya
disampaikan)
10) Senang menulis pesan dan catatan singkat untuk temannya.
c. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 8 Tahun:
1) Senang menceritakan lelucon dan teka- teki.
2) Mengerti dan melakukan instruksi beberapa tahap (sampai lima tahap
dan mungkin minta diulang karena tidak mendengar seluruhnya).
3) Membaca dengan mudah dan memahaminya.
4) Menulis surat atau mengirim pesan kepada teman, termasuk deskripsi
yang imajinatif dan mendetail.
5) Menggunakan bahasa untuk mengkritik dan memuji orang lain
(mengulang- ulang ucapan popular dan kata umpatan).
6) Memahami dan mengikuti aturan tata kalimat dalam percakapan dan
bentuk tertulis.
7) Berminat mempelajari kode kata rahasia dan menggunakan bahasa
kode.
8) Berbicara dengan orang dewasa dengan lancar, mampu berpikir dan
berbicara mengenai masa lampau dan masa depan (“bu, jam berapa
kita berangkat ke kebun binatang minggu depan”).

29
d. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 9- 10 Tahun:
1) Senang berbicara dan sering kali tidak berhenti tanpa alasan yang jelas
(kadang digunakan sebagai alat untuk mendapatkan perhatian).
2) Mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif melalui kata-
kata.
3) Memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem komunikasi
dengan orang lain.
4) Menggunakan ucapan populer yang sering diucapkan teman sebayanya
(“keren”, “mantap”).
5) Mengenali bahwa beberapa kata mempunyai arti ganda (“panjang
tangan, “mengadu domba”)
6) Menganggap perumpamaan yang tidak masuk akal atau permainan
kata dalam lelucon dan teka- teki sebagai sesuatu yang lucu.
7) Menunjukkan pemahaman tingkat tinggi mengenai urutan tata bahasa
(mengenali apabila ada kalimat yang tata bahasanya tidak tepat).
e. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 11- 12 Tahun:
1) Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase
ini (hanya sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun
mendatang)
2) Senang berbicara dan berargumentasi, sering tidak pernah berhenti,
dengan siapa pun yang mau mendengarkan.
3) Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks.
4) Semakin menguasai kosa kata yang kompleks, bertambah 4000 sampai
5000 kata baru tiap tahun, menggunakan kosa kata dengan terampil
untuk mengembangkan cerita dan menggambarkannya dengan jelas.
5) Menjadi pendengar yang suka berfikir.
6) Mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang tersirat atau
bertujuan (ketika ibunya bertanya, “apakah PR mu sudah dikerjakan?”

30
ibunya bermaksud untuk mengatakan kami sebaiknya berhenti
bermain, ambil buku dan mulailah mengerjakan PRmu).
7) Mempunyai selera humor dan senang menceritakan lelucon atau hal-
hal lucu, teka- teki, dan sajak untuk menghibur orang lain.
8) Menguasai beberapa gaya bahasa yang bisa berubah- ubah berdasarkan
situasi (gaya formal ketika berbicara dengan guru, gaya kasual ketika
berbicara dengan orang tua, dan gaya memaki ungkapan populer dan
kata rahasia ketika mengobrol bersama teman).
3.) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Sekolah
Dasar

Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak menurut Yusi


Riska (2009: 148), sebagai berikut:

a. Kesehatan

Kondisi kesehatan yang kurang baik membuat anak mengalami kelambanan


perkembangan bahasa karena kemampuan memproses informasi memiliki
kendala. Kesehatan yang buruk juga membuat interaksi anak dengan lingkungan
menjadi terbatas sehingga perbendaharaan kata anak juga menjadi terbatas.

b. Intelegensi

Anak- anak dengan kecerdasan yang tinggi mampu membaca dan memahami
pembicaraan pada usia yang sangat muda, anak- anak dengan intelegensi normal
akan memiliki kemampuan berbahasa secara baik, anak dengan keterbelakangan
mental yang paling rendah sangat miskin dalam berbahasa.

c. Status Sosial Ekonomi

Anak dari kalangan keluarga yang kurang mampu mengalami hambatan dalam
berbahasa karena akses untuk mengenal huruf sebagai lambang dan bunyi
terbatas, dan kesempatan belajar serta asupan gizi yang diperoleh anak tersebut
juga terbatas.

31
d. Jenis Kelamin

Vokalisasi anak perempuan lebih cepat sejak usia dua tahun. Interaksi yang
lebih intens antara anak perempuan dengan orang tua dan teman sebaya juga
membuat perbendaharaan kata semakin meningkat. Interaksi di sekolah antar anak
perempuan dan anak laki- laki tanpa membedakan jenis kelamin dapat membuat
perkembangan bahasa anak perempuan dan laki- laki berkembang dengan
optimal.

e. Hubungan Keluarga

Pola asuh keluarga yang demokratis dan autoritatif yang menempatkan anak
sebagai bagian dari keluarga membuat anak belajar dan memperoleh contoh
bagaimana berkomunikasi dengan baik dan memiliki kebebasan untuk
menyatakan dan mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakan melalui
beragam bahasa.

f. Akses Komunikasi

Keterbukaan dan dukungan untuk bergaul dengan lingkungan sekitar


mendorong kemampuan berbahasa anak berkembang dengan optimal.

4.) Masalah Perkembangan Bahasa Anak

Masalah yang dihadapi anak berkenaan dengan perkembangan bahasa dapat


diidentifikasi dalam tiga kelompok (Yusi Riska: 149), yaitu:

a. Tidak atau kurang menguasai keterampilan berbahasa

Permasalahan yang meliputi kelambanan dalam mengenal dan mengingat


huruf, miskinnya kosa kata, kelambanan memahami bunyi, dan
ketidakmampuan mengucapkan atau melafalkan huruf sehingga membuat
anak kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran disekolah.

b. Hambatan Komunikasi

32
Komunikasi yang dilakukan seringkali menghadapi hambatan sehingga
menyebabkan komunikasi tidak lancar. Hambatan yang dihadapi seperti sikap
menilai yang meliputi mengkritik, memberikan panggilan yang tidak
menyenangkan, memberikan pernyataan yang tidak tepat, mengganggu
perhatian dan pembicaraan seperti memotong pembicaraan dan tidak
memperhatikan pembicaraan

c. Penggunaan Bahasa Kedua

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menuntut anak mempergunakan


bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar sehari- hari. Kondisi ini membawa
dampak baik bagi penguasaan bahasa ibu sebagai bahasa pertama maupun bahasa
indonesia sebagai bahasa kedua. Sebagian anak menjadi tidak mampu berbahasa
ibu lagi karena penggunaan bahasa indonesia, atau sebagian mencampur aduk atau
mempergunakan bahasa ibu dan bahasa indonesia secara bersaman, sebagian lagi
merasa kesulitan untuk mengikuti bahasa indonesia karena dianggap sebagai
bahasa yang sulit.

F. PERKEMBANGAN EMOSI ANAK SEKOLAH DASAR

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistimatis,


progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir
hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami
individu menuju tingkat kedewsaan atau kematangan. Sedangkan emosi adalah
berasal dari kata Emotus atau Emovere yang berarti sesuatu yang mendorong
terhadap sesuatu, misalnya emosi gembira mendorong untuk tertawa. Emosi sedih
mendorong untuk menangis.

Perkembangan emosional anak adalah salah satu tahap tumbuh kembang


anak untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengendalikan emosi sendiri

1.) Perkembangan emosi pada anak usia antara 5 sampai 12 tahun


(sekolah dasar) yaitu:

33
1. Pada usia 5 sampai 6 tahun anak mulai mempelajari kaedah dan aturan
yang berlaku, anak mempelajari konsep keadilan dan anak mulai mampu
menjaga rahasia. Ini adalah ketrampilan yang menuntut kemampuan untuk
menyembunyikan informasi-informasi.
2. Anak usia 7 sampai 8 tahun perkembangan emosi anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga.
3. Usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi social
dan dapat merespon stres emosional yang terjadi pada orang lain.Selain itu
dapat mengontrol emosi negative seperti takut dan sedih, anak belajar apa
yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar
beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol.
4. Usia 11 – 12 tahun pengertian anak tentang baik buruk, tentang norma-
norma, aturan, serta nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat usia kanak-kanak
awal.

2.) Fungsi dan Macam-Macam Ekspresi Emosi pada Anak

Fungsi dan pranan emosi pada perkembangan anak adalah sebagai


berikut:

 Merupakan bentuk komunikasi.


 Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri
anak dengan lingkungan sosialnya.
 Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
 Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi
satu kebiasaan.
 ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat aktivitas motorik
dan mental anak.

34
3.) Macam macam ekspresi emosi anak

Emosi dan perasaan yang umum pada peserta didik usia SD/MI adalah
rasa takut, khawatir /cemas, marah, cemburu, merasa bersalah dan sedih, ingin
tahu, gembira/ senang, cinta dan kasih saying, emosi pada anak yaitu:

1. Rasa Takut

 Takut yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang membahayakan.Rasa


takut terhadap sesuatu, akan berlangsung melalui tahapan
 Mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan
yang terdapat padaobjek.
 Timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya.
 Rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindari
bahaya.

2. Rasa malu

Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri
dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.

3. Rasa canggung

Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap
manusia, bukan ada objek atau situasi.Rasa canggung berbeda dengan rasa malu
dalam hal bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak
dikenal atau orang yang sudah dikenal dan memakai pakaian seperti tidak
biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain

35
terhadap prilaku atau diri seseorang. Oleh karena itu rasa canggung merupakan
keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran diri.

4. Rasa khawatir

Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah


tanpa alasan.Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung
ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran
anak itu sendiri. Rasa khawatir timbul karena membayangkan situasi berbahaya
yang mungkin akan meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-
kanak, bahkan pada anakanak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.

5. Rasa cemas

Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenan dengan
sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh
kekhawatiran , ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak
dapat dihindari oleh seseorang ,disertai dengan perasaan tidak berdaya
karena merasa menemui jalan buntu,dan disertai pula dengan
ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dicapai.

6. Rasa marah

Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa
kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya adalah karena
rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini
anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk
memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka.

7. Rasa cemburu

Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang


yang nyata, dibayangkan , atau ancaman kehilangan kasih sayang.

8. Kegembiraan

36
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan
keriangan, kesenangan, atau kebahagiaan. Setiap anak berbeda beda intensitas
kegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai
batas-batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai contoh ada kecendrungan umur
yang dapat diramalkan, yaitu anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam
bentuk yang lebih menyolok dari pada anak-anak yang lebih tua.

9. Duka cita

Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang


disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.

10. Keingintahuan

Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan anak-anak sangat


banyak .Anak-anak menaruh minat terhadap segala sesuatu dilingkungan mereka,
termasuk diri sendiri.

4.) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak


adalah sebagai berikut.

1. Keadaan anak.

Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan


pada diri anak akan sangat mempenaruhi perkembangan emosional, bahkan akan
berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: Rendah diri, mudah
tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.

2. Faktor belajar

Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka


gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan emosi
antara lain: Belajar dengan coba-coba, anak belajar dengan coba-coba untuk

37
mengepresikan emosinya dalam bentuk prilaku yang memberi penguasan sedikit
atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.

3. Belajar dengan cara meniru.

Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan


emosi orang lain, anak bereaksi dengn emosi dan metode yang sama dengan
orang-orang diamati.Belajar dengan mempersamakan diri anak meniru reaksi
emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangannya yang sama dengan
rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru.Disini anak yang
meniru emosi orang yang dikagumi.

4. Belajar dengan membimbing dan mengawas

Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang.Dengan pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk beraksi terhadap
rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan
dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang
membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.

5. Belajar dengan pengondisian

Dengan meode atau cara ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing
reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi.Pengondisian terjadi
dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar,
mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.

Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan


yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak dapat
mengamati konflikkonflik tersebut, biasanya mengalami gangguan –gangguan
emosi.

5.) Ciri Khas Emosi Anak

38
Ciri khas emosi pada anak antara lain :
1. Emosi yang kuat
Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap
situasi yang remeh maupun yang serius. Anak pra remaja bahkan
bereaksi dengan emosi yang kuat terhadap hal-hal yang tampaknya bagi orang
dewasa merupakan soal sepele.

2. Emosi seringkali tampak


Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan
mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan
hukuman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi
yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang
ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima.
3. Emosi bersifat sementara
Peralihan yang cepat pada anak - anak kecil dari tertawa kemudian
menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang
merupakan akibat dari 3 faktor, yaitu :
a. Membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus
terang.
b. Kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena
ketidakmatangan intelektual dan pengalaman yang terbatas.
c.Rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah
dialihkan. Dengan meningkatnya usia anak, maka emosi mereka menjadi
lebih menetap.

4. Reaksi mencerminkan individualitas


Semua bayi yang baru lahir mempunyai pola reaksi yang sama.
Secara bertahap dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku
yang menyertai berbagai macam emosi semakin diindividualisasikan. Seorang
anak akan berlari keluar dari ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan

39
anak lainnya mungkin akan menangis dan anak lainnya lagi mungkin akan
bersembunyi di belakang kursi ataudi balik punggung seseorang.

5. Emosi berubah kekuatannya


Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang
sangat kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya
lemah berubah menjadi kuat. Variasi ini sebagian disebabkan oleh perubahan
dorongan, sebagian oleh perkembangan intelektual, dan sebagian lagi oleh
perubahan minat dan nilai.

6.Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku


Anak - anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka
secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui
kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang
gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.

6.) Tingkat Perkembangan Emosi

Tiga reaksi emosi yang paling kuat adalah rasa marah, kaku, dan
takut, yang terjadi akibat dari peristiwa – peristiwa eksternal maupunproses tak
langsung. Reaksi tersebut dapat tercermin dalam individu yang
meningkatkan aktivitas kelenjar tertentu dan mengubah temperature tubuh.
Reaksi umumnya berkurang sesuai proporsi kematangan individu. Hal ini
disebabkan oleh pebedaan jenis reaksi emosi, misalnya dengan penyebab
ketakutan pada diri seseorang anak mungkin disebabkan oleh jenis emosi
yang berbeda sesuai dengan tingkat perkembangannya.Tingkat perkembangan
emosi tidak terlepas dari tingkat kestabilanemosi seseorang yang meliputi :

1.Emosi stabil
Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai
kecenderungan percaya diri, cermat, kukuh. Mereka selaulu menjaga

40
pikiran walaupun dalam keadaan kritis sedangkan orang - orang di
sekitarnya kehilangan kendali.
2. Emosi stabil rata-rata
Seseorang yang mempunyai derajat rata -rata tingkat emosional
mempunyai kecenderungan emosi keseimbangan yang baik, sabar, tak
memihak, berkepala dingin. Mereka tidak kebal atas rasa khawatir
dan terkadang menunjukkan emosi yang aneh, namun ini adalah
pengecualian daripada kebiasaan.

3.Emosi labil
Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesa -
gesa, bernafsu, sentimental, mudah tergugah, khawatir dan bimbang.
Merekamungkin agaknya tertekan oleh kehidupan, hal ini membuat
mereka mudah terkena hal - hal negatif dan positif, sekaligus kerap
dipengaruhi oleh tragedi dan kesenangan serta tiak ada upaya
untuk bereaksi mengatasi peristiwa - peristiwa tersebut dalam hidup
(Wijaya, 2004)

G. PERKEMBANGAN MORAL ANAK SEKOLAH DASAR


1.) Pengertian moral

Moral berasal dari bahasa Latin "mos" (jamak: mores) yang berarti
kebiasaan, adat. Kata "mos" (mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos
dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan
dengan arti susila. Adapun pengertian moral yang paling umum adalah tindakan
manusia yang sesuai dengan ide-ide yang diterima umum, yaitu berkaitan dengan
makna yang baik dan wajar. Dengan kata lain, pengertian moral adalah suatu
kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh
umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu
mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Telah

41
banyak ahli yang mencoba memberikan pengertian moral. Seperti apa pengertian
moral menurut mereka?

Berikut ini beberapa Pengertian Moral Menurut para Ahli:

 Pengertian Moral Menurut Chaplin (2006): Moral mengacu pada


akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau
adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
 Pengertian Moral Menurut Hurlock (1990): moral adalah tata cara,
kebiasaan, dan adat peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya.
 Pengertian Moral Menurut Wantah (2005): Moral adalah sesuatu yang
berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar
salah dan baik buruknya tingkah laku.

Dari tiga pengertian moral di atas, dapat disimpulkan bahwa Moral adalah
suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan
kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moral sangat
berhubungan dengan benar salah, baik buruk, keyakinan, diri sendiri, dan
lingkungan sosial.

2.) Tahap-tahap Perkembangan Moral

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral


seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang
diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg.

Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar


dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat
teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring
penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan
moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas
pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada

42
prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama
kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari
penelitiannya.

Tahap-tahap perkembangan moral yang sangat dikenal diseluruh dunia


adalah yang dikemukakan oleh Lawrence E. Kohlbert (1995), yaitu sebagai
berikut:

a. Tingkat Prakonvensional

Tingkat prakonvensional adalah aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan


moral masih ditafsirkan oleh individu/anak berdasarkan akibat fisik yang
akan diterimanya baik berupa sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan.

Tingkat prakonvensional memiliki dua tahap, yaitu:

Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan


Pada tahap ini, akibat-akibat fisik pada perubahan menentukan baik
buruknya tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat
tersebut. Anak hanya semata-mata menghidari hukuman dan tunduk pada
kekuasaan tanpa mempersoalkannya.

Tahap 2: Orientasi relativis-instrumental


Pada tahap ini, perbuatan dianggap benar adalah perbuatan yang
merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan
kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antarmanusia
diipandang seperti huubungan di pasar yang berorientasi pada untung-rugi.

b. Tingkat Konvensional

43
Tingkat konvensional atau konvensional awal adalah aturan-aturan dan
ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga,
kelompok, atau masyarakat.

Tingkat konvensional memiliki dua tahap, yaitu:


Tahap 3: Orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut orientasi
“Anak Manis”
Pada tahap ini, perilaku yang dipandang baik adalah yang menyenangkan
dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka.

Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban


Pada tahap ini, terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap,
penjagaan tata tertib sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata
melakukan kewajiban sendiri, menhormati otoritas, aturan yang tetap, dan
penjagaan tata tertib sosial yang ada. Semua ini dipandang sebagai sesuatu
yang bernilai dalam dirinya.

c. Tingkat Pascakonvensional, Otonom, atau Berdasarkan Prinsip


Tingkat pascakonvensional adalah aturan-aturan dan ungkapan-
ungkapan moral dirumuskan secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan
prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari
otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip tersebut dan
terlepas pula dari identifikasi diri dengan kelompok tersebut.

Tingkat pascakonvensional memiliki dua tahap, yaitu:


Tahap 5: Orientasi kontrak sosial legalitas
Pada tahap ini, individu pada umumnya sangat bernada utilitarian.
Artinya perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak
dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah
disepakati oleh masyarakat. Pada tahap ini terdapat kesadaran yang jelas
mengenai relativisme nilai dan pendapat pribadi sesuai dengan relativisme

44
nilai tersebut. Terdapat penekanan atas aturan prosedural untuk mencapai
kesepakatan, terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional
dan demokratis, dan hak adalah masalah nilai dan pendapat pribadi.
Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandang legal, tetapi dengan
penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan
pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial. Di luar bidang hukum,
persetujuan bebas, dan kontrak merupakan unsur pengikat kewajiban.

Tahap 6: Orientasi prinsip dan etika universal


Pada tahap ini, hak ditentukan oleh suara batin sesuai dengan prinsip-
prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu kepada
komprehensivitas logis, universalitas, dan konsestensi logis. Prinsip-
prinsip ini bersifat abstrak dan etis, bukan merupakan peraturan moral
konkret. Pada dasarnya inilah prinsip-prinsip universal keadilan,
resiprositas, persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat kepada
manusia sebagai pribadi.

45
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Perkembangan adalah suatu proses perubahan kuantitatif dan kualitatif


individu dalam rentang kehidupannya mulai dari masa konsepsi,masa bayi,masa
kanak-kanak,masa anak,masa remaja,sampai masa (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara
sistematis,progresif,dan berkesinambungan. Perkembangan anak usia sekolah
dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang
merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Anak sekolah dasar adalah mereka
yang berusia antara 6 – 12 tahun atau biasa disebut dengan periode intelektual.
Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring dengan bertambahnya usia,
keterampilan yang dikuasaipun semakin beragam. Minat anak pada periode ini
terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak.

B. Saran

Diharapkan pembaca dapat menjadikan referensi, sekaligus untuk lebih


menela’ah makalah ini Penulis juga menyarankan kepada pembaca dengan

46
banyaknya kekurangan dalam makalah ini, diharapkan pembaca dapat
memberikan saran dan kritikan demi kebaikan makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, W.2018.Pengertian Anak SD.Yogyakarta : Eprints Poltekkes Kemenkes.

Gunarsah Singgih (2008). Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta.
GKM.

Kurnia, Ingridwati. dkk. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Latifa, Umi. “Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan
Perkembangannya” Journal of Multidisciplinary Studios. 1, no.2 (2017).
Academia. (diakses pada 21 Januari 2021).

Mardison Safri, “Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/ Madrasah


Ibtidaiyah (SD/MI)” dalam
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alawlad/article/download/432/352
Diakses tanggal 23 Januari 2021.

Makmum Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta:


Pustaka Alkautsar, 2006)

47
48

Anda mungkin juga menyukai