Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan konseling naratif untuk mengurangi tingkat
glossophobia siswa SMA kelas X. Jenis peneltian ini adalah penelitian kuantitaif dengan metode
penelitian eksperimen. Bentuk desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one
group pre test-post test design. Alat pengumpul data yang dipakai adalah angket glossophobia
untuk mendapatkan data tingkat glossophobia siswa kelas X di SMAN 13 Surabaya. Subyek dalam
penelitian ini adalah 5 siswa dari 4 kelas X di SMAN 13 Surabaya yang memiliki skor
glossophobia kategori tinggi. Bahasa yang digunakan dalam cerita baru semua subyek sudah
menunjukan skor dalam penggunaan bahasa cerita diri dengan kriteria baik yang dihitung
menggunakan rubric penilaian analisis perubahan cerita Innovative Maments Coding System
(IMCS). Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic non parametric dengan menggunakan
analisis uji tanda. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai ρ = 0,031 lebih kecil dari α = 0,05. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang siginifikan skor tingkat glossophobia sebelum dan
sesudah diberikan penerapan konseling naratif. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, mean pre-
test sebesar 194,4 dan mean post-test sebesar 129,4 dan selisih antara mean post-test dan pre-test
adalah sebesar 65. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hipotesis penelitian ini yang
berbunyi “Penerapan Konseling Naratif Untuk Mengurangi Tingkat Glossophobia Siswa SMA
Kelas X di SMAN 13 Surabaya” dapat diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan
konseling naratif untuk mengurangi tingkat glossophobia siswa SMA kelas X di SMAN 13
Surabaya.
Abstract
This research objective was to determine the implementation of narrative counseling to decrease
glossophobia level on 10th grade high school. This is a quantitative research with experiment
method. Research design which applied was one group pretest-posttest design. Data collecting
tool which used was glossophobia questioner to obtain glossophobia level data of 10th grade
student of SMAN 13 Surabaya. Research subject were 5 students of four tenth grade at SMAN 13
Surabaya who have glossophobia score in high category. Language that applied on new story
whereas all subject have showed score on self-story language use with good category that
calculated by story change analysis Innovative Moments Coding System (IMCS). Data analysis
technique that applied was non-parametric statistic with sign test analysis. Analysis result showed
that the value of p=0.031 smaller than α=0.05. So it can be conclude that there is significant
difference on glossophobia level before and after received narrative counseling. Based on the
calculation results above, pretest mean as big as 194,4 and post-test mean as big as 129.4 and the
difference between pre-test and post-test as big as 65. Thus, Ho is rejected and Ha was accepted.
This research hypothesis entitled ” The Implementation Of Narrative Counseling To Decrease
Glossophobia Level On 10th Grade High School” can be accepted, so it can be conclude that the
implementation of narrative counseling to decrease glossophobia level on tenth grade student of
SMAN 13 surabaya can be accepted.
PENDAHULUAN Komunikasi digunakan untuk sarana
penghubung antara pendidik (guru) dengan
Dunia pendidikan sangat erat dengan anak didik (siswa), siswa dengan guru, dan
namanya komunikasi.Semua institusi siswa dengan siswa yang lain untuk bertukar
pendidikan dalam mengembangkan potensi pendapat, ide, gagasan dan pengetahuan.
anak didiknya tidak terlepas dari komunikasi. Komunikasi bisa disampaikan dalam bentuk
1
komunikasi verbal, nonverbal, maupun Beberapa Standar Kompetensi
komunikasi melalui media pembelajaran Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP)
(Winarni, 2013). Komunikasi sangat penting tingkat SMA adalah siswa mampu
dalam proses pembelajaran yang terjadi dan berkomunikasi secara lisan dan tulisan secara
juga sebagai sarana untuk mengembangkan efektif dan santun, mengembangkan diri
potensi dan pengetahuan siswa. siswa yang secara optimal dengan memanfaatkan
mampu menyampaikan pndapat di muka kelebihan diri serta memperbaiki
umum akan mempunyai nilai lebih dimata kekurangannya. Dimana pada waktu tertentu
oranglain. dan tugas tertentu pada mata pelajaran
terkadang ada kegiatan dalam
Kemampuan berbicara juga salah mengemukakan hasil tugas atau presentasi
satu pengukur kesuksesan dalam mencari siswa didepan kelas yang bertujuan untuk
pekerjaan dan kemajuan karir (Fordham & menunjang hasil proses pembelajaran yang
Gabbin dalam Nuryono, 2014). Karena baik. Selain itu, masa SMA adalah masa
kemampuan berbicara di depan umum juga ketika siswa mengembangkan potensi yang
sangat penting untuk mencapai keberhasilan ada baik dalam bidang pribadi, sosial, karier
pembelajaran dan meningkatkan kepercayaan dan belajarnya. Adanya gejala glossophobia
diri siswa. Tetapi masih sebagian orang yang dialami siswa maka akan dapat
mengalami ketakutan dalam berkomunikasi menghambat tingkat perkembangannya.
khususnya berkomunikasi didepan umum
atau ketakutan berbicara didepan. Seseorang mengalami ketakutan
berbicara di depan umum disebabkan adanya
Berbicara di depan umum konsekuensi negatif dari lingkungan
merupakan ketakutan yang tertinggi dari 10 sosialnya. Ketakutan juga dapat disebabkan
ketakutan yang dialami oleh manusia karena mengamati lingkunganya, berinteraksi
(Wallechinsky dalam Fatma, 2012). dengan lingkungan, merespon rasa takut,
Penelitian yang dilakukan oleh Velkumar kecemasan verbal, mengekspresikan,
dkk, (2013) menunjukan bahwa anak pada kekuatiran orang lain mengomentari cara
umur 17-23 tahun memiliki tingkat ketakutan berbicara di depan umum, (Monarth & Kase
berbicara di depan umum yang tinggi. dalam Haryanti, 2012)
Dari hasil studi pendahuluan yang Konseling individual dapat
dilakukan pada tanggal 27 April 2015 melalui dilakukan dengan berbagai pendekatan yang
wawancara dengan siswa dan salah satu berkaitan dengan masalah glossophobia yang
konselor di SMAN 13 Surabaya didapatkan dialami oleh konseli. Salah satu pendekatan
informasi-informasi yang mendukung. Dari Bimbingan Konseling yang bisa digunakan
wawancara dengan salah satu konselor dalam proses konseling adalah pendekatan
sekolah SMAN 13 Surabaya yang bernama narative therapy atau konseling naratif.
Rudi bahwa pasti ada di siswa yang Konseling naratif dalam prespektif
mengalami ketakutan jika berbicara di depan pendekatan kognitif adalah sebuah proses
umum baik kelas X, XI, ataupun XII. Tapi konseling yang mendorong konseli dalam
kemungkinan yang lebih banyak dan sering di membentuk ulang persepsi yang ada melalui
alami siswa adalah siswa kelas X. Karena pemeriksaan keterbatasan konseptual yang
menurutnya, siswa kelas X masih proses ada yang dapat membingkai ulang
adaptasi dan peralihan dari Sekolah pengalamannya (Payne, 2006).
Menengah Pertama. Jadi kemungkinan masih
rendahnya tingkat keberanian siswa untuk Konseling naratif adalah suatu
berbicara di depan umum. Sedangkan hasil bantuan yang diberikan oleh konselor untuk
dari wawancara dengan salah satu siswa kelas membantu konseli dalam memperbaiki cerita-
X-4 yang berinisial AE bahwa teman satu cerita jenuh konseli yang mengalami
kelasnya ada 1 anak yang terlihat sekali gangguan komunikasi, kegelisahan, dan
bahwa mengalami ketakutan berbicara di ketidakpercayaan atas dirinya yang
depan. Temannya itu berinisial FE Dia dituangkan dalam cerita-cerita diri yang lebih
menjelaskan bahwa ketika FE ditunjuk oleh positif dengan mengubah sudut pandangdan
guru untuk maju kedepan kelas, FE terlihat persepsi yang lebih baik ( Epston dalam
pucat, berkeringat dan besoknya tidak masuk Payne, 2006).
kelas dengan keterangan sakit.
Menurut pendapat diatas bahwa
cerita-cerita diri yang positif terbentuk dari
Penerapan Konseling Naratif Untuk Mengurangi Tingkat Glossophobia
koqnisi seseorang Kognisi adalah yang untuk mengurangi glossophobia yang dialami
mempengaruhi segala afeksi dan perilaku siswa kelas X SMAN 13 Surabaya?”.
seseorang. Pada pemecahan glossophobia,
akan ditekankan pada pengubahan pola pikir KAJIAN PUSTAKA
dan sudut pandang siswa dengan memisahkan Glossophobia berasal dari bahasa
masalah dengan diri konseli dan Yunani yang berarti glossa adalah lidah dan
menyadarkan konseli akan kemampuan phobos berarti rasa takut atau ketakutan.
berbicara didepan umum yang akan Ketakutan berbicara di depan umum dalam
digunakan untuk membingkai ulang bahasa psikologi biasa disebut dengan
pengalaman hidup melalui cerita baru dalam Glossophobia. Orang yang mengalami
diri siswa karena dalam proses berfikir akan ketakutan berbicara di depan umum
membentuk suatu perbuatan. Dalam membuat (Glossophobia) cenderung mengalami
cerita baru tentang dirinya tidak terlepas dari kebingungan di depan kerumunan kecil
penggunaan bahasa yang baik yang mampu maupun besar (Khan, 2015).
memberikan dampak yang baik bagi fikiran-
fikiran seseorang. Bahasa memainkan peran Ketakutan berbicara di depan umum
penting dalam aktivitas interaksi sosial. dalam hal ini terjadi ketika memperkenalkan
Segala bentuk pengalaman dan aktivitas diri, membaca hasil karangan didepan kelas,
individu akan dikonstruk dan dimaknai dalam dan waktu presentasi (Agustina, 2011).
bentuk bahasa. Sehingga segala bentuk Ketakutan berbicara di depan umum
perilaku individu dapat diubah melalui dikategorikan sebagai fobia sosial maupun
perubahan bahasa. Bahasa yang baru jenis gangguan kecemasan yang tampak pada
memungkinkan siswa mengembangkan satu atau dua situasi sosial atau yang dikenal
pemaknaan, perasaan dan perilaku baru dengan istilah Specific Social Phobia.
terhadap narasi yang diyakini sebelumnya. Karaketristik fobia sosial yang muncul
(Daniel, dkk. dalam Nuryono, 2012) berupa ketakutan atau kecemasan dalam
situasi sosial yang bisa berimplikasi dalam
Dalam perspektif konseling naratif, bentuk ketakutan dalam komunikasi (Botella,
cerita-cerita dominan yang sering dkk. dalam Haryanti, 2012.)
diungkapkan pada diri siswa yang mengalami
glossophobia adalah cerita yang cenderung Orang mengalami ketakutan
menganggap dirinya lemah dan tidak berbicara cenderung untuk mendapatkan
berdaya. Yang tidak mampu melakukan bingung dengan mudah bahkan di depan kecil
dalam hal komunikasi depan orang, takut kerumunan. Suara mereka menjadi lemah dan
adanya penghinaan, takut jika akan terlihat tubuh mereka mulai gemetar. Mereka
bodoh, takut tidak tahu apa yang akan mungkin bahkan berkeringat, memerah dan
dibicarakan, Sefl-deprecting (menyalahkan merasa berdebar-debar . mereka cemas
diri sendiri), dan khawatir dengan proses dengan mudah sebelum dan bahkan berpikir
penampilannya. Cerita-cerita dominan yang untuk memberikan pidato atau berinteraksi
muncul itu terjadi karena adanya proses dengan orang, mengabaikan kesempatan
berfikir seseorang yang tertuang dalam seperti yang memicu perhatian kelompok
bentuk sebuah bahasa-bahasa yang terhadap seseorang individual,
menimbulkan cerita-cerita dominan siswa ketidaknyamanan, mual, mendapatkan saraf
yang mengalami Glossophobia. Karena pada cepat (Khan, 2015).
dasarnya bahasa merupakan alat untuk
menyatakan pengalaman-pengalaman dalam Orang yang mengalami
bentuk pengaturan dan pengertian tertentu glossophobia dipengaruhi oleh beberapa
dan sebagai alat untuk mengembangkan faktor. Monarth&Kase dalam Supriyantini
fikiran-fikiran yang ada. Dengan demikian, (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
konseling naratif dirasa efektif untuk memepengaruhi individu mengalami
menangani permasalahan siswa yang ketakutan berbicara di depan umum adalah :
mengalami gejala glossophobia.
a. Faktor biologis
RUMUSAN MASALAH Ketika berbicara di depan
adalah suatu kegiatan yang
Berdasarkan fokus permasalahan kurang menyenangkan dan
diatas didapatkan rumusan masalah “Apakah menakutkan, maka rasa takut
penerapan konseling naratif dapat digunakan maupun cemas akan timbul.
b. Faktor fikiran negatif
3
Munculnya fikiran negatif glossphobia maka perlunya diterapkan
seseorang yang muncul adalah positive words sejak dini. Karena Kata positif
pertama, bahwa berbicara di adalah kata-kata berupa dukungan,
depan umum menakutkan. kebahagiaan, semangat, optimis dan
Kedua, pikiran yang terlalu berdampak positif bagi manusia. Dengan
berlebihan terhadap situasi kata-kata yang lebih positif maka akan
lingkungan negatif dari situasi menghentikan kata-kata negatif yang dapat
sosial. Ketiga, adanya merusak diri seseorang seperti pesimis, kasar
pemikiperasaan cemas. dan cenderung menyalahkan diri sehingga
Keempat, pikiran negatif yang seseorang akan mampu memotivasi dan
menimbulkan perasaan kuranga menyakinkan dirinya sendriri dan bahkan
mampu mengatasi kesulitan. orang lain.
Kelima, fokus terhadap aspek
negatif dari situasi dan Dalam membantu konseli dalam
mengabaikan hal-hal yang mengurangi glossophobia yang dialami
positif. dengan menggunakan konseling naratif.
c. Faktor perilaku menghindar Dalam pelaksanaan penerapan konseling
Pada saat kesemasan muncul naratif dimaksudkan untuk mengurangi
seseorang cenderung merespon glossophobia pada siswa adalah konseli
agar dapat lepas dari kondisi diajarkan untuk mengganti cerita-cerita
tersebut. dominan tentang dirinya yang takut berbicara
d. Faktor emosional di depan umum dengan mengubah fikiran
Situasi yang menakutkan akan yang irasional menjadi lebih rasional.
menunujukan respon fisiologis Konseling naratif adalah suatu
seperti takut, cemas ketika bantuan yang diberikan oleh konselor untuk
berbicara didepan umum membantu konseli dalam memperbaiki cerita-
cerita jenuh konseli yang mengalami
Gejala-gejala yang ditunjukan oleh
gangguan komunikasi, kegelisahan, dan
orang yang mengalami glossophobia adalah :
ketidakpercayaan atas dirinya yang
a. muncul kecemasan yang berat dituangkan dalam cerita-cerita diri yang lebih
atau biasa pada pikiran ketika positif dengan mengubah sudut pandangdan
melakukan komunikasi dengn persepsi yang lebih baik (Epston dalam
kelompok manapun Payne, 2006).
b. menghindari peristiwa yang
Konseling naratif bertujuan untuk
memusatkan pada perhatian
membantu konseli dalam mengidentifikasi
kelompok
dan membentuk kembali persepsi tentang
c. merasakan sedih, mual, atau
dirinya yang ditulis ulang secara kreatif untuk
perasaan panik dalam keadaan
hidup yang lebih positif bagi penderita
seperti itu (Smith, 2012).
gangguan komunikasi (Wark, 2012).
Dari beberapa pendapat diatas dapat Konselor menggunakan konseling naratif
disimpulkan bahwa seseorang mengalami untuk membantu konseli dalam proses di
glossophobia dapat terlihat dari 2 gejala yang mana cerita masalah jenuh direvisi dan cerita
muncul yaitu fisik dan non-fisik. Gejala fisik baru dari kemarahan dan kekuatan diciptakan
yang muncul seperti detak jantung yang (White & Epston dalam Abels, 2001).
meningkat, keringat berlebihan, tangan dan Tahap-tahap konseling narratif
kaki dingin, perut mulas, bicara terpatah- dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap
patah, gemetaran, kepala menunduk atau dekonstruksi, tahap penulisan cerita baru dan
berusaha menghindari tatap mata,sesak nafas, tahap penguatan cerita baru (Carr, 1998).
badan lemas, dll. Sedangkan gejala non-fisik Tahapan-tahapan konseling narrative dapat
seperti perhatian yang berlebihan terhadap diuraikan sebagai berikut:
diri sendiri dan juga terhadap pandangan
atau penilaian orang lain, perasaan malu, a. Tahap dekonstruksi
gelisah, bingung, dan sedih. Tahap dikonstruksi dilakukan
dengan mendengarkan cerita-
Dalam penelitian yang dilakukan cerita yang diungkapkan oleh
oleh Makita, (2011) dinyatakan bahwa untuk konseli.mendengarkan cerita
mengurangi siswa yang mengalami
Penerapan Konseling Naratif Untuk Mengurangi Tingkat Glossophobia
5
Hasil skor angket pretest maka selanjutnya diberikan
glossophobia diatas menunjukan kondisi pengukuran akhir (post-test) pada tanggal 18
awal sebelum subyek mendapatkan Januari 2016. Adapun data yang diperoleh
perlakuan. Hasil tersebut dapat digambarkan dari hasil post-test yakni sebagai berikut :
dengan grafik sebagai berikut : 200
220 150
210 100
200 50
190
0
180 LAH AHS RAD RAA GAN
170 SKOR 110 137 151 123 126
LAH AHS RAD RAA GAN
SKOR 210 199 192 187 184 Diagram 2 Hasil post-test 5 Subyek
Diagram 1 Hasil Pretest subyek Hasil penelitian ini akan dianalisis
Setelah mengetahui hasil pretest, dengan menggunakan uji tanda. Untuk
maka diberikan treatment berupa konseling menganalisis data, peneliti menyajikan data
individu naratif. Pada siswa kelas X SMAN dalam bentuk tabel sebagai berikut :
13 Surabaya. Pelaksanaan konseling naratif
dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan yang
dimulai tanggal 12-18 Januari 2016. Adapun
langkah-langkah yang diberikan dalam
pelaksanaan konseling naratif adalah
Dekontruksi dan eksternalisasi masalah,
Menggali hasil unik, Menuliskan Cerita baru,
Dukungan akan cerita baru.
Setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan konseling naratif dalam bentuk
konseling individu kepada lima (5) subyek
yang memiliki tingkat glossophobia yang Tabel 2 hasil analisis pre-test dan post test
tinggi. Perubahan disetiap cerita baru masing subyek
subyek juga berbeda-beda LAH perubahan
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa
cerita lebih mengacu pada cara LAH berfikir
yang menunjukkan tandapositif (+)
yang berbeda dari masalah yang dialaminya
berjumlah 5 yang bertindak sebagai N
(reflection), perubahan cerita AHS lebih
(banyaknya pasangan yang menunjukkan
mengacu pada tindakan yang mengarah pada
menghilangkan air yang merugikan dirinya perbedaan) dan X (banyaknya tanda yang
(protes), perubahan cerita RAA lebih lebih sedikit) berjumlah 0. Dengan melihat
tabel tes binominal dengan ketentuan N= 5
mengacu lebih mengacu pada tindakan atau
dan x = 0 (z), maka dapat diperoleh ρ
fikiran yang mengarah pada menghilangkan
(kemungkinan harga dibawah Ho) = 0,031.
cleo yang merugikan dirinya (protes), pada
perubahan cerita RAD lebih mengacu kepada Bila dalam ketetapan α (taraf kesalahan)
pengungkapan pengalaman-pengalaman baru sebesar 5% adalah 0,05 maka dapat
yang dilakukan oleh RAD (perfoming disimpulkan bahwa harga 0,031 < 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut maka Ho ditolak
change). dan perubahan cerita GAN lebih
dan Ha diterima. Setelah diberi perlakuan
mengacu pada pengungkapan pengalaman-
dengan pemberian konseling naratif terdapat
pengalaman baru yang dilakukan oleh GAN
(perfoming change). Bahasa yang digunakan perbedaan skor antara pre-test dan post-test
dalam cerita baru semua subyek sudah pada tingkat glossophobia siswa. Selain itu,
menunjukan skor dalam penggunaan bahasa berdasarkan perhitungan pada tabel diatas
diketahui rata-rata pre-test 194,4 dan skor
cerita diri dengan kriteria baik yang dihitung
rata-rata post-test 129.4 Sehingga dapat
menggunakan rubric penilaian analisis
dikatakan bahwa adanya perbedaan yang
perubahan cerita Innovative Maments Coding
System (imcs). signifikan skor glossophobia sebelum dan
sesudah diberikan konseling naratif. Dan
dapat dikatakan juga bahwa konseling naratif
Penerapan Konseling Naratif Untuk Mengurangi Tingkat Glossophobia
7
Fatma ,Anne,Sri Ernawati. 2012. Government Medical Colleges in
“Pendekatan Perilaku Kognitif Karachi”. Jurnal Penelitian(online),
Dalam Pelatihan Keterampilan vol.2 no.1
Mengelola Kecemasan Berbicara Di (http://internationaljournalofresearch
Depan Umum”.Jurnal Psikologi .org/index.php/ijr/article/view/1297/
(online) Vol. I. No. 1, 1226, diunduh pada 17 Mei 2015)
(http://www.scribd.com/doc/247554
777/PENDEKATAN-PERILAKU- Latipun.2005.Psikologi
KOGNITIF-DALAM- Konseling.Malang:Universitas
PELATIHAN-KETERAMPILAN- Muhammadiyah Malang
MENGELOLA-KECEMASAN-
BERBICARA-DI-DEPAN-UMUM- Makkita,Makkita
doc#scribd, diunduh pada 17 Mei Daeng.2011.Glossophobia:untuk
2015). mengurangi siswa yang mengalami
glossphobia.(online).
Foster,Chloe dan Jonathan Banes.2009. Use https://makkita.wordpress.com/tag/k
of a narrative therapy approach with ecemasan-berbicara/. Diunduh pada
a man with a learning disability: an 18 Mei 2015
alternative to cognitive behavioural
therapy?”.jurnal Advances in Mental McLeod,John.2014” So many possibilities:
Health and Learning Disabilities Psychotherapy research and
(online). Volume 3. narrative therapy”.Jurnal narrative
(http://www.emeraldinsight.com/doi/ therapy and community work
abs/10.1108/17530180200900010,, (online), no.2,
diunduh pada 15 Mei 2015) (http://search.informit.com.au/docu
mentSummary;dn=57306684765180
Gumelar,Gumgum dan Herdiyan.2013. 6;res=IELHEA, diunduh pada 16
Psikologi Komunikasi dan Mei 2015)
Persuasi.Jakarta Barat: Akademia
Permata Mujahid,Rully.2013.Glossohobia: gejala
yang muncul.(online).
Haryanthi,Luh Putu Suta dan Nia http://reframepositive.com/ketakutan
Tresniasari.2012. “Efektivitas -bicara-di-depan-umum/, diunduh
Metode Terapi Ego State dalam pada 17 Mei 2015
Mengatasi Kecemasan Berbicara di
Depan Publik pada Mahasiswa Nevid,Jeffrey,dkk.2003.Psikologi
Fakultas Psikologi UIN Syarif Abnormal.Jakarta:Erlangga
Hidayatullah Jakarta”.Jurnal
Psikologi (online). Vol. No. 01, Nuryono,Wiryo.2012.”Keefektivan Konseling
(https://www.google.co.id/url?sa=t& Naratif Untuk Meningkatkan
rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd Penerimaan Diri Siswa.jurnal
=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB4QF (online). Vol 13, No 1.
jAA&url=http%3A%2F%2Fjournal. (http://www.scribd.com/doc/189876
unair.ac.id%2FfilerPDF%2Fartikel% 775/KEEFEKTIVAN-
25204-14- KONSELING-NARATIF-UNTUK-
1.pdf&ei=3pJkVfr0D8SVuASsvoPY MENINGKATKAN-
BQ&usg=AFQjCNEClIYZJDTn79T PENERIMAAN-DIRI-
2AyXYBlW9zXHDZw, diunduh SISWA#scribd, diunduh pada 16
pada 17 Mei 2015) Mei 2015).
(http://onlinelibrary.wiley.com/doi/1 %2520Therapy%2520Terhadap%25
0.1002/j.1556- 20Penurunan%2520Tingkat%2520K
6678.2005.tb00578.x/epdf,, diunduh ecemasan%2520Berbicara%2520Di
pada 14 Mei 2015) %2520Muka%2520Umum%2520Pa
da%2520Mahasiswa&usg=AFQjCN
Prayitno,2009.Dasar Dasar Bimbingan dan GbEi-uzPBPYlFxd3wuwYkBiipIlw
Konseling.Jakarta:Rineka Cipta , diunduh pada 17 Mei 2015).