Behavioristik
Nama Kelompok :
Almatria (1624090137)
Bunga Fahriannisa (1624090025)
Mila Sari R (1624090277)
Raden Nasya Indah P. (1624090186)
Rima Utari Sibua (1624090024)
Rizky Amalia Marasabessy
(1624070009)
Pendekatan Behavioristik
➔ Terapi perilaku (behavior therapy) dan mengubah perilaku (behavior odification) atau
pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi”
dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi.
➔ Pendekatan behavioristik ini banyak dipergunakan dalam rangka melakukan kegiatan
psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran
Behaviorisme.
➔ Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di amerika dengan tokohnya yang terkenal
ekstrim (John Broadus Watson), suatu aliran yang menitik beratkan peranan
lingkungan, peranan dunia luar sebagai faktor penting di mana seseorang dipengaruhi,
seseorang belajar.
Menurut franks (1969) yang diikuti oleh Masters (1987) ada tiga hal yang sangat berpengaruh
terhadap munculnya terapi perilaku, ialah :
● I.P Pavlov mengenai percobaan ● E.L. Thorndike mengenai proses ● J.B. Watson & rekan-rekannya yang
dan hasilnya yang telah belajar dengan hadiah yang mengamalkan teknik dasar dari
dilakukan dengan menghasilkan hukum efek (lary Pavlov, diamalkan untuk menghadapi
mempergunakan hewan of effect) dan yang sekarang seseorang dengan kelainan kejiwaan.
percobaannya (anjing), yang dikenal dengan kondisioning aktif Dikenal percobaan klasik mengenai
sekarang dikenal dengan (operant) dan perilaku kondisioning “aktif”. Terhadap anak
kondisioning-klasik. instrumental. Dikenal dengan kecil yang bernama Albert dan
sebutan kotak ajaib (puzzle box). kemudian terkenal dengan kasus
Albert kecil (case of little Albert).
Terapi Perilaku, Pengubahan Perilaku & Psikoterapi
❖ Di dalam perkembangannya, terapi perilaku sebagai metode yang dipakai untuk mengubah perilaku
atau dalam arti umumnya sebagai salah satu teknik psikoterapi, menurut Corey (1991) terdiri dari
tiga tahap :
1) Tahap pertama adalah tahap kondisioning klasik pada perilaku yang baru, dihasilkan dari
individu secara pasif.
2) Tahap kedua adalah tahap kondisioning aktif (operant), di mana perubahan-perubahan di
lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai penguat-ulang
(reinforcer) agar sesuatu perilaku bisa terus diperlihatkan.
3) Tahap ketiga adalah tahap kognitif. Peranan berpikir (kognisi) diperhatikan dan ikut
berperan, baik dalam proses pemahaman maupun perlakuan terhadap pasien.
❖ Terapi perilaku yang tidak dibedakan dengan terapi pengubahan perilaku, dirumuskan oleh
Craighead, Kazdin, Mahoney (1976) sebagai berikut :
Perumusan ini dengan jelas menunjukkan bahwa terapi perilaku dan terapi pengubahan perilaku,
berdasarkan pada pendekatan analisis perilaku dan penerapannya. Suatu pendekatan kuantitatif dan
eksperimental terhadap gejala perilaku.
Teknik yang di gunakan dalam terapi perilaku
menurut Masters, et al (1987)
1. Relaksasi
2. Pemgebalan (desensitisasi) sistematik.
3. Latihan kepekaan.
4. Peniruan melalui model.
5. Kondisioning aktif (operant).
6. Penguasaan diri (termasuk “biofeedback”).
7. Kejenuhan.
8. Kondisioning melalui penolakan (aversion).
Menurut Masters, et al (1987) ada beberapa paham dasar pada terapi perilaku, yaitu:
1. Terapi perilaku didasarkan pada hasil eksperimen yang diperoleh dari pengalaman sistematik
dasa-dasar teori belajar untuk membantu seseornag mengubah perilaku manusia.
2. Terapi ini memusatkan terhadap masalah yang dirasakan pasien sekarang ini dan terhadap faktor-
faktor yang mempengruhi sebagai sesuatu yang berlawanan, dimana ada hal-hal yang
mennetukan dalam seluruh perkembangan seseorang.
3. Terapi ini menitikberatkan perubahan perilaku yang terlihat sbegai keriteria utama, sehingga
memungkinkan melakukan penilakian terhadap terapi meskipun proses kognitifnya tidak bisa
diabaikan.
4. Terapi perilaku merumuskan tujuan terapi dalam terminologi kongkret dan objektif, agar
emungkinkan dilakukan intervensiuntuk mengulang apa yang pernah dilakukan
5. Terapi perilaku pada umumnya bersifat pendidikan.
Beberapa perbedaan antara psikoterapi dan terapi perilaku
menurut Eysenck, 1987 :
1. Mendasarkan pada teori yang tidak 1. Mendasarkan pada perumusan teori yang
konsisten, tidak pernah dirumuskan dengan tepat dan konsisten yang dapat di uji
tepat dalam bentuk yang pasti. secara deduktif
2. Diperoleh dari hasil obserbasi klinis yang 2. Diperoleh dari hasil studi eksperimen
dibuat tanpa pengontrolan melalui khususnya dibentuk untuk menguji teori,
observasi atau eksperimen. dasar dan deduksi-deduksinya.
3. Menganggap gejala sebagai perwujudan 3. Menganggap gejala sebagai respon
dari sebab-sebab yang tidak disadari. terkondisi yang tidak sesuai.
4. Menganggap gejala sebagai tanda adanya 4. Menganggap gejala sebagai tanda atau
penekanan. proses belajar.
5. Percaya munculnya suatu gejala ditentukan 5. Percaya munculnya suatu gejala ditentukan
oleh mekanisme pertahanan diri. oleh perbedaan perorangan yang bisa di
kondisikan dan memiliki otonomi yang
labil.
Pandangan Terhadap Konsep Manusia
● Mengenai tujuan terapi perilaku, Corey (1991)
mengingatkan ada dua konsep yang salah :
Teknik Terapi Perilaku
● Pendekatan behavioristik tradisional
mengarahkan perhatiannya kemudian
Masalah Ada suatu gejala di
seseorang dapat di bimbing ke arah
dalam kepribadian
Perilaku seseorang yang
tercapainya keseimbangan setelah
dilakukan perlakuan perlakuan
memengaruhi
tertentu terhadap gejalanya
pribadinya
● Gejala perilaku yang menunjukkan
adanya kekurangan (ditambah) dan
sebaliknya gejala perilaku yang
Sulit Tidak Bisa Masalah berlebihan (dikurangi) agar dicapai
Menyesuai Menerima Dengan keadaan seimbang, keadaan harmonis.
kan Diri Keadaan Lingkungan ❖ Relaksasi
❖ Pengebalan Sistematik
❖ Latihan Asertif
❖ Peniruan Melalui Penokohan
❖ penguasaan Diri
❖ Relaksasi
Johannes Schultz
Edmund Jacobson 1932
Latihan otogenik (autogenic
training) Tidak bergantung pada
terapis, menggunakan teknik
orang pertama yang melakukan penelitian sugesti-diri
dalam bidang psikofisiologik mengenai
relaksasi
Prosedur terapi
asertif menurut Mengurangi kecemasan
Albert (1977)
Menstruktur kembali
aspek kognitif
Manfaat Latihan Asertif menurut Corey (1991)
1. Tidak bisa mengekspresikan kemarahan atau perasaannya yang tersinggung;
2. Mengalami kesulitan untuk mengatakan “tidak”;
3. Terlalu halus (sopan) yang membiarkan orang lain mengambil keuntungan
keadaannya;
4. Mengalami kesulitan untuk mengekspresikan afeksi (perasaan yang kuat) respons-
respons lain yang positif;
5. Merasa tidak memiliki hak untuk mengekspresikan pikiran, kepercayaan
perasaannya.
❖ Peniruan melalui penokohan
akibat yang terjadi, serta terbentuk melalui proses belajar. perilaku yang tidak diinginkan, diperkuat (agar tidak
❖ Pasien atau klien harus menyadari akan pentingnya pemeriksaan muncul).
diri, bagaimana seseorang terlibat dalam perilaku tertentu dan ❖ Pasien atau klien harus berusaha untuk memotong
sering kali terjadi reaksi dalam bentuk pengamatan diri. rangkaian respons yang tidak diinginkan seawal
❖ Pasien atau klien harus mengambil keuntungan dari fajta bahwa mungkin.
perilakunnya di bawah penguasaan rangsangan dengan ❖ Pasien atau klien harus mengatur sendiri hadiah-
mempergunakan salah satu dari beberapa cara:
hadiah segera setelah berlangsung respons yang sesuai.
➢ Fisik mengubah lingkungan perangsanagannya.
❖ Sasaran perilaku pada program penguasaan diri, harus
➢ Mempersempit luasnya perangsangan yang
mudah dicapai secara bertahap.
menimbulkan perilaku yang tidak diinginkan.
❖ Kontrak untuk berperilaku tertentu meripakan faktor
➢ Memperkuat hubungan antara perangsangan tertentu dan
perilaku yang diinginkan. penting pada program penguasaan diri.
pemantauan diri (self-monitoring)
Mempergunakan istilah
mengatur diri (self- memberi hadiah terhadap diri sendiri (self-reward)
management)
kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting)