Anda di halaman 1dari 25

Category MODEL-MODEL KONSELING

adanya beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam konseling

APR282013

PENDEKATAN CLIENT-CENTERED

Pendekatan ini dikembangkan oleh Carl Rogers (1920) pada tahun 1940. Awalnya
dinamakan nondirective counseling, kemudian pada tahun 1951 diganti menjadi client-centered dan
dikembangkan kembali menjadi person-centered.

Pandangan tentang manusia

Filososis manusia dalam pendekatan ini adalah keyakinan Rogers bahwa manusia :

– Memiliki worth dan dignity dalam diri sehingga ia layak mendapatkan penghargaan (respect).

– Memiliki kapasitas dan hal untuk mengatur dirinya sendiri dan mendapat kesempatan dan
membuat penilaian yang bijaksana.

– Dapat memilih nilainya sendiri.

– Dapat belajar untuk bertanggung jawab secara konstruktif.

– Memiliki kapasitas untk mengatasi perasaan, pikiran dan tingkah lakunya.

– Memiliki potensi untuk berubah secara konstruktif dan dapat berkembang kearah hidup yang
penuh dan memuaskan dengan kata lain aktualisasi diri.

Konsep dasar

pendekatan client-centered dibangun atas 2 hipotesis besar yaitu :

1. Setiap orang memiliki kapasitas untuk memahami keadaan yang menyebabkan


ketidakbahagiaan dan mengatur kembali kehidupanya menjadi lebih baik.

2. Kemampuan seseorang untuk menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan ditingkatkan jika
konselor menciptakan kehangatan, penerimaan dan dapat memahami relasi (proses konseling)
yang sedang dibangun.

Terdapat tiga konsep kepribadian menurut pandangan person-centered yaitu organism (mencakup
aspek fisik & psikologis itu sendiri), phenomenal field (pengalaman hidup yang bermakna) dan self.

Tujuan konseling

Tujuan utama konseling ini adalah pencapaian kemandirian dan integrasi diri. Selain itu konseling
person-centered bertujuan membantu konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat
komunikasi konseling, dimana konselor mendudukan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang
penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat (unconditional person
regard) yaitu menerima konseli apa adanya.

Peran dan fungsi konselor

Kemampuan konselor membangun hubungan interpersonal dalam proses konseling merupakan elemen
kunci keberhasilan konseling, disini konselor berperan mempertahankan 3 konsdisi inti (core condition)
yang menghadirkan iklim kondusif untuk mendorong terjadinya perubahan terapeutik dan
perkembangan konseli, meliputi :

 Sikap yang selaras dan keaslian (congruence or genuineness).

Konselor menampilkan diri yang sebenarnya, asli, terintegrasi dan otentik. Konselor juga selaras
menampilkan antara perasaan dan pikiran yang ada didalam dirinya dengan perasaan, pandangan dan
tingkah laku yang diekspresikan.

 Penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard and acceptance).

– Unconditional positive :Konselor dapat berkomunikasi dengan konseli secara mendalam dan jujur
sebagai pribadi, konselor tidak melakukan penilaian dan penghakiman terhadap perasaan, pikiran dan
tingkah laku berdasarkan standar norma tertentu.
– Acceptance : penghargaan spontan terhadap konseli, dan menerimanya sebagai individu yang
berbeda dengan konselor, dimana perbedaan tersebut dapat terjadi pada nilai-nilai, persepsi diri,
maupun pengalaman-pengalaman hidupnya.

 Pemahaman yang empatik dan akurat (accurate empathic undertanding).

Kemampuan konselor untuk memahami permasalah konseli, melihat sudut pandangan konseli, peka
terhadap perasaan-perasaan konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan
perasaanya.

Teknik-teknik konseling

1. Mendengar aktif (active listening)

2. Mengulang kembali (restating)

3. Memperjelas (clarifying)

4. Menyimpulkan (summarizing)

5. Bertanya (questioning)

6. Menginterpretasi (interpreting)

7. Mengkonfrontasi (confronting)

8. Merefleksi perasaan (reflecting feelings)

9. Memberikan dudukan (supporting)

10. Berempati (empathizing)

11. Menfasilitasi (facilitating)

12. Memulai (initiating)

13. Menentukan tujuan (setting goals)

14. Mengevaluasi (evaluating)

15. Memberikan umpan balik (giving feedback)

16. Menjaga (protecting)

17. Mendekatkan diri (disclosing self)

18. Mencontoh model (modeling)

19. Mengakhiri (terminating)

1. A. PENDEKATAN GESTALT

Terapi yang dipelopori oleh Frederick (fritz) dan Laura Perls pada tahun 1940-an. Pendekatan ini lebih
berfokus pada proses (what is happening) dari pada isi (what is being discussed). Pendekatan ini
dipengaruhi oleh perspektif fenomenologi (the phenomenological persective), perspektif teori medan
(the field theory perspective) dan perspektif eksistensial (the existential perspektive).

Pandangan tentang manusia

Menurut pendekatan Gestalt, area yang paling harus diperhatikan dalam konseling adalah pemikiran
dan perasaan yang individu alami pada saat sekarang. Individu yang sehat secara mental adalah individu
yang dapat mempertahankan kesadaran, yang dapat merasakan dan berbagai konflik pribadi dan
frustasi dengan kesadaran dan konsentrasi yang tinggi, yang dapat membedakan konflik dan masalah
yang dapt diselesaikan dan tidak dapat diselesaikan, yang dapat mengambil tanggung jawab, yang dapat
berfokus pada satu kebutuhan (be figure) pada satu waktu sambil menghubungkanya dengan kebutuhan
yang lain (the ground).

Konsep dasar

“Disini dan Sekarang (Here and now)”


Artinya pendekatan ini mengutamakan masa sekarang, segala sesuatu tidak ada kucuali yang ada pada
masa sekarang (the now) karena masa lalu telah berlalu dan masa depan belum sampai, hanya masa
sekarang yang penting.

Kecemasan yang dialami oleh individu karena jarak antara kenyataan masa sekarang dan harapan masa
yang akan datang. Sehingga, ketika individu mulai berpikir, merasa dan bertingak dari masa kini namun
dikuasai oleh harapan-harapan masa depan. Kecemasan yang dialami akibat dari
harapan katastropik(kecemasan hal buruk yang akan terjadi dimasa depan) dan
harapan anastropik (harapan yang berlebihan tentang hal yang baik dan menyenangkan akan terjadi
dimasa depan).

Bentuk-bentuk pertahanan diri (modes of defense)

 Introyeksi (introjection)

Memasukan ide, keyakinan dan asumsi tentang diri individu, seperti apa individu seharusnya dan
bagaimana individu harus bertingkah laku. Proses introyeksi memiliki beberapa efek yaitu :

 Rasa bersalah

 Perfeksionis

 Rendah diri

 Ketidakmampuan menerima pujian

 Hanya ke Anglessey

 Proyeksi (projection)

Individu tidak dapat membedakan dirinya dengan lingkungan, mengatribusikan dirinya kepada orang
lain serta menghindari tanggung jawab terhadap perasaan dan diri individu sebenarnya dan membuat
tak berdaya membuat perubahan.

Efek negatif yang ditimbukan :

– Individu membangun batas-batasn untuk melakukan kontak dengan individu lain.

– Individu membangun kembali proses introyeksi yang telah terjadi dimasa lalu dihadirkan ke masa
sekarang.

– Perasaan terkucilkan.

– Berpikiran bahwa orang lain tidak lebih perfek dari dia.

– Menyalahkan orang lain jika sesuatu tidak terwujud.

– Mencari kambing hitam untuk segala sesuatunya tidak sesuai dengan rencana.

– Individu kesepian atau hampa

 Retrofleksi (retroflection)

Proses individu mengembalikan respon dan implus kepada dirinya karena ia tidak dapat
mengekspresikan kepada orang lain.

 Defleksi (deflection)

Mengubah pertanyaan atau pernyataan menjadi memiliki makna lain sehingga individu dapat
menghindar dari merespon pertanyaan atau pernyataan.

Tujuan konseling

 Mencapai kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukanya.

 Kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain.

 Memiliki kemampuan mengenali, menerima dan mengekspresikan perasaan, pikiran juga


keyakinan diri.

Teknik-teknik konseling
1. Kursi kosong (empty chair)

Merupakan intervensi yang kuat, yang dapat digunakan untuk membantu konseli segala umur yang
memiliki konflik dengan orang ketiga yang tidak hadir dalam proses konseling. Kasus yang biasa
menggunakan teknik ini adalah :

– Introyeksi dari orang tua Vs anak

– Bagian diri yang bertanggung jawab Vs bagian diri yang implusif

– Orang yang puritan Vs orang yang ekspresif

– Orang yang agresif Vs orang yang pasif

– Diri yang otonom Vs diri yang tergantung

– Anak baik Vs anak nakal

– Orang yang bekerja keras Vs orang malas

1. Membuat serial (making the rounds)

Melibatkan individu untukberbicara atau melakukan sesuatu kepada orang lain dalam kelompok.
Tujuanya untuk melakukan konfrontasi, mengambil resiko, untuk membuka diri, melatih tingkah laku
baru, dan melakukan perubahan.

1. “saya bertanggung jawab atas…”

Bertujuan membantu konseli untuk menyadari dan mempersonalisasi perasaan dan tingkah lakunya
serta mengambil tanggungjawab atas perasaan dan tingkah lakunya.

1. Bermain proyeksi

Individu yang melihat secara jelas pada orang lain apa yang tidak ingin dilihat dan menerimanya dalam
dirinya.

1. Pembalikan (reversal tekhnique)

Bertujuan untuk mengajak konseli untuk mengambil resiko terhadap ketakutan, kecemasan dan
melakukan kontak dengan bagian dirinya selama ini ditolak dan ditekan.

1. Latihan gladiresik

Teknik yang diciptakan dan diterapkan dalam permainan sharing.

1. Latihan melebih-lebihkan

Membantu konseli untuk menjadi lebih sadar pada tanda-tanda bahsa tubuh.

1. Tetap pada perasaan

Konselor meminta konseli untuk tetap pada perasaan ketakutan dan merasakanya pada proses
konseling. Hal ini memungkinkan konseli membuka diri untuk mengalami kesakitan dan membuka jalan
untuk melangkah kearah yang lebih positif.

Advertisements

By Sahabat kita ICT • Posted in MODEL-MODEL KONSELING

APR282013

PENDEKATAN BEHAVIORAL

Pandangan tentang manusia

Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setipa tingkah laku dapat dipelajari melalui kematangan
dan belajar. Tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia dipandang mampu
melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan
dapat belajar tingkahlaku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.

Konsep dasar
Pendekatan behavioral didasarkan pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan
yang sistematik dan terstruktur dalam konseling. Konseling behavior juga dikenal sebagai modifikasi
perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengubah tingkah laku. Terapi ini berfokus pada
perilaku yang tampak dan spesifik. Dalam konseling, konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi
perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mampertahankan perilaku yang diinginkan dan
membentuk pola tingkah laku dengan memberikan imbalan atau reinforcement muncul setelah tingkah
laku dilakukan. Ciri unik dari terapi ini adalah lebih berkonsentrasi pada proses tingkah laku yang
teramati dan spesifik, fokus pada tingkah laku kini dan sekarang.

Tujuan konseling

 Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.

 Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.

 Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari.

 Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif
dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai.

 Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku maladaptif dan memperkuat perilaku
yang diinginkan.

 Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara
konselin dan konselor.

Peran dan fungsi konselor

Konselor berperan aktif, direktif, dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari
persoalan individu.

Tahap-tahap konseling

Tingkah laku yang bermasalahdalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan
(excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Konseling tingkah laku memiliki 4 tahanp yaitu :

1. Melakukan asesmen (assesment)

Bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini, berhubungan dengan
aktivitas nyata, perasaan, dan pokiran konseli. Kanfer dan Saslow terdapat 7 informasi yang dapat digali:

 Analisis tingkah laku bermasalah yang dialami saat ini (tingkah laku khusus).

 Analisis situasi didalam masalah konseli terjadi (analisis tingkah laku sebelumnya yang
menghubungkan dengan masalah saat ini).

 Analisis motivasional.

 Analisis self control.

 Analisis hubungan sosial.

 Analisis lingkungan fisik-sosial budaya.

Dalam kegiatan asesment ini konselor melakukan analisis ABC

A= antecendent (pencetus perilaku).

B= behavior (perilaku yang dipermasalahkan, seperti: tipe tingkah laku, frekuensi tingkah laku, durasi
tingkah laku, intensitas tingkah laku).

C= consequence (akibat perilaku tersebut).

1. Goal setting (menetapkan)

Konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan
informasi yang telah disusun dan dianalisis. Burks dan Engelkes mengemukakan goal setting atas 3
langkah yaitu:

 Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas tujuan yang diinginkan.


 Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan situasional tujuan belajar
dapat diterima dan diukur.

 Memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang
berurutan.

1. Implementasi teknik(technique implementation)

Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi yang tepat untuk
mencapai perubahan yang diinginkan. Dalam implementasi teknik konselor membandingkan perubahan
tingkah laku antara data dengan data intervensi.

1. Evaluasi dan pengakhiran (evaluation-termination)

Evalusi dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih
dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi :

 Menguji apa yang konseli lakukan terakhir.

 Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling bertambah.

 Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli.

 Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli.

Teknik-teknik konseling behavior

1. Penguatan positif (positive reinforcement)

Penguatan positif adalah memberikan penguatan yang menyenangkan (berupa hadiah, pujian dll)
setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan, tujuannya agar tingkah laku yang diinginkan akan
diulang, meningkat dan menetap.

Prinsip penerapan penguatan positif :

1. Penguatan positif bergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan.

2. Penguatan diberikan setelah tingkah laku terbentuk.

3. Tahap awal, penguatan dilakukan setelah tingkah laku dilakukan. Berangsur hingga tingkah laku
terbentuk matang tanpa penguatan kembali.

4. Tahap awal, penguatan sosial diikuti dengan penguatan berbentuk benda.

Langkah pemberian penguatan :

1. Mengumpulkan informasi dengan analisis ABC (antecedent, behavior and consequen).

2. Memilih tingkah laku target yang ingin ditingkatkan.

3. Menetapkan data awal (baseline) perilaku awal.

4. Menentukan reinforcement yang bermakna.

5. Menetapkan jadwal pemberian reinforcement.

6. Penerapan reinforcement positif.

Hubungan penguatan (reinforcement) dan tingkah laku :

1. Reinforcement diikuti oleh tingkah laku.

2. Tingkah laku yang diharapkan harus diberi reinforcement segera setelah ditampilkan.

3. Reinforcement harus sesuai dan bermakna bagi individu maupun kelompok.

4. Pujian atau hadiah yang kecil tapi banyak lebih efektif dari pada besar tetapi sedikit.

1. Kartu berharga (token economy)


Startegi menghindari pemberian reinforcement secara langsung. Tujuanya untuk mengembangkan
perilaku adaptif melalui pemberian reinforcement dengan token. Ketika tingkah laku yang diinginkan
telah menetap, pemberian token dikurangi secara bertahap (corey, 1986,p.185).

Langkah-langkah penerapan token economy :

1. Membuat analisis ABC

2. Menetapkan target perilaku yang akan dicapai bersama konseli.

3. Penetapan besaran harga atau point token yang sesuai dengan perilaku target.

4. Penetapan saat kapan token diberi kepada konseli.

5. Memilih reinforcement yang sesuai bersama konseli.

6. Memilih tipe token yang akan digunakan.

7. Mengidentifikasi pihak yang terlibat dalam program sekolah.

8. Menetapkan jumlah dan frekuensi penukaran token.

9. Membuat pedoman pelaksanaan token economy.

10. Pedoman diberikan kepada konseli dan staf.

11. Melakukan monitoring.

1. Pembentukan (shaping).

Pembentukan tingkah laku baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan memberikan
reinforcement secara sisematik dan langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan. Langkah-langkah
penerapan shaping :

1. Membuat analisis ABC

2. Menetapkan target perilaku yang spesifik yang akan dicapai konseli.

3. Tentukan bersama jenis reinforcement positif yang akan digunakan.

4. Membuat perencanaan dengan membuat tahapan pencapaian perilaku dari awal-akhir.

5. Perencanaan dapat dimodifikasi selama shaping berlangsung.

6. Penetapan waktu reinforcement pada setiap tahap program.

Penerapan perencanaan shaping:

– Konseli harus diberitahu sebelun rencana dilaksanakan.

– Beri penguatan segera pasa awal perilaku.

– Jangan lanjut tahap selanjutnya sebelum berhasil.

– Jika belum yakin pada perilaku konseli, dapat digunakan aturan; perpindahan tahap bila sudah
benar 6 dari 10 percobaan.

– Jangan terlalu sering memberi penguatan pada satu tahap, dan tidak memberikan penguatan
untuk selanjutnya.

– Kalau konseli berhenti bekerja, maka konselor dapat berpindah cepat ketahap berikutnya.

– Cek efektivitas penguatan.

1. Pembuatan kontrak.

Teknik mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan
kontrak konseli dengan konselor.

Prinsip dasar kontrak:

1. Kontrak disertai dengan penguatan.

2. Reinforcement diberikan dengan segera.


3. Kontrak harus dinegosiasikan secara terbuka dan bebas serta disepakati antara konseli dengan
konselor.

4. Kontrak harus fair.

5. Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi, lamanya kontrak).

6. Kontrak dilaksanakan sesuai dengan program sekolah.

Langkah pembuatan konstrak :

1. Analisis ABC dengan pilihan tingkah laku yang akan diubah.

2. Tentukan data awal (baseline data)/ tingkah laku yang akan diubah.

3. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan.

4. Reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesuai jadwal.

5. Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap.

1. Modeling (penokohan).

Modeling adalah teknik mengubah perilaku lama dengan cara meniru tigkah laku model yang tidak
diterima sosial akan memperkuat atau memperlemah tingkah laku bergantung pada tingkah laku model
itu dihukum. Kasus yang diterapi modeling adalah penderita fobia, ketergantungan obat-obatan,
alkohol, gangguan kepribadian berat psikokis, kesulitan anak adaptasi disekolah, takut sekolah.

Prinsip-prinsip modeling :

1. Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung atau tidak langsung.

2. Kecakapan sosial bisa mengamati dan mencontoh model yang ada.

3. Reaksi emosional yang terganggu bisa dihapuskan dengan mengamati orang lain yang
mendekati objek yang ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang
dilakukan.

4. Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.

5. Status kehormatan model sangat berarti.

6. Individu mengamati fans nya.

7. Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.

Macam-macam penokohan :

 Penokohan nyata (live model) ex: terapis, guru, atau seseorang yang dikagumi, orang tua.

 Penokohan simbolik (symbolik model) ex: tokoh yang dilihat melalui film, video atau media
lainya.

 Penokohan ganda (multiple model).

Langakah-langkah :

1. Menetapkan bentuk penokohan.

2. Pada live model, pilih teman sebaya konseli berdasarkan umur, status ekonomi, penampilan
fisik.

3. Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

4. Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli.

5. Kombinasi modeling dengan aturan, instruksi, behavior rehearsal, dan penguatan.

6. Saat konseli memperhatikan tokoh berikan penguatan alamiah.

7. Buat desain pelatihan konseli meniru model secara tepat.

8. Bila perilaku bersifat kompleks maka modeling dilakukan dari yang paling mudah ke yang lebih
sulit.
9. Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukan pperilaku yang menimbulkan rasa takut bagi
konseli.

1. Penghapusan (extinction).

Teknik menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.

Langkah-langkah :

1. Menentukan tingkah laku dengan analisis ABC.

2. Bila tingkah laku dilakukan sebaiknya guru atau orang tua berpura-pura tidak mengetahu hal
tersebut.

3. Ectinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik penguatan positif.

1. Pembanjiran( flooding)

Pembanjiran harus dmilakukan dengan hati-hati karena mungkin akan terjadi reaksi emosi sangat tinggi.
Tujuanya untuk menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulka, dengan menggunakan stimulus yang
dikondisikan (condisioning stimulus) yang dimunculkan secara berulang-ulang sehingga terjadi
penurunan tanpa memberi penguatan.

Langkah-langkah :

1. Pencarian stimulus yang memicu gejala.

2. Menafsirkan bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala membentuk perilaku


konseling.

3. Meminta konseling membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkan tanpa disertai celaan
atas kepantasan situasi yang dihadapi.

4. Bergerak semakin dekat dengan ketakutan yang paling ditakuti konseli, meminta konseli agar
membayangkan apa yang paling ingin dihindari.

5. Mengulang prosedur sampai kecemasan tidak muncul lagi dalam diri konseli.

1. Penjenuhan (satiation).

Teknik membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku sehingga tidak lagi bersedia melakukanya.
Menurunkan atau menghindari tingkah laku yang tidak diinginkan dengan memberikan reinforcement
yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa puas dan tidak akanmelakukan
tingkah laku yang tidak diinginkanya lagi.

1. Hukuman (punishment)

Efek samping emosional pemberian hukuman :

 Tingkah laku yang diinginkan hanya ditekankan saat ada hukuman.

 Jika tingkah laku alternatif tidak muncul, konseli akan menarik diri.

 Pengaruh hukuman bisa jadi digeneralisasikan pada tingkah laku lain yang berhubungan dengan
tingkah laku yang dihukum.

1. Terapi aversi

Teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian
tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak
diinginkan terhambat kemunculanya.

Beberapa point penting yang harus diperhatikan :

 Hukuman jangan sering digunakan meskipun konseli menginginkanya.

 Bila menggunaka hukuman perumusan tingkah laku alternatif harus spesifik dan jelas.

 Hukuman digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan konseli merasa ditolak sebagai
pribadi.
 Konseli harus tahu bahwa konsekuensi aversif diasosiasikan dengan tingkah laku maladaptif
spesifik.

1. Disensitisasi sistematis

Digunakan untuk menghapus rasa cemas dan tingkah laku menghindar.melatih konseli santai dan
mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau
divisualisasi.

Langkah-langkah terapi ini adalah :

 Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.

 Menyusun tingkat kecemasan.

 Membuat daftar situasi yang memunculkan kecemasan.

 Melatih relaksasi konseli.

 Pelaksanaan desentralisasi konseli dalam santai dan mata tertutup.

 Meminta konseli untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan dalam hidupnya.

 Dilakukan terus menerus hingga muncul rasa kecemasan dan dihentikan.

 Dilakukan relaksasi kembali hingga konseli santai.

 Terapi selesai jika konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi yang membuatnya
tegang dan gelisah.

Cocok untuk kasus fobia, takut ujian, impotensi, friditas, kecemasan neurotik, kekuatan yang
digeneralisasikan

By Sahabat kita ICT • Posted in MODEL-MODEL KONSELING

APR282013

PENDEKATAN PSIKOANALISIS

Pandangan tentang manusia

Pendekatan psikoanalis dikembangkan oleh Sigmund Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh
kekuatan irasional, motivasi bawah sadar (unconsiousness motivation), dorongan (drive) biologis dan
insting, serta kejadian psikoseksual selama 6 th pertama kehidupan (Corey,1986, p.12). insting
merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan freud. Insting yang ada bertujuan sebagai
pertahanan hidup dari individu dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan
kreativitas.

Manusia memiliki insting mati (death instincts) dan insting hidup (life instincts). Insting mati (death
instincts) berhubungan dengan dorongan agresif, menusia memanifestasikan insting mati (death
instincts) melalui tingkah laku seperti keinginan bawah sadar untuk mati atau untuk menyakiti diri
sendiri atau orang lain. Sedangkan insting hidup (life instints) untuk mempertahankan hidup,
berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas.

Konsep dasar

Pendekatan psikoanalisis memiliki ciri : menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli
(perkembangan psikoseksual), pengaruh dari implus-implus genetik (insting), pengaruh energi hidup
(libido), pengaruh pengalaman dini, dan pengaruh irasional dan sumber ketidaksadaran perilaku.

Manusia memiliki gambaran jiwa yang dianalogikan seperti gunung es. Consciousness (kesadaran)
berisikan ide-ide atau hal-hal yang disadari, subconsciousness (pra-kesadaran) berisi ide-ide atau hal-hal
yang tidak disadari yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran,
dan unconsciouseness(ketidaksadaran) mernupakan bagian besar dari gambaran jiwa manusia yang
terdiri dari perilaku dimasa lalu yang ditekan dan dilupakan dialam bawah sadar.

Gambar 1. Konsep gunung es

Struktur kepribadian psikoanalisis


Teori psikoanalisis melihat kepribadian terbagi menjadi 3 sistem utama yaitu id, ego dam super-ego :

1. Id, bersifat warisan genetik dan bawaan sejak lahir. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan,
karena menyediakan dorongan menuju pengaejaran keinginan pribadi.

1. Ego, dilihat dari sebagai satu-satunya unsur rasional dalam struktur kepribadian manusia.
Bekerja dengan melakukan kontak dengan dunia realitas, karena kontak dengan realitas ego
menjadi pengontrol utama dalam kesadaran, menyediakan pemikiran dan perencanaan realistis
dan logis, dan akan sanggup meredam pikiran dan keinginan irasional dari id.

1. Super-ego merepresentasikan suara hati, beroperasi berdasarkan prinsip realisme moral. Super-
ego mempresentasikan kode moral pribadi, didasarkan pada persepsi seseorang mengenai
moralitas dan nilai masyarakat. Sehingga super-ego akan memberikan rasa bangga dan cinta-
diri, dan hukuman seperti rasa bersalah atau rendah diri bagi manusia atau individu.

Jika ego gagal dalam menyalurkan kehendak id maka akan timbul hukuman berupa kecemasan, yang
dibagi menjadi 3 yaitu :

 Kecemasan realitas, dirasakan karena adanya ancaman yang nyata atau ancaman yang
diperkirakan akan dihadapi dilingkungan. Contoh, cemas meninggalkan kendaraan yang baru
dibeli ditempat yang sunyi.

 Kecemasan moral, kecamasan yang dihasilkan dari hati nurani. Contoh, cemas akan gagal dalam
menghadapi ujian.

 Kecemasan neurotik, kecemasan yang muncul karena rasa bimbang, tidak ada yang mengontrol
tingkah lakunya, bersifat tidak sadar.

Perkembangan kepribadian psikoanalisis

1. Fase oral (0-1 th)

Kenikmatan dan kepuasan bersumber dari mulutnya, melalui menghisap dan menggigit. Orang terdekat
adalah ibu. Masalah yang timbul jika gagal dalam fase ini adalah ketidakpercayaan kepada orang lain,
menolak cinta dari orang lain, ketidakmampuan membentuk hubungan yang intim.

1. Fase anal (1-3 th)

Pusat kenikmatan terletak pada daerah anus yaitu melalui menahan dan melepaskan terutama saat
buang air besar. Tugas perkembangan pada masa ini adalah kemandirian, menerima kekuatan personal
dan belajar mengekspresikan perasaan negatif seperti marah dan agresif.

1. Fase phallic (3-5 th)

Pusat kepuasan pada daerah kelamin. Fase pembentukan identitas seksual. Cara orangtua merespon
secara verbal dan non-verbal terhadap keinginan seksual anak memiliki pengaruh pada pembentukan
identitas seksual dan perasaan yang dikembangkan.

1. Fase laten (5-12 th)

Lebih berminat ke sekolah, teman bermain, olah raga dan berbagai aktivitas baru. Karena masa ini
perkembangan terjadi pada aspek motorik dan kognitif.

1. Fase ganital (>12 th )

Masa puber bagi perkembangan anak. Mulai membangun pertemanan, terlibat pada aktivitas seni dan
olah raga serta mempersiapkan karir.

Mekanisme pertahanan ego

– Represi, yaitu upaya untuk menyembunyikan dan memendam semua memori, perasaan dan
pikiran sederhana sedalam mungkin kedalam diri karena kemunculanya akan menimbulkan rasa sakit
dan takut.

– Rasionalisasi, yaitu upaya untuk mengjustifikasi atau menyediakan penjelasan paling masuk akal
untuk membuat perilaku yang tidak diinginkan jadi terlihat masuk akal dan diterima secara sosial.

– Regresi, yaitu upaya untuk kembali ke bentuk perilaku sebelumnya.


– Identifikasi, yaitu upaya meniru seseorang atau sesuatu karena memberinya kepuasan atau
kompetensi tertentu.

– Displacement, yaitu gerak menjauh dari satu objek untuk mendekati objek lain yang kurang
begitu mengancam atau menghasilkan kecemasan.

– Overcompensation, yaitu keterampilan perilaku yang mencerminkan kabalikan dari perasaan


yang direpresikan.

Tujuan konseling

Membuat kesadaran (conscious) hal-hal yang tidak disadari (unconscious) konseli. Hal-hal yang terdapat
pada ketidaksaran (unconscious) dibawa kelevel kesadaran (conscious). Ketika hal-hal yang telah ditekan
kedalam ketidaksadarandimunculkan kembali, maka maslaah tersebut dapat diatasi secara lebih rasional
dengan menggunakan berbaga

Teknik-teknik konseling psikoanalisis

1. Teknik analisis kepribadian (case histories)

 Dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan primitif (libido) terhadap ego dan bagaimana
super-ego menahan dorongan tersebut.

 Memastikan ego dapat mempertahankan keseimbangan dorongan id dan super-ego.

 Kemudian dicari penyebab jika ego tidak dapat mempertahankan keseimbangan tersebut.

 Pendekatan sejarah kasus, guna melihat fase perkembangan yang terhambat.

1. Hipnotis (hipnosis)

 Tujuanya untuk mengeksplorasi dan memahami faktor ketidaksadaran penyebab utama


masalah.

 Konseli diajak melakukan katarsis dengan memverbalisasikan konflik yang telah ditekan kealam
tak sadar.

 Hasil tidak bertahan lama karena setelah sadar penyebab masalah tetap ada dan mengganggu.

1. Asosiasi bebas (free asspciation)

 Meminta konseli berbaring rileks.

 Kemudian diminta mengasosiasikan (mengikuti) kata-kata yang diucapkan sendiri atau konselor,
dengan menggunakan kata pertama kali muncul dalam ingatanya tanpa memperdulikan
konsekuensi.

 Id diminta berbicara, ego dan super-ego diam.

1. Analisis resistensi

 Resistensi dapat berbentuk tingkah laku yang memiliki komitmen pada pertemuan konseling,
tidak menepati janji, menolak mengingat mimpi, menghalangi pikiran saat asosiasi bebas dan
lainya. Analisis kondisi ini akan membantu konseli berhasil dalam terapi.

1. Analisis tranferensi

 Konseli akan menstransfer perasaan tentang orang yang penting dalam dirinya kepada konselor.

 Konselor mendorong tranferensi dan menginterpretasikan perasaan positif dan negatif yang
diekspresikan.

 Pelepasan berupa terapeutis, katarsis emosional.

1. Interpretasi

 Konselor membantu konseli memahami peristiwa dari masa lalu dan sekarang.

 Interpretasi menyangkut penjelasan dan analisis berbagai pikiran, perasaan dan tindakan
konseli.
 Konselor harus tepat mimilih waktu untuk menggunakan interpretasi sehingga konseli siap
menerima dan mendapat insight.

Teori psikoanalisis melihat klien sebagvai individu yang lemah dan penuh ketidakpastian sehingga
memerlukan bantuan besar untuk merekonstruksi kepribadian yang normal. Konselor disini berfungsi
sebagai memfasilitasi atau mengarahkan penstrukturan ulang tersebut. Klien akan didorong untuk
berbicara bebas, mengutarakan ketidaknyamanan, mebicarakan kesulitan dan menceritakan peristiwa
yang dirasa memalukan. Konselor akan menyediakan interpretasi setepat mungkin dan berusaha
meningkatkan pemahaman klien mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Diharapkan prosedur ini dapat
mengungkapkan alam bawah sadar dan membantu klien mencapai kemampuan mengatasi secara
realistik keinginan klien

By Sahabat kita ICT • Posted in MODEL-MODEL KONSELING

APR282013

PENDEKATAN RATIONAL-EMOTIVE BEHAVIOE THERAPY

Pandangan tentang manusia

Secara khusus pendekatan REBT berasumsikan bahwa individu memiliki karakteristik sbb :

 Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir rasional dan irasional.

 Pikiran irasional berasal dari proses belajar irasional yang didapat dari orang tua dan budayanya.

 Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa.

 Individu memilki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya.

 Perasaan dan pemikiran yang negatif dapat diorganisasikan sehingga menjadi logis dan rasional.

Teori ABC

Teori ABC merupakan teori tentang kepribadian individu dari sudut pandang pendekatan REBT,
kemudian ditambahkan D dan E untuk mengakomodasikan perubahan dan hasil yang diinginkan dari
perubahan tsb. Selanjutnya, ditambahkan Gyang diletakan keawal untuk memberikan konteks pada
kepribadian individu :
G (goals) atau tujuan-tujuan, yaitu tujuan fundamental

(activating events in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau mengakibatkan
A individu.

B (beliefs) atau keyakinan baik rasional maupun irasional.

C (consequences) atau konsekuensi baik emosional maupun tingkah laku.

D (disputing irrational belief) atau melakukan desputi pikiran irasional.

E (effective new philosophy of life)atau mengembangkan filosofi hidup yang efektif.

(further action/new feeling) atau aksi yang akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru yang
F dikembangkan.

FTGEllis menegaskan bahwa irrasional thinking (berfikir irasional) menjadi masalah bagi individu karena :

 Menghambat individu dalam mencapai tujuan, menciptakan emosi yang ekstrim yang
mengakibatkan stres dan menghambat mobilitas dan mengarahkan pada tingkah laku yang
menyakitkan diri.

 Menyalahkan kenyataan (salah menginterpretasikan kejadian yang terjadi atau tidak didukung
oleh bukti yang kuat).

 Mengandung cara yang tidak logis dalam mengevaluasi diri, orang lain dan lingkungan sekitar.

Tujuan konseling
Tujuan utama konseling REBT adalah membantu individu menyadari bahawa mereka dapat hidup
dengan lebih irasional dan lebih produktif. Ellis dan Benard mendeskripsikan beberapa sub tujuan yang
sesuai dengan nilai dasar pendekatan REBT, yaitu :

1. Memiliki minat diri

2. Memiliki minat sosial

3. Memiliki pengarahan diri

4. Toleransi

5. Fleksibel

6. Memiliki penerimaan

7. Dapat menerima ketidakpastian

8. Dapat menerima diri sendiri

9. Dapat mengambil resiko

10. Memiliki harapan yang realitas

11. Memiliki toleransi terhadap frustasi yang tinggi

12. Memiliki tanggung jawab pribadi

Peran dan fungsi konselor

 Aktif-direktif, mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan terutama pada awal
konseling.

 Mengkonfrontasikan pikiran irasional konseli secara langsung.

 Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali
diri konseli sendiri.

 Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irrasional.

 Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi.

 Bersifat didaktif.

Sebagai seorang konselor harus memiliki keterampilan untuk membangun hubungan konseling, yaitu
sebagai berikut :

 Empati

 Menghargai

 Ketulusan

 Kekongkritan

 Konfrontasi

Teknik-teknik konseling

 Teknik kognitif

 Dipute kognitif

Untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentation,
socratic dialogue, vicarious experience, dan berbagai ekspresi verbal lainya.

 Analisis rasional

Tekhnik untuk mengajarkan konseli bagaimana membuka dan mendebat ke yakinan irasional.

 Dispute standard ganda

Mengajarkan konseli melihat dirinya memiliki standar ganda tentang diri, orang lain dan lingkungan
sekitar.
 Skala katastropi

Membuat proporsi tentang peristiwa-peristiwa yang menyakitkan.

 Devil’s advocate atau rational role reversal

Meminta konseli untuk memainkan peran yang memiiki keyakinan rasional sementara konselor
memainkan peran menjadi konseli yang irasional. Konseli melawan keyakinan irasional konselor dengan
keyakinan rasional yang diverbalisasikan.

 Membuat frame ulang

Mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame
berfikir konseli.

 Teknik imageri

 Dispute imajinasi

Setelah melakukan dispute secara verbal, konselor, meminta konseli untuk membayangkan dirinya
kembali pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah emosinya telah berubah.

 Kartu kontrol emosional (the emosional control card/ECC)

Alat yang dapat membantu konseli menguatkan dan meluaskan praktik REBT. ECC digunakan untuk
memperkuat proses belajar, secara lebih khusus perasaan marah, kritik, kecemasan, dan depresi.

 Proyeksi waktu

Meminta konseli memvisualisasikan kejadian yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu terjadi.

 Teknik melebih-lebihkan

Meminta konseli membayangkan kejadian yang menyakitkan atau kejadian yang menakutkan,
kemudian melebih-lebihkan sampai pada taraf yang paling tinggi.

 Teknik behavioral

 Dispute tingkah laku

Memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang menyebabkan berfikirnya
irasional dan melawan keyakinan tersebut.

 Bermain peran.

Dengan bantuan konselor, konseli melakukan role play tingkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan
yang rasional.

 Peran rasional terbalik

Meminta konseli memainka peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan
peran menjasi konseli yang irasional.

 Pengalaman langsung

Dilakukan melalui perencanaan dan penerapan keterampilan mengatasi masalah yang telah dipelajari
sebelumnya.

 Menyerang rasa malu

Melakukan konfrontasi terhadap ketakutan untuk malu dengan secara sengaja bertingkah laku yang
melakukan dan mengundang ketidaksetujuan lingkungan sekitar.

 Pekerjaan rumah

Untuk mengontrol tingkah laku irasional menjadi rasional.

By Sahabat kita ICT • Posted in MODEL-MODEL KONSELING

APR282013

PENDEKATAN REALITAS
Pandangan tentang manusia

Menurut Glesser, setiap individu memiliki kebutuhan psikologis yang secara konstan hadir sepanjang
rentang kehidupan dan harus dipenuhi, dan individu mengalami permasalahan psikologis karena
individu terhambat dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya seperti cinta, kekuasaan, kesenangan dan
kebebasan. Keterhambatan pemenuhan kebutuhan psikologis pada dasarnya karena penyangkalan
terhadap realitas, yaitu kecenderungan seseorang untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan.

Konsep dasar

Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak
sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat
memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang. Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral
ditekankan lebih ditekankan dalam pendekatan ini.

Dalam pendekatan realitas, penerimaan terhadap realita dapat dicapai dengan melakukan sesuatu yang
realistis (reality), bertanggungjawab (responsibility) dan benar (right) yang dikenal dengan konsep 3R
yaitu :

1. Responsibility (tanggung jawab) adalah kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tanpa
harus merugikan orang lain.

2. Reality (kenyataan) adalah yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi
kebutuhanya.

3. Right (kebenaran) merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga
tingkah laku dapat diperbandingkan.

Ciri-ciri konseling realitas

1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku tidak
bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.

2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.

3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang
mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah
tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.

4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam
memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam
perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli.

5. Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa
yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang
harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.

6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan.
Tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya
dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.

7. Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang
lain melalui perwujudan perilaku nyata.

Tahap-tahap konseling

Tahap 1 : konselor menunjukan keterlibatan dengan konseli (be friend).

Tahap 2 : fokus pada perilaku sekarang.

Tahap 3 : mengeksplorasi total behavior konseli.

Tahap 4 : konseli menilai diri sendiri atau melakukan evaluasi.

Tahap 5 : merencanakan tindakan yang bertanggung jawab.

Tahap 6 : membuat komitmen.

Tahap 7 : tidak menerima permintaan maaf atau alasan konseli.


Tahap 8 : tindak lanjut.

Tujuan konseling

 Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.

 Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai
dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

 Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

 Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang
dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.

Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

Tekhnik-tekhnik dalam konseling realitas :

 Melakukan permainan peran dengan konseli.

 Menggunakan humor.

 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

 Tidak menerima alasan-alasan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab.

 Berperan sebagai model dan guru.

 Menentukan struktur dan batasan-batasan pertemuan konseling.

 Melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup yang efektif.

 Mengkonfrontasikan tingkah laku konselin yang tidak realitas.

 Memberikan pekerjaan rumah untuk dilakasakan konseli pada waktu antara pertemuan satu
dengan lainya.

 Meminta konseli membacakan artikel atau bacaan tertentu yang relevan dengan masalah yang
dihadapinya.

 Membuat kesepakatan sebagai kontrak antara konselor dan konseli.

 Memberikan tekanan tentang pentingnya tanggung jawab konseli dalam membuat pilihan
perilakunya dalam mencapai keinginanya.

 Debat konstruktif

 Dukungan terhadap pelaksanaan rencana konseli.

 Pengungkapan diri konselor dalam proses konseling.

Peran dan fungsi konselor

Peran konselor dalam pendekatan yaitu melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktif,
yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli
mampu menghadapi kenyataan. Konselor sebagai fasilitator agar bisa melihat tingkah lakunya sendiri
secara realitas.

By Sahabat kita ICT • Posted in MODEL-MODEL KONSELING

APR282013

PENDEKATAN CLIENT-CENTERED

Pendekatan ini dikembangkan oleh Carl Rogers (1920) pada tahun 1940. Awalnya
dinamakan nondirective counseling, kemudian pada tahun 1951 diganti menjadi client-centered dan
dikembangkan kembali menjadi person-centered.

Pandangan tentang manusia


Filososis manusia dalam pendekatan ini adalah keyakinan Rogers bahwa manusia :

– Memiliki worth dan dignity dalam diri sehingga ia layak mendapatkan penghargaan (respect).

– Memiliki kapasitas dan hal untuk mengatur dirinya sendiri dan mendapat kesempatan dan
membuat penilaian yang bijaksana.

– Dapat memilih nilainya sendiri.

– Dapat belajar untuk bertanggung jawab secara konstruktif.

– Memiliki kapasitas untk mengatasi perasaan, pikiran dan tingkah lakunya.

– Memiliki potensi untuk berubah secara konstruktif dan dapat berkembang kearah hidup yang
penuh dan memuaskan dengan kata lain aktualisasi diri.

Konsep dasar

pendekatan client-centered dibangun atas 2 hipotesis besar yaitu :

1. Setiap orang memiliki kapasitas untuk memahami keadaan yang menyebabkan


ketidakbahagiaan dan mengatur kembali kehidupanya menjadi lebih baik.

2. Kemampuan seseorang untuk menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan ditingkatkan jika
konselor menciptakan kehangatan, penerimaan dan dapat memahami relasi (proses konseling)
yang sedang dibangun.

Terdapat tiga konsep kepribadian menurut pandangan person-centered yaitu organism (mencakup
aspek fisik & psikologis itu sendiri), phenomenal field (pengalaman hidup yang bermakna) dan self.

Tujuan konseling

Tujuan utama konseling ini adalah pencapaian kemandirian dan integrasi diri. Selain itu konseling
person-centered bertujuan membantu konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat
komunikasi konseling, dimana konselor mendudukan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang
penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat (unconditional person
regard) yaitu menerima konseli apa adanya.

Peran dan fungsi konselor

Kemampuan konselor membangun hubungan interpersonal dalam proses konseling merupakan elemen
kunci keberhasilan konseling, disini konselor berperan mempertahankan 3 konsdisi inti (core condition)
yang menghadirkan iklim kondusif untuk mendorong terjadinya perubahan terapeutik dan
perkembangan konseli, meliputi :

 Sikap yang selaras dan keaslian (congruence or genuineness).

Konselor menampilkan diri yang sebenarnya, asli, terintegrasi dan otentik. Konselor juga selaras
menampilkan antara perasaan dan pikiran yang ada didalam dirinya dengan perasaan, pandangan dan
tingkah laku yang diekspresikan.

 Penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard and acceptance).

– Unconditional positive :Konselor dapat berkomunikasi dengan konseli secara mendalam dan jujur
sebagai pribadi, konselor tidak melakukan penilaian dan penghakiman terhadap perasaan, pikiran dan
tingkah laku berdasarkan standar norma tertentu.

– Acceptance : penghargaan spontan terhadap konseli, dan menerimanya sebagai individu yang
berbeda dengan konselor, dimana perbedaan tersebut dapat terjadi pada nilai-nilai, persepsi diri,
maupun pengalaman-pengalaman hidupnya.

 Pemahaman yang empatik dan akurat (accurate empathic undertanding).

Kemampuan konselor untuk memahami permasalah konseli, melihat sudut pandangan konseli, peka
terhadap perasaan-perasaan konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan
perasaanya.

Teknik-teknik konseling

1. Mendengar aktif (active listening)


2. Mengulang kembali (restating)

3. Memperjelas (clarifying)

4. Menyimpulkan (summarizing)

5. Bertanya (questioning)

6. Menginterpretasi (interpreting)

7. Mengkonfrontasi (confronting)

8. Merefleksi perasaan (reflecting feelings)

9. Memberikan dudukan (supporting)

10. Berempati (empathizing)

11. Menfasilitasi (facilitating)

12. Memulai (initiating)

13. Menentukan tujuan (setting goals)

14. Mengevaluasi (evaluating)

15. Memberikan umpan balik (giving feedback)

16. Menjaga (protecting)

17. Mendekatkan diri (disclosing self)

18. Mencontoh model (modeling)

19. Mengakhiri (terminating)

1. A. PENDEKATAN GESTALT

Terapi yang dipelopori oleh Frederick (fritz) dan Laura Perls pada tahun 1940-an. Pendekatan ini lebih
berfokus pada proses (what is happening) dari pada isi (what is being discussed). Pendekatan ini
dipengaruhi oleh perspektif fenomenologi (the phenomenological persective), perspektif teori medan
(the field theory perspective) dan perspektif eksistensial (the existential perspektive).

Pandangan tentang manusia

Menurut pendekatan Gestalt, area yang paling harus diperhatikan dalam konseling adalah pemikiran
dan perasaan yang individu alami pada saat sekarang. Individu yang sehat secara mental adalah individu
yang dapat mempertahankan kesadaran, yang dapat merasakan dan berbagai konflik pribadi dan
frustasi dengan kesadaran dan konsentrasi yang tinggi, yang dapat membedakan konflik dan masalah
yang dapt diselesaikan dan tidak dapat diselesaikan, yang dapat mengambil tanggung jawab, yang dapat
berfokus pada satu kebutuhan (be figure) pada satu waktu sambil menghubungkanya dengan kebutuhan
yang lain (the ground).

Konsep dasar

“Disini dan Sekarang (Here and now)”

Artinya pendekatan ini mengutamakan masa sekarang, segala sesuatu tidak ada kucuali yang ada pada
masa sekarang (the now) karena masa lalu telah berlalu dan masa depan belum sampai, hanya masa
sekarang yang penting.

Kecemasan yang dialami oleh individu karena jarak antara kenyataan masa sekarang dan harapan masa
yang akan datang. Sehingga, ketika individu mulai berpikir, merasa dan bertingak dari masa kini namun
dikuasai oleh harapan-harapan masa depan. Kecemasan yang dialami akibat dari
harapan katastropik(kecemasan hal buruk yang akan terjadi dimasa depan) dan
harapan anastropik (harapan yang berlebihan tentang hal yang baik dan menyenangkan akan terjadi
dimasa depan).

Bentuk-bentuk pertahanan diri (modes of defense)


 Introyeksi (introjection)

Memasukan ide, keyakinan dan asumsi tentang diri individu, seperti apa individu seharusnya dan
bagaimana individu harus bertingkah laku. Proses introyeksi memiliki beberapa efek yaitu :

 Rasa bersalah

 Perfeksionis

 Rendah diri

 Ketidakmampuan menerima pujian

 Hanya ke Anglessey

 Proyeksi (projection)

Individu tidak dapat membedakan dirinya dengan lingkungan, mengatribusikan dirinya kepada orang
lain serta menghindari tanggung jawab terhadap perasaan dan diri individu sebenarnya dan membuat
tak berdaya membuat perubahan.

Efek negatif yang ditimbukan :

– Individu membangun batas-batasn untuk melakukan kontak dengan individu lain.

– Individu membangun kembali proses introyeksi yang telah terjadi dimasa lalu dihadirkan ke masa
sekarang.

– Perasaan terkucilkan.

– Berpikiran bahwa orang lain tidak lebih perfek dari dia.

– Menyalahkan orang lain jika sesuatu tidak terwujud.

– Mencari kambing hitam untuk segala sesuatunya tidak sesuai dengan rencana.

– Individu kesepian atau hampa

 Retrofleksi (retroflection)

Proses individu mengembalikan respon dan implus kepada dirinya karena ia tidak dapat
mengekspresikan kepada orang lain.

 Defleksi (deflection)

Mengubah pertanyaan atau pernyataan menjadi memiliki makna lain sehingga individu dapat
menghindar dari merespon pertanyaan atau pernyataan.

Tujuan konseling

 Mencapai kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukanya.

 Kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain.

 Memiliki kemampuan mengenali, menerima dan mengekspresikan perasaan, pikiran juga


keyakinan diri.

Teknik-teknik konseling

1. Kursi kosong (empty chair)

Merupakan intervensi yang kuat, yang dapat digunakan untuk membantu konseli segala umur yang
memiliki konflik dengan orang ketiga yang tidak hadir dalam proses konseling. Kasus yang biasa
menggunakan teknik ini adalah :

– Introyeksi dari orang tua Vs anak

– Bagian diri yang bertanggung jawab Vs bagian diri yang implusif

– Orang yang puritan Vs orang yang ekspresif

– Orang yang agresif Vs orang yang pasif

– Diri yang otonom Vs diri yang tergantung


– Anak baik Vs anak nakal

– Orang yang bekerja keras Vs orang malas

1. Membuat serial (making the rounds)

Melibatkan individu untukberbicara atau melakukan sesuatu kepada orang lain dalam kelompok.
Tujuanya untuk melakukan konfrontasi, mengambil resiko, untuk membuka diri, melatih tingkah laku
baru, dan melakukan perubahan.

1. “saya bertanggung jawab atas…”

Bertujuan membantu konseli untuk menyadari dan mempersonalisasi perasaan dan tingkah lakunya
serta mengambil tanggungjawab atas perasaan dan tingkah lakunya.

1. Bermain proyeksi

Individu yang melihat secara jelas pada orang lain apa yang tidak ingin dilihat dan menerimanya dalam
dirinya.

1. Pembalikan (reversal tekhnique)

Bertujuan untuk mengajak konseli untuk mengambil resiko terhadap ketakutan, kecemasan dan
melakukan kontak dengan bagian dirinya selama ini ditolak dan ditekan.

1. Latihan gladiresik

Teknik yang diciptakan dan diterapkan dalam permainan sharing.

1. Latihan melebih-lebihkan

Membantu konseli untuk menjadi lebih sadar pada tanda-tanda bahsa tubuh.

1. Tetap pada perasaan

Konselor meminta konseli untuk tetap pada perasaan ketakutan dan merasakanya pada proses
konseling. Hal ini memungkinkan konseli membuka diri untuk mengalami kesakitan dan membuka jalan
untuk melangkah kearah yang lebih positif.

By Sahabat kita ICT • Posted in MODEL-MODEL KONSELING

APR282013

PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK

Konsep dasar

Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Ada beberapa konsep utama dari
pendekatan eksistensial-humanistik yaitu:

1. Kesadaran diri.

Manusia memiliki kesanggupan menyadari diri sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berfikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seseorang maka
akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada individu tersebut.

1. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.

Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi dasar
kepribadian manusia.

1. Penciptaan makna

Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidupnya dan menciptakan
nilai-nilai yang akan memeberikan makna bagi kehidupanya. Manuasia memiliki kebutuhan untuk
berhubungan dengan sesamanya dalam suatu acara yang bermakna, sebab manusia adlaah makhluk
yang rasional.

Pada dasarnya konseling eksistensial-humaniastik merupakan suatu pendekatan terhadap konseling dan
terapi alih-alih suatu model teoritis tetap. Konseling ini menekankan pada kondisi inti manusia.
Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individual. Menurut
pendekatan humanistik-eksistensial, dimensi dasar dari kondisi manusia mencakup :

1. Kapasitas kesadaran diri.

2. Kebebasan serta tanggung jawab.

3. Menciptakan identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang bermakna dengan orang lain.

4. Usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran.

5. Kecemasan sebagai suatu kondisi hidup.

6. Kesadaran akan datangnya maut serta ketidaksadaran.

Tujuan

1. Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.

2. Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi membantu konseli


menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.

3. Membantu konseli agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.

Teknik-teknik

Dalam pendekatan konseling eksistensial-humanistik tidak terdapat teknik khusus untuk menangani
konseli, namun dalam pendekatan ini bisa menggunakan teknik-teknik dari berbagai pendekatan yang
ada sesuai dengan masalah yang dihadapi klien. Yang paling dipedulikan oleh konselor ekstensial adalah
memahami dunia subyektif klien agar konselor dapat menolong untuk bisa sampai pada pemahaman
dan pilihan-pilihan baru. Menitik beratkan masalah pada situasi hidup klient yang sekarang bukan
menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu.

Dalil-dalil

« Dalil 1 : Kesadaran diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui
situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berfikir dan memilih yang khas manusia.

« Dalil 2 : kebebasan dan tanggung jawab

Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalma arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk
memilih diantara alternatif-alternatif. Karena manusia pada dasarnya bebas, maka ia harus bertanggung
jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.

« Dalil 3 : keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain

Setiap individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatanya, tetapi pada saat
yang sama ia memiliki kebutuhan untuk keluar dari dirinya sendiri dan untuk berhubungan dengan
ornag lain serta dengan alam. Kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain dan alam menyebabkan
kesepian, mengalami alienasi,keterasingan dan depersonalisasi.

« Dalil 4 : pencarian makna

Salah satu karakteristik yang khas pada manusia adalah perjuanganya untuk merasakan arti dan maksud
hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas pribadi.

« Dalil 5 : kecemasan sebagai syarat hidup

Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yang
patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan. Kecemasan
adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.

« Dalil 6 : kesadaran atas kematian dan non-ada

Kesadaran akan kematian adalah kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna dalam
hidup.

« Dalil 7 :perjuangan untuk aktualisasi diri


Manusia berjuang untuk aktualisasi diri; yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka
mampu.

By Sahabat kita ICT • Posted in MODEL-MODEL KONSELING

APR282013

PENDEKATAN ANALISIS-TRANSAKSIONIS

Model konseling pendekatan analisis transaksional dikembangan oleh Eric Berne yang berlandaskan
pada suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional.

Pandangan tentang manusia

Pendekatan AT menlihat individu dipengaruhi oleh ekspektasi dan tuntutan dari orang-orang yang
signifikan baginya terutama pada pengalaman keputusan pada masa-masa dimana individu masih
bergantung pada orang lain. Manusia dianggap masih memiliki pilihan dan tidak tergantung pada masa
lalu, walaupun pengalaman masa lalu yang menentukan posisi hidup tidak bisa dihapus, individu dapat
mengubah posisinya.

Konsep dasar

Beberapa konsep penting dalam pendekatan konseling AT yaitu :

1. Injungsi (injunction) dan pengambilan keputusan awal (early decision).

Kunci pentingnya adalah injunction atau don’ts. Injunction yang biasa terjadi adalah :

– Don’t do anything (jangan berbuat apa-apa).

– Don’t be

– Don’t be close (jangan dekat)

– Don’t be important (jangan menjadi orang penting)

– Don’t be a child (jangan seperti anak kecil).

– Don’t grow (jangan jadi besar)

– Don’t succeed atau don’t make it (jangan berhasil).

– Don’t be you (jangan begitu)

– Don’t be sane and don’t be well

– Don’t belong (jangan jadi orang kita)

– Don’t think (jangan berpikir)

– Don’t felel (jangan merasa)

1. Strokes

Merupakan bentuk dari penguatan. Strokes dapat berupa sentuhan fisik atau bentuk simbolis seperti
pandangan mata, kata-kata, bahasa tubuh dan verbalisasi, digunakan untuk berkomunikasi dengan
orang lain.

1. Naskah Hidup (life script).

Naskah hidup menentukan pilihan terakhir. Naskah hidup merupakan lakon hidup seseorang yang
disusun sendiri pada masa kecilnya. Tidak ada pengaruh dari lingkungan, orang tua, ataupun orang lain.

1. Konsep ego state

2. Ego anak

Ego anak dapat dilihat dalam dua bentuk yaitu sebagai seorang anak yang menyesuaikan dan anak yang
wajar. Anak yang menyesuaikan diujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal
ini dapat menyebabkan anak bertindaak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan,
dan patuh, sebagai akibatnya anak akan menarik diri, takut, manja, dan kemungkinan mengalami
konflik. Anak yang wajar akan terlihat dalam tingkah lakunya seperti lucu, tergantung, menuntut, egois,
agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat
jika terjadi suatu interaksi antara dua individu.

Misalnya seorang teman menanyakan kenapa kamu kemarin kemu tidak masuk kantor, maka reaksi
yang ditanya muncul perasaan kesal (kok usil amat), atau muncul perasaan takut dan kemudian
memberikan jawaban agar dikasihani. Respon ini mewujudkan status ego anak yang menyesuaikan
sebagaimana respon yang diberikan jika mendapat teguran dari orang tuanya.

1. Ego Dewasa

Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan
mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
Didalam kehidupan sehari-hari interaksi dengan menggunakan status ego dewasa.

Misalnya seorang dosen sedang memeriksa analisis data dari skripsi mahasiswanya dosen mengatakan
kenapa anda memilih saya sebagai pembimbingnya, maka mahasiswa menjawab ya pak, karena
sepengetahuan saya, bapak ahlinya dan sangat menguasai mengenai permasalahan dalam skripsi saya.

1. Ego Orang Tua

Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip
dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya. Ada dua bentuk
sikap orang tua, yang pertama adalah orang tua yang selalu mengkritik-merugikan, dan yang kedua
adalah orang tua yang sayang.

Misalnya sikap orang tua yang mengkritik merugikan seperti “ kamu sih terlalu malas, memang kamu
bodoh sih, kamu anak bapak yang paling bandel”. Status ego orang tua yang sayang seperti memberikan
dorongan, memberi semangat,menerima, memberikan rasa aman

Tujuan konseling

Membantu konseling untuk membuat keputusan baru tentang tingkah laku sekarang dan kearah
hidupnya. Individu mendapat kesadaran tentang bagaiman kebebasan terkekang karena keputusan awal
tentang posisi hidup dan belajar menentukan hiudp yang lebih baik.

Tujuan khusus :

 Konselor membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi
pada saat yang tepat.

 Konseli dibantu untuk menganalisis transaksi diri sendiri.

 Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri
dalam memilih apa yang diinginkan.

 Konseli dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang telah dibuat dan membuat keputusan
baru atas dasar kesadaran.

Teknik-tekni dalam konseling

– Metode didaktik.

– Kursi kosong .

– Bermain peran.

– Penokohan keluarga.

– Analisis ritual dan waktu luang.

By Sahabat kita ICT • Posted in MODEL-MODEL KONSELING


MODEL-MODEL KONSELING

Anda mungkin juga menyukai