“Pendekatan Perilaku dalam Konseling Lintas Budaya serta Etik dan Emik dalam
Praktek Konseling Lintas Budaya”
Dosen:
Prof. Dr. Firman, M.S., Kons
Disusun Oleh :
Zikra Noviyas
18006163
Pendekatan Perilaku
dalam Konseling Lintas
Budaya
budaya yang dibawa masing– spesifik dan kebutuhan-kebutuhan konseling khusus mereka.
masing 3. Pendekatan inklusif atau transcultural, menekankan bahwa
keterlibatan dalam konseling merupakan proses yang aktif
dan resiprokal.
A. Pendekatan Perilaku Dalam Konseling Lintas Budaya
Dalam konseling lintas budaya terlibat adanya relasi antara konselor dan
konseli. Bagaimanapun relasi yang terjadi dalam konseling adalah relasi
dalam situasi kemanusiaan, artinya baik konselor maupun klien adalah
manusia dengan karakteristiknya masing–masing, baik karakteristik
kepribadiannya maupun karakteristik nilai, moral dan budaya yang dibawa
masing– masing.
Menurut Palmer and Laugngani, (2008 : 156) terdapat tiga pendekatan
dalam konseling lintas budaya, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan universal atau etik yang menekankan inklusivitas, komonalitas
atau keuniversalan kelompok-kelompok.
2. Pendekatan emik (kekhususan budaya) yang menyoroti karakteristik-
karakteristik khas dari populasi-populasi spesifik dan kebutuhan-
kebutuhan konseling khusus mereka.
3. Pendekatan inklusif atau transcultural, menekankan bahwa keterlibatan
dalam konseling merupakan proses yang aktif dan resiprokal.
Selain itu juga terdapat pendekatan inklusif disebut pula konseling
transcultural yang menggunakan pendekatan emik. Pendekatan konseling
trancultural mencakup komponen berikut:
1. Sensitivitas konselor terhadap variasi-variasi dan bias budaya
daripendekatan konseling yang digunakannya.
2. Pemahaman konselor tentang pengetahuan budaya konselinya.
3. Kemampuan dan komitmen konselor untuk mengembangkan pendekatan
konseling yang merefleksikan kebutuhan budaya konseli.
4. Kemampuan konselor untuk menghadapi peningkatan kompleksitas lintas
budaya.
Selain itu juga terdapat asumsi-asumsi yang mendasari pendekatan
konseling transcultural yaitu sebagai berikut:
1. Semua kelompok-kelompok budaya memiliki kesamaan kebenaran untuk
kepentingan konseling;
2. Kebanyakan budaya merupakan musuh bagi seseorang dari budaya lain;
3. Kelas dan gender berinteraksi dengan budaya dan berpengaruh terhadap
outcome konseling (Fukuyama, 1990).