Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 11

KONSELING LINTAS BUDAYA

“Pendekatan Perilaku dalam Konseling Lintas Budaya serta Etik dan Emik dalam
Praktek Konseling Lintas Budaya”

Dosen:
Prof. Dr. Firman, M.S., Kons

Disusun Oleh :
Zikra Noviyas
18006163

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
Konselor lintas budaya menekankan prinsip
kebenaran universal dan kekhasan budaya
(emik). Dalam emik, seorang konselor menguji
Etik dan Emik dalam dan membandingkan sendiri antara kebudayaan
Praktek Konseling dan struktur kebudayaan yang berbeda-beda
Lintas Budaya

Pendekatan Perilaku
dalam Konseling Lintas
Budaya

Menurut Matsumoto (2008)


Pendekatan Perilaku dalam
Konseling Lintas Budaya serta Ethic adalah aspek kehidupan yang
Etik dan Emik dalam Praktek muncul konsisten pada semua
Konseling Lintas Budaya
budaya. Emic adalah aspek
Dalam konseling lintas kehidupan yang muncul hanya
budaya terlibat adanya relasi antara
konselor dan konseli. pada satu budaya tertentu. Ethic
Bagaimanapun relasi yang terjadi Menurut Palmer and Laugngani, (2008 : 156) terdapat tiga menjelaskan universalitas sebuah
dalam konseling adalah relasi pendekatan dalam konseling lintas budaya, yaitu sebagai berikut: konsep kehidupan sedangkan emic
dalam situasi kemanusiaan, artinya 1. Pendekatan universal atau etik yang menekankan
baik konselor maupun klien adalah menjelaskan keunikan dan sebuah
inklusivitas, komonalitas atau keuniversalan kelompok-
manusia dengan karakteristiknya konsep pada satu budaya.
kelompok.
masing–masing, baik karakteristik
kepribadiannya maupun 2. Pendekatan emik (kekhususan budaya) yang menyoroti

karakteristik nilai, moral dan karakteristik-karakteristik khas dari populasi-populasi

budaya yang dibawa masing– spesifik dan kebutuhan-kebutuhan konseling khusus mereka.
masing 3. Pendekatan inklusif atau transcultural, menekankan bahwa
keterlibatan dalam konseling merupakan proses yang aktif
dan resiprokal.
A. Pendekatan Perilaku Dalam Konseling Lintas Budaya
Dalam konseling lintas budaya terlibat adanya relasi antara konselor dan
konseli. Bagaimanapun relasi yang terjadi dalam konseling adalah relasi
dalam situasi kemanusiaan, artinya baik konselor maupun klien adalah
manusia dengan karakteristiknya masing–masing, baik karakteristik
kepribadiannya maupun karakteristik nilai, moral dan budaya yang dibawa
masing– masing.
Menurut Palmer and Laugngani, (2008 : 156) terdapat tiga pendekatan
dalam konseling lintas budaya, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan universal atau etik yang menekankan inklusivitas, komonalitas
atau keuniversalan kelompok-kelompok.
2. Pendekatan emik (kekhususan budaya) yang menyoroti karakteristik-
karakteristik khas dari populasi-populasi spesifik dan kebutuhan-
kebutuhan konseling khusus mereka.
3. Pendekatan inklusif atau transcultural, menekankan bahwa keterlibatan
dalam konseling merupakan proses yang aktif dan resiprokal.
Selain itu juga terdapat pendekatan inklusif disebut pula konseling
transcultural yang menggunakan pendekatan emik. Pendekatan konseling
trancultural mencakup komponen berikut:
1. Sensitivitas konselor terhadap variasi-variasi dan bias budaya
daripendekatan konseling yang digunakannya.
2. Pemahaman konselor tentang pengetahuan budaya konselinya.
3. Kemampuan dan komitmen konselor untuk mengembangkan pendekatan
konseling yang merefleksikan kebutuhan budaya konseli.
4. Kemampuan konselor untuk menghadapi peningkatan kompleksitas lintas
budaya.
Selain itu juga terdapat asumsi-asumsi yang mendasari pendekatan
konseling transcultural yaitu sebagai berikut:
1. Semua kelompok-kelompok budaya memiliki kesamaan kebenaran untuk
kepentingan konseling;
2. Kebanyakan budaya merupakan musuh bagi seseorang dari budaya lain;
3. Kelas dan gender berinteraksi dengan budaya dan berpengaruh terhadap
outcome konseling (Fukuyama, 1990).

B. Etik dan Emik dalam Praktek Konseling Lintas Budaya


Menurut Matsumoto (2008) Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul
konsisten pada semua budaya. Emic adalah aspek kehidupan yang muncul
hanya pada satu budaya tertentu. Ethic menjelaskan universalitas sebuah
konsep kehidupan sedangkan emic menjelaskan keunikan dan sebuah konsep
pada satu budaya.
Konselor lintas budaya menekankan prinsip kebenaran universal dan
kekhasan budaya (emik). Dalam emik, seorang konselor menguji dan
membandingkan sendiri antara kebudayaan dan struktur kebudayaan yang
berbeda-beda. Sehubung dengan sistem emik, meniscayakan peran konselor
untuk menjadikan dirinya bagian kebudayaan konseli, sehingga akan
memudahkan konselor untuk menjadikan konseli berkemampuan
mempotensikan diri, mengekspresikan kekhasan secara independen dan
interdependensi serta membentuk keseimbangan emosi sosial.
Etik dan emik merupakan konsep-konsep yang kuat (powerful). Kalau kita
tahu sesuatu tentang perilaku manusia dan menganggapnya sebagai kebenaran
dan hal itu adalah suatu etik (alias universal), maka kebenaran sebagaimana
kita ketahui itu adalah juga kebenaran bagi sernua orang dan budaya apa pun.
Kalau yang kita ketahui tentang perilaku manusia dan yang kita anggap
sebagai kebenaran itu ternyata adalah suatu emik (alias bersifat khas budaya),
maka apa yang kita anggap kebenaran tersebut belum tentu merupakan
kebenaran bagi orang dan budaya lain.
DAFTAR PUSTAKA

Fukuyama, M. A. 1990. “Taking A Universal Approach To Multicultural


Counseling". Counselor Education And Supervision, 30, 6-17.
Matsumoto, D. 2008. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Palmer, Stephen &Laungani, Pittu. 2008. Counseling In A Multicultural Society.
London: Sage Publisher.

Anda mungkin juga menyukai