Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334835584

Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan


Bimbingan Konseling di Sekolah

Article  in  Jurnal Psikologi · June 2019


DOI: 10.24014/jp.v15i1.6549

CITATIONS READS

4 1,745

1 author:

A. Ahmad Ridha

14 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by A. Ahmad Ridha on 14 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha

Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan


Konseling di Sekolah

Andi Ahmad Ridha


Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga
email: a.ahmad.ridha-2015@psikologi.unair.ac.id

Abstrak
Artikel INFO Pada dasarnya pemberian layanan konseling adalah tugas guru bimbingan dan
konseling (Guru BK) di sekolah. Namun, layanan yang diberikan kurang efektif karena
Diterima:10 Januari 2019
Direvisi :14 februari 2019 terbatas jumlah guru BK dan terbatasnya kesempatan untuk memberikan layanan kepada
Disetujui: 28 Maret 2019 seluruh siswa. Penerapan konselor sebaya disinyalir dapat mengatasi kelemahan yang
dimiliki sistem layanan konseling di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan
DOI: konselor sebaya sebagai salah satu strategi mengatasi lemahnya fungsi BK di sekolah.
http://dx.doi.org/10.24014/
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMK di Surabaya.Penelitian ini menggunakan
jp.v14i2.6549
metode kualitatif dengan tipe penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam
2 siklus (3 sesi pada masing-masing siklus). Subjek penelitian berjumlah 4 orang siswa
yang direkomendasikan oleh wali kelas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah penerapan konselor sebaya dapat meningkatkan fungsi layanan BK di sekolah.
Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) siswa-siswa di sekolah menunjukkan
kesediaannya secara sukarela untuk mendatangi ruang BK dan berkonsultasi dengan
konselor sebaya pada jam istirahat. Hasil pengamatan menunjukkan adanya lonjakan
siswa yang berkonsultasi di jam-jam istirahat; 2) Penerapan konselor sebaya dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu jenis permasalahan yang dialami dan keterbukaan siswa dalam
menyampaikan permasalahan; dan 3) Penerapan konselor sebaya sangat membantu
guru BK dalam menjangkau seluruh siswa yang memerlukan bantuan penyesuaian di
sekolah.

Kata kunci: Layanan Bimbingan Konseling, Guru BK, Konselor Sebaya

Application of Peer Counselors in Optimizing the Functions of Guidance


Counseling Services in Schools

Abstract

Basically the provision of counseling services is the task of the guidance and counseling
teacher (GC Teacher) at the school. However, the services provided are less effective
because of the limited number of GC teachers and the limited opportunities to provide
services to all students. The application of peer counselors was allegedly able to
overcome the weaknesses of the counseling service system in schools. This study aims
to apply peer counselors as a strategy to overcome the weak function of GC in schools.
This research was conducted in one of the Vocational Schools in Surabaya. This study
uses qualitative methods with the type of classroom action research. This research was
conducted in 2 cycles (3 sessions in each cycle). The research subjects were 4 students
recommended by the homeroom teacher. The results obtained in this study are the
application of peer counselors can improve GC service functions in schools. This can
be explained as follows: 1) students in the school show their willingness to voluntarily
go to the GC room and consult with peer counselors at rest time. The results of the
observations indicate that there is a surge in students who consult during breaks; 2)
The application of peer counselors is influenced by several things, namely the types of
problems experienced and the openness of students in conveying problems; and 3) The
application of peer counselors is very helpful for GC teachers in reaching all students who
need adjustment assistance at school.

Keywords: Counseling Guidance Service, Guidance and Counseling Teacher, Peer


Counselor

25
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019

Pendahuluan Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang BK


SMK Negeri X di Surabaya merupakan dan memiliki kompetensi di bidang BK.
sekolah kejuruan yang bergerak di bidang Meskipun dibantu oleh empat guru
pariwisata. Berdasarkan data kasus yang lainnya, namun layanan guru BK kurang efektif
dimiliki guru Bimbingan Konseling (BK), karena tidak semua siswa mendapatkan
diketahui bahwa siswa-siswa memiliki layanan BK. Siswa yang mendapatkan
masalah yang sangat kompleks, seperti layanan BK hanyalah siswa yang telah
masalah prestasi belajar siswa yang rendah, teridentifikasi mengalami permasalahan. Dari
siswa yang sering bolos sekolah, siswa yang siswa yang bermasalah, hanya beberapa
memiliki masalah keluarga hingga berdampak yang mengikuti layanan BK, sementara siswa
pada penurunan prestasi belajar, hingga lainnya yang telah teridentifikasi mengalami
kasus tawuran, pencurian, free sex, dan permasalahan, justru menghindari layanan BK.
penggunaan narkoba. Selebihnya, guru BK hanya memaksimalkan
Data kasus tersebut menunjukkan pada jam pelajaran BK untuk mengajarkan
bahwa siswa membutuhkan layanan materi-materi terkait dengan potensi yang
bimbingan konseling (BK). Layanan BK harus dikembangkan oleh siswa agar bisa
merupakan layanan bantuan untuk peserta menjalankan fungsinya sebagai siswa yang
didik baik individu/ kelompok agar mandiri dan mandiri di sekolah.
berkembang secara optimal dalam hubungan Penyusunan prosedur layanan BK
pribadi, sosial, karir, melalui berbagai jenis di sekolah seharusnya dibuat berdasarkan
layanan dan kegiatan pendukung atas pedoman umum dalam Permendikbud
dasar norma-norma yang berlaku (Tulus, No.111 Thn 2014. Adapun dalam memberikan
2016). Menurut Permendikbud No.111 Thn layanan BK, terdapat pedoman yang
2014 Pasal 3, layanan BK memiliki tujuan seharusnya dilakukan oleh guru BK yaitu:
membantu konseli mencapai perkembangan melakukan identifikasi dan pengumpulan data,
optimal dan kemandirian secara utuh dalam menganalisis dan mendiagnosis masalah,
aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir. melakukan prognosis, memberikan perlakuan
Permasalahan siswa yang cukup secara sistematis dan kontinu, mengevaluasi
banyak, tidak didukung oleh memadainya dan menindaklanjuti.
layanan BK di sekolah. Hal ini terlihat dari Dari hasil observasi peneliti terhadap
jumlah guru BK yangsaat ini berjumlah 7 siswa-siswa yang sedang menjalani proses
orang. Guru yang berkualifikasi S1 psikologi konseling di ruang BK, menunjukkan bahwa
pendidikan dan bimbingan konseling serta beberapa siswa cukup tertutup dan tidak mau
berhak memberikan layanan BK hanya mengemukakan masalah yang sesungguhnya
terdapat 3 orang. Sementara 4 orang lainnya sehingga seringkali proses konseling diakhiri
bukan merupakan lulusan S1 psikologi dengan melakukan pemanggilan terhadap
pendidikan dan bimbingan konseling. orangtua dan diberikan surat pernyataan
Sementara itu, jumlah keseluruhan untuk memperbaiki perilakunya.
siswa di SMKN X Surabaya adalah ±1.600 Adanya siswa yang tidak mau
siswa. Berdasarkan Permendikbud No.111 mengemukakan masalahnya terhadap guru
Thn 2014 Pasal 1 ayat 4, Guru BK adalah BK, dapat disebabkan oleh tidak adanya
pendidik yang berkualifikasi akademik minimal privasi dan ketenangan yang dirasakan oleh

26
Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha

siswa dalam ruang BK. Dengan melihat yang serius seperti hubungan seksual dan
rasio antara guru BK dan jumlah siswa dan kehamilan di luar nikah, dan keinginan untuk
berbagai permasalahan yang ada di SMKN melakukan aboris, ia ceritakan kepada teman-
X Surabaya, dapat dikatakan bahwa proses temannya, bukan kepada orangtua maupun
pelaksanaan konseling dinilai kurang efektif guru. Kalaupun terdapat beberapa siswa
karena layanan BK yang diterapkan di sekolah yang akhirnya menceritakan kehamilan atau
belum berfungsi secara maksimal, manfaat hubungan seksual mereka kepada orang
layanan BK belum dirasakan oleh seluruh tua atau guru pembimbing, biasanya karena
siswa, dan bahkan siswa enggan mendatangi sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya
ruang BK dan menghindari layanan BK yang pemecahan masalah bersama teman sebaya
akan diberikan. mengalami jalan buntu) (Suwarjo, 2008).
Salah satu strategi yang dapat dilakukan Hamachek (Widodo, 2012)
untuk memaksimalkan fungsi layanan BK mengemukakan bahwa dalam perkem-
yaitu dengan menerapkan peran siswa bangannya, individu tidak dapat terlepas
sebagai konselor sebaya di sekolah. Suwarjo dari hubungannya dengan kelompok
(2008) mengemukakan bahwa siswa pada sosial lainnya, misalnya kelompok teman
SMP, SMA, dan SMK sesuai dengan usia sebaya. Lingkungan/kelompok ini akan
perkembangannya berada pada masa remaja. ikut menentukan bagaimana individu itu
Pada masa ini, ketertarikan dan komitmen berkembang. Tidak menutup kemungkinan
serta ikatan terhadap teman sebaya menjadi adanya sifat kesebayaan ini, justru individu
sangat kuat. Hal ini antara lain karena remaja akan memperoleh keuntungan tertentu,
merasa bahwa orang dewasa tidak dapat antara lain bahwasannya kelompok teman
memahami mereka. Keadaan ini sering sebaya dapat dijadikan sebagai pengganti
menjadikan remaja sebagai suatu kelompok keluarga, dapat berfungsi menstabilkan
yang eksklusif karena hanya sesama pengaruh selama masa transisi, sebagai
merekalah dapat saling memahami. sumber memperoleh harga diri, perlindungan
Hasil penelitian yang dilakukan dari paksaan orang dewasa.
Salmiati, Hasbahuddin, dan Bakhtiar (2018) Bramer (Widodo, 2012) mengemukakan
menunjukkan bahwa pelatihan konselor bahwa banyak orang cenderung lebih suka
sebaya menjadi salah satu strategi dalam mengemukakan persoalan (sharing atau
memecahkan permasalahan siswa di sekolah. curhat) kepada teman-teman dekatnya/teman
Selain itu, dengan adanya konselor sebaya, sebaya daripada kepada guru atau orang tua.
dapat mengantisipasi munculnya kenakalan Hal ini disebabkan karena sesama remaja
remaja. Konseling sebaya dapat menjadi tahu persis lika-liku masalah itu dan lebih
nilai tambah dalam bidang pengetahuan dan spontan dalam mengadakan kontak.
keterampilan untuk siswa sehingga dapat Glosoff dan Koprowicz (Fathiyah &
membantu mengoptimalkan kinerja guru BK. Harahap, 2008) mengemukakan bahwa
Sebagian besar siswa lebih sering konseling merupakan proses yang dilakukan
membicarakan masalah-masalah serius oleh profesional terlatih dalam hubungan
mereka dengan teman sebaya, dibandingkan saling percaya terhadap individu yang
dengan orang tua dan guru pembimbing. Siswa- membutuhkan bantuan. Konseling sebaya
siswa dalam menceritakan permasalahan dinilai cukup efektif karena diberikan oleh

27
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019

teman sebayanya sendiri. Pada remaja ada Tabel 1.Pelaksanaan PTK untuk Subjek AN
kecenderungan untuk memiliki personal dan DM
fable yaitu keyakinan bahwa hanya dia yang Sesi I Sesi II Sesi III
Senin Selasa Rabu
mengalami pengalaman unik, bukan orang
dewasa lain. Siklus 08.00- 10.00- 13.00-
I(Minggu I) 10.00 12.00 15.00
Hasil penelitian yang dilakukan Sarmin
Siklus II 13.00- 10.00- 08.00-
(2017) menunjukkan bahwa pemberdayaan (Minggu II) 15.00 12.00 10.00
siswa sebagai konselor sebaya di sekolah
dapat mengurangi pengaruh negatif Tabel 2. Pelaksanaan PTK untuk Subjek
lingkungan.Hasil penelitian yang dilakukan Aini AG dan FB
(2016) menunjukkan bahwa resiliensi siswa Sesi I Sesi II Sesi III
dapat ditingkatkan melalui layanan konseling Rabu Kamis Jumat
sebaya. Oleh karena itu, penguatan melalui
Siklus I 08.00- 10.00- 13.00-
konseling sebaya dipandang cukup bermakna (Minggu I) 10.00 12.00 15.00
untuk dilakukan. Berdasarkan pemaparan
Siklus II 10.00- 10.00- 08.00-
di atas, maka dapat dirumuskan suatu (Minggu II) 12.00 12.00 10.00
pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah
mekanisme dan penerapan konselor sebaya
Subjek Penelitian
dalam mengoptimalkan fungsi layanan BK di
Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 4
SMK X Surabaya?
orang siswa kelas XI yang berprestasi dan
direkomendasikan oleh wali kelas/ guru BK,
Metode
dan telah mengikuti pelatihan konselor sebaya
Penelitian ini menggunakan metode
yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
penelitian kualitatif dengan tipe penelitian
Kota Surabaya.
tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berupaya
mengatasi keterbatasan fungsi layanan
Pengukuran
BK di sekolah dengan menerapkan peran
Penelitian ini menggunakan pedoman
siswa sebagai konselor sebaya di sekolah.
observasi berdasarkan layanan bimbingan
Penelitian yang dilakukan melalui tahapan:
dan konseling yang tepat berdasarkan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
Permendikbud No.111 Thn 2014.Di setiap
refleksi.
sesi dilakukan observasi untuk mendapatkan
PTK dilakukan dalam 2 siklusdan
data terkait kemajuan yang dialami pada
terdapat 3 sesi dalam setiap siklus
setiap siklus.
pelaksanaan penelitian. Refleksi dilakukan
Penilaian hasil observasi dilakukan
di akhir siklus sebagai bahan evaluasi bagi
dengan menilai indikator-indikator yang
subjek untuk meningkatkan kinerja pada siklus
dipenuhi (keterampilan konseling, supervisi
2. Penelitian direncanakan dilakukan dalam
oleh guru BK, antusias dari konseli, dan
waktu 2 siklus dalam waktu 2 minggu (3-14
pelaksanaan konseling yang sistematis) oleh
September 2018) dan 2 jam per sesi dalam
subjek penelitian. Penilaian berkisar dari 1-7
1 siklus. Berikut disajikan rincian waktu dan
yang mengindikasikan perilaku dari “kurang
durasi pelaksanaan penelitian tindak kelas:
baik - baik”.

28
Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha

Analisis Data kepada siswa beserta orangtuanya.


Data dianalisis secara deskriptif dengan Sementara itu, siswa-siswa terpilih
membandingkan hasil observasi PTK pada yang sebelumnya telah mengikuti program
siklus 1 dan siklus 2, masing-masing siklus pelatihan konselor sebaya yang diadakan
terdiri atas 3 sesi penerapan konselor pihak Dinas Pendidikan kota Surabaya,
sebaya. tidak ditindaklanjuti oleh pihak sekolah.
Berdasarkan hasil analisis peneliti, maka
Hasil ditawarkan perubahan alur/ mekanisme
Gambaran Layanan Konseling di SMK X layanan BK di sekolah dengan memanfaatkan
Surabaya peran konselor sebaya sehingga layanan BK
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
terhadap koordinator guru BK, diperoleh Berdasarkan aturan Permendikbud
informasi bahwa, guru BK di sekolah belum No.111 Thn 2014 mengenai pedoman
mempunyai alur mengenai pemberian layanan pemberian layanan BK, maka dapat disusun
BK kepada siswa-siswa di sekolah. Guru hanya alur/ mekanisme penerapan konselor sebaya
memberikan layanan BK sesuai dengan jadwal yang disesuaikan dengan karakteristik
mengajar di kelas dan memberikan layanan layanan BK yang dimiliki SMK X Surabaya.
di ruang BK hanya bersifat insidental. Ketika Berikut disajikan alur/ mekanisme penerapan
terdapat aduan dari wali kelas, guru BK baru konselor sebaya yang ditawarkan:
bertindak dengan melakukan pemanggilan

Gambar 1. Mekanisme Penerapan Konselor Sebaya di Sekolah

29
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019

Alur/ mekanisme penerapan konselor penerimaan konselor sebaya melalui wali


sebaya yang ditawarkan disusun berdasarkan kelas untuk disampaikan kepada siswa-siswa
aturan Permendikbud No.111 Thn 2014 yang berminat menjadi konselor sebaya.
mengenai pedoman pemberian layanan Hasil rekrutmen awal menjadi bahan
BK, yaitu: guru melakukan identifikasi dan bagi guru BK untuk melakukan screening
pengumpulan data, menganalisis dan interview. Screening interview dilakukan
mendiagnosis masalah, melakukan prognosis, melalui beberapa tahapan yaitu: dengan
memberikan perlakuan secara sistematis dan menanyakan keinginannya untuk bergabung
kontinu, mengevaluasi dan menindaklanjuti. sebagai konselor sebaya, menanyakan
Selain itu, alur/ mekanise penerapan harapan siswa, berapa lama ia dapat
konselor sebaya juga disesuaikan dengan berkontribusi sebagai konselor sebaya,
tahapan prosedur penerapan konselor sebaya menanyakan apakah ia mengerti tuntutan
yang dimiliki Osisek (1982) bahwa bahwa yang ditujukan kepadanya sebagai konselor
dalam merekrut konselor sebaya dilakukan sebaya, dapatkah ia meluangkan waktu
melalui: 1) mengikuti screening interview; tambahan sebagai konselor sebaya, dan
2) menyelesaikan program pelatihan; dan 3) apakah ia pernah memiliki pengalaman
memiliki komitmen selama setahun sebagai sebelumnya mengikuti pelatihan atau
konselor sebaya, pengalaman dalam melakukan konseling.
Layanan BK di SMK X Surabaya memiliki Dari hasil screening interview
rasio perbandingan guru BK dan siswa sekolah dapat diperoleh siswa yang berkualitas
yang tidak imbang yaitu 7 :±1600. Selain itu, dan siswa tersebut diwajibkan mengikuti
fungsi BK juga kurang efektif karena mayoritas pelatihan konseling sebaya. Guru BK dapat
siswa secara sadar enggan mendatangi menjadwalkan screening interview mendekati
ruang BK untuk mendapatkan layanan BK pelaksanaan program pelatihan konselor
dan siswa-siswa yang memiliki masalah pun sebaya yang dilaksanakan oleh Dinas
enggan mengemukakan masalahnya kepada Pendidikan Kota Surabaya sehingga siswa
guru BK/ konselor.Oleh karena itu, peneliti dapat mengikuti program tersebut segera
membuatkan sistem yang dapat membantu setelah dilakukan screening interview.
guru BK menjalankan fungsinya dalam Setelah mengikuti program pelatihan
memberikan layanan BK. konselor sebaya oleh Dinas Pendidikan
Pihak sekolah pada dasarnya telah Kota Surabaya. Pihak sekolah dan guru BK
memiliki program pelatihan konselor sebaya menindaklanjuti hasil pelatihan tersebut dengan
yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kota memperdalam dasar-dasar keterampilan
Surabaya selama 1 hari kepada siswa-siswa yang dibutuhkan sebagai konselor sebaya
yang direkomendasikan oleh pihak sekolah. dalam jangka waktu tertentu.
Setelah siswa mengikuti serangkaian
Dalam memaksimalkan fungsi layanan BK,
pelatihan, guru BK meminta komitmen siswa
maka pihak sekolah dapat mengaktifkan
untuk menjadi konselor sebaya selama
peran konselor sebaya di sekolah. Guru
setahun.Jika siswa tidak mampu memberikan
BK merekrut siswa-siswa yang dianggap
komitmen, siswa dinyatakan gugur dan
kompeten dan memiliki prestasi memuaskan diharapkan dapat mengaplikasikan ilmunya
sebagai calon konselor sebaya. Hal ini dapat kepada teman-temannya secara sukarela.
dilakukan dengan menyebarkan informasi Jika siswa mampu menyatakan komitmennya

30
Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha

untuk menjadi konselor sebaya, siswa dilantik


sebagai konselor sebaya, diberikan supervisi,
pendalaman materi konseling dan prosedur
pelaksanaan konseling, mengatur jadwal piket,
dan kewenangan untuk membantu kasus-
kasus yang dialami oleh teman-temannya.
Dalam proses pelaksanaan konseling,
siswa (klien) berinteraksi dengan guru BK
melalui konselor sebaya, dan siswa (klien)
berinteraksi secara langsung dengan guru Gambar 4.Hasil Observasi Konselor Sebaya (AG)
BK atas rujukan dari konselor sebaya.Jika
dalam pelaksanaan konseling, siswa (klien)
belum menunjukkan perubahan, maka
layanan konseling tetap dilanjutkan bersama
konselor sebaya dengan adanya supervisi
dari guru BK dan konselor sebaya dapat
merujuk langsung kepada guru BK untuk
menangani permasalahan siswa (klien).Jika
dalam pelaksanaan konseling, siswa (klien)
menunjukkan perubahan yang positif, siswa
menjadi siswa yang mandiri dan terbuka Gambar 5. Hasil Observasi Konselor Sebaya (FB)
akan pengalaman sehingga dapat dilakukan Pada hasil penelitian yang ditampilkan
terminasi. dalam bentuk grafik di atas, menunjukkan
Berikut disajikan perbandingan hasil
bahwa terjadi perubahan perilaku ke arah yang
observasi subjek penelitian pada siklus I dan
lebih baik selama penerapan konselor sebaya
siklus II pada gambar 2-5.
yang terlihat pada siklus I dan siklus II. Siklus
II menunjukkan peningkatan perilaku setelah
diberikan refleksi atas penerapan konselor
sebaya pada siklus I. Adapun keterampilan
dasar konseling yang diobservasi yaitu
attending, genuineness, asertif, bertanya,
merangkum, konfrontasi, dan pemecahan
Gambar 2.Hasil Observasi Konselor Sebaya (AN) masalah.
Dari hasil observasi terlihat bahwa siswa-
siswa di sekolah menunjukkan kesediaannya
secara sukarela untuk mendatangi ruang BK
dan berkonsultasi dengan konselor sebaya
pada jam istirahat. Adanya lonjakan siswa yang
berkonsultasi pada jam istirahat. Penerapan
konselor sebaya dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu jenis permasalahan yang dialami
dan keterbukaan siswa dalam menyampaikan
Gambar 3.Hasil Observasi Konselor Sebaya (DM)
permasalahan. Penerapan konselor sebaya

31
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019

sangat membantu guru BK dalam menjangkau membutuhkan penguasaan keterampilan


seluruh siswa yang memerlukan bantuan komunikasi atau wawancara konseling dan
penyesuaian di sekolah. penguasaan prosedur dalam menjalankan
Hasil observasi juga menunjukkan konseling. Corey (2013) mengemukakan
adanya variasi pemberian supervisi dari guru bahwa dalam menempati posisi sebagai
BK, antusiasme konseli, dan pelaksanaan konselor, tidak dapat dicapai secara instan,
konseling yang sistematis. Adanya variasi perlu upaya dan latihan secara terus-menerus
yang terjadi menunjukkan bahwa terdapat mengembangkan sikap dan keterampilan
individual difference terkait kemampuan sebagai konselor.
memerankan sosok sebagai konselor sebaya. Hasil penelitian Erhamwilda
Dari hasil observasi ditunjukkan bahwa (2011) menunjukkan bahwa kompetensi
adanya perbedaan pengalaman menangani interpersonal siswa SMK dapat ditingkatkan
masalah, kemampuan komunikasi, pribadi melalui penerapan pemodelan konselor
yang luwes, keterbukaan konseli, dan peran sebaya.Hal ini didukung oleh Gladding
guru BK dalam memberikan supervisi secara (2015) yang mengemukakan bahwa untuk
berkelanjutan turut memengaruhi keberhasilan mengembangkan sikap sebagai konselor
siswa memerankan sosok sebagai konselor yang genuine diperlukan banyak pengalaman
sebaya. dan latihan dalam merasakan empati kepada
permasalahan orang lain. Hasil penelitian
Pembahasan Shohib, Firmanto, Kusuma, dan Martasari
Hasil penelitian ini menunjukkan (2016) menunjukkan bahwa konselor sebaya
bahwa konselor sebaya dapat menangani dapat membantu menangani permasalahan-
permasalahan yang tergolong ringan dan permasalahan remaja yang kurang dapat
sedang, tergantung dari seberapa besar dipahami oleh orang dewasa. Konselor sebaya
keterbukaan siswa yang menjadi konseli membutuhkan karakter yang kuat seperti
terhadap siswa yang menjadi konselor empati, menolong, proaktif, mendengarkan
sebaya. Dari perbandingan antara siklus I konseli, dan membantu mencari solusi.
dan II terlihat kemajuan yang dialami siswa Hasil penelitian yang dilakukan Wardani
dalam menerapkan keterampilan konseling. dan Trisnani (2015) menunjukkan bahwa
Kemampuan sebagai konselor sebaya konseling sebaya efektif dalam meningkatkan
tidak bisa diperoleh hanya dari pelatihan perilaku prososial siswa di sekolah.
sehari dua hari melainkan berkelanjutan dan Hasil penelitian yang dilakukan Fathiyah
disertai dengan supervisi dari guru BK agar dan Harahap (2008) menunjukkan bahwa
siswa semakin terampil dalam berperan terjadi peningkatan efikasi diri pada remaja
sebagai konselor sebaya sehingga pada SMA setelah melakukan sesi konseling
akhirnya peran siswa sebagai konselor bersama konselor sebaya. Hasil penelitian
sebaya dapat membantu kinerja guru BK yang dilakukan Rohayati (2011) menunjukkan
dalam mengoptimalkan fungsi layanan BK di bahwa melalui program konselor teman
sekolah. sebaya dapat meningkatkan kepercayaan diri
Hasil penelitian ini mendukung siswa. Endang (2008) mengemukakan bahwa
penelitian sebelumnya yang dilakukan pada dasarnya konseling teman sebaya
Suranata (2013) bahwa konselor sebaya merupakan wadah bagi para siswa belajar

32
Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha

dan membantu teman-temannya. sekolah dapat merekrut siswa-siswa untuk


Suranata (2013) menambahkan bahwa menjadi konselor sebaya yang mampu
adanya keeratan, keterbukaan, perasaan membantu pihak BK memberikan layanan
senasib dapat menjadi peluang bagi konselor konseling secara merata kepada seluruh
sebaya sebagai upaya memfasilitasi remaja siswa dan menjadi alternatif solusi terhadap
memecahkan permasalahannya. George rasio guru BK dan jumlah siswa yang tidak
dan Cristiani (Latipun, 2015) mengemukakan imbang sehingga BK mampu menjalankan
bahwa terdapat enam karakteristik hubu- fungsinya sebagai bagian yang integral dalam
ngan konseling yaitu: afeksi, intensitas, pendidikan.
pertumbuhan dan perubahan, privasi,
dorongan, dan kejujuran. Ketakutan remaja Kesimpulan
terhadap hal-hal yang sifatnya privasi yang Penerapan konselor sebaya di sekolah
sungkan dibicarakan dengan orang dewasa, menunjukkan perubahan yang positif dan
dapat dihindari melalui penerapan konselor membantu kinerja guru dalam memberikan
sebaya. layanan BK kepada siswa-siswa sekolah
Osisek (1982) menyatakan bahwa untuk yang memiliki permasalahan penyesuaian
individu yang mengalami permasalahan di sekolah. Pelaksanaan konselor sebaya
sedang dan berat, tentunya harus sebaiknya dilakukan secara kontinu dan
mendapatkan penanganan dari seorang ahli. diberi supervisi untuk meningkatkan kualitas
Sementara untuk individu yang mengalami siswa sebagai konselor sebaya. Pihak SMK
permasalahan ringan dan situasional, dapat X Surabaya diharapkan agar menerapkan
menghubungi konselor sebaya yang telah mekanisme konselor sebaya di sekolah
mendapatkan pelatihan dan supervisi dari untuk mengoptimalkan pemberian layanan
ahli untuk mendapatkan penanganan yang konseling sekolah. Penelitian ini memiliki
efektif. implikasi dalam memperbaiki sistem layanan
Osisek (1982) menambahkan bahwa BK di sekolah dan memberikan kerangka/
dalam merekrut konselor sebaya dilakukan mekanisme penerapan konselor sebaya di
melalui: 1) mengikuti screening interview; sekolah.
2) menyelesaikan program pelatihan; dan 3)
memiliki komitmen selama setahun sebagai Daftar Pustaka
konselor sebaya. Hal tersebut sesuai dengan Aini, N. (2016). Efektivitas layanan konseling
sebaya dalam meningkatkan resiliensi
kondisi yang ada di SMK X Surabaya, karena peserta didik kelas XII SMA Negeri
pada dasarnya dari Dinas Pendidikan kota 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran
2016/2017.Skripsi. Fakultas Tarbiyah
Surabaya sudah memberikan pelatihan
dan Keguruan: IAIN Raden Intan
konselor sebaya terhadap beberapa siswa Lampung.
berprestasi yang direkomendasikan pihak Corey, G. (2013). Teori dan praktek: Konseling
& psikoterapi. Cetakan ke-7. Bandung:
sekolah. Namun dari pihak sekolah tidak Refika Aditama.
ada upaya untuk menindaklanjuti program Endang, B. (2008). Konseling teman sebaya
tersebut. pada remaja di era globalisasi. FKIP:
Universitas Tanjung Pura.
Dengan melihat kenyataan yang ada, Erhamwilda. (2011). Peningkatan kompetensi
agar fungsi BK di SMKN X Surabaya dapat interpersonal siswa SMK melalui
berjalan sebagaimana mestinya, maka pihak Model Konseling Sebaya.Mimbar,
XXVII(2): 173-182.

33
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019

Fathiyah, K. N., & Harahap, F. (2008). Wardani, S.Y., & Trisnani, R.P. (2015).Konseling
Konseling sebaya untuk meningkatkan sebaya untuk meningkatkan perilaku
efikasi diri remaja terhadap perilaku prososial siswa.Psikopedagogia, 4(2)
berisiko.Artikel Penelitian. Yogyakarta: 87-92.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Widodo, B. (2012). Konseling sebaya (Peer
Negeri Yogyakarta. counseling). Madiun: FKIP Universitas
Gladding, S. T. (2015). Konseling: Profesi Katolik Widya Mandala Madiun.
yang menyeluruh. Cetakan ke-2.Edisi
ke-6. Jakarta: Indeks.
Latipun.(2015). Psikologi konseling. Cetakan
ke-9.Edisi ke-4. Malang: UMM Press.
Osisek, P. J. (1982). Peer counseling:
Overview. (http://enil.eu/wp-content,
diakses tanggal 25 November 2016).
Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 111 Tahun 2014 Tentang
Bimbingan Dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah.
Rohayati, I. (2011). Program bimbingan
teman sebaya untuk meningkatkan
percaya diri siswa.Artikel Penelitian.
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.
Salmiati, Hasbahuddin, Bakhtiar, M.I.
(2018). Pelatihan konselor sebaya
sebagai strategi pemecahan masalah
siswa.Matappa: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(1): 36-41.
Sarmin. (2017). Konselor sebaya:
Pemberdayaan teman sebaya
dalam sekolah guna menanggulangi
pengaruh negatif lingkungan. Brilliant:
Jurnal Riset & Konseptual, 2(1): 102-
112.
Shohib, M., Firmanto, A., Kusuma, W.A.,
Martasari, G.I. (2016). Pendamping
-an kelompok konselor sebaya di Kota
Batu.Jurnal Dedikasi, Vol. 13: 34-38.
Suranata, K. (2013). Pengembangan model
tutor bimbingan konseling sebaya
(peer counseling) untuk mengatasi
masalah mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan Undiksha.Jurnal
Pendidikan Indonesia, 2(2): 255-263.

Suwarjo.(2008). Konseling teman


sebaya (peer counseling) untuk
mengembangkan resiliensi remaja.
Semloknas Bimbingan dan Konseling.
Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan. Fakultas Ilmu Pendidikan.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Tulus, M. (2016).Bimbingan dan konseling.
(https://mintotulus.wordpress.com/,
diakses tanggal 6 Desember 2016).

34

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai