net/publication/334835584
CITATIONS READS
4 1,745
1 author:
A. Ahmad Ridha
14 PUBLICATIONS 9 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by A. Ahmad Ridha on 14 August 2019.
Abstrak
Artikel INFO Pada dasarnya pemberian layanan konseling adalah tugas guru bimbingan dan
konseling (Guru BK) di sekolah. Namun, layanan yang diberikan kurang efektif karena
Diterima:10 Januari 2019
Direvisi :14 februari 2019 terbatas jumlah guru BK dan terbatasnya kesempatan untuk memberikan layanan kepada
Disetujui: 28 Maret 2019 seluruh siswa. Penerapan konselor sebaya disinyalir dapat mengatasi kelemahan yang
dimiliki sistem layanan konseling di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan
DOI: konselor sebaya sebagai salah satu strategi mengatasi lemahnya fungsi BK di sekolah.
http://dx.doi.org/10.24014/
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMK di Surabaya.Penelitian ini menggunakan
jp.v14i2.6549
metode kualitatif dengan tipe penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam
2 siklus (3 sesi pada masing-masing siklus). Subjek penelitian berjumlah 4 orang siswa
yang direkomendasikan oleh wali kelas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah penerapan konselor sebaya dapat meningkatkan fungsi layanan BK di sekolah.
Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) siswa-siswa di sekolah menunjukkan
kesediaannya secara sukarela untuk mendatangi ruang BK dan berkonsultasi dengan
konselor sebaya pada jam istirahat. Hasil pengamatan menunjukkan adanya lonjakan
siswa yang berkonsultasi di jam-jam istirahat; 2) Penerapan konselor sebaya dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu jenis permasalahan yang dialami dan keterbukaan siswa dalam
menyampaikan permasalahan; dan 3) Penerapan konselor sebaya sangat membantu
guru BK dalam menjangkau seluruh siswa yang memerlukan bantuan penyesuaian di
sekolah.
Abstract
Basically the provision of counseling services is the task of the guidance and counseling
teacher (GC Teacher) at the school. However, the services provided are less effective
because of the limited number of GC teachers and the limited opportunities to provide
services to all students. The application of peer counselors was allegedly able to
overcome the weaknesses of the counseling service system in schools. This study aims
to apply peer counselors as a strategy to overcome the weak function of GC in schools.
This research was conducted in one of the Vocational Schools in Surabaya. This study
uses qualitative methods with the type of classroom action research. This research was
conducted in 2 cycles (3 sessions in each cycle). The research subjects were 4 students
recommended by the homeroom teacher. The results obtained in this study are the
application of peer counselors can improve GC service functions in schools. This can
be explained as follows: 1) students in the school show their willingness to voluntarily
go to the GC room and consult with peer counselors at rest time. The results of the
observations indicate that there is a surge in students who consult during breaks; 2)
The application of peer counselors is influenced by several things, namely the types of
problems experienced and the openness of students in conveying problems; and 3) The
application of peer counselors is very helpful for GC teachers in reaching all students who
need adjustment assistance at school.
25
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019
26
Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha
siswa dalam ruang BK. Dengan melihat yang serius seperti hubungan seksual dan
rasio antara guru BK dan jumlah siswa dan kehamilan di luar nikah, dan keinginan untuk
berbagai permasalahan yang ada di SMKN melakukan aboris, ia ceritakan kepada teman-
X Surabaya, dapat dikatakan bahwa proses temannya, bukan kepada orangtua maupun
pelaksanaan konseling dinilai kurang efektif guru. Kalaupun terdapat beberapa siswa
karena layanan BK yang diterapkan di sekolah yang akhirnya menceritakan kehamilan atau
belum berfungsi secara maksimal, manfaat hubungan seksual mereka kepada orang
layanan BK belum dirasakan oleh seluruh tua atau guru pembimbing, biasanya karena
siswa, dan bahkan siswa enggan mendatangi sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya
ruang BK dan menghindari layanan BK yang pemecahan masalah bersama teman sebaya
akan diberikan. mengalami jalan buntu) (Suwarjo, 2008).
Salah satu strategi yang dapat dilakukan Hamachek (Widodo, 2012)
untuk memaksimalkan fungsi layanan BK mengemukakan bahwa dalam perkem-
yaitu dengan menerapkan peran siswa bangannya, individu tidak dapat terlepas
sebagai konselor sebaya di sekolah. Suwarjo dari hubungannya dengan kelompok
(2008) mengemukakan bahwa siswa pada sosial lainnya, misalnya kelompok teman
SMP, SMA, dan SMK sesuai dengan usia sebaya. Lingkungan/kelompok ini akan
perkembangannya berada pada masa remaja. ikut menentukan bagaimana individu itu
Pada masa ini, ketertarikan dan komitmen berkembang. Tidak menutup kemungkinan
serta ikatan terhadap teman sebaya menjadi adanya sifat kesebayaan ini, justru individu
sangat kuat. Hal ini antara lain karena remaja akan memperoleh keuntungan tertentu,
merasa bahwa orang dewasa tidak dapat antara lain bahwasannya kelompok teman
memahami mereka. Keadaan ini sering sebaya dapat dijadikan sebagai pengganti
menjadikan remaja sebagai suatu kelompok keluarga, dapat berfungsi menstabilkan
yang eksklusif karena hanya sesama pengaruh selama masa transisi, sebagai
merekalah dapat saling memahami. sumber memperoleh harga diri, perlindungan
Hasil penelitian yang dilakukan dari paksaan orang dewasa.
Salmiati, Hasbahuddin, dan Bakhtiar (2018) Bramer (Widodo, 2012) mengemukakan
menunjukkan bahwa pelatihan konselor bahwa banyak orang cenderung lebih suka
sebaya menjadi salah satu strategi dalam mengemukakan persoalan (sharing atau
memecahkan permasalahan siswa di sekolah. curhat) kepada teman-teman dekatnya/teman
Selain itu, dengan adanya konselor sebaya, sebaya daripada kepada guru atau orang tua.
dapat mengantisipasi munculnya kenakalan Hal ini disebabkan karena sesama remaja
remaja. Konseling sebaya dapat menjadi tahu persis lika-liku masalah itu dan lebih
nilai tambah dalam bidang pengetahuan dan spontan dalam mengadakan kontak.
keterampilan untuk siswa sehingga dapat Glosoff dan Koprowicz (Fathiyah &
membantu mengoptimalkan kinerja guru BK. Harahap, 2008) mengemukakan bahwa
Sebagian besar siswa lebih sering konseling merupakan proses yang dilakukan
membicarakan masalah-masalah serius oleh profesional terlatih dalam hubungan
mereka dengan teman sebaya, dibandingkan saling percaya terhadap individu yang
dengan orang tua dan guru pembimbing. Siswa- membutuhkan bantuan. Konseling sebaya
siswa dalam menceritakan permasalahan dinilai cukup efektif karena diberikan oleh
27
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019
teman sebayanya sendiri. Pada remaja ada Tabel 1.Pelaksanaan PTK untuk Subjek AN
kecenderungan untuk memiliki personal dan DM
fable yaitu keyakinan bahwa hanya dia yang Sesi I Sesi II Sesi III
Senin Selasa Rabu
mengalami pengalaman unik, bukan orang
dewasa lain. Siklus 08.00- 10.00- 13.00-
I(Minggu I) 10.00 12.00 15.00
Hasil penelitian yang dilakukan Sarmin
Siklus II 13.00- 10.00- 08.00-
(2017) menunjukkan bahwa pemberdayaan (Minggu II) 15.00 12.00 10.00
siswa sebagai konselor sebaya di sekolah
dapat mengurangi pengaruh negatif Tabel 2. Pelaksanaan PTK untuk Subjek
lingkungan.Hasil penelitian yang dilakukan Aini AG dan FB
(2016) menunjukkan bahwa resiliensi siswa Sesi I Sesi II Sesi III
dapat ditingkatkan melalui layanan konseling Rabu Kamis Jumat
sebaya. Oleh karena itu, penguatan melalui
Siklus I 08.00- 10.00- 13.00-
konseling sebaya dipandang cukup bermakna (Minggu I) 10.00 12.00 15.00
untuk dilakukan. Berdasarkan pemaparan
Siklus II 10.00- 10.00- 08.00-
di atas, maka dapat dirumuskan suatu (Minggu II) 12.00 12.00 10.00
pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah
mekanisme dan penerapan konselor sebaya
Subjek Penelitian
dalam mengoptimalkan fungsi layanan BK di
Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 4
SMK X Surabaya?
orang siswa kelas XI yang berprestasi dan
direkomendasikan oleh wali kelas/ guru BK,
Metode
dan telah mengikuti pelatihan konselor sebaya
Penelitian ini menggunakan metode
yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
penelitian kualitatif dengan tipe penelitian
Kota Surabaya.
tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berupaya
mengatasi keterbatasan fungsi layanan
Pengukuran
BK di sekolah dengan menerapkan peran
Penelitian ini menggunakan pedoman
siswa sebagai konselor sebaya di sekolah.
observasi berdasarkan layanan bimbingan
Penelitian yang dilakukan melalui tahapan:
dan konseling yang tepat berdasarkan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
Permendikbud No.111 Thn 2014.Di setiap
refleksi.
sesi dilakukan observasi untuk mendapatkan
PTK dilakukan dalam 2 siklusdan
data terkait kemajuan yang dialami pada
terdapat 3 sesi dalam setiap siklus
setiap siklus.
pelaksanaan penelitian. Refleksi dilakukan
Penilaian hasil observasi dilakukan
di akhir siklus sebagai bahan evaluasi bagi
dengan menilai indikator-indikator yang
subjek untuk meningkatkan kinerja pada siklus
dipenuhi (keterampilan konseling, supervisi
2. Penelitian direncanakan dilakukan dalam
oleh guru BK, antusias dari konseli, dan
waktu 2 siklus dalam waktu 2 minggu (3-14
pelaksanaan konseling yang sistematis) oleh
September 2018) dan 2 jam per sesi dalam
subjek penelitian. Penilaian berkisar dari 1-7
1 siklus. Berikut disajikan rincian waktu dan
yang mengindikasikan perilaku dari “kurang
durasi pelaksanaan penelitian tindak kelas:
baik - baik”.
28
Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha
29
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019
30
Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha
31
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019
32
Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan.... Andi Ahmad Ridha
33
Jurnal Psikologi, Volume 15 Nomor 1, Juni 2019
Fathiyah, K. N., & Harahap, F. (2008). Wardani, S.Y., & Trisnani, R.P. (2015).Konseling
Konseling sebaya untuk meningkatkan sebaya untuk meningkatkan perilaku
efikasi diri remaja terhadap perilaku prososial siswa.Psikopedagogia, 4(2)
berisiko.Artikel Penelitian. Yogyakarta: 87-92.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Widodo, B. (2012). Konseling sebaya (Peer
Negeri Yogyakarta. counseling). Madiun: FKIP Universitas
Gladding, S. T. (2015). Konseling: Profesi Katolik Widya Mandala Madiun.
yang menyeluruh. Cetakan ke-2.Edisi
ke-6. Jakarta: Indeks.
Latipun.(2015). Psikologi konseling. Cetakan
ke-9.Edisi ke-4. Malang: UMM Press.
Osisek, P. J. (1982). Peer counseling:
Overview. (http://enil.eu/wp-content,
diakses tanggal 25 November 2016).
Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 111 Tahun 2014 Tentang
Bimbingan Dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah.
Rohayati, I. (2011). Program bimbingan
teman sebaya untuk meningkatkan
percaya diri siswa.Artikel Penelitian.
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.
Salmiati, Hasbahuddin, Bakhtiar, M.I.
(2018). Pelatihan konselor sebaya
sebagai strategi pemecahan masalah
siswa.Matappa: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(1): 36-41.
Sarmin. (2017). Konselor sebaya:
Pemberdayaan teman sebaya
dalam sekolah guna menanggulangi
pengaruh negatif lingkungan. Brilliant:
Jurnal Riset & Konseptual, 2(1): 102-
112.
Shohib, M., Firmanto, A., Kusuma, W.A.,
Martasari, G.I. (2016). Pendamping
-an kelompok konselor sebaya di Kota
Batu.Jurnal Dedikasi, Vol. 13: 34-38.
Suranata, K. (2013). Pengembangan model
tutor bimbingan konseling sebaya
(peer counseling) untuk mengatasi
masalah mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan Undiksha.Jurnal
Pendidikan Indonesia, 2(2): 255-263.
34