Anda di halaman 1dari 7

Pengertian

Menurut Crow & Crow (dalam Rizky, Amalia dkk, 2021) bimbingan di artikan atau,
bantuan yang di berikan oleh seorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik
dan berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya
sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.
Konseling secara terminologi menurut Mortense adalah sebagai suatu proses abtar
pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan
kecakapan menemukan masalahnya (Surya, 2003) .
Berdasarkan dari definisi diatas dapat dimengerti bahwa konseling merupakan salah satu
teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui
wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara pembimbing/konselor
dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik
terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang di hadapinya dan mampu mengarahkan
dirinya untuk mengembangkan potensi yang mencapai kebahagiaan (Rizky, Amalia dkk, 2021).
Menurut Tohirin, tujuan bimbingan dan konseling yaitu: memperoleh pemahaman yang
lebih baik terhadap diri klien, mengarahkan diri klien sesuai dengan potensi yang dimilikinya,
mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapi klien, dapat menyesuaikan diri secara lebih
efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan
dalam hidupnya (Tohirin, 2007 dalam Rizky, Amalia dkk, 2021).

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka meningkatkan mutu


pendidikan tentunya tidak terlepas dari peranan guru BK di sekolah. Guru berkualitas,
profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Agus Taufiq
(2011: 1) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa masih banyak guru bimbingan dan
konseling yang memiliki kinerja yang rendah disekolah, khusus di tingkat SMA. Hasil penelitian
yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa 58% guru bimbingan dan konseling belum bekerja
secara profesional. Maka dari itu perlu dilakukan supervisi dalam Bimbingan dan Konseling.
Kata supervisi diadopsi dari bahasa inggris yakni “supervision” yang berarti pengawasan
dan kepengawasan. Menurut Sahertian (2008: 17) “supervisi adalah suatu usaha menstimulasi,
mengoordinasi, dan membimbing secara kontinue pertumbuhan guru-guru disekolah, baik secara
individual maupun kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran”.
Sementara itu beberapa ahli seperti yang dikutip oleh Piet A. Sahertian memberi penjelasan yang
berbeda-beda mengenai supervisi:

a. Adams dan Dickey merumuskan supervisi sebagai program yang berencana untuk
memperbaiki pengajaran (perbaikan hal belajar mengajar).
b. Mc Nerney merumuskan supervisi sebagai suatu prosedur memberikan arah serta
mengadakan penilaian serta kritis terhadap proses pengajaran.

Pelaksanaan supervisi akan membantu guru BK dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
serta dapat mengendalikan kualitas layanan yang diberikan, meningkatkan profesionalitas, serta
sebagai alat untuk memotivasi dalam mengembangkan kinerja sesuai dengan standar keilmuan
khususnya bidang bimbingan dan konseling. Ini sejalan dengan pendapat Sukardi (2008: 286)
yang menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan terhadap bimbingan dan konseling di sekolah
secara sistemtatis, objektif, realistis, antisipatif, konstruktif, kreatif, kooperatif, dan kekeluargaan
akan mampu memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan
profesionalisme guru dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Supervisi merupakan satu tahap penting dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling. Menurut Arhtur Jones (1970) sebagaimana dikutip oleh Achmad Juntika Nurihsan
(2006), supervisi itu mencakup dua bentuk kegiatan, yaitu sebagai kontrol kualitas yang
direncanakan untuk memelihara, menyelenggarakan, dan menentang perubahan, serta
mengadakan perubahan, penataran, dan mengadakan perubahan perilaku. Selanjutnya Crow dan
Crow (1962) berpendapat, bahwa dalam kegiatan supervisi bimbingan dan konseling, hendaknya
supervisor menerima saran-saran dari para konselor dalam hubungannya dengan
permasalahanpermasalahan perubahan dan pengembangan kurikulum, penyesuaian kurikulum
bagi siswa, dan memasukkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi beberapa siswa atau semua
siswa ke dalam program sekolah.
Supervisi BK adalah upaya untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menuntun
pertumbuhan petugas BK atau konselor secara berkesinambungan baik secara individual maupun
kelompok agar lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara efektif dalam melaksanakan
layanan BK, sehingga mereka mampu mendorong pertumbuhan tiap siswa (konseli) secara
berkesinambungan agar dapat berpartisipasi secara cerdas dan kaya di dalam kehidupan
masyarakat demokratis. Supervisi bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dari
pelatihan untuk menjadi guru bimbingan dan konseling yang profesional dan merupakan salah
satu cara dimana guru bimbingan dan konseling dapat memperoleh kompetensi yang diperlukan
untuk memenuhi tanggung jawab profesional. Dalam konteks supervisi, konselor akan belajar
bagaimana bekerja dengan klien secara efektif. Supervisi yang efektif dan etis melibatkan
keseimbangan yang baik di pihak supervisor antara memberikan kesempatan pengembangan
profesional kepada konselor dan melindungi kesejahteraan klien. Tujuan utama supervisi adalah
untuk menciptakan konteks di mana supervise dapat memperoleh pengalaman yang dibutuhkan
untuk menjadi seorang profesional mandiri (Corey, Haynes, Moulton, & Muratori, 2010).

Pentingnya supervisi ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Amelisa (2018) yang menunjukkan bahwa supervisi bimbingan konseling terbukti efektif dapat
meningkatkan keterampilan, pemahaman guru bimbingan dan konseling dan mampu dalam
meningkatkan penguasaan praktek konseling. Dimana dengan diterapkannya supervisi
bimbingan dan konseling yang dilakukan supervisor dapat membantu guru bimbingan dan
konseling untuk meningkatkan dan lebih mengembangkan skill dalam keterampilan layanan
bimbingan dan konseling. Dari penelitian tersebut untuk memberikan supervisi yang efektif,
supervisor harus kompeten baik dalam praktik supervisi maupun dalam bidang konseling yang
diawasi. Dari sudut pandang etika dan hukum, supervisor harus memiliki pendidikan dan
pelatihan untuk menjalankan peran mereka secara memadai. Undang-undang lisensi konselor di
sejumlah negara, sekarang menetapkan bahwa konselor profesional berlisensi yang
mempraktikkan supervisi diharuskan memiliki pengalaman pelatihan yang relevan dan kursus
kerja dalam pengawasan (Corey, Corey, Callanan, 2011).

Anggreini, Septian. 2017. Peran Supervisi BK untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru BK.
Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling 1 (1), 332-341,
Basith, A. (2015). Pengembangan Model Supervisi dengan Pendekatan Humanistik untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru BK SMA di KAbupaten Kubu Raya. Jurnal
Bimbingan Konseling, 4(2).
Santi, Febri. 2015. Memanajemenkan Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jurnal
Taujjih, 1(2), 42-49

Wutsqo, Balqis Urwatul, dkk. 2021. Masalah Kompetensi Supervisor Dalam Supervisi
Bimbingan Dan Konseling. Jurnal selaras, 4(1), 51-59.

TUJUAN SUPERVISI BIMBINGAN DAN KONSELING

Menurut Corey, dkk (Wutsqo, Balqis Urwatul, dkk, 2021: 52) Tujuan utama supervisi
adalah menciptakan konteks yang dapat membuat supervisee memperoleh pengalaman yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang profesional serta mandiri mandiri. Sementara menurut
Anggraini (2017: 338) tujuan dari supervisi bimbingan dan konseling diantaranya untuk
mengendalikan kualitas dari konselor, supervisor bertanggung jawab untuk memonitori
pelaksanaan serta hasil dari kegiatan bimbingan dan konseling. Hasil-hasil tersebut dapat berupa
kehidupan dan perkembangan peserta didik atau konseli yang lebih baik, maka dengan
begitu supervisor bertugas membantu konselor atau guru BK untuk dapat tumbuh menjadi
professional fan dapat melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling secara berkelanjutan
dengan memperbaiki kekurangan yang sudah di awasi sebelumnya. Menurut Sukardi (dalam
Khoiru Reza, Sugiyo, 2015) menjelaskan tujuan dilaksanakan supervisi adalah untuk membantu
memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan sekolah sehingga tercapai kondisi kegiatan belajar-
mengajar atau bimbingan dan konseling yang sebaik-baiknya.
Adapun menurut Taylor dalam Wibowo (2012: 29-30) tujuan dari supervisi bimbingan dan
konseling diantaranya:
1. Untuk memfasilitasi perkembangan kompetensi konselor dengan fokus perhatian pada
hubungan konseli dan konselor.
2. Untuk memastikan bahwa konseli mendapatkan konseling yang paling efektif
3. Supervisi dapat menjadi penengah jika terjadi konflik antara konselor dan konseli.
4. Sebagai alat untuk memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diberikan cukup membantu
dan memberikan perlindungan dari pelayanan yang malapraktek pada sebuah instansi.
5. Supervisi dapat memastikan bahwa konseling yang dilakukan telah teruji dan terevaluasi
pada konselor praktek pribadi.
6. Sebagai sebuah proses pengembangan profesional yang berkelanjutan. Supervisi bukanlah
sebuah sanksi, Karena bila supervisi dilihat sebagai sanksi yang mengendalikan dan
mengatur kerja konselor maka tujuan seperti sebagai proses pengembangan profesional tidak
tercapai.

Supervisi bimbingan konseling terbukti efektif dapat meningkatkan keterampilan,


pemahaman guru bimbingan konseling dan mampu dalam meningkatkan penguasaan praktek
konseling. Dimana dengan diterapkannya supervisi bimbingan konseling yang dilakukan
supervisor dapat membantu guru bimbingan konseling untuk meningkatkan dan lebih
mengembangkan skill dalam keterampilan layanan bimbingan konseling. Menurut Corey,
Callanan (2011) Supervisi klinis yang efektif, supervisor harus kompeten baik dalam praktik
supervisi maupun dalam bidang konseling yang diawasi. Dari sudut pandang etika dan hukum,
supervisor harus memiliki pendidikan dan pelatihan untuk menjalankan peran mereka secara
memadai. Supervisor yang baik setidaknya memiliki empat nilai yaitu mereka cenderung
tersedia, dapat diakses, ramah dan mampu. Supervisi dapat diselenggarakan secara individual
atau kelompok. Ukuran pada suatu kelompok antara empat sampai enam anggota. Supervisi
individual, pada umumnya satu sesi antara 1–1,5 jam, sedangkan supervisi kelompok diperlukan
waktu 2–3 jam.

Pendekatan dalam Supervisi

Menurut sahertian (sahertian, 2000:44-52), ada tiga pendekatan yang digunakan dalam
melaksanakan supervisi yaitu:
a. Pendekatan langsung
Pendekatan langsung adalah cara pendekatanvterhadap masalah yang bersifat langsung.
Karena supervisor mamberi arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih
dominan.
b. Pendekatan tidak langsung (nondirektif)
Pendekatan nondirektif adalah pendekatan terhadap permasalah yang bersifat tidak
langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tetapi ia
terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan para konselor.
c. Pendekatan kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah pendekatan yang memadukan cara
pendekatan direktif dan nondirektif menjadi pendektan baru. Pada pendekatan ini, baik
supervisor maupun konselor, bersepakat menetapkan struktur, proses, dan kriteria dalam
melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi konselor.

DAFTAR PUSTAKA

Anggreini, Septian. 2017. Peran Supervisi BK untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru BK.
Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling 1 (1), 332-341,
Wibowo, Satrio Budi. 2012. Peran Supervisi dalam Konseling. Jurnal Guidena, 2(1), 28-32.
Wutsqo, Balqis Urwatul, dkk. 2021. Masalah Kompetensi Supervisor Dalam Supervisi
Bimbingan Dan Konseling. Jurnal selaras, 4(1), 51-59.
Kompetensi Supervisor Dalam Supervisi Guru Bimbingan Konseling (Suatu Tinjauan Studi
Pustaka) Aulia Ilfana Jurnal Paedagogy 9 (1), 192-197, 2022.
Taufiq, Agus. 2015. MODEL SUPERVISI YANG MEMBELAJARKAN BAGI KONSELOR
SEKOLAH DAN PROFESI SEJENIS_Jurnal Ilmu Pendidikan.
Amelisa, M., & SUHONO, S. (2018). Supervisi Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan
Penguasaan Keterampilan Layanan Konseling Guru BK. Tapis: Jurnal Penelitian Ilmiah,
2(1), 109-127.
Basith, A. (2015). Pengembangan Model Supervisi dengan Pendekatan Humanistik untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru BK SMA di KAbupaten Kubu Raya. Jurnal
Bimbingan Konseling, 4(2).

Santi, Febri. 2015. Memanajemenkan Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jurnal
Taujjih, 1(2), 42-49
Muhammad Khoiru Reza, Sugiyo. 2015. Faktor-faktor Internal Penghambat Keefektifan
Pelaksanaan Supervisi Bimbingan dan Konseling. Indonesian Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application, 4(4), 26-32

Amalia Rizki Pautina, Asriyati Nadjamuddin, Fatmawati Mile Irfani 17 (1), 48-67, 2021.
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING PADA
MADRASAH UNGGULAN

Anda mungkin juga menyukai