Pengertian
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang
perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
dan non verbalnya.
1. Refleksi perasaan
2. Refleksi pengalaman
3. Refleksi pikiran
Pembahasan kali ini akan membahas mengenai refleksi perasaan, dimana refleksi
perasaan adalah salah satu ketrampilan mikro yang paling bermanfaat ketika dipraktkkan
dengan benar dan pada saat yang tepat selama proses konseling. Dalam pengertian lain,
refleksi perasaan dapat diartikan sebagai salah satu teknik dasar konseling untuk
mengungkapkan sesuatu yang terdapat di dalam diri klien, sehingga klien dapat lebih siap dan
leluasa untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya. Atau bagaimana konselor mengorek
atau meminta kepada klien unutk menuangkan perasaan dan pikirannya.
Menggunakan teknik ini dengan cara konselor merespon setiap pernyataan dan gagasan
klien, yaitu mengembalikan, menanyakan kembali atau merumuskan setiap perasaan dan
pikiran klien. Untuk melakukannya konselor dapat menggunakan kalimat seperti yang
diawalai seperti, agaknya, sepertinya, tampaknya, rupanya, kedengarannya, nada-nadanya,
dan seterusnya. Atau kalimat lain seperti ini :
C. Prinsip
Refleksi perasaan merupakan sesuatu yang serupa tetapi tak sama dengan parafrasa.
Perbedaannya adalah bahwa refleksi perasaan meefleksikan kepada klien ekspresi-ekspresi
emosionalnya sementara parafrasa merefleksikan kepada klien informasi-informasi dan
pikiran-pikiran yang menggambarkan isi pembicaraaan klien.
Ketika seorang konselor merefleksikan kepada klien tentang perasaan yang dirasakan
oleh klien tersebut, ia tidak harus menyebukan kata ‘merasa’. Beberapa pilihan untuk
merefleksikan perasaan marah dan gembira :
‘Anda merasa marah saat ini’ atau ‘Anda merasa marah’ atau ‘Anda marah’.
‘Anda merasa gembira saat ini’ atau ‘Anda merasa gembira’ atau ‘Anda gembira’.
‘Anda saat ini merasa...’ atau ‘Anda merasa...’ atau ‘saat ini Anda...’. Tentu saja kita harus
menggunakan penilaian pribadi kita untuk memutuskan yang mana yang aka kita pilih.
Contoh :
Kl : “Guru itu sialan. Saya membencinya. Saya tidak akan mengerjakan PR nya. Saya tidak
akan mengerjakan bagaimanapun juga.”
3. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan perasaan atau sikap konseli secara
tepat.
1. Mengamati perilaku klien, pengamatan ini terutama ditujukan pada postur tubuh dan
ekspresi wajah klien.
Jika anda merefleksikan perasaan dengan akurat, orang yang anda bantu akan dapat
merasakan tekanan-tekanan emosional mereka secara lebih total. Sebagai konselor anda perlu
mempersiapkan diri terhadap berbagai respons yang mungking muncul ketika anda
merefleksikan perasaan. Terkadang seorang konselor baru mengalami kecemasan yang tinggi
atau kondisi emosional yang meninggi akibat respons klien terhadap refleksi perasaan yang
dilakukannya. Contohnya jika pernyataan anda benar ketika berkata kepada klien anda, ‘saya
mendapat kesan bahwa hati anda benar-benar terluka saat ini’, kemudian klien merasakan
kepedihan hatinya dan mulai menangis. Saat hal ini terjadi, anda harus berhadapan dengan
perasaan-perasaan anda sendiri yang dapat timbul lantaran melihat orang di depan anda
menangis.
1. Kasus I
Klien : Saya selalu menunggu-nunggu kapan ibu saya menunjukkan
lebih banyak perhatian kepada saya. Sudah berkali-kali saya memintanya
untuk datang mengunjungi saya, tetapi ia tidak pernah datang. Kemarin waktu
ulang tahun saya, ibu memang datang berkunjung, tetapi tahukah anda, dia
bahkan tidak ingat kalau hari itu ulang tahun saya. Saya pikir dia sama sekali
tidak memperdulikan saya. (Berbicara lambat dengan nada suara datar).
Konselor : Anda kecewa atau anda merasa terluka
2. Kasus II
Klien : Saya dapat pekerjaan baru belum lama ini. Pekerjaan ini
lumayan berbeda dari pekerjaan yang lama. Pimpinannya baik kepada saya.
Saya diberi kantor yang bagus, suasana keseluruhan dari perusahaan itu benar-
benar positif. Saya hampir tak percaya saya bisa beruntung.
Konselor : Anda merasa sangat senang atau anda benar-benar senang.
DAFTAR PUSTAKA
Geldard, K., & Geldard, D. (2011). Keterampilan Praktik Konseling. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Prof. Dr. Sofyan S. Willis. (2007). Konseling Individual Teori dan Praktek No Title.
Bandung: Alfa Beta Bandung.
“REFLEKSI PERASAAN”
Disusun oleh :
Rombel 3
JURUSAN PSIKOLOGI
2018