Rombel 3
KONFRONTASI
A. PENGERTIAN KONFRONTASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konfrontasi merupakan
perihal berhadap-hadapan langsung atau saling tatap muka. Namun dalam ilmu
konseling konfrontasi memiliki pengertian suatu usaha untuk mengenal secara jujur
dan langsung tentang diri klien yang sebenarnya. Menurut Supriyo dan
Mulawarman (2006:40) Konfrontasi adalah ketrampilan / teknik yang digunakan
oleh konselor untuk menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau
inkronguensi dalam diri klien dan kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada
klien.
C. TUJUAN KONFRONTASI
Ketidaksesuaian antara ekspresi konseli tentang siapa dia dan apa yang diinginkan.
Ketidaksesuaian antara verbal konseli tentang dirinya dengan perilakunya.
D. PRINSIP KONFRONTASI
1. Konselor harus yakin bahwa hubungannya dengan klien cukup kuat untuk menahan
konfrontasi
2. Melakukan konfrontasi diwaktu yang tepat dan tetap mengikuti motif yang
menadasari dilakukannya tidakan konfrontasi
3. Konselor harus yakin tentang apa yang ditunjukkan sebagai pertentangan. Tidak
berbicara dengan nada menuduh, mengadili atau memamerkan ketajaman
pengamatnya
4. Untuk jangka panjang, akan lebih efektif apabila konselor mengkonfrontasi
kelebihan klien daripada sisi kelemahan klien
1. Apakah aku ingin mengonfrontasi karena aku tidak sabar dan tidak siap
membiarkan klien bergerak dalam kecepatan prosesnya sendiri?
2. Apakah aku ingin melakukannya karena aku menyukai konfrontasi?
3. Apakah aku melakukannya untuk menerapkan sistem nilaiku kepada klien?
4. Apakah ini karena aku merasa marah terhadap klien dan ingin melampiaskan
kemarahanku melalui konfrontasi?
Jika salah satu jawaban untuk beberapa pertanyaan di atas adalah “ya”, maka
konfrontasi tidak layak dilakukan. Memenuhi kepentingan konselor sendiri bukanlah
alasan yang dapat dibenarkan dalam penggunaan konfrontasi. Konfrontasi paling tepat
digunakan setelah penerapan keterampilan-keterampilan mikro lainnya tidak cukup
untuk meningkatkan kesadaran klien.
b. Kapan konfrontasi dilakukan
1. Sebuah refleksi atau rangkuman singkat tentang apa yang dibicarakan oleh
klien sehingga klien akan merasa didengar dan dipahami.
2. Sebuah pertanyaan tentang perasaan-perasaan konselor saat itu.
3. Sebuah pertanyaan konkret tentang apa yang telah dilihat atau diamati oleh
konselor, yang diberikan tanpa interpretasi.
Di samping elemen-elemen di atas, konfrontasi yang baik disajikan sedemikian
rupa sehingga klien merasa baik-naik saja, bukan merasa diserang atau dilemahkan.
E. JENIS-JENIS KETIDAKSESUAIAN
Konfontasi bertujuan untuk mengarahkan perhatian klien atas beberapa hal
yang kurang tidak sesuai satu sama lain. Ketidaksesuain tersebut diantaranya :
1. Kontradiksi antara ungkapan verbal dan non verbal
Konselor : “Bagaimana keadaan anda sekarang?”
Klien : “Baik-baik saja… semua beres… tidak ada halangan apa-apa”
(Berbicara sangat lambat, dengan nada renda, muka yang suram,
tunduk kepala)
Konselor : “Maaf ya, anda berkata ‘semua baik-baik saja’ tetapi cara saudara
berbicara mencerminkan rasa sedih. Ini kiranya bagaimana?”
F. CONTOH KONFRONTASI
Klien : “Saya merasa sangat bahagia dengan pernikahan saya” (dengan nada suara
yang sangat sedih serta duduk dengan lunglai)
Konselor : “saya melihat bahwa suara anda terdengar sangat datar dan anda duduk
dengan lunglai di kursi anda.”
Disini konselor melakukan konfrontasi dengan merefleksikan pada klien tentang
apa yang telah diamatinya tanpa membuat interpretasi terhadap observasinya. Maka
klien bebas membuat interpretasinya sendiri dari umpan balik yang diberikan oleh
konselor.
KESIMPULAN
Daftar Pustaka