Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas
sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina
hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh
ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling
yang baik kepada klien.
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan
menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.
Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur
di   pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita
digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian
kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan
pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang
disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi
seperti ini, manusia baru akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan
mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus
dimiliki seorang manusia.
 Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauh mana
tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah
mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya,
maka usaha komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga
tergantung pada pemahaman pesandan penerima. Jika penerima tidak mengerti
pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi

1
atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima
mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator
benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan
lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal,
misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang
adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar
kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal. Agar komunikasi
dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi. Dan
tidaklah semua orang memiliki  communication skill. Banyak orang yang
berkomunikasi hanya mengandalkan gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka
menganggap cara komunikasi yang mereka pakai sudah benar. Padahal kalau
dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.

B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana mengatasi hambatan-hambatan dalam menerapkan
keterampilan KIP/K
2.Bagaimana proses dan praktik konseling dalam kegiatan asuhan
kebidanan

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mengatasi hambatan-hambatan dalam menerapkan
keterampilan KIP/K
2. Untuk mengetahui proses dan praktik konseling dalam kegiatan asuhan
kebidanan.

D. Manfaat Penulisan
Pembaca diharapkan memahami tentang mengatasi hambatan-hambatan
dalam menerapkan keterampilan KIP/K dan memahami proses dan praktik
konseling dalam kegiatan asuhan kebidanan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Mengatasi Hambatan-Hambatan Dalam Menerapkan Keterampilan KIP/K.

1. Klien Diam

Klien tidak mau bicara selama beberapa waktu. Hal ini terjadi pada klien-
klien yang merasa cemas atau marah. Hal ini biasa terjadi pada awal
pertemuan. Namun kadang-kadang juga terjadi pada pertengahan
pertemuan. Mungkin hal tersebut terjadi karena klien merasa berat
menceritakan hal-hal yang pribadi atau rahasia tentang dirinya atau ia tidak
senang dengan konselor. Kadang-kadang klien diam karena sedang berfikir
atau memperhatikan dengan seksama.
Upaya mengatasinya :

a. Bila terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat, sebaiknya


konselor memperhatikan hal ini dengan mengatakan misalnya : " Saya
mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan". (Refleksi perasaan).
b. Bila terjadi pada pertengahan pertemuan, konselor harus memperhatikan
konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Jika terjadi
karena klien merasa berat menceritakan hal-hal pribadi atau suatu rahasia
tentang dirinya atau tidak senang dengan konselor, lebih baik menunggu
beberapa saat, beri kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaan
atau pikirannva, meskipun konselor tidak nyaman dengan keadaan
tersebut.

c. Bila klien diam karena marah, berikan suasana hening selama beberapa
saat, pandang klien, dan perlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan
perhatian.

d. Bila klien diam karena sedang berfikir, konselor tidak perlu berusaha
memecahkan kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak
menerima.

3
2. Klien Menangis Terus-Menerus.

Klien yang menangis tersedu-sedu membuat konselor merasa tidak nyaman.


Menangis bisa disebabkan karena beberapa alasan. Ada kemungkinan untuk
Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 127-128.
melepaskan emosi. Biasanva tangisan mereda sendiri setelah beberapa lama.
Bagaimanapun. kadang-kadang menangis dilakukan untuk menarik
perhatian atau untuk menghentikan pertanyaan-pertanyaan yang menyelidiki
lebih lanjut. Tangisan juga mungkin merupakan cara klien untuk
memanipulasi konselor.
Upaya mengatasinya :

a. Tunggu beberapa saat, bila klien terus menerus menangis katakan tidak
apa-apa karena menangis adalah reaksi wajar. Hal ini membuat klien
merasa bebas mengekspresikan alasannya menangis. Bidan dapat
menanyakan alasan klien dengan lembut.
b. Tenangkan klien dengan memberi sentuhan misalnya dengan menepuk
bahu, mengusap punggung atau dengan memegang tangan klien secara
hati-hati. Faktor budaya, usia dan jenis kelamin dari konselor maupun
klien harus diperhatikan, yang penting adalah bahwa hubungan
professional (bukan sosial) antara konselor dan klien harus tetap dijaga.

3. Konselor menyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi salah klien

Kondisi ini biasanya mencemaskan, konselor merasa tidak tahu harus


berbuat apa. Perlu diingat bahwa fokus utama konseling adalah pada subyek
atau orangnya bukan pada masalahnya. Meskipun masalah dihadapi sangat
sulit, dalam hal ini bukan berarti konselor tidak dapat menolong klien.
Upaya mengatasinya :

a. Salah satu langkah yang dapat dilakukan terhadap klien yang mendesak
ingin dibantu konselor dalam memecahkan masalahnya adalah dengan
mengatakan pada klien bahwa meskipun konselor tidak dapat mengubah
keadaan, tetapi konselor akan selalu menyediakan waktu untuk klien.

4
b. Ekspresikan rasa simpati. Terkadang hal tersebutlah yang diinginkan
klien. Berikan saran kepada klien seseorang yang dapat membantunya.

4. Bidan melakukan suatu kesalahan

Dalam banyak hal, konselor dapat melakukan suatu kesalahan, konselor


mungkin salah mengartikan kata-kata klien, konselor mungkin tidak
berkonsentrasi sehingga bertanya berkali-kali kepada klien tentang sesuatu
Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 128-129.
hal, konselor mungkin memberikan informasi yang salah, konselor mungkin
merasa malu atau marah karena ucapan klien.
Upaya mengatasinya :

a. Bersikap jujur. Semakin jujur bidan menunjukkan perasaan disaat yang


tepat (tanpa harus menunjukkan kehidupan pribadi), semakin mudah
untuk klien melakukan hal yang sama.
b. Menghargai dan mempercayai klien.

c. Meminta maaf. Perbaiki kesalahan dan minta maaflah apabila bidan


salah/keliru. Hal terpenting adalah ketepatan bukan kesempurnaan.
Mengakui kesalahan berarti konselor menunjukkan penghargaan
terhadap klien.

5. Bidan tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan klien

Hal ini merupakan kecemasan yang biasa diutarakan konselor.


Upaya mengatasinya :

a. Menunjukkan buku sumber lain untuk mendapatkan informasi.


b. Mengakui keterbatasan pengetahuan. Katakanlah secara jujur bahwa
bidan tidak tahu pemecahannya, namun dapat mencari jalan keluarnya
bersama-sama dan akan mencari informasi tersebut untuk klien.

5
c. Rujuk klien kepada konselor atau bidan lain yang lebih kompeten.
Diskusikan dengan supervisior, teman sejawat dan berikan pemecahan
masalahnya yang tepat.

6. Klien menolak bantuan konselor

Pada pertemuan pertama penting sekali menjajaki mengapa atau apa yang
mendorong klien datang untuk konsultasi. banyak klien yang merasa
terpaksa datang, mungkin karena diperintah oleh mertua, mungkin karena
takut mengetahui ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya.
Upaya mengatasinya :

a. Buka pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan tentang alasan


kedatangan klien, akan sangat membantu. Selanjutnya dapat mengatakan
"Saya dapat mengerti perasaan ibu, saya senang ibu datang hari ini untuk
mendiskusikan tentang kondisi kesehatan ibu, kita punya waktu untuk m-

Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 129-130.
endiskusikan kebutuhan-kebutuhan ibu".

a. Apabila klien sama sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal
positif, paling tidak ia sudah datang dan berkenalan dengan konselor,
mungkin ia mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk
melakukan pertemuan lanjutan.

7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor

Kesulitan ini diucapkan klien dengan mengatakan : "Saya canggung


membicarakan hal ini dengan wanita". "Saya mengharap berhadap dengan
laki-laki". Kemungkinan hal ini tidak disampaikan secara verbal tetapi
konselor dapat melihat sikap klien.
Upaya mengatasinya :

a. Gunakan kata-kata yang menunjukkan perhatian positif dan refleksi.

6
8. Waktu yang dimiliki konselor terbatas

Kadang klien datang untuk membicarakan masalah-masalah pribadinya


pada waktu dan situasi yang tidak tepat bagi konselor.
Upaya mengatainya :

a. Konselor sebaiknya memberikan informasi tersebut beberapa saat


sebelum pertemuan.
b. Meminta maaf. Meminta maaf merupakan hal terbaik agar klien merasa
dihargai oleh konselor.

c. Menjelaskan sebab keterbatasan waktunya. Jelaskan pada klien


keterbatasan waktu konselor agar klien mengerti dan memahami.

d. Menunjukkan bahwa konselor mengharapkan bertemu klien pada


pertemuan selanjutnya.

9. Konselor tidak dapat menciptakan 'rapport' (hubungan) baik.

Kadang-kadang rapport yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan
berarti konseling harus di akhiri atau mengirimkan klien kepada konselor
lain.
Upaya mengatasinya :

a. Minta pendapat kepada teman sesama petugas di kliniknya untuk


mengamati pertemuan dan melihat letak kesulitannya, apakah ada sikap

Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 130-131.
klien yang membuat konselor merasa ditolak. Segala kemungkinan perlu
dijaga, salah satu aspek penting dari pelatihan adalah sebelum konseling
yang sesungguhnya dilakukan.

10. Konselor dan klien sudah saling kenal

Pada sekelompok masyarakat kecil biasanya antara konselor dan klien sudah
saling kenal.

7
Upaya mengatasinya :

a. Kalau hubungan ini biasa-biasa saja (tidak terlalu akrab), konselor dapat
melayani seperti pada umumnya, tetapi perlu ditekankan soal kerahasiaan
klien dan privasinya. Selain itu konselor akan bersikap sedikit berbeda
dengan sikap diluar konseling terhadap klien sebagai temannya.
b. Bila hubungan sangat akrab, perlu disampaikan pada klien bahwa bila
klien menginginkan, dapat diatur pertemuan dengan konselor atau bidan
lainnya. Berdasarkan pengalaman, hubungan akrab ini akan sangat
mempengaruhi jalannya konseling.

11. Klien berbicara terus dan yang diharapkan tidak sesuai dengan materi
pembicaraan

Situasi ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi
sama-sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor.
Upaya mengatasinya :

a. Jika klien terus menerus mengulang pembicaraan, setelah beberapa saat


perlu dipotong pembicaraannya dan gunakan teknik memfokuskan
(focusing), dengan mengatakan "Maafkan saya bu, apakah ibu tegang
dan cemas tentang sesuatu hal yang sama secara berulang-ulang, apakah
ada yang sulit disampaikan ?" pertanyaan semacam ini akan membantu
klien memfokuskan kembali percakapan.

12. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.

Hubungan konselor-klien adalah hubungan professional, bukan hubungan


sosial. Hal ini penting karena dengan demikian konselor bersikap berbeda
dengan sikap orang lain dalam kehidupan klien. Hal ini mungkin sulit dime-
Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 131-132.
ngerti klien pada awalnya, terutama kalau konselor bersikap akrab dan
hangat. Risiko dari hubungan seperti ini adalah konselor mendapat
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi dari klien yang harus dijawab.

8
Hal ini sebaiknya tidak dilakukan karena beberapa alasan. Hal ini akan
mengalihkan perhatian konselor dari klien. Hal ini mengarah pada
serangkaian pertanyaan yang pada awalnya bersifat ringan saja, lama
kelamaan pertanyaan menjurus kepada masalah-masalah pribadi yang tidak
ingin dijawab konselor.
Upaya mengatasinya :

a. Bidan tidak perlu menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi.


b. Lebih baik tidak bercerita tentang dirinya karena tidak akan membantu
klien.

c. Kadang-kadang klien bertanya apakah konselor pernah menghadapi


masalah yang sama. Sebaiknya jangan menjawab "Ya" atau "Tidak",
bidan bisa mengatakan hal seperti "Saya tahu kondisi seperti itu, tolong
jelaskan kepada saya yang lebih lanjut".

13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan

Dapat terjadi suatu kondisi dimana klien mengatakan sesuatu yang membuat
konselor merasa malu. Semakin banyak konselor berlatih mengahadapi hal-
hal sensitif semakin mudah ia mengenali situasi yang rentan dan semakin
siap ia menghadapi situasi tersebut. Meskipun demikian, konselor mungkin
merasa malu.
Upaya mengatasinya :

a. Sebaiknya konselor bersikap jujur pada klien, terutama jika konselor


bereaksi secara emosional kepada klien, karena klien akan mengamati hal
tersebut. Keadaan ini bisa dimanfaatkan dengan terlebih dahulu
mengakui perasaan yang muncul dan mengembalikan ke topik
pembicaraan yang dikemukakan klien.

Setelah pertemuan berakhir, akan sangat membantu bila konselor


membicarakan kepada konselor lain tentang hal apa yang terjadi dan
melihat apakah perasaan tidak nyaman itu bisa diatasi.

9
Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 132-133.

14. Klien ingin konselor yang mengambil keputusan

Klien sebenarnya membutuhkan bantuan dan bidan dapat memberikannya


dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti "Anda kelihatannya
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, mungkin anda kurang
siap ? Apakah anda ingin mendiskusikan hal ini lebih lanjut ? Apakah anda
membutuhkan informasi lebih banyak atau waktu yang lebih lama untuk
berpikir ? Apakah anda ingin membicarakan hal ini dengan orang lain,
mungkin pasangan anda atau orang tua anda ?.
Upaya mengatasinya :

a. Bidan dapat berkata "Saya dapat menjawab pertanyaan anda dan


membantu anda memberikan beberapa alternative pilihan, tetapi andalah
yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kehidupan anda".
b. Apabila klien tidak dapat memutuskan (misalnya metode KB yang
dipakai), berikan metode pilihan lain yang sesuai dengan tujuan klien.

15. Keadaan "kritis".

Bila klien datang dalam keadaan kritis yaitu antara hidup dan mati, maka
bidan harus bersikap direktif, langsung melakukan tindakan penyelamatan.
Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat tersebut kepada
keluarga.
Upaya mengatasinya :

a. Berikan penjelasan singkat, jelaskan langkah-langkah yang harus


dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.
b. Sedapat mungkin lakukan teknik mendengar aktif dan ucapkan kata-kata
yang menenangkan seperti "Saya akan berusaha semampu saya!".

B. Proses Dan Praktik Konseling Dalam Kegiatan Asuhan Kebidanan

10
1. Proses konseling dalam kegiatan asuhan kebidanan

1) Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (Rapport).

Dilakukan sejak awal pertemuan dengan klien dan dijaga selama


pertemuan konseling. Keterampilan membina hubungan baik merupakan
dasar dari proses komunikasi interpersonal bidan dengan klien, keluarga

Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 123.
klien, tokoh masyarakat dan sebagainya.
Serta merupakan dasar dari proses pemberian bantuan. Hubungan
yang baik akan memudahkan klien untuk mema- hami saran sehingga a
mau mengikutinya, klien merasa puas dan akan kembali lagi untuk
memeriksakan diri ke bidan. Tahapan awal dalam pembinaan hubungan
baik yaitu :

a. Beri salam, perkenalan diri (attending) dan buka komunikasi.


b. Menanamkan sikap keterbukaan.

c. Memperjelas dan mendefinisikan masalah bersama.

d. Membuat penaksiran dan penyampaian masalah.

e. Mengasosiasikan kontrak dengan klien.

f. Perilaku respon positif yang mendukung terciptanya hubungan baik :

a) Bersalaman dengan ramah.

b) Mempersilahkan duduk.

c) Bersabar.

d) Tidak menginterupsi atau memotong pembicaraan klien.

e) Menjaga kerahasiaan klien.

f) Tidak melakukan penilaian.

g) Mendengarkan dengan penuh perhatian.

11
h) Menanyakan alasan kedatangan klien.

i) Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien.

2) Penggalian informasi / pengumpulan / pemberian informasi (identifikasi


masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri dan sebagainya).

Pengumpulan informasi merupakan tugas utama konselor.


Pendalaman masalah yang dihadapi klien, latar belakang, situasi dan
kondisi klien, perasaan dan kebutuhan klien, serta pemahaman klien
tehadap masalah yang dipahami olen konselor, akan berdampak baik
terhadap informasi yang dibutuhkan dan dipahami oleh klien. Tahapan
dalam penggalian/pengumpulan informasi :

a. Arahkan klien agar bercerita dengan urutan yang benar.


b. Selama bercerita, perhatikan bagaimana klien berbicara (malu, marah)

Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 124-125.
sikap klien terhadap konselor dan kesulitan selama berkomunikasi.

c. Bila klien tampak cemas, tunda sampai klien dapat merumuskan


ceritanya. Jangan memaksa klien jika belum siap.
d. Penting sekali peranan dari kedua belah pihak.

e. Amati komunikasi non verbal klien.

3) Perencanaan, pengambilan keputusan dan permecahan masalah.

Sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu Hien


memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat pe- rencanaan untuk
mengatasi. Tahapan ini merupakan inti dari proses konseling :

a. Konselor membantu klien memahami permasalahannya. Bidan


melakukan pendataan masalah dan mencari apa yang melatarbelakangi
permasalahan.

12
b. Konselor membantu memberikan alternatif pemecahan ma- salah
dengan segala konsekuensinya. Bidan memberikan beberapa pilihan
penyelesaian pemecahan masalah dan klien memilih sendiri dari
beberapa pilihan yang diberikan.

c. Menjaga hubungan tetap harmonis.

d. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menilai proses konseling


yang berlangsung.

4) Menindak lanjuti pertemuan.

Mengakhiri pertemuan konseling, konselor merangkum jalannya dan


hasil pembicaraan selama pertemuan, merencanakan pertemuan
selanjutnya atau merujuk klien. Disebut juga dengan tahapan penutup.
Tahapan akhir konseling :

a. Membuat kesimpulan dari materi konseling.


b. Konselor mengevaluasi keberhasilan konseling dengan melihat tanda-
tanda konseling yaitu menurunnya kecemasan, adanya perubahan
perilaku yang lebih positif, dan mempunyai rencana masa depan yang
lebih baik dan terarah.

c. Membuat perjanjian pertemuan berikutnya bila masih diperlukan.

Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM. Hal : 125-126.

2. Praktik Konseling Dalam Kegiatan Asuhan Kebidanan

Klien : Selamat pagi, ibu Bidan !!


bidan : Selamat pagi, ada sesuatu yang dapat saya bantu ?
Klien : Ya Ibu, saya sekarang dalam keadaan hamil 3 bulan, setiap
hari merasa mual dan ingin muntah, tidak suka makan, rasanya
badan saya tidak enak dan jengkel karena memakai pakaian
menjadi tidak rapi.

13
Bidan : Ibu
, sudah hamil bulan merasa mual dan ada kejengkelan terhadap perubahan
fisik ibu !
Klien : Ya Bu..
Bidan : Sudah berapa lama ibu menikah ? dan apakah ibu sudah
berkeinginan untuk mempunyai anak ?
Klien : Saya menikah sudah satu tahun dan memang ingin
mempunyai anak..
Bidan : Oohh jadi ibu ingin punya anak kan ?
Klien : Ya Bu ..
Bidan : Sebentar ya Bu, Saya ukur tekanan darah ibu, permisi ya
Bu .. (sambil menggulung lengan baju ibu hamil). Bagaimana
perasaan ibu dengan kehamilan ini (sambil mengukur tekanan
darah ibu).
Klien : Senang sekali Ibu, apalagi ini adalah anak pertama saya
(sambil tersenyum).
Bidan : Pasti keluarga ibu juga senang ya bu, darah ibu normal
Klien : Berapa Ibu Bidan
Bidan : 120/ 80 mmHg
Klien : Jadi Ibu Bidan, bagaimana kehamilan saya ini ?
Bidan : Begini Bu, kehamilan ibu merupakan suatu proses dari
pembuahan (konsepsi) sampai kelahiran janin biasanya 9 bulan
7 hari dan juga kehamilan Ibu merupakan proses alamiah
(normal) dan bukan proses abnormal tetapi kondisi normal
dapat menjadi abnormal.
Klien : Bagaimana dengan kondisi umur kehamilan saya yang
sekarang ?
Bidan : Pada umumnya ibu hamil pada kehamilan 3 bulan seperti ibu
akan mengalami perubahan fisik seperti yang ibu katakan tadi,
mual dan ingin muntah, nanti ibu juga enggan makan dan
mengidam, dan juga ada perubahan pada payudara ibu, seperti
payudara lebih besar dari biasanya, terasa penuh, berat, nyeri

14
kalau ditekan. Areola hitam. Ibu juga akan merasa letih dan
merasa ngantuk, dan akan sering BAK dan perut ibu akan
terasa panas, dan perut ibu akan terasa kembung dan perih.
Klien : Jadi, apakah hal-hal yang harus saya lakukan ibu bidan untuk
membantu mengurangi masalah atau perubahan fisik yang saya
alami ?
Bidan : Ada Bu ........! kalau ibu mual muntah, ibu dapat melakukan
tindakan seperti makan makanan kaya protein dan karbohidrat
seperti nasi putih secukupnya, tetapi kalau ibu kurang selera
makan nasi putih, ibu bisa menggantinya dengan makanan
bubur beras, cracckers, dan juga ibu memakan daging-
dagingan atau telur ayam dan ibu juga harus banyak minum,
dan minuman yang mau ibu minum tergantung selera ibu, bisa
sop, susu, koktail dan sebagainya yang bisa mengurangi rasa
mual dan muntah ibu. Tetapi kalau ibu merasa lebih mual
dengan mengomsumsi cairan tadi, ibu bisa ganti dengan
makanan padat dengan kandungan air yang lebih tinggi seperti
buah, sayuran (selada, melon, jeruk). Dan ibu harus
menghindari pandangan, aroma, dan rasa makanan yang
membuat ibu merasa mual. Ibu bisa makan lebih sering
meskipun belum merasa lapar karena bila lambung kosong,
asam lambung akan menyebabkan iritasi. Menyikat gigi
dengan pasta gigi yang tidak menyebabkan mual, setiap habis
mual kumur dengan obat kumur yang tidak menyebabkan
muntah, kalau ibu enggan makan, ibu perlu mengganti
makanan dengan yang ibu sukai. Dan perubahan pada
payudara ibu itu terjadi pada semua wanita hamil karena
bertujuan menyiapkan ibu untuk memberi makan bayi ibu
kelak bila lahir. Karena itu, ibu harus menggunakan bra yang
menyokong payudara sehingga mengurangi kecendrungan
mengendur. Bila ibu merasa letih, ibu perlu banyak beristirahat
atau tidak banyak bekerja dan soal ibu yang sering BAK, itu

15
wajar pada ibu hamil seperti ibu tapi ibu bisa mengurangi
dengan cara memiringkan tubuh kedepan pada saat ibu BAK,
dan juga ibu membatasi minum mulaim pukul 4 sore.tetapi
jangan melampaui batas kebutuhan ibu.
Klien : Selain yang ibu jelaskab tadi, apakah masih ada yang harus
saya perhatikan untuk menjaga kehamilan saya ini bu bidan?
Bidan : (tersenyum), masih ada..
Klien : Apa hubungannya bu meroko dengan hamil

Bidan : Kalau ibu merokok akan meyebabkan bayi lahir prematur,


cacat bahkan bisa keguguran.
Klien : Oooh... seperti itu ya bu bidan
Bidan : selain itu ibu harus menjaga kebersihan diri ibu, istitahat
yang cukup, bekerja jangan terlalu berat,melakukan perawatan
payudara, pakaian ibu jangan terlalu berat
Klien : Untuk apakah saya harus melakukan perawatan payudara, bu
bidan?
Bidan : Begini bu..sebagian besar wanita hamil putting susunya tidak
menonjol, pada saat ibu tersebut relah melahirkan , bayinya
susah minum ASI si ibu. Oleh sebab itu harus dilakukan
perawatan payudara agar puting susu ibu menonjol dan bisa
mengeluarkan ASI nantinya.
Klien : Terima kasih ya bu bidan atas penjelasannya
Bidan : Sama-sama bu, semoga ibu sehat selalu dan jikalau ada
keluhan atau masalah ibu jangan lupa untuk memeriksakannya,
ya
Klien : Ibu bidan saya akan melaksanakan nasehat-nasehat bu
bidan,karena ini menyangkut kesehatan saya dan bayi saya
.apapun akan saya lakukan untuk anak saya yang pertama ini
Bidan : Bagus bu, saya senang mendengarkannya ingat ya bu, ibu
harus banyak istirahat dan makan makanan yang bergizi
Klien : Baik bu bidan permisi ya

16
Bidan : Hati-hati ya Bu...!!!

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi dan konseling sangat berperan penting dlam asuhan


kebidanan, dimana bidaan harus berperan dalam rencana asuhan kebidanan.
Komunikasi Interpersonal adalah interaksi yang dilakukan antara orang
ke orang, dua arah, verbal dan non verbal.
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang
menuntut adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan
dengan pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah
laku atau sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan , selain iu bidan juga
sebagai konselor yang berperan yang memberi nasehat, memberi arahan kepada
orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah
orang yang mencari (membutuhkan) advis atau nasehat. Dimana komunikasi dan
konseling harus sesuai dengan rencana yang di progamkan , agar tujuan asuhan
kebidanan dapat berjalan dan berkembang dengan baik.

B. Saran

Sebagai  seorang bidan harus mempunyai  komunikasi  yang baik, baik


didalam lingkungan sendiri maupun lingkungan masyarat, selain itu bidan juga
harus harus menjadi konselor di masyarakat dalam memenuhi permasalahan
permasalahn yang sering kali timbul di masyarakat. Bidan tokoh utama di
masyarkat yang menjadi sorotan di kalangan masyakat.
Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan membaca makalah ini
dapat dijadikan pedoman kita dalam melangkah dan bisa menjaga akhlak terhadap
diri sendiri. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon
maaf yang setulus-tulusnya

18
DAFTAR PUSTAKA
Suryati Romauli, SST. 2013. Komunikasi Bidan. Jakarta : TIM.

19

Anda mungkin juga menyukai