Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

STRATEGI MEMBANTU KLIEN DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN

KELOMPOK 3
Nama Anggota :

1. Aling (1930701047)
2. Anis Tafana Rahayu (1930701009)
3. Helen Eka Maulana (1930701057)
4. Herlina (1930701017)
5. Ikhwatun Salisun Niswati S. (1930701013)
6. Irwana (1930701059)
7. Jumriani (1930701039)
8. Nari (1930701049)
9. Nurmia (1930701043)
10. Rosmiatih (1930701053)
11. Sisca Ayu Ningsih (1930701061)

JURUSAN KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2019
1) Strategi membantu klien dalam pengambilan keputusan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien
untuk menyelesaikan masalah kegawadaruratan terutama yang berhubungan
dengan kebidanan. Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh
klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.

Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan:

1. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya. Beri kesempatan klien


untuk melihat lagi beberapa alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau
kecewa terhadap pilihannya.

2. Membantu klien dalam mempetimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat


kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugian atau konsekuensi
negative.

3. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu


klien mencermati pilihannya.

4. Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.

2) Pemberian informasi efektif dalam membantu mengambil


keputusan
Pemberian informasi efektif bila:

a. Informasi yang diberikan spesifik.

b. Informasi disesuaikan dengan situasi klien dan mudah dimengerti.

c. Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

 Singkat dan tepat.


 Menggunakan bahasa sederhana.
 Gunakan alat bantu visual.
 Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-hal
penting yang perlu diingat.

Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau penyuluhan pada klien:

1. Memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata, mengeringkan


telinga, mengobati luka di mulut, menyiapkan larutan oralit, atau melega-
kan tenggorok.
2. Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat di beri salep
mata, menyiapkan sumbu untuk mengeringkan telinga, cara mencampur
satu bungkus oralit dalam air yang benar, cara membubuhi gentian violet
di mulut anak, cara melegakan tenggorok dengan bahan atau obat yang
aman dan dapat dibuat sendiri dirumah.
3. Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara membubuhi
salep mata pada bayi, mencampur dan melarutkan oralit, memberi dosis
pertama anti biotik.

3) Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K


1) Diam
 Makna “diam” mempunyai banyak makna, diantaranya:
a. Penolakan atau kebingungan klien
b. Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu mengata-
kan apa selanjutnya.
c. Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
d. Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk berbicara.
e. Klien mengharapkan sesuatu dari koselor.
f. Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
g. Klien baru menyadari upacapannya dan merupakan ekspresi emosio-
nalnya.
 Hal yang harus dipahami saat klien diam :
a. Bila klien tidak mau bebrbicara selam beberapa waktu, ada
kemungkinan ia sedang merasa cemas atau marah.
b. Bila terjadi pada awal petermuan, setelah beberapa saat, sebaiknya
konselor membuka percakapan dengan pernyataan yang di sertai
kalimat tanya.
c. Bila terjadi pada pertengahan pertemuan, konselor harus
memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini
terjadi. Umumnya, lebih baik mengunggu beberapa saat, berikan
kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau
pikirannya, meskipun konselor merasa tidak nyaman dengan keadaan
tersebut.
d. Bila klien diam karena sedang berpikir, konselor tidak perlu berusaha
memecahkan kesunyian, juga tidak perlu menunjukan sikap tidak
menerima.

2) Klien menangis
Tenangkan klien dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu
atau memegang tangan klien) secara hati-hati.
3) Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien.
 Biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu
menyelesaikan masalah seperti harapan klien.
 Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
 Konselor dapat mengatakan pada klien bahwa dia akan selalu menye-
diakan waktu untuk klien menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor
tidak dapat mengubah keadaan.

4) Konselor melakukan kesalahan


Hal terpenting untuk menciptakan hubungan baik dengan klien adalah
jujur. Mengakui bahwa konselor salah dan minta maaf adalah cara untuk
menghargai klien.

5) Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien


Sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor tidak dapat menjawab
pertanyaa klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.

6) Klien menolak bantuan konselor


Kalau klien sama sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang
positif, paling tidak ia sudah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin
ia mampu mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan
pertemuan lanjutan.

7) Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor


Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan: “ orang kadang
awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan sseseorang yang sama jenis
kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak
penting apabila kita semakin mengenal. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan
dan lihat bagaimana nantinya.” Biasanya klien menerima, dan masalah ini
hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap penuh perhatian, menghargai
klien dan tidak menilai klien.

8) Waktu yang dimiliki konselor terbatas


Konselor memberikan informasi tersebut beberapa saat sebelum perte-
muan, meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menun-
jukan bahwa konselor mengharapkan bertemu klien pada pertemuan selanjut-
nya.

9) Konselor tidak menciptakan hubungan yang tidak baik


Kadang-kadang hubungan yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini
bukan berarti konseling harus diakhiri. Akan lebih baik bila konselor minta
pendapat kepada teman sesama petugas di kliniknya untuk mengamati
pertemuan dan melihat dimana letaknya kesulitannya, apakah ada sikap klien
yang membuat konselor merasa ditolak klien.

10) Konselor dan klien sudah saling kenal


Konselor dapat melayani seperti pada umunya, tetapi perlu ditekankan
bahwa kerahasiannya akan tetap terjaga, dan konselor dapat bersikap sedikit
berbeda dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebagai temannya.

11) Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor


Nyatakan pada klien bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak akan
membantu klien, oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.

12) Konselor merasa di permalukan dengan suatu topik pembicaraan


Sebaiknya konselor jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi
secara emosional kepada klien, karena klien akan mengamati itu.

13) Keadaan kritis


Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga.
Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus
dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.

14) Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan topik
pembicaraan.

Potong pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus menerus


mengulang pembicaraannya.

4) Kesulitan Saat Konseling


Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama
konselor pemula. Antara lain :
1. Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini.
2. Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan.
3. Penerimaan yang berlebihan.
4. Menceritakan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman.
5. Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.
6. Merenung setelah sesi yang sulit.

5) Upaya Untuk Mengatasi Kesulitan


1. Tiap individu harus paham akan dirinya, dengan memahami diri sendiri
maka akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
2. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mem-
permudah penerimaan klien.
3. Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada
semua klien dengan bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
4. Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif. Kearifan
merupakan satu perangkat ciri kognitif dan afektif tertentu secara langsung
pada keterampilan dan pemahaman hidup. Karakteristik nya meliputi :
a. Aspek afektif dan kesadaran yang meliputi empati, kepedulian,
pengenalan rasa, deotomatisasi(menolak kecenderungan kebiasaan,
perilaku dan pola pikir otomatik, menekankan kesadaran tindakan
dan pilihan yang bertanggung jawab).
b. Aspek kognitif meliputi penalaran dialektik ( mengenal konteks,
situasi, berorentiasi pada perubahan yang bermanfaat).
DAFTAR PUSTAKA

Endang, Elisabeth . 2015. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan. Yogya-


karta : Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai