Anda di halaman 1dari 11

Makalah Asuhan Kebidanan Kehamilan

“ komunikasi dan konseling pada ibu hamil trimester 1 2 dan 3 ’’

OLEH

NAMA : NURUL AZIZAH DAHLIA

NIM : P0032402126

KELAS : 1A KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KENDARI

JURUSAN D-III KEBIDANAN

TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Nama Penulis

Nurul Azizah Dahlia


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam
kehidupan kebidanan, namun dalam kehidupan manusia sosial secara umum. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama
dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi ecara drastis. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka,
melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan
hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian
yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan
pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan antara tenaga kesehatan dan klien/pasiennya
khusus dalam ruang lingkup kesehatan. Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan
interpersonal antara tenaga kesehatan dank lien, dimana tenaga kesehatan berupaya agar klien
dapat mengatasi masalahnya sendiri, maupun masalahnya dengan orang lain atau
lingkungannya. Komunikasi terapeutik yang diberikan bidan pada ibu hamil sesuai dengan
kebutuhan tiap semester. Biasanya, pada ibu hamil, perkembangan dan perubahan pada tubuh
ibu tidak banyak di ketahui, baik oleh ibu, maupun orang lain. Oleh karena itulah, ibu hamil
sangat penting mendapatkan konseling terapeutik untuk mengetahui status kehamilannya.

B.Tujuan Penulisan

Makalah ini untuk membuat pembaca memahami dan mengetahui informasi tentang
cara berkomunikasi dan konseling pada ibu hamil.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi Komunikasi Dan Konseling

1. Pengertian
Secara umum definisi konseling adalah suatu proses komunikasi interpersonal/dua arah antara
konselor dan klien untuk membantu klien untuk mengatasi dan membuat keputusan yang
benar dalam menghadapi masalah kehamilan yang di hadapi. Dalam definisi ini ada dua uneur
yang terlibat yaitu konselor dan klien. Konselor kehamilan adalah bidan yang bekerja untuk
membantu orang lain (klien) mengenali dan mengatasi masalah kehamilani yang dihadapi
serta mendorong klien untuk mencari dan memilih cara pemecahan masalah kehamilan secara
efektif dan efisien. Klien adalah seorang yang ingin mendapat bantuan dari seorang konselor
dalam hal mengenali, mengatasi, dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi
masalah yang dihadapi (Supariasa,2012).
2. Tujuan Konseling
Tujuan konseling adalah membantu klien dalam upaya mengubah perilaku yang berkaitan
dengan kehamilan, sehingga status kehamilan dan kesehatan klien menjadi lebih baik.
Perilaku yang diubah meliputi ranah pengetahuan, ranah sikap dan ranah keterampilan di
bidang kehamilan, diubah menjadi perilaku positif (Supariasa, 2013).
3. Manfaat Konseling
Menurut Supariasa (2012) Pada dasarnya klien yang datang ke konselor bertujuan agar
masalah yang mereka hadapi dapat dipecahkan secara tepat sesuai dengan kondisi sosial dan
budaya klien. Proses konseling akan bermanfaat dan bermakna apabila terjadi hubungan yang
baik antara konselor dan klien. Menurut Persagi (2010) dalam penuntun konseling kehamilan,
manfaat konseling kehamilan adalah sebagai berikut:
a) Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan kehamilan yang di hadapi.
b) Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah kehamilan.
c) Membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
d) Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang paling sesuai baginya.
e) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan kehamilan klien.
4. Keterampilan Konseling
1. Keterampilan Mendengarkan dan Mempelajari Ada beberapa hal yang termasuk dalam
keterampilan mendengarkan dan mempelajari yaitu :
a) Komunikasi nonverbal Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan
gerakan tubuh tanpa perlu kata-kata, meliputi : usahakan kepala sama tinggi, member
perhatian, menyingkirkan penghalang, menyediakan waktu dan memberi sentuhan secara
wajar.
b) Mengajukan pertanyaan terbuka Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan
jawaban penjelasan. Pertanyaan terbuka akan lebih bermanfaat karena konselor akan
mendapatkan informasi lebih banyak dan mengurangi konselor mendominasi pembicaraan.
Pertanyaan terbuka biasanya dimulai dengan pertanyaaan apa, mengapa, siapa, kapan dan
bagaimana.
c) Menggunakan respon dan gerakan tubuh yang menunjukkan perhatian Berikan tanggapan
yang menunjukkan perhatian dan ketertarikan terhadap atas jawaban klien dalam bentuk
bahasa isyarat seperti mengangguk dan kata-kata penghargaan seperti wah,
nnn,mmmm,ooooo... begitu, eeeeh.
d) Mengatakan kembali apa yang klien katakan Akan lebih bermanfaat mengulangi atau
mengatakan kembali apa yang klien katakan. Ini menunjukkan bahwa kita mengerti dan akan
lebih besar kemungkinannya klien bicara lebih banyak lagi. Paling baik adalah
mengucapkannya dengan cara yang agak berbeda sehingga tidak terdengar seolah kita sedang
“membeo”.
e) Berempati menunjukkan konselor memahami perasaan klien Bila klien mengatakan sesuatu
yang menunjukkan perasaan, akan berguna sekali jika direspon dengan cara yang
menunjukkan bahwa kita mendengarkan apa yang klien ungkapkan, dan bahwa kita
memahami perasaannya dari sudut pandangnya.Empati beda dengan simpati.Jika bersimpati,
kita mengasihani seseorang dan melihat klien dari sudut pandang kita.
f) Hindari kata-kata yang menghakimi Kata-kata yang menghakimi adalah kata-kata seperti :
benar, salah, baik, buruk, bagus, cukup, tepat. Kadang kita perlu menggunakan kata-kata yang
menghakimi (terutama untuk katakata yang positif) yaitu ketika kita sedang membangun
percaya diri klien. Tapi berlatihlah untuk menghindarikata-kata yang menghakimi kecuali ada
alasan yang sangat penting untuk menggunakanya. Biasanya pertanyaan yang menghakimi
seringkali berupa pertanyaan tertutup. Maka akan lebih menolong apabila kita menggunakan
pertanyaan terbuka.
2. Keterampilan membangun percaya diri dan memberi dukungan
Membangun percaya diri klien akan membantunya untuk membuat keputusan sendiri tentang
perubahan diet yang harus dilakukannya sekaligus melaksanakan keputusan tersebut. Dengan
memberikan dukungan akan meningkatkan percaya diri klien terhadap apa yang telah dia
lakukan dan akan membantunya untuk melaksanakan diet. Bila klien sudah percaya diri
dengan keputusannya maka tidak akan terpengaruh oleh pendapat orang lain.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun percaya diri klien adalah :
 Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh klien
 Mengenali dan memuji apa yang klien kerjakan dengan benar.
 Memberi bantuan praktis
 Memberi sedikit informasi yang relevan
 Menggunakan bahasa yang sederhana
 Memberikan dua atau tiga saran, bukan perintah
 Menilai pemahaman
 Rencana tindak lanjut

3. Ciri-ciri Konselor yang Baik

 Ramah
 Berusaha mengenali kebutuhan klien
 Empati dan memberikan rasa nyaman
 Mendorong klien untuk memilih cara pemecahan yang terbaik dalam situasi tertentu
 Memberi perhatian secara khusus
 Menjaga rahasia dan kepercayaan klien
5. Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dalam Konseling
1) Memberi saran alternatif pemecahan masalah
2) Meminta penjelasan
3) Menjelaskan dengan bahasa yang mudah
4) Merumuskan pembicaraan
5) Menjaga kerahasiaan

Hal yang Tidak Boleh Dalam Konseling

1) Membuat keputusan

2) Menilai, menegur, mencemooh, memarahi, menertawakan, memojokkan, melecehkan

3) Menggunakan kata/istilah yg tidak dimengerti

4) Tdk punya waktu dan tergesa-gesa

5) Mengungkapkan rahasia pribadi

B.Teknik Komunikasi Dan Konseling

1. Teknik Konseling

 Buat ibu merasa nyaman dan diterima dengan baik.


 Bersikap ramah, senantiasa menghargai, dan tidak menghakimi.
 Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana.
 Setiap kali hendak melakukan pemeriksaan atau prosedur/tindakan klinis, minta
persetujuan dari ibu dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Rangkum informasi-informasi yang penting termasuk informasi mengenai hasil
pemeriksaan laboratorium rutin dan pengobatan.
 Pastikan ibu mengerti tanda-tanda bahaya/kegawatdaruratan, instruksi pengobatan,
dan kapan ia harus kembali berobat atau memeriksakan diri. Minta ibu mengulangi
informasi tersebut, atau mendemontrasikan instruksi pengobatan.
 Lakukan konseling, anamnesis, maupun pemeriksaan di ruang yang pribadi dan
tertutup dari pandangan orang lain.
 Pastikan bahwa ketika berbicara mengenai hal yang sensitif/pribadi, tidak ada orang
lain yang dapat mendengar pembicaraan tersebut.
 Minta persetujuan ibu sebelum berbicara dengan keluarganya.
 Jangan membahas rahasia ibu dengan rekan kerja ataupun pihak lain.
 Pastikan semua catatan sudah dilengkapi dan tersimpan dengan rapi serta teraga
 Batasi akses ke dokumen-dokumen yang memuat infromasi terkait ibu hanya kepada
tenaga kesehatan yang berkepentingan.

Hal yang perlu diperhatikan :

Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak diterapkan atau tidak
sesuai dengan kondisi ataupun kebutuhan mereka. Hal ini dapat terjadi karena komunikasi
yang terjadi antara tenaga kesehatan dan ibu terjdi hanya satu arah sehingga ibu tidak
mendapatkan dukungan yang  cukup untuk menerapkan informasi tersebut.

2. Langkah Langkah Konseling

 Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan latar belakangnya.


Lakukan klarifikasi bila diperlukan dan jangan menghakimi.
 Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum diketahui ibu.
Pelajari setiap masalah yang ada serta dampaknya terhadap berbagai pihak (ibu,
suami, keluarga, komunitas, tenaga kesehata, dan sebagainya).
 Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang ia hadapi.
 Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau dukungan lain untuk
memecahkan masalahnya.
 Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari berbagai
alternatif pemecahan masalah bersama ibu.
 Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan untuk mengatasi
masalahnya.
 Buatlah rencana tindak lanjut bersama.

3. Keterampilan Konseling

 Komunikasi dua arah


Ketika tenaga kesehatan ingin agar sebuah informasi diterapkan oleh ibu atau
keluarganya, proses konseling dan komunikasi dua arah harus berjalan. Misalnya,
ketika menentukan di mana ibu harus bersalin dan bagaimana ibu bisa mencapai
fasilitas kesehatan tersebut.
 Membina suasana yang baik
Tenaga kesehatan dapat membangun kepercayaan dan suasana yang baik dengan ibu
misalnya dengan cara menemukan kesamaan-kesamaan dengan ibu dalam hal usia,
paritas, daerah asal, atau hal-hal kesukaan.
 Mendengar dengan aktifKetika ibu berbicara, tenaga kesehatan perlu memperhatikan
informasi yang diberikan dan menunjukkan bahwa informasi tersebut sudah
dimengerti. Tanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan informasi yang ibu
berikan untuk mengklarifikasi pemahaman bersama. Ulangi informasi yang ibu
sampaikan dalam kalimat yang berbeda untuk mengkonfirmasi dan rangkum butir-
butir utama yang dihasilkan dari percakapan.
 Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan tertutup memiliki jawaban pasti dan biasa dipakai untuk mendapatkan data
riwayat kesehatan ibu, misalnya: “Berapa usia Anda?” atau “Apakah Anda sudah
menikah?”
Pertanyaan terbuka menggali informasi terkait situasi, emosi, perasaan, sikap,
pengetahuan, maupun kebutuhan ibu, misalnya “Apa yang Anda rasakan setelah
melahirkan?” atau “Ceritakanlah mengenai persalinan terakhir Anda?”
Hindari pertanyaan bersifat sugestif.
Contoh:
X  SALAH: “Apakah suami Anda memukuli Anda?”
√  BENAR: “Bagaimana munculnya memar-memar ini?”
Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi dan memojokkan ibu. Contoh:
X  SALAH: “Mengapa Anda tidak segera datang kemari ketika Anda tahu Anda
hamil?”
√  BENAR: “Baik sekali Anda mau datang untuk memeriksakan kehamilan Anda saat
ini. Apakah ada alasan yang membuat Anda tidak bisa datang sebelumnya?”
 Memberikan informasi
Sebelum memberikan informasi, tenaga kesehatan harus mengetahui sejauh mana ibu
telah memahami informasi yang akan disampaikan dan memberikan informasi baru
yang sesuai dengan situasi ibu.Contoh:
Bidan: Apakah ibu sudah mengerti bagaimana ibu harus merawat diri selama
kehamilan?
Ibu: Ya, saya harus banyak istirahat dan makan lebih banyak.
Bidan: Betul sekali Bu. Selain itu, ada pula beberapa jenis makanan tertentu yang
perlu Ibu konsumsi lebih banyak. Apa Ibu sudah tahu makanan apa saja itu?
Ibu: Sayur, daging…
Bidan: Ya, benar. Makanlah lebih banyak sayur dan daging, juga buah, kacang-
kacangan, ikan, telur, keju, dan susu. Ibu tahu mengapa Ibu perlu mengkonsumsinya?
Ibu: Agar bayinya sehat
Bidan: Ya, makanan-makanan itu akan mendorong pertumbuhan bayi dan menjaga
Ibu tetap sehat. Apakah ada lagi yang ingin ibu tanyakan mengenai apa yang harus
ibu makan selama hamil?
 Fasilitasi
Penting diingat bahwa konselor tidak boleh memaksa ibu untuk mengatasi
masalahnya dengan solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ibu. Bimbinglah ibu
dan keluarganya untuk menganalisa kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan
yang mereka miliki dan memutuskan sendiri pilihannya.

C.Pemanfaatan Media Dalam Penkes Dan Konseling Pada Ibu Hamil


a. Pengertian Media

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut
media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau “klien”.

b. Fungsi Media

Media sebagai suatu komponen sistem pembelajaran, mempunyai fungsi dan peran yang
sangat vital bagi kelangsungan pembelajaran. Itu berarti bahwa media memiliki posisi yang
strategis sebagai bagian integral dari pembelajaran. Integral dalam konteks ini mengandung
pengertian bahwa media itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
Tanpa adanya media, maka pembelajaran tidak akan pernah terjadi.

Sebagai komponen sistem pembelajaran, media memiliki fungsi yang berbeda dengan fungsi
komponen-komponen lainnya, yaitu sebagai komponen yang dimuati pesan pembelajaran
untuk disampaikan kepada pebelajar. Pada proses penyampaian pesan ini seringkali terjadi
gangguan yang mengakibatkan pesan pembelajaran tidak diterima oleh pebelajar seperti apa
yang dimaksudkan oleh penyampai pesan. Gangguan-gangguan komunikasi antara
penyampai pesan dengan pebelajar ini kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu verbalisme, salah tafsir, perhatian ganda, pembentukan persepsi tak bermakna, dan
kondisi lingkungan yang tak menunjang. Secara garis besar fungsi media adalah :

1) Menghindari terjadinya verbalisme

2) Membangkitkan minat/motivasi

3) Menarik perhatian

4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran

5) Mengaktifkan mahasiswa dalam kegiatan belajar 6) Mengefektifkan pemberian


rangsangan untuk belajar.

c. Jenis – Jenis Media

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi
2, yakni 1. Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi
antara lain: - Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan
bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

-Leflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran
yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.

-Flyer (Selebaran) ialah seperti leaflet tetapi, tidak dalam bentuk lipatan

- Flip Chart ( lembar balik ) Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi-
informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.

2. Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesanpesan atau informasi-informasi


kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain:

-Televisi Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media televise


dapat dalam bentuk: sandiwara, sinetron, forum diskusi, atau hanya tanya jawab sekitar
masalah kesehatan, pidato, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dan lain-lain.

-Radio Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat
berbentuk macam-macam antara lain obrolan ( Tanya jawab ), sandiwara radio, ceramah,
radio spot, dan lain-lain.

-Video Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.

-Slide Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan.

d.manfaat media Kesehatan

osial media dalam komunikasi kesehatan memiliki peran seperti: pengumpulan informasi
tentang suatu penyakit, manajemen info kesehatan, info tempat perawatan atau vaksin
terdekat, layanan darurat dan lain-lain. “Sepertinya hal saat ini, misalnya untuk mencari
informasi tentang vaksin. Kita tidak langsung ke rumah sakit atau dinas kesehatan tetapi yang
kita cari sosial media dari rumah sakit atau dinas kesehatan tersebut,” jelas Dr. Ayu.

Di samping itu, sosial media juga memiliki kelebihan yakni mudah dijangkau banyak orang,
interaktif, real time, dan simple. “akan tetapi sosial media itu juga bisa menimbulkan efek
negatif. Jadi kemungkinan juga akan ada orang yang kurang nyaman, ketika kita bercerita
tentang teknologi atau mengupload story jalan-jalan. Oleh karena itu, caption  yang
digunakan harus yang bermanfaat untuk orang lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah keselamatan dan perkembangan sebuah generasi
dipengaruhi oleh cara negara dan masyarakat melihat kesehatan kehamilan kurangnya
pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan kehamilan dan seksualitas yang akan terjadi
kehamilan tidak diinginkan menjadi salah satu bukti atas kurang atau tidak adanya
pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS).Bagi remaja untuk menghindari atau
menambah informasi maka dari itu saya membuat makalah ini untuk pembaca agar dapat
memahami dan mengetahui tentang kehamilan di dunia, Indonesia dan Sulawesi Tenggara.

DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/makalah-komunikasi-pada-ibu-hamil-pdf-free.html

http://repository.radenintan.ac.id/9194/1/SKRIPSI%202.pdf

https://hettyastri.com/komunikasi-dan-konseling/

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/772/1/SKRIPSI%20NUR%20KHAIRIA
%20%28P00313017067%29.pdf

https://fkkmk.ugm.ac.id/manfaat-media-sosial-untuk-komunikasi-
kesehatan/#:~:text=Sosial%20media%20dalam%20komunikasi%20kesehatan,untuk
%20mencari%20informasi%20tentang%20vaksin.

Anda mungkin juga menyukai