Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

1. ELDA MAYSARI ( 1814901012 )


2. NADYA ULFA ANNISA ( 1814901015 )
3. SETIA RAHMAWATI ( 1814901017 )
4.YOSICA BRAMITA ( 1814901018 )
5.M.RIFKI FERY FIRNANDO ( 1814901037 )

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufiq dan hiayah-Nya
kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bentuk Komunikasi
Dalam Keperawatan”. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini kami harap, dapat
membantu dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna. Oleh karena itu, dengan senang
hati kami senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………… iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 1
C. Tujuan …………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
PEMBAHASAN

A.Pengertian Komunikasi Dalam Keperawatan


Komunikasi adalah suatu yang sangat penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Seorang perawat tidak akan dapat melaksanakan tahapan – tahapan proses keperawatan dengan
baik bila tidak terjalin komunikasi yang baik antara perawat dengan klien, perawat dengan
keluarga atau orang yang berpengaruh bagi klien, dan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya
Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat bersama klien
mengidentifikasi dan menentukan masalah, merencanakan dan melaksanakan tindakan, serta
mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan kepada klien. Kemampuan komunikasi yang
baik dari perawat merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses
keperawatan.

B.Tujuan Komunikasi
Berdasarkan beberapa pengertian/definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum
tujuan komunikasi sebagai berikut :
a. Menyampaikan ide/informasi/berita
Kalau kita melakukan komunikasi dengan orang lain, tujuan utamanya adalah
sampainya atau dapat dipahaminya apa yang ada dalam pikiran kita atau ide kita
kepada lawan bicara. Dengan demikian, ada satu kesamaan ide antara apa yang ada
dalam pikiran komunikator dan komunikan.
Contoh : kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.
Komunikasi perawat kepada pasien saat menjelaskan kondisi pasien,
menyampaikan diagnosis keperawatan, rencana tindakan, prosedur tindakan,
atau menyampaikan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
b. Memengaruhi orang lain
Komunikasi yang kita lakukan kepada orang lain secara kita sadari ataupun tidak
kita sadari akan memengaruhi perilaku orang lain. Secara sadar, jika kita
berkomunikasi untuk tujuan memotivasi seseorang, kita berharap bahwa orang yang
kita motivasi akan melakukan hal sesuai dengan yang kita inginkan. Secara tidak kita
sadari, jika pada saat kita memotivasi menunjukkan wajah yang serius, kita akan
membuat lawan bicara antusias untuk mendengarkan dan memperhatikan apa yang
disampaikan kepada dirinya.
Contoh: kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut
Komunikasi perawat kepada pasien saat memberikan motivasi untuk memelihara
kesehatan serta melakukan budaya hidup sehat melalui pengaturan pola makan
yang sehat dan olah raga teratur.
c. Mengubah perilaku orang lain
Komunikasi bertujuan mengubah perilaku, maksudnya jika kita bicara dengan
seseorang yang berperilaku berbeda dengan norma yang ada dan kita menginginkan.
Contoh : kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.
Komunikasi yang dilakukan perawat pada saat akan mengubah keyakinan dan
perilaku pasien yang tidak baik atau bertentangan dengan kesehatan serta
dengan keyakinan dan perilaku yang mendukung kesehatannya.
d. Memberikan pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak komunikasi terjadi dengan tujuan
memberikan pendidikan, misalnya komunikasi orang tua dengan anaknya, guru/dosen
dengan murid/mahasiswa, perawat dengan kliennya, dan lain-lain. Komunikasi ini
dilakukan dengan tujuan agar lawan bicara (komunikan) memperoleh/mencapai
tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan menunjukkan hal yang lebih baik dari
sebelumnya.
Contoh : kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.
Komunikasi yang dilakukan perawat saat memberikan pendidikan atau
penyuluhan kesehatan kepada pasien tentang pencegahan penularan penyakit,
memberikan pendidikan tentang pertolongan di rumah pada anggota keluarga
yang sakit demam berdarah, dan lain-lain yang tujuannya meningkatkan
pengetahuan agar lebih baik dari sebelumnya.
e. Memahami (ide) orang lain
Komunikasi antara dua orang atau lebih akan efektif jika antara komunikator dan
komunikan saling memahami ide masing-masing dan mereka saling berusaha untuk
memberi makna pada komunikasi yang disampaikan atau diterima.
C.Bentuk Komunikasi Dalam Keperawatan
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-
kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus :
1) Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana.
2) Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.
3) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat
dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati
kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan
mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat
harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4) Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan.
Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu
lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5) Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan
dengan minat dan kebutuhan klien.
6) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (
1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan
hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi
ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal dapat diartikan sebagai penciptaan dan pertukaran pesan dengan
tidak menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh,
intonasi nada (tinggi-rendahnya nada), kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, dan
sentuhan-sentuhan. Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan bahasa non verbal sering
digunakan oleh seseorang, seperti:
 Menganggukan kepala yang berarti setuju,
 Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju,
Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang tersebut sedang
memanggilnya untuk datang kemari,
 Menunjukkan jari kepada orang lain diikuti dengan warna muka merah, berarti ia
sedang marah,
 Gambar pria dan wanita di sebuah toilet, berarti seseorang boleh masuk sesuai
dengan jenisnya.
Beberapa contoh komunikasi non-verbal adalah sebagai berikut:
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap
isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan
yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh:
tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama
komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4menit
pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara
berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama,
budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat
menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat
mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima,
karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang
perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya
terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan
klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui
ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak
mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan
kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya,
dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak
memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika
berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata
dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik.
Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap
tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa
sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan.
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun
harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan,
perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik,
atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat
klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga
sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson &
Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika
membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat
dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan
hati-hati.
7. Proxemik
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi
dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan
jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan
orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan
perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial.
8. Kontak Mata
Kontak mata merupakan alat komunikasi nonverbal paling penting. Hal ini
memungkinkan Anda untuk berhubungan dengan audiens dalam memproyeksikan
kesungguhan dan keterbukaan, dan menjaga perhatiannya. Apakah kontak mata Anda
agresif, apakah lunak, apakah itu mengundang, apakah Anda dapat mengasihi dengan
mata? Kontak mata adalah seni namun sangat sulit untuk menguasainya, tetapi
penting untuk menghasilkan komunikasi yang efektif.
Kontak mata memberikan informasi sosial terhadap orang yang Anda ajak
mendengarkan dan berbicara. Terlalu banyak kontak mata akan dipandang sebagai
seseorang yang agresif, kontak mata Anda yang terlalu sedikit, dapat dipandang
sebagai seseorang yang tidak memiliki kepentingan didepan lawan bicara Anda.
9. Paralanguage
Merupakan suara-suara/vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari
percakapan, seperti kecepatan berbicara: volume, ritme; bentuk-bentuk vokal:
tertawa, pekikan, rintihan, uh, ahh, dan sebagainya.
10. Diam
Diam bukan berarti tidak melakukan komunikasi. Diam dapat diartikan sebagai
berikut:
· Memberi kesempatan berpikir
· Menyakiti
· Mengisolasi diri sendiri
· Mencegah komunikasi
· Mengkomunikasikan perasaan
· Tidak menyampaikan sesuatupun

3.Komunikasi Simbolik
Suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan
masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui
simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang
terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu
itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi
tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan “simbol”.
Terdapat dua komponen penting dalam mempelajari symbolic communication yaitu: Tanda
dan Makna.Tanda adalah sesuatu yang bersifat fisik dan dapat dipersepsi oleh indera kita.
Makna adalah hasil dari penandaan. Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis sebab
pemaknaan dapat berubah karena banyak faktor. Misalnya karena perbedaan konteks,
perubahan zaman, latar belakang, pengalaman atau bahkan mood dari pemberi makna dsb.
Contoh: warna merah dapat dimaknai sebagai amarah, dalam konteks yang berbeda, warna
merah dapat berarti berani. Jenis-jenis lambang dalam komunikasi simbolik:
1. Lambang Gerak
Lambang ini melibatkan gerak anggota badan. Contohnya menggelengkan kepala
sebagai tanda tidak setuju, menyentuh kepala ketika merasa pusing dan menunjukkan
ibu jari untuk memberikan pujian.
2. Lambang suara
Merupakan lambang yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran, misalnya
bunyi klakson, ketukan pintu, teriakan dan sebagainya.
3. Lambang Warna.
warna-warna tertentu juga digunakan untuk mewakili suatu makna. Misalnya warna
pada lampu lalu lintas atau menggunakan warna hitam untuk menyimbolkan
kedukaan dam warna putih sebagai symbol kesucian.
4. Lambang gambar
Suatu pesan dapat secara jelas disampaikan menggunakan gambar-gambar tertentu.
Saat dalam perjalanan kita dapat dengan mudah mengetahui lokasi restaurant atau
SPBU dengan melihat rambu-rambu yang berupa gambar. Gambar-gambar yang
digunakan dalam iklan pun memberikan makna khusus yang membantu kita untuk
memahami maksud dari iklan tersebut.
5. Lambang angka.
Lambang angka kerap digunakan dalam alat ukur seperti penggaris dan timbangan.
Nomor rumah, nomor sepatu dan kode telepon juga merupakan contoh dari lambang
angka.
6. Lambang Bahasa.
Setiap kata dalam Bahasa memiliki makna yang berbeda-beda. Lambang yang
demikian merupakan lambang komunikasi yang menggunakan Bahasa. Lambang
Bahasa kerap digunakan secara lisan maupun tulisan , baik bahasa lisan, maupun
tulisan.
7. Lambang huruf
Setiap huruf yang kita gunakan dalam berkomunikasi adalah simbol huruf. Gabungan
dari setiap huruf membentuk kata yang memiliki makna tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai