KOMUNIKASI
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Asrida Darmis
Ozi Trifirmanda
Viranti Vadila
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita hadiahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata
kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan I tentang “Komunikasi” sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .............................................................................................................16
B. Saran ......................................................................................................................16
DAFTARPUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita.
Sejak bangun tidur di pagi hari hingga kembali berangkat tidur di malam hari, rata-rata
manusia menghabiskan sekitar 70% dari waktunya untuk berkomunikasi.
Para ahli komunikasi bahkan mensinyalir bahwa berkat komunikasi manusia
mampu mengembangkan kualitas kemanusiaannya. Seorang bayi dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia dewasa yang mampu melahirkan ide-ide baru berkat proses
komunikasi yang berlangsung secara terus-menerus dengan orang-orang di sekitarnya.
Sebaliknya, terasa sulit dibayangkan bahwa seorang bayi yang dibesarkan dalam
lingkungan yang sepi dan bisu menjadi manusia dewasa yang normal.
Komunikasi adalah usaha menyalurkan pesan atau pengertian. Komunikasi
dikatakan sempurna apabila penerima (receiver) dapat menangkap pesan atau pengertian
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim (sender). Namun perlu dicatat bahwa
komunikasi tidak boleh dirancukan dengan kesepakatan-kesepakatan. Dalam komunikasi
seorang penerima pesan dapat saja menolak atau tidak sependapat dengan isi pesan yang
diterimanya. Jadi yang dipentingkan dalam komunikasi adalah penyampaian dan
pemahaman isi pesan yang disalurkan.
Dari pengertian di atas, komunikasi tidaklah semata-mata menyangkut seorang
pembicara atau pendengar. Komunikasi memiliki kompleksitas yang dapat ditelusuri
berdasarkan jenis-jenisnya, yakni: verbal - nonverbal, lisan - tertulis, resmi - takresmi,
sadar - taksadar, manusiawi - mesin.
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan
dasar komunikasi secara rinci dan sederhana. Saat berinteraksi dengan orang lain pastinya
ada tujuan yang diharapkan. Tujuan tersebut dapat dicapai bilamana komunikasi dapat
berjalan dengan baik, sehingga tidak ada kesalahan komunikasi. Ingatlah bahwa
komunikasi merupakan sebuah aset penting sebagai nilai tambah kepribadian seseorang,
oleh karena itu buatlah pembicaraan anda menjadi komunikasi yang efektif.
B. Rumusan Masalah
1
a. Apa Pengertian dan Jenis Komunikasi?
b. Apa itu Komunikasi Terapeutik Pada Tahap Pengkajian?
c. Bagaimana Komunikasi pada Tahap Diagnosis Keperawatan?
d. Bagaimana Komunikasi pada Tahap Perencanaan?
e. Bagaimana Komunikasi pada Tahap Implementasi?
f. Bagaimana Komunikasi pada Tahap Evaluasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai syarat terselesaikannya tugas
mata kuliah komunikasi keperawatan yang diberikan pada kami sebagai penulis
BAB II
2
PEMBAHASAN
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995)
ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan
secara terapeutik.
a. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah
alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan
respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk
menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan
komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon
secara langsung.
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi
bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting.
Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk,
sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan
“Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
4
dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga
bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat
dan perlu untuk diulang.
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan
bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut
dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
b. Komunkasi Non-verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
5
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum
ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit
pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan
dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik
perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang
diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang
perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat,
tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien
jika perawat tidak memenuhi citra klien.
6
mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan
kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang
ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara
sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan.
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus
mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat
menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau
membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk
menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992)
menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi
perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien,
sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati
Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini merupakan
tahap yang penting dalam proses keperawatan karena tahap-tahap selanjutnya dalam
7
proses keperawatan tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tahap pengkajian tidak
dilakukan dengan baik. Pada tahap ini perawat menggunakan kemampuan verbal ataupun
nonverbal dalam mengumpulkan data klien. Dalam pengkajian, perawat dituntut untuk
mampu melakukan komunikasi dengan baik verbal dan melakukan pengamatan terhadap
perilaku nonverbal serta menginterpretasikan hasil pengamatan dalam bentuk masalah.
Setelah data terkumpul, selanjutnya dikomunikasikan dalam bahasa verbal kepada
klien atau tim kesehatan lainnya dan dikomunikasikan dalam bentuk tulisan
(didokumentasikan) untuk dikomunikasikan pada tim kesehatan lain dan sebagai aspek
legal asuhan keperawatan. Keterampilan komunikasi perawat tahap pengkajian akan
sangat menentukan kelengkapan data yang diperolehnya dan akan menentukan proses
selanjutnya. Adapun bentuk-bentuk komunikasi yang dapat digunakan perawat pada
tahap pengkajian dari proses keperawatan ini adalah wawancara, pemeriksaan fisik dan
observasi, serta pengumpulan data melalui catatan medik/rekam medik dan dokumen lain
yang relevan.
1. Wawancara/interview
b. Data yang diperoleh lebih spesifik dan nyata sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
8
c. Lebih efektif jika dibandingkan dengan wawancara secara tidak
langsung karena langsung mendapatkan feedback secara langsung dari
klien.
Pada saat wawancara atau selama proses pengkajian untuk mendapatkan data
keperawatan klien, di samping teknik komunikasi tersebut di atas, perawat juga harus
mempertahankan sikap terapeutik lain, yaitu mempertahankan kontak mata, mendekat
dan membungkuk ke arah klien, serta mendengarkan jawaban klien dengan aktif. Dalam
setiap aktivitas komunikasi, gunakanlah SP komunikasi sesuai tahaptahapan yang telah
dijelaskan pada Bab I tentang konsep dasar komunikasi dan komunikasi terapeutik dalam
keperawatan.
Contoh Komunikasi:
a. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : “Selamat pagi, Bu. Saya perawat Tri yang akan bertugas
merawat Ibu hari ini. Terima kasih Ibu telah mempercayakan kami untuk membantu
mengatasi masalah Ibu”. Evaluasi dan validasi : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang?”
(tunggu jawaban klien). “Saya lihat ibu sangat tertekan dan menderita atas masalah
9
ini”. Kontrak : “Saat ini saya akan mengumpulkan data terkait dengan sakit yang ibu
derita, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana asal mula masalah ibu
sehingga ibu tidak bisa makan selama beberapa hari. Waktu yang saya butuhkan
adalah 15—20 menit, dan ibu tetap saja istirahat di atas tempat tidur ini”.
b. Fase Kerja :
“Apakah yang ibu rasakan sekarang?” “Jelaskan bagaimana asal mula penyakit
yang ibu rasakan sekarang!” (tunggu respon klien). “Apakah pengobatan atau
tindakan yang telah dilakukan selama ibu di rumah?” (tunggu respons klien)
c. Fase Terminasi :
Rencana Tindak Lanjut : “Ibu harus terus mencoba makan dan minum melalui
mulut, minum air hangat atau teh manis, dan makanan yang tidak menimbulkan rasa
mual. Cobalah biskuit ringan untuk memulai”.
b. “Saya lihat, ibu tampak sangat khawatir dan tertekan dengan kondisi ibu
sekarang”.
“Berdasarkan data yang saya peroleh melalui pemeriksaan fisik dan informasi dari
ibu terkait dengan keluhan yang menyebabkan ibu masuk rumah sakit, saya
menyimpulkan bahwa ibu mengalami gangguan nutrisi karena ada masalah pada proses
digesti. Lambung ibu bermasalah, terkait dengan masalah pada lambung ibu, saya akan
berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan dan tindakan selanjutnya.”
Pada tahap ini, tugas perawat adalah merumuskan tujuan keperawatan dan
menetapkan kriteria keberhasilan, merencanakan asuhan keperawatan, dan tindakan
kolaboratif yang akan dilakukan. Komunikasi yang penting dilakukan perawat pada fase
ini adalah mendiskusikan kembali rencana yang sudah disusun perawat dan bersama
klien menentukan kriteria keberhasilan yang akan dicapai. Dalam fase ini, keterlibatan
keluarga juga penting kaitannya dengan peran serta keluarga dalam perawatan klien.
Rencana asuhan keperawatan selanjutnya ditulis atau didokumentasikan dalam status
klien sebagai bentuk tanggung jawab profesional dan memudahkan komunikasi antartim
kesehatan untuk asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
12
“Berdasarkan masalah keperawatan yang telah kita tetapkan bersama,
selanjutnya saya kolaborasikan dengan dokter terkait dengan masalah tersebut,
saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan dilakukan pada ibu adalah
pemasangan infus. Tujuan pemasangan infus ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu. Untuk saat ini, lambung ibu harus diistirahatkan dulu untuk
pemeriksaan selanjutnya. Pemasangan infus ini sifatnya sementara; jika ibu tidak
mual atau muntah lagi, maka akan kami lepaskan.”
Pada tahap ini, berkomunikasi atau diskusi dengan para profesional kesehatan lain
adalah penting dalam rangka untuk memberikan penanganan yang adekuat kepada klien.
Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi dengan pasien karena perawat akan
menggunakan seluruh kemampuan dalam komunikasi pada saat menjelaskan tindakan
tertentu, memberikan pendidikan kesehatan, memberikan konseling, menguatkan sistem
pendukung, membantu meningkatkan kemampuan koping, dan sebagainya.
“Tadi sudah saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan saya
lakukan adalah memasang infus. Tujuan pemasangan infus adalah untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu. Saat pemasangan, ibu akan merasa sakit sedikit
waktu jarum infus dimasukkan ke pembuluh darah. Apakah ibu sudah siap?”
13
Pada saat melakukan tindakan keperawatan, di samping komunikasi verbal yang
diucapkan dengan kata-kata, perawat harus menunjukkan sikap terapeutik secara fisik
selama berkomunikasi, yaitu:
4. sikap terbuka tidak meliat tangan atau kaki saat interaksi terjadi,
5. tetap rileks.
Pada tahap ini, perawat menilai keberhasilan dari asuhan dan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Semua hasil dicatat dalam buku catatan
perkembangan perawatan klien, mendiskusikan hasil dengan klien, meminta tanggapan
klien atas keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan yang dilakukan, serta bersama
klien merencanakan tindak lanjut asuhan keperawatannya. Jika belum berhasil, perawat
dapat mendiskusikan kembali dengan klien apa yang diharapkan dan bagaimana peran
serta/keterlibatan klien atau keluarga dalam mencapai tujuan dan rencana baru asuhan
keperawatan klien.
Perawat 1 : Annisa
Perawat 2 : Viranti
Pasien : Mita
Dokter : Ozi
Moderator : zilfa
Pada pagi hari di ruang anyelir sebuah Rumah Sakit di daerah Sumatera Barat dirawat
seorang pasien bernama Ny. M berusia 22 tahun, pasien tersebut mengalami kesulitan
makan pasca operasi tonsil kronis dengan kondisi lemah dan berat badan menurun.Pada
saat itu suster Annisa datang untuk memeriksa tanda tanda vital Ny. M
15
Perawat : Bagaimana keadaan ibu pagi ini? Perkenalan saya suster Annisa, saya
perawat yang bertugas merawat bu dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti. Jadi jika ibu
membutuhkan saya ibu bisa panggil saya di ruang perawat atau ibu bisa menyuruh
keluarga untuk memanggil saya. Baiklah bu, kali ini saya akan melakukan tindakan
pemeriksaan tanda-tanda vital bu, yang bertujuan untuk melengkapi dokumentasi dan
mengetahui rencana tidakan apa yang tepat untuk ibu. Apa ibu bersedia?
Perawat : Baik kalau ibu bersedia saya akan mempersiapkan peralatannya, nanti
sekitar 10 menit lagi saya akan kembali. (pasien mengangguk, perawat Annisa pun
bergegas keluar untuk mengambil peralatan yang dia butuhkan untuk pemeriksaan).
Suster Annisa kembali ke ruang perawat untuk mengambil alat-alat, setelah beberapa
menit.suster Annisa kembali ke ruang pasien untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.
Perawat : Assalamualaikum bu
Pasien : Waalaikumsalam
Pasien : Iya suster silahkan saya sudah siap (pasien menjawab dengan nada lembut)
Tindakanpun dimulai, akan tetapi dari awal perawat Annisa melihat keadaan pasien itu
sangat tidak baik, pasien terlihat lesu dan makanan untuk makan pagi Ny. Mita masiih
terlihat utuh. Ketika suster Annisa sedang melakukan pemeriksaan kepada Ny. M. suster
Annisa melakukan komunikasi kepada pasien.
Perawat : Baik bu sekarang saya mulai yah, pertama saya akan mengukur suhu
badan bu, setelah itu tekanan darah dan nadi ibu
16
Perawat : Bu terlihat sangat lesu sekali, bagaimana dengan makan ibu? Apakah
lancar? Kelihatannya makanan ibu masih terlihat utuh.
Pasien : Saya mengalami sulit makan sus, karena tenggorokan saya masih terasa sakit
pasca operasi kemaren (pasien menjawab dengan suara pelan)
Pasien : Iya sus tenggorokan saya sakit jika menelan dan badan saya merasa lebu,
sampai-sampai saya tidak kuat untuk bangun.
Perawat 1 : Baik bu sepertinya ibu mengalami gangguan dalam makan, nanti saya
akan berkonsultasi dengan dokter untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan
Tindakan pemeriksaan TTV pun sudah selesai dan suster Annisa pun melakukan
komunikasi pengkajian Fase terminasi
Perawat 1 : Baiklah bu saya sudah melakukan pemeriksaaan pada Ibu hasil yang saya
dapatkan adalah TD : 100/60 mmhg, N : 140 X/menit, P: 24 X/menit, dan T : 37◦c. kalau
begitu saya permisi untuk kembali lagi keruang perawat untuk membereskan alat-alatnya,
jika ibu membutuhkan saya ibu bisa panggil saya diruang perawat. Terimakasih bu
assalamualaikum
DS pasien :
17
3. Pasien mengeluh tidak mampu bangun dari tempat tidurnya
DO pasien :
Waktupun menunjukan pukul 14.00 WIB, perwat Annisa pun akan segera digantikan oleh
perawat Viranti yang bertugas dinas siang.
Perawat Annisa dan perawat Viranti mengunjungi pasien untuk memberitahui bahwa
sudah ganti perawat. Setelah itu, perawat Viranti pergi ke ruang anyelir no 2 untuk
mengecek kondisi pasien dan mengetahui tindakan yang akan dilakukan setelah melihat
data-data yang diperoleh dari pemeriksaan oleh perawat yang bertugas sebelumnya.
Setelah melihat tanda-tanda tersebut dan setelah konsultasi dengan dokter, Ny. M
mendapat diagnosis “Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi” kemudian perawat dan
dokter menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Perawat 2 : Perkenalkan bu saya perawat Viranti yang bertugas merawat ibu dari
pukul 14.00 sampai pukul 21.00 wib nanti. Jadi jika ibu membutuhkan saya ibu bisa
panggil saya di ruang perawat atau bisa tekan bel yang ada di sebalah kiri ibu ya.
Perawat 2 : Apa ibu tadi pagi sudah diperiksa oleh suster Annisa?
18
Pasien : Iya sus sudah
Perawat 2 : Baik bu, setelah saya mempelajari data-data dan laporan dari perawat
yang bertugas sebelum saya, katanya ibu mengeluh susah makan?
Pasien : Iya sus, karena tenggorokan saya buih terasa sakit karena operasi kemarin
Perawat 2 : Oh iya bu, baiklah sebelumnya perkenalkan ini dr. Ozi dr ini akan
melakukan penjelasan agar ibu bisa lebih paham dengan tindakan apa yang akan kami
lakukan
Dokter : Selamat siang bu, baiklah bu, sesuai dengan bualah penyakit yang diderita ibu
dan diagnosis yang saya terima, kami akan memberikan tindakan pemasangan NGT yang
akan dilakukan oleh suster asri, pemasangan NGT ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bu agar bu tidak merasa lebu lagi, dan pemenuhan nutrisi ibu juga
terpenuhi. Bagaiman bu, apakah ibu menyetujui dengan rencana tindakan yang akan kami
lakukan ?
Dokter : Ibu pemasangan NGT itu yaitu pemasangan selang yang akan dimasukkan
kedalam lambung Ny. M melewati hidung untuk memasukkan makanan karena Ny. M ini
sulit untuk menelan makanan setelah pasca operasi kemarin.
Perawat 2 : Jadi begitu bu, bagaimana apa bu bersedia dilakukan pemasangan NGT ?
Pasien : Baiklah jika tindakan tersebut menurut dokter dan perawat/ suter yang terbaik
bagi diri saya, saya akan menyetujuinya.
Perawat 2 : Kalau begitu saya akan keruang perawat dulu untuk membawa
peralatannya. Nanti sekitar 10-15 menit saya akan kembali lagi ya ibu. Saya permisi bu
Assalamualaikum
Pasien : Suster, apakah saya bisa normal kembali seperti biasa ?saya takut sebab saya
merasa lebu dan tenggorokan saya buih terasa sakit pasca operasi.
Perawat 2 : Saya mengerti apa yang bu rasakan, betapa khawatirnya bu ini. bu tidak
usah khawatir. kami tim kesehatan akan berusaha semaksimal mungkin untuk proses
penyembuhan bu, bu banyak-banyak berdo’a kita serahkan semuanya kepada allah swt
ya bu
Perawat 2 : Bagus ibu dengan bersikap optimis ibu akan cepat lekas sembuh
Pasien : Kurang nyaman sus, rasanya seperti mual dan menganjal didaerah tenggorokan
20
Perawat 2 : Iya itu pasti bu, tapi lama kelamaan akan terbiasa dan ini pun untuk
kesembuhan ibu dan juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bu agar bu bisa cepat lekas
sembuh.
Pemasangan selang NGT pun sudah selesai, perawatpun bergegas membereskan alat-alat
dan melakukan terminasi
Perawat 2 : Baiklah bu kalau begitu saya akan kembali ke ruang perawat, nanti
sekitar 20-30 menit, saya akan kembali lagi untuk memberikan obat melalui selang
NGTnya ya bu, jika bu membutuhkan bantuan saya, bu bisa tekan bel sebelah kiri bu
atau bisa panggil saya oleh Ibu ya bu.
Ibu Pasien : Iya sus
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah mambaca makalah ini kami mengharapkan kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami betul tentang cara berkomunikasi yang baik terutama
komunikasi kepada pasien, keluarga pasien, teman sejawat, atau orang lain. Serta
mengetahui hambatan yang dapat mempengaruhi komunikasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://agustinmegasnewblog.blogspot.com/2019/10/makalah-tentang-komunikasi-keperawatan.html?
m=1
https://azmanniar.wordpress.com/komunikasi-dalamproseskeperawatan/