Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

KOMUNIKASI

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Asrida Darmis

Anisa Aulia Syifa

Mita Avfia Narila

Ozi Trifirmanda

Viranti Vadila

Zilfa Azima Putri

Dosen Pembimbing : Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp. Jiwa

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita hadiahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata
kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan I tentang “Komunikasi” sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan
makalah ini.

Padang, 4 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................3

A. Pengertian dan Jenis Komunikasi dalam Keperawatan......................................................3


B. Komunikasi Terapeutik Pada Tahap Pengkajian ...............................................................8

C. Komunikasi Pada Tahap Diagnosis Keperawatan ............................................................12

D. Komunikasi Pada Tahap Perencanaan .............................................................................12

E. Komunikasi Pada Tahap Implementasi ............................................................................13

F. Komunikasi Pada Tahap Evaluasi ....................................................................................14

G. Naskah Role Play...............................................................................................................15


.
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................16

A. Kesimpulan .............................................................................................................16

B. Saran ......................................................................................................................16

DAFTARPUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktivitas yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita.
Sejak bangun tidur di pagi hari hingga kembali berangkat tidur di malam hari, rata-rata
manusia menghabiskan sekitar 70% dari waktunya untuk berkomunikasi.
Para ahli komunikasi bahkan mensinyalir bahwa berkat komunikasi manusia
mampu mengembangkan kualitas kemanusiaannya. Seorang bayi dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia dewasa yang mampu melahirkan ide-ide baru berkat proses
komunikasi yang berlangsung secara terus-menerus dengan orang-orang di sekitarnya.
Sebaliknya, terasa sulit dibayangkan bahwa seorang bayi yang dibesarkan dalam
lingkungan yang sepi dan bisu menjadi manusia dewasa yang normal.
Komunikasi adalah usaha menyalurkan pesan atau pengertian. Komunikasi
dikatakan sempurna apabila penerima (receiver) dapat menangkap pesan atau pengertian
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim (sender). Namun perlu dicatat bahwa
komunikasi tidak boleh dirancukan dengan kesepakatan-kesepakatan. Dalam komunikasi
seorang penerima pesan dapat saja menolak atau tidak sependapat dengan isi pesan yang
diterimanya. Jadi yang dipentingkan dalam komunikasi adalah penyampaian dan
pemahaman isi pesan yang disalurkan.
Dari pengertian di atas, komunikasi tidaklah semata-mata menyangkut seorang
pembicara atau pendengar. Komunikasi memiliki kompleksitas yang dapat ditelusuri
berdasarkan jenis-jenisnya, yakni: verbal - nonverbal, lisan - tertulis, resmi - takresmi,
sadar - taksadar, manusiawi - mesin.
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan
dasar komunikasi secara rinci dan sederhana. Saat berinteraksi dengan orang lain pastinya
ada tujuan yang diharapkan. Tujuan tersebut dapat dicapai bilamana komunikasi dapat
berjalan dengan baik, sehingga tidak ada kesalahan komunikasi. Ingatlah bahwa
komunikasi merupakan sebuah aset penting sebagai nilai tambah kepribadian seseorang,
oleh karena itu buatlah pembicaraan anda menjadi komunikasi yang efektif.
B. Rumusan Masalah
1
a. Apa Pengertian dan Jenis Komunikasi?
b. Apa itu Komunikasi Terapeutik Pada Tahap Pengkajian?
c. Bagaimana Komunikasi pada Tahap Diagnosis Keperawatan?
d. Bagaimana Komunikasi pada Tahap Perencanaan?
e. Bagaimana Komunikasi pada Tahap Implementasi?
f. Bagaimana Komunikasi pada Tahap Evaluasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah mahasiswa membaca dan memahami makalah ini diharapkan mampu


mengetahui apa itu komunikasi dalam keperawatan

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai syarat terselesaikannya tugas
mata kuliah komunikasi keperawatan yang diberikan pada kami sebagai penulis

BAB II

2
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN DAN JENIS KOMUNIKASI


Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi
interpersonal yang terapeutik.
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua
orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi
interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide,
pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995)
ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan
secara terapeutik.
a. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah
alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan
respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk
menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan
komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon
secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:


1. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit
kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan
jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang
3
bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui
apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya
ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”

2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi
bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting.
Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk,
sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan
“Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.

3. Arti denotatif dan konotatif


Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu
kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi
perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati
kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata
sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika
menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

4. Selaan dan kesempatan berbicara


Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasila komunikasi
verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain
mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu
terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak
jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu
kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat

4
dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga
bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat
dan perlu untuk diulang.

5. Waktu dan relevansi


Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan
diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi
penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan
waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika
pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan
bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut
dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

b. Komunkasi Non-verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Komunikasi non-verbal teramati pada:

5
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara
pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum
ketika sedang marah.

2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan
selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit
pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial,
pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan
dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik
perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang
diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang
perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat,
tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien
jika perawat tidak memenuhi citra klien.

3. Intonasi (Nada Suara)


Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang
dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena
maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh
nada suara perawat
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak
melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah
sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak

6
mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan
kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang
ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara
sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.

5. Sikap tubuh dan langkah


Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan
fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap
tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit,
obat, atau fraktur.

6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan.
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus
mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat
menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau
membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk
menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992)
menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi
perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien,
sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati

2. Komunikasi Terapeutik Pada Tahap Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini merupakan
tahap yang penting dalam proses keperawatan karena tahap-tahap selanjutnya dalam

7
proses keperawatan tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tahap pengkajian tidak
dilakukan dengan baik. Pada tahap ini perawat menggunakan kemampuan verbal ataupun
nonverbal dalam mengumpulkan data klien. Dalam pengkajian, perawat dituntut untuk
mampu melakukan komunikasi dengan baik verbal dan melakukan pengamatan terhadap
perilaku nonverbal serta menginterpretasikan hasil pengamatan dalam bentuk masalah.
Setelah data terkumpul, selanjutnya dikomunikasikan dalam bahasa verbal kepada
klien atau tim kesehatan lainnya dan dikomunikasikan dalam bentuk tulisan
(didokumentasikan) untuk dikomunikasikan pada tim kesehatan lain dan sebagai aspek
legal asuhan keperawatan. Keterampilan komunikasi perawat tahap pengkajian akan
sangat menentukan kelengkapan data yang diperolehnya dan akan menentukan proses
selanjutnya. Adapun bentuk-bentuk komunikasi yang dapat digunakan perawat pada
tahap pengkajian dari proses keperawatan ini adalah wawancara, pemeriksaan fisik dan
observasi, serta pengumpulan data melalui catatan medik/rekam medik dan dokumen lain
yang relevan.

1. Wawancara/interview

Wawancara adalah proses transaksi antara dua orang yang mempunyai


tujuan spesifik, serius, dan penuh arti. Wawancara biasanya dilakukan secara
langsung melalui pertemuan langsung dalam interaksi tatap muka (face to face).
Dalam wawancara ini, pewawancara (perawat) dapat menggunakan kemampuan
komunikasi verbal ataupun nonverbal untuk menggali data yang diwawancara
(klien). Dengan kontak secara langsung, pewawancara (perawat) dapat
memperoleh data langsung yang ditunjukkannya dalam perilaku verbal ataupun
nonverbalnya dari orang yang diwawancarai (pasien). Keuntungan wawancara
secara langsung ini sebagai berikut :

a. Meningkatkan kecakapan profesional perawat.

b. Data yang diperoleh lebih spesifik dan nyata sesuai dengan keadaan
sebenarnya.

8
c. Lebih efektif jika dibandingkan dengan wawancara secara tidak
langsung karena langsung mendapatkan feedback secara langsung dari
klien.

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang riwayat penyakit


klien, riwayat penyakit dahulu dan pengobatan yang telah dilakukan, keluhan
utama, harapan-harapan, dan sebagainya. Dalam mewawancarai, perawat
menggunakan teknik pertanyaan terbuka (broad opening) untuk menggali lebih
banyak data tentang klien. Selanjutnya perawat dapat menggunakan teknik-teknik
komunikasi yang lain untuk mengklarifikasi, memberikan feedback, mengulang,
memfokuskan, atau mengarahkan agar jawaban klien sesuai dengan tujuan
wawancara.

Pada saat wawancara atau selama proses pengkajian untuk mendapatkan data
keperawatan klien, di samping teknik komunikasi tersebut di atas, perawat juga harus
mempertahankan sikap terapeutik lain, yaitu mempertahankan kontak mata, mendekat
dan membungkuk ke arah klien, serta mendengarkan jawaban klien dengan aktif. Dalam
setiap aktivitas komunikasi, gunakanlah SP komunikasi sesuai tahaptahapan yang telah
dijelaskan pada Bab I tentang konsep dasar komunikasi dan komunikasi terapeutik dalam
keperawatan.

Contoh Komunikasi:

a. Fase Orientasi :

Salam terapeutik : “Selamat pagi, Bu. Saya perawat Tri yang akan bertugas
merawat Ibu hari ini. Terima kasih Ibu telah mempercayakan kami untuk membantu
mengatasi masalah Ibu”. Evaluasi dan validasi : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang?”
(tunggu jawaban klien). “Saya lihat ibu sangat tertekan dan menderita atas masalah

9
ini”. Kontrak : “Saat ini saya akan mengumpulkan data terkait dengan sakit yang ibu
derita, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana asal mula masalah ibu
sehingga ibu tidak bisa makan selama beberapa hari. Waktu yang saya butuhkan
adalah 15—20 menit, dan ibu tetap saja istirahat di atas tempat tidur ini”.

b. Fase Kerja :

“Apakah yang ibu rasakan sekarang?” “Jelaskan bagaimana asal mula penyakit
yang ibu rasakan sekarang!” (tunggu respon klien). “Apakah pengobatan atau
tindakan yang telah dilakukan selama ibu di rumah?” (tunggu respons klien)

c. Fase Terminasi :

Evaluasi subjektif/ Objektif : “Bagaimanakah perasaan ibu sekarang?” (tunggu


respons pasien). “Berdasarkan data hasil wawancara dapat kita identifikasi bersama
bahwa ibu mengalami nyeri pada lambung dan mual-muntah jika makan”. Kontrak
yang akan datang : “Baiklah, Bu. Saya akan berkonsultasi dengan dokter dan 10
menit lagi saya akan kembali untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai hasil
kesepakatan dengan dokter”.

Rencana Tindak Lanjut : “Ibu harus terus mencoba makan dan minum melalui
mulut, minum air hangat atau teh manis, dan makanan yang tidak menimbulkan rasa
mual. Cobalah biskuit ringan untuk memulai”.

2. Pemeriksaan fisik dan observasi

Komunikasi yang digunakan perawat pada saat perawat melakukan


pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik adalah dalam rangka meminta izin
klien, memeriksa, memfokuskan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan
keluhan dan petunjuk yang diberikan klien. Perawat juga mengobservasi ekspresi
wajah (misal menyeringai kesakitan, menangis, pucat, dll) sebagai bentuk
nonkomunikasi nonverbal dan mencatatnya dalam status keperawatan klien. Saat
melakukan pemeriksaan fisik dan observasi, teknik komunikasi yang digunakan
10
perawat adalah klarifikasi dan berbagi persepsi. Pemeriksaan fisik dan observasi
biasanya dilakukan bersamaan dengan wawancara atau setelah kegiatan
wawancara selesai. Dengan demikian, strategi pelaksanaan (SP) komunikasi dapat
menyatu dengan SP komunikasi saat wawancara. Berikut ini contoh komunikasi
dengan fokus fase kerja untuk menerapkan teknik klarifikasi dan berbagi persepsi.

Contoh komunikasi fase kerja:

a. Sambil melakukan palpasi perut klien, perawat berkata, “Apakah di daerah


sini yang terasa nyeri yang menyebabkan ibu sering merasa mual dan
muntah?”

b. “Saya lihat, ibu tampak sangat khawatir dan tertekan dengan kondisi ibu
sekarang”.

3. Pengumpulan data dari dokumen lain

Perawat menggunakan catatan medik, laboratorium, foto rontgen, dll sebagai


bentuk komunikasi tertulis dengan anggota tim kesehatan lain untuk melengkapi
dan mengklarifikasi data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik dan
observasi.

3. Komunikasi Pada Tahap Diagnosis Keperawatan

Pada tahap proses keperawatan ini komunikasi dilakukan untuk mengklarifikasi


data dan melakukan analisis sebelum menentukan masalah keperawatan klien,
selanjutnya mendiskusikan dengan klien. Masalah atau diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan dikomunikasikan/disampaikan kepada klien agar dia kooperatif dan berusaha
11
bekerja sama dengan perawat untuk mengatasi masalahnya dan juga kepada perawat lain
secara langsung dan tulisan untuk dokumentasi. Teknik yang dilakukan pada tahap
diagnosis keperawatan adalah teknik memberikan informasi (informing). Beberapa
contoh diagnosis keperawatan terkait dengan gangguan nutrisi sebagai berikut. Nutrisi
tidak adekuat (kurang) sehubungan dengan gangguan proses digesti. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan metabolisme.

Contoh komunikasi pada fase kerja:

“Berdasarkan data yang saya peroleh melalui pemeriksaan fisik dan informasi dari
ibu terkait dengan keluhan yang menyebabkan ibu masuk rumah sakit, saya
menyimpulkan bahwa ibu mengalami gangguan nutrisi karena ada masalah pada proses
digesti. Lambung ibu bermasalah, terkait dengan masalah pada lambung ibu, saya akan
berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan dan tindakan selanjutnya.”

4. Komunikasi Pada Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, tugas perawat adalah merumuskan tujuan keperawatan dan
menetapkan kriteria keberhasilan, merencanakan asuhan keperawatan, dan tindakan
kolaboratif yang akan dilakukan. Komunikasi yang penting dilakukan perawat pada fase
ini adalah mendiskusikan kembali rencana yang sudah disusun perawat dan bersama
klien menentukan kriteria keberhasilan yang akan dicapai. Dalam fase ini, keterlibatan
keluarga juga penting kaitannya dengan peran serta keluarga dalam perawatan klien.
Rencana asuhan keperawatan selanjutnya ditulis atau didokumentasikan dalam status
klien sebagai bentuk tanggung jawab profesional dan memudahkan komunikasi antartim
kesehatan untuk asuhan keperawatan yang berkesinambungan.

Contoh komunikasi pada fase kerja:

12
“Berdasarkan masalah keperawatan yang telah kita tetapkan bersama,
selanjutnya saya kolaborasikan dengan dokter terkait dengan masalah tersebut,
saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan dilakukan pada ibu adalah
pemasangan infus. Tujuan pemasangan infus ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu. Untuk saat ini, lambung ibu harus diistirahatkan dulu untuk
pemeriksaan selanjutnya. Pemasangan infus ini sifatnya sementara; jika ibu tidak
mual atau muntah lagi, maka akan kami lepaskan.”

5. Komunikasi Pada Tahap Implementasi

Pada tahap ini, berkomunikasi atau diskusi dengan para profesional kesehatan lain
adalah penting dalam rangka untuk memberikan penanganan yang adekuat kepada klien.
Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi dengan pasien karena perawat akan
menggunakan seluruh kemampuan dalam komunikasi pada saat menjelaskan tindakan
tertentu, memberikan pendidikan kesehatan, memberikan konseling, menguatkan sistem
pendukung, membantu meningkatkan kemampuan koping, dan sebagainya.

Perawat menggunakan verbal ataupun nonverbal selama melakukan tindakan


keperawatan untuk mengetahui respons pasien secara langsung (yang diucapkan) ataupun
yang tidak diucapkan. Semua aktivitas keperawatan/ tindakan harus didokumentasikan
secara tertulis untuk dikomunikasikan kepada tim kesehatan lain, mengidentifikasi
rencana tindak lanjut, dan aspek legal dalam asuhan keperawatan. Teknik komunikasi
terapeutik yang digunakan pada fase ini adalah memberikan informasi (informing) dan
mungkin berbagi persepsi.

Contoh komunikasi pada fase kerja:

“Tadi sudah saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan saya
lakukan adalah memasang infus. Tujuan pemasangan infus adalah untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu. Saat pemasangan, ibu akan merasa sakit sedikit
waktu jarum infus dimasukkan ke pembuluh darah. Apakah ibu sudah siap?”

13
Pada saat melakukan tindakan keperawatan, di samping komunikasi verbal yang
diucapkan dengan kata-kata, perawat harus menunjukkan sikap terapeutik secara fisik
selama berkomunikasi, yaitu:

1. ekspresi wajah menyenangkan, tampak ikhlas,

2. mendekat dan membungkuk ke arah klien,

3.mempertahankan kontak mata yang menunjukkan kesungguhan untuk


membantu,

4. sikap terbuka tidak meliat tangan atau kaki saat interaksi terjadi,

5. tetap rileks.

6. Komunikasi Pada Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, perawat menilai keberhasilan dari asuhan dan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Semua hasil dicatat dalam buku catatan
perkembangan perawatan klien, mendiskusikan hasil dengan klien, meminta tanggapan
klien atas keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan yang dilakukan, serta bersama
klien merencanakan tindak lanjut asuhan keperawatannya. Jika belum berhasil, perawat
dapat mendiskusikan kembali dengan klien apa yang diharapkan dan bagaimana peran
serta/keterlibatan klien atau keluarga dalam mencapai tujuan dan rencana baru asuhan
keperawatan klien.

Pada setiap fase dalam proses perawatan, perawat harus menggunakan


teknikteknik komunikasi terapeutik dan menggunakan fase-fase berhubungan terapeutik
perawat-klien, mulai fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Untuk tahap
prainteraksi, Anda dapat melakukan dengan cara melakukan persiapan dengan membuat
strategi pelaksanaan (SP) komunikasi. Gunakan format SP komunikasi berikut ini dan
siapkan sebelum Anda berinteraksi dengan pasien. Tuliskan kondisi yang sesuai dengan
keadaan pasien, tujuan, dan rencana yang akan Anda lakukan. Setiap Anda membuat SP
komunikasi, berarti Anda sudah masuk fase praorientasi.
14
NASKAH ROLE PLAY
PASIEN PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Naskah Role Play


Kelompok kami akan Role Play tentang bagaimana seorang perawat berkomunikasi
dalam asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi dengan pemasangankan selang NGT kepada
pasien yang mengalami gangguan kebutuhan nutrisi setelah pasca operasi. Dimana role
play ini akan diperankan oleh :

Perawat 1 : Annisa

Perawat 2 : Viranti

Pasien : Mita

Dokter : Ozi

Ibu Pasien : Asri

Moderator : zilfa

Pada pagi hari di ruang anyelir sebuah Rumah Sakit di daerah Sumatera Barat dirawat
seorang pasien bernama Ny. M berusia 22 tahun, pasien tersebut mengalami kesulitan
makan pasca operasi tonsil kronis dengan kondisi lemah dan berat badan menurun.Pada
saat itu suster Annisa datang untuk memeriksa tanda tanda vital Ny. M

Perawat 1 : Assalamualaikum Selamat pagi bu….

Pasien : Selamat pagi sus

Perawat : Apa benar ini dengan Ny. Mita?

Pasien : Iya benar sus

15
Perawat : Bagaimana keadaan ibu pagi ini? Perkenalan saya suster Annisa, saya
perawat yang bertugas merawat bu dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti. Jadi jika ibu
membutuhkan saya ibu bisa panggil saya di ruang perawat atau ibu bisa menyuruh
keluarga untuk memanggil saya. Baiklah bu, kali ini saya akan melakukan tindakan
pemeriksaan tanda-tanda vital bu, yang bertujuan untuk melengkapi dokumentasi dan
mengetahui rencana tidakan apa yang tepat untuk ibu. Apa ibu bersedia?

Pasien : Iya sus boleh silahkan

Perawat : Baik kalau ibu bersedia saya akan mempersiapkan peralatannya, nanti
sekitar 10 menit lagi saya akan kembali. (pasien mengangguk, perawat Annisa pun
bergegas keluar untuk mengambil peralatan yang dia butuhkan untuk pemeriksaan).

Suster Annisa kembali ke ruang perawat untuk mengambil alat-alat, setelah beberapa
menit.suster Annisa kembali ke ruang pasien untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.

Perawat : Assalamualaikum bu

Pasien : Waalaikumsalam

Perawat : Saya kembali membawa alat-alat untuk pemeriksaan tanda-tanda vital,


bagaimana apakah bu sudah siap?

Pasien : Iya suster silahkan saya sudah siap (pasien menjawab dengan nada lembut)

Tindakanpun dimulai, akan tetapi dari awal perawat Annisa melihat keadaan pasien itu
sangat tidak baik, pasien terlihat lesu dan makanan untuk makan pagi Ny. Mita masiih
terlihat utuh. Ketika suster Annisa sedang melakukan pemeriksaan kepada Ny. M. suster
Annisa melakukan komunikasi kepada pasien.

Perawat : Baik bu sekarang saya mulai yah, pertama saya akan mengukur suhu
badan bu, setelah itu tekanan darah dan nadi ibu

Pasien : Iya sus silahkan (pasien mengangguk)

16
Perawat : Bu terlihat sangat lesu sekali, bagaimana dengan makan ibu? Apakah
lancar? Kelihatannya makanan ibu masih terlihat utuh.

Pasien : Saya mengalami sulit makan sus, karena tenggorokan saya masih terasa sakit
pasca operasi kemaren (pasien menjawab dengan suara pelan)

Perawat : Oh pantas saja bu terlihat sangat pucat

Pasien : Iya sus tenggorokan saya sakit jika menelan dan badan saya merasa lebu,
sampai-sampai saya tidak kuat untuk bangun.

Perawat 1 : Baik bu sepertinya ibu mengalami gangguan dalam makan, nanti saya
akan berkonsultasi dengan dokter untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan

Pasien : Iya sus

Tindakan pemeriksaan TTV pun sudah selesai dan suster Annisa pun melakukan
komunikasi pengkajian Fase terminasi

Perawat 1 : Baiklah bu saya sudah melakukan pemeriksaaan pada Ibu hasil yang saya
dapatkan adalah TD : 100/60 mmhg, N : 140 X/menit, P: 24 X/menit, dan T : 37◦c. kalau
begitu saya permisi untuk kembali lagi keruang perawat untuk membereskan alat-alatnya,
jika ibu membutuhkan saya ibu bisa panggil saya diruang perawat. Terimakasih bu
assalamualaikum

Pasien : iya sama-sama sus waalaikumsalam

Perawat pun kembali ke ruang perawat dengan membawa peralatannya. Berdasarkan


hasil tanda-tanda vital yang sudah diperiksa dapat disimpulkan bahwa Ny. Mita
mengalami gangguan kebutuhan nutrisi, dari data yang telah diperoleh

DS pasien :

1. Pasien mengeluh lesu


2. Pasen mengeluh susah makan karena sulit meneln

17
3. Pasien mengeluh tidak mampu bangun dari tempat tidurnya

DO pasien :

1. Pasien mengalami lemah dan lesu


2. Tonus kurang
3. Berat badan menurun.
4. Tekanan darah menurun

Waktupun menunjukan pukul 14.00 WIB, perwat Annisa pun akan segera digantikan oleh
perawat Viranti yang bertugas dinas siang.

Perawat Annisa dan perawat Viranti mengunjungi pasien untuk memberitahui bahwa
sudah ganti perawat. Setelah itu, perawat Viranti pergi ke ruang anyelir no 2 untuk
mengecek kondisi pasien dan mengetahui tindakan yang akan dilakukan setelah melihat
data-data yang diperoleh dari pemeriksaan oleh perawat yang bertugas sebelumnya.

Setelah melihat tanda-tanda tersebut dan setelah konsultasi dengan dokter, Ny. M
mendapat diagnosis “Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi” kemudian perawat dan
dokter menentukan tindakan yang akan dilakukan.

Perawat 2 : Assalamualaikum bu selamat siang

Pasien : Waalaikumsalam selamat siang sus

Perawat 2 : Apakah benar ini dengan bu mita?

Pasien : Iya benar sus

Perawat 2 : Perkenalkan bu saya perawat Viranti yang bertugas merawat ibu dari
pukul 14.00 sampai pukul 21.00 wib nanti. Jadi jika ibu membutuhkan saya ibu bisa
panggil saya di ruang perawat atau bisa tekan bel yang ada di sebalah kiri ibu ya.

Pasien : Oh iya baik sus terimakasih

Perawat 2 : Apa ibu tadi pagi sudah diperiksa oleh suster Annisa?

18
Pasien : Iya sus sudah

Perawat 2 : Baik bu, setelah saya mempelajari data-data dan laporan dari perawat
yang bertugas sebelum saya, katanya ibu mengeluh susah makan?

Pasien : Iya sus, karena tenggorokan saya buih terasa sakit karena operasi kemarin

Perawat 2 : Oh iya bu, baiklah sebelumnya perkenalkan ini dr. Ozi dr ini akan
melakukan penjelasan agar ibu bisa lebih paham dengan tindakan apa yang akan kami
lakukan

Dokter : Selamat siang bu, baiklah bu, sesuai dengan bualah penyakit yang diderita ibu
dan diagnosis yang saya terima, kami akan memberikan tindakan pemasangan NGT yang
akan dilakukan oleh suster asri, pemasangan NGT ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bu agar bu tidak merasa lebu lagi, dan pemenuhan nutrisi ibu juga
terpenuhi. Bagaiman bu, apakah ibu menyetujui dengan rencana tindakan yang akan kami
lakukan ?

Ibu Pasien : Tetapi sebelumnya pemasangan NGT itu apa dok ?

Dokter : Ibu pemasangan NGT itu yaitu pemasangan selang yang akan dimasukkan
kedalam lambung Ny. M melewati hidung untuk memasukkan makanan karena Ny. M ini
sulit untuk menelan makanan setelah pasca operasi kemarin.

Perawat 2 : Jadi begitu bu, bagaimana apa bu bersedia dilakukan pemasangan NGT ?

Pasien : Baiklah jika tindakan tersebut menurut dokter dan perawat/ suter yang terbaik
bagi diri saya, saya akan menyetujuinya.

Kemudian pasien menandatangani surat persetujuan tindakan

Perawat 2 : Kalau begitu saya akan keruang perawat dulu untuk membawa
peralatannya. Nanti sekitar 10-15 menit saya akan kembali lagi ya ibu. Saya permisi bu
Assalamualaikum

Pasien : Iya Waalaikumsalam sus


19
Sesuai dengan kontrak yang telah dilakukan sebelumnya, perawat Viranti melakukan
implementasi atas rencana tindakan yang akan diberikan kepada Ny. M pada pukul 15.00
WIB, Setelah beberapa menit perawat Viranti kembali ke ruang pasien dengan membawa
peralatannya.
Perawat 2 : Asalamualaikum bu, selamat sore sesuai dengan kesepakatan kita tadi
maka saya akan melekukan tindakan pemasangan NGT, apakah ibu sudah siap ? apakah
ibu ada keperluan lainya ?

Pasien : Tidak sus langsung saja saya sudah siap sus.

Kemudian perawat melakukan tindakan pemasangan NGT tersebut

Perawat 2 : Baiklah bu saya akan melakukan pemasangan NGTnya, maaf ya bu agak


sedikit kurang nyaman sebelumnya bu cukup rileks saja ya (saat akan melakukan
tindakan)

Pasien : Suster, apakah saya bisa normal kembali seperti biasa ?saya takut sebab saya
merasa lebu dan tenggorokan saya buih terasa sakit pasca operasi.

Perawat 2 : Saya mengerti apa yang bu rasakan, betapa khawatirnya bu ini. bu tidak
usah khawatir. kami tim kesehatan akan berusaha semaksimal mungkin untuk proses
penyembuhan bu, bu banyak-banyak berdo’a kita serahkan semuanya kepada allah swt
ya bu

Pasien : Ya sus, kalau begitu saya optimis untuk sembuh

Perawat 2 : Bagus ibu dengan bersikap optimis ibu akan cepat lekas sembuh

Kemudian tak lama setelah perawat pemasangan selang NGT

Perawat 2 : Nah sekarang pemasangan NGTnya sudah selesai bagaimana perasaan


bu setelah saya pasang NGT ?

Pasien : Kurang nyaman sus, rasanya seperti mual dan menganjal didaerah tenggorokan

20
Perawat 2 : Iya itu pasti bu, tapi lama kelamaan akan terbiasa dan ini pun untuk
kesembuhan ibu dan juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bu agar bu bisa cepat lekas
sembuh.

Pemasangan selang NGT pun sudah selesai, perawatpun bergegas membereskan alat-alat
dan melakukan terminasi

Perawat 2 : Baiklah bu kalau begitu saya akan kembali ke ruang perawat, nanti
sekitar 20-30 menit, saya akan kembali lagi untuk memberikan obat melalui selang
NGTnya ya bu, jika bu membutuhkan bantuan saya, bu bisa tekan bel sebelah kiri bu
atau bisa panggil saya oleh Ibu ya bu.
Ibu Pasien : Iya sus

Perawat 2 : Saya permisi dulu ya bu/ibu Asalamualaikum

Pasien+Kel : Iya silahkan sus waalaikumsalam

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan perawat kepada pasien


dengan ketentuan ketentuan untuk memberikan motivasi supaya pasien cepat sembuh dari
penyakit.

a. Komunikasi Terapeutik Pada Tahap Pengkajian


b. Komunikasi pada Tahap Diagnosis Keperawatan
c. Komunikasi pada Tahap Perencanaan
d. Komunikasi pada Tahap Implementasi
21
e. Komunikasi pada Tahap Evaluasi

B. Saran

Setelah mambaca makalah ini kami mengharapkan kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami betul tentang cara berkomunikasi yang baik terutama
komunikasi kepada pasien, keluarga pasien, teman sejawat, atau orang lain. Serta
mengetahui hambatan yang dapat mempengaruhi komunikasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://agustinmegasnewblog.blogspot.com/2019/10/makalah-tentang-komunikasi-keperawatan.html?
m=1
https://azmanniar.wordpress.com/komunikasi-dalamproseskeperawatan/

Anda mungkin juga menyukai