Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PENDIDIKAN & PROMOSI KESEHATAN

KONSEP KOLABORASI

Oleh :

Kelompok 5

Fadhil Muhammad Yusril

Sarah Sabhira

Violin Amara Syaherna

Wahyu Rahimi Zarti

Zilfa Azima Putri

Dosen Pembimbing:

Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes RI Padang

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita hadiahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata

kuliah Komunikasi dalam Keperawatan tentang “Kolaborasi ” sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam

pembuatan makalah ini.

Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para

pembaca. Penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan

makalah ini.

Padang, 17Maret 2020

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5

C. Tujuan Makalah...............................................................................................................................5

BAB II.........................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6

A. Pengertian Kolaborasi...................................................................................................................6

B. Manfaat Kolaborasi.......................................................................................................................7

C. Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi....................................................................7

D. Proses Kolaboratif.........................................................................................................................9

E. Prinsip- prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan..............................................................................10

F. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi.......................................................................15

G. Elemen Kunci Kolaborasi.......................................................................................................16

H. Perawat Sebagai Kolabolator.................................................................................................17


BAB III......................................................................................................................................................18

PENUTUP.................................................................................................................................................18

A. Kesimpulan....................................................................................................................................18

B. Saran.............................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu

masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggota atau dengan kelompok

masyarakat lainnya. Konflik dapat terjadi disebabkan karena adanya perbedaan ciri-ciri yang

dibawa individu dalam suatu interaksi. Nursalam (2012) mengatakan bahwa konflik dapat

dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi

akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi yang merasa kepentingannya

terancam. Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang

dilakukan oleh dua orang atau kelompok, di mana setiap orang atau kelompok berusaha

menghalangi atau mencegah kepuasan dari pihak lawan.

Sumber konflik di organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan

seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta

peran yang membingungkan. Konflik dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni, konflik

intrapersonal, interpersonal, dan antar kelompok. Proses konflik dibagi menjadi beberapa

tahapan yaitu konflik laten, konflik yang dirasakan (felt conflict), konflik yang

tampak/sengaja dimunculkan, resolusi konflik dan konflik aftermath.

Langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi pengkajian, identifikasi, dan

intervensi. Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi enam macam salah

satunya adalah kolaborasi. Didalam kolaborasi ini digunakan sebagai salah satu

penyelesaian konflik yang lebih dipilih.


B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Kolaborasi?
b. Apa manfaat kolaborasi?
c. Apa komponen komptensi sebagai dasar kolaborasi?
d. Apa proses kolaboratif?
e. Apa prinsip-prinsip kolaborasi tim kesehatan?
f. Siapa saaja pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi?
g. Apa elemen kunci kolaborasi?
h. Bagimana perawat sebagai kolaborator?

C. Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui Kolaborasi
b. Untuk mengetahui manfaat kolaborasi
c. Untuk mengetahui komponen komptensi sebagai dasar kolaborasi
d. Untuk mengetahui proses kolaboratif
e. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kolaborasi tim kesehatan
f. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi
g. Untuk mengetahui elemen kunci kolaborasi
h. Untuik mengetahui perawat sebagai kolaborator
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kolaborasi

Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang

tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang

respektif mereka. Praktik keperawatan kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama

dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral

didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi (Siegler & Whitney,

2000).

Kolaborasi adalah suatu hubungan yang kolegial dengan pemberi perawatan

kesehatan lain dalam pemberian perawatan pasien. Praktik kolaboratif membutuhkan atau

dapat mencakup diskusi diagnosis pasien dan kerjasama dalam penatalaksanaan dan

pemberian perawatan (Blais, 2006).

Kolaborasi menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA, 1992), adalah hubungan

kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada klien. Kegiatan

yang dilakukan meliputi diskusi tentang diagnosa, kerjasama dalam asuhan kesehatan

saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada

kepercayaannya (Sumijatun, 2010).

Defenisi kolaborasi dapat disimpulkan yaitu hubungan kerja sama antara perawat

dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang didasarkan pada

pendidikan dan kemampuan praktisi yang memiliki tanggung jawab dalam pelayanan

kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

B. Manfaat Kolaborasi
Kolaborasi dilakukan dengan beberapa alasan sebagai manfaat dari kolaborasi yaitu

antara lain:

a. Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien, dengan tujuan

memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi klien.

b. Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian masalah atau isu.

c. Memberikan model yang baik riset kesehatan.

C. Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi

Gambaran penting untuk kolaborasi mencakup, keterampilan komunikasi yang

efektif, saling menghargai, rasa percaya, memberi dan menerima umpan balik, pengambilan

keputusan, dan manajemen konflik (Blais, 2006).

a. Keterampilan Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi sangat penting dalam meningkatkan kolaborasi karena memfasilitasi

berbagai pengertian individu (Kemenkes, 2012). Chittiy, 2001 dalam Marquis (2010)

mendefenisikan komunikasi adalah sebagai pertukaran kompleks antara pikiran, gagasan,

atau informasi, pada dua level verbal dan nonverbal. Komunikasi yang efektif adalah

kemampuan dalam menyampaikan pesan dan informasi dengan baik, menjadi pendengar

yang baik dan keterampilan menggunakan berbagai media. Thomas Leech, menyatakan

bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, harus menguasai empat keterampilan

dasar dalam komunikasi, yaitu: membaca, menulis, mendengar dan berbicara

(Nurhasanah, 2010).

b. Saling Menghargai dan Rasa Percaya

Saling menghargai terjadi saat dua orang atau lebih menunjukkan atau merasa

terhormat atau berharga terhadap satu sama lain. Dan rasa percaya terjadi saat seseorang
percaya terhadap tindakan orang lain. Saling menghargai maupun rasa percaya

menyiratkan suatu proses dan hasil yang dilakukan bersama. Tanpa adanya saling

menghargai maka kerja sama tidak akan terjadi. Yang dimaksud dengan pentingnya

menghargai satu sama lain yaitu:

1) Dapat mengurangi perbedaan status professional.

2) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

3) Meningkatkan pembagian informasi diantara profesi.

4) Menerima konstribusi profesi lain.

5) Sebagai advokasi evaluasi kritis kritis penampilan kerja diantara anggota tim.

6) Mempermudah pengambilan keputusan bersama.

7) Meningkatkan tanggung jawab dan tanggung gugat dalam bekerja.

c. Memberi dan Menerima Umpan Balik

Salah satu yang dihadapi para professional adalah memberi dan menerima umpan

balik pada saat yang tepat, relevan, dan membantu untuk dan dari satu sama lain, dan

klien mereka. Umpan balik yang positif dicirikan dengan gaya komunikasi yang hangat,

perhatian, dan penuh penghargaan.

d. Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan ditingkat tim mencakup pembagian tanggung

jawab untuk hasil. Jelasnya, untuk menciptakan suatu solusi, tim tersebut harus mengikuti

tiap langkah proses pengambilan keputusan yang dimulai dengan defenisi masalah yang

jelas.

e. Manajemen Konflik
Konflik peran dapat terjadi, dalam situasi apapun di tempat individu bekerjasama.

Konflik peran muncul saat seseorang diharapkan melaksanakan peran yang bertentangan

atau tidak sesuai dengan harapan.

D. Proses Kolaboratif

Proses kolaboratif dengan sifat interaksi antara perawat dengan dokter menentukan

kualitas praktik kolaborasi. ANA, 1998 dalam Siegler & Whitney (2000) menjabarkan

kolaborasi sebagai hubungan rekan yang sejati, dimana masing-masing pihak menghargai

kekuasaan pihak lain dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab

masing-masing dan adanya tujuan bersama. Sifat kolaborasi tersebut terdapat beberapa

indikator yaitu kontrol kekuasaan, lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan

bersama.

a. Kontrol Kekuasaan

Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat mendapat kesempatan yang

sama mendiskusikan pasien tertentu. Kemitraan terbentuk apabila interaksi yang diawali

sama banyaknya dengan yang diterima dimana terdapat beberapa kategori antara lain:

menanyakan informasi, memberikan informasi, menanyakan dan memberi pendapat,

memberi pengarahan atau perintah, pengambilan keputusan, memberi pendidikan,

memberi dukungan/persetujuan, menyatakan tidak setuju, orientasi dan humor.

b. Lingkungan Praktik

Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak. Perawat dan dokter

memiliki bidang praktik yang berbeda dengan peraturan masingmasing tetapi tugas-tugas

tertentu dibina yang sama.

c. Kepentingan Bersama
Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-masing (usaha untuk

memuaskan kepentingan sendiri) dan faktor kerjasama (usaha untuk memuaskan pihak

lain).

d. Tujuan Bersama

Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi pada pasien dan dapat

membantu menentukan bidang tanggung jawab yang berkaitan dengan prognosis pasien.

E. Prinsip- prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan

Menurut Canadian Medical Association (2007), terdapat 12 prinsip kolaborasi

kesehatan, yaitu antara lain:

1. Patient-centered Care

Prinsip ini berarti pelayanan kesehatan yang diberikan baik oleh dokter maupun

pihak lain harus sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan pasien. Selain itu, model

kolaborasi juga harus mampu mengurangi perpecahan dan meningkatkan kualitas serta

keamanan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Kemudian berdasarkan prinsip ini,

pasienlah yang memiliki hak untuk membuat keputusan mengenai pelayanan kesehatan

yang akan mereka dapatkan. Oleh karena itu, pasien beserta keluarganya harus diberikan

informasi dan kesempatan untuk bertanya agar dapat membuat keputusan yang tepat

berdasarkan informasi yang mereka miliki.

2. Recognition of the Patient-Physician Relationship

Hubungan saling menghormati dan saling percaya antara dokter dan pasien

merupakan landasan dari sebuah pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, model kolaborasi

yang diciptakan harus mendukung hubungan pasien dengan dokter. Selain itu, keputusan
untuk mengikuti atau tidak sebuah pengaturan kolaborasi kesehatan harus dibuat secara

sadar baik oleh pasien maupun dokter. Kolaborasi kesehatan juga harus didasari oleh

suatu kode etik yang umum.

3. Physician as the Clinical Leader

Tim yang efektif membutuhkan sebuah kepemimpinan yang efektif pula. Dalam

hal ini di bidang kesehatan, dokter, dengan pelatihan, pengetahuan, latar belakang, dan

hubungannya dengan pasien merupakan pilihan yang terbaik untuk diposisikan sebagai

pemimpin dalam sebuah kolaborasi tim kesehatan. Dalam situasi tertentu, dokter

mungkin menunjuk profesional kesehatan lainnya untuk menjadi pemimpin karena lebih

baik dalam menjadi koordinator tim tersebut.

4. Mutual Respect and Trust

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, harus ada kolaborasi dan

interaksi saling menghormati antara tenaga kesehatan, dengan pengakuan dan pengertian

mengenai kontribusi oleh masing-masing anggota terhadap tim. Untuk membangun rasa

percaya dan saling menghormati dalam tim, sangat penting bagi setiap anggota untuk

mengerti dan menghormati kewajiban, pengetahuan, dna ketrampilan tenaga kesehatan

yang lain.

5. Clear Communication

Komunikasi efektif di dalam kolaborasi tim kesehatan sangat penting untuk

menjamin pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas. Komunikasi yang efektif

dan efisien ini juga harus didukung oleh dokumentasi dengan penulis yang jelas.

Kemudian perencanaan, pendanaan, dan pelatihan untuk tim kolaborasi kesehatan harus
mencakup tindakan untuk mendukung komunikasi didalam tim tersebut. Dalam

menciptakan komunikasi yang jelas juga dibutuhkan suatu mekanisme untuk

memastikan baik pasien maupun tenaga kesehatan menerima informasi rutin dan sesuai

dari sumber yang sesuai pula. Rekam jejak pasien yang dapat diakses dalam pengaturan

kolaborasi kesehatan juga dibutuhkan untuk memastikan komunikasi yang baik antara

dokter dan tenaga kesehatan yang lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Pencatatan dengan menggunakan fasilitas elektronik juga sangat dianjurkan untuk

memfasilitasi komunikasi dan pertukaran data dalam tim.

6. Clarification of Roles and Scopes of Practice

Kolaborasi kesehatan terutama harus melayani kebutuhan pasien dengan tujuan

meningkatkan kesehatan pasien. Kolaborasi kesehatan tidak bergantung pada perubahan

cakupan pelayanan kesehatan dan tidak boleh digunakan dengan maksud untuk

memperluas cakupan pelayanan kesehatan dan/atau bergerak sendiri dalam tim

kesehatan. Peran dan cakupan masing-masing anggota tim kolaborasi kesehatan harus

mudah dimengerti dan dapat dibedakan dengan jelas. Apabila terjadi konflik, proses

yang resmi harus digunakan agar konflik dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat

dan dengan cara yang tepat.

7. Clarification of Accountability and Responsibility

Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa semua tenaga kesehatan harus

bertanggung jawab atas segala pelayanan kesehatan yang mereka berikan dan untuk

meningkatkan kesehatan pasien. Sebagai clinical leader, seorang dokter harus


bertanggung jawab terhadap segala bentuk kelalaian klinis dalam pelayanan kesehatan

terhadap setiap pasien.

8. Liability Protection for All Members of the Team

Setiap anggota tim kolaborasi kesehatan harus mempunyai perlindungan

pertanggungjawaban yang mencukupi dan/atau asuransi untuk mengakomodasi cakupan

dan peran mereka dalam pelayanan kesehatan yang mereka berikan. Dokter sebagai

clinical leader juga harus menjadikan hal tersebut sebagai syarat untuk dapat masuk ke

dalam tim kolaborasi kesehatan mereka. Untuk memastikan hal tersebut, prosedur

formal harus dilakukan agar dapat diperoleh bukti yang jelas mengenai perlindungan

tersebut.

9. Sufficient Human Resources and Infrastructure

Dalam hal ini, kerja tim kolaborasi kesehatan yang efektif bergantung pada

kontribusi yang diberikan oleh dokter selaku clinical leader. Oleh sebab itu, pemerintah

harus meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dengan meningkatkan jumlah

dokter dan tenaga kesehatan, dan tidak dengan mendukung subtitusi dokter.

10. Sufficient Funding & Payment Arrangements

Kemampuan seorang dokter untuk bekerja dalam tim kolaborasi kesehatan harus

tidak bergantung terhadap upah yang diterimanya. Hubungan kolaborasi kesehatan

antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya harus terus ditingkatkan melalui alokasi

sumber daya yang tepat pada setiap tingkatan sistem kesehatan. Untuk mendukung

prinsip ini juga pemerintah hars mendanai dan mendukung secara terus menerus
perkembangan dan integrasi catatan kesehatan elektronik naik secara finansial maupun

secara teknis.

11. Supportive Education System

Pendidikan tenaga kesehatan diperlukan untuk memfasilitasi pemahaman yang

mendalam tentang peran, tanggung jawab, dan kemampuan tenaga kesehatan dengan

tujuan membangun tim kolaborasi kesehatan yang lebih baik, yang dibangun atas dasar

saling menghormati dan percaya. Pemerintah harus mengerti pentingnya pendidikan

profesi kesehatan dan membiayai institusi pendidikan yang sesuai untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan tersebut. Kesempatan memeroleh pendidikan juga harus ada

dalam tiap tingkatan pelatihan untuk mendapatkan pengetahuan klinis dan juga pelatihan

tim yang efektif dan kepemimpinan.

12. Research and Evaluation

Penelitian tentang keefektifan model kolaborasi pada kepuasan hasil pelayanan

kesehatan, pasien, dan dokter serta keefektifan biaya pelayanan kesehatan harus

dilakukan secara terus menerus, transparan, dan dengan dukungan dari pemerintah.

Penelitian dan evaluasi ini juga diperlukan untuk mendemonstrasikan keuntungan dari

kolaborasi tim kesehatan agar lebih banyak diadopsi dan menarik dukungan investasi

dari pemerintah.

F. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang

mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum, dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya kontribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan

kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi pasien, perawat, dokter, fisioterapis,

pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu, tim kolaborasi hendaknya

memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab, dan saling menghargai antar

sesama anggota tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam

pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.

Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai

pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam

interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai

penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati, dan mencegah

penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian

obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya

sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.

Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi pasien juga

termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi. Karena keluarga merupakan orang

terdekat dari pasien atau individu yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap individu.

Melalui keluarga tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data mengenai pasien yang

dapat mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan proses penyembuhan pasien.

G. Elemen Kunci Kolaborasi


Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien diantaranya yaitu :

a. Kerjasama

Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa

alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika individu dalam

tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa

pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.Tanggung jawab,

mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam

pelaksanaannya.

b. Komunikasi

Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi

penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan

klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.

c. Koordinasi

Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,

mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan

permasalahan.

d. Kepercayaan

Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,

kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,

terganggunya komunikasi.

H. Perawat Sebagai Kolabolator


Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, pper

group serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan

sangat penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam

hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian

asuhan keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik keperawatan. Faktor

pendidikan merupakan unsur utama yang mempengaruhi kemampuan seorang profesional

untuk mengerti hakikat kolaborasi yang berkaitan dengan perannya masing-masing,

kontribusi spesifik setisp profesi, dan pentingnya kerja sama. Setiap anggota tim harus

menyadari sistem pemberian asuhan kesehatan yang berpusat pada kebutuhan kesehatan

klien, bukan pada kelompok pemberi asuhan kesehatan. Kesadaran ini sangat dipengaruhi

oleh pemahaman setiap anggota terhadap nilai-nilai profesional.

Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi,

yaitu melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah,

membuat tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan

komunikasi terbuka.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang

tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang

respektif mereka. Praktik keperawatan kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama


dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral

didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi (Siegler & Whitney,

2000).

B. Saran

Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui,

memahami serta mengaplikasikannya di dalam kehidupan bermasyarakat. Penulis

menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata sempurna.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://infokep.blogspot.com/2018/08/konsep-kolaborasi-dalam-keperawatan.html

http://ersanbintang.blogspot.com/2016/09/kolaborasi-dalam-keperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai