DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Aulya Akbar,M.Kep.Sp.Kep.J
Disusun oleh:
S-1 KEPERAWATAN
2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pelayanan dan Kolaborasi interdisiplin dalam
keperawatan jiwa”
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan
dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan,
kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan
praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup
praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap
orang yang berkontribusi untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga
dan masyarakat (American Medical Assosiation (AMA), 1994).
Intinya kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama
dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan
hubungan perawat dengan ahli medis lainnya.
Berdasarkan uraian diatas kami sangat tertarik untuk memperjelas materi tentang pelayanan dan
kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.
Dapat memahami tentang pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat
anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran
yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari anggota tim. Disana
anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-tindakan yang telah ditentukan.
Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat
dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan
kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam
sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan untuk
memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik.
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat
referal pemberian pengobatan.
2.2 Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif
Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak
dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi interdisiplin yang efektif
meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, kewenangan dan kordinasi seperti
skema di bawah ini.
Kewenangan
Komunikasi
Tanggungjawab
Tujuan Umum
Kerjasama
Kolaborasi Interdisiplin
Efektif
Pemberian Pertolongan
Kordinasi
Ketegasan
a.) Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
b.) Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan
keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan
konsensus untuk dicapai.
c.) Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus
dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
d.) Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi
penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis.
e.) Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan tindakan
pertolongan namun tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah disepakati.
f.) Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
g.) Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien sakit jiwa,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan.
h.) Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki tujuan
untuk kesehatan pasien sakit jiwa.
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :
Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam
tim.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka keluarga,
perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak
ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing
profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat
menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara
anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang
berkualitas.
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam
keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi ketidaksesuaian
pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg konvensional, konflik peran dan
tujuan, kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri
3.2 Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for Optimal Health, Second
Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA
Dochterman , Joanne McCloskey PhD, RN, FAAN. 2001 Current Issue in Nursing. 6th Editian . Mosby
Inc.USA
Sitorus, Ratna, DR, S.Kp, M.App.Sc. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit :
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. EGC. Jakarta