Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEP JIWA

PELAYANAN DAN KOLABORASI INTERDISIPLIN DALAM KESEHATAN DAN


KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PEMBIMBING :

Firmawati, S.Kep.Ns.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :

Nama : Wahyuni Adrian

Kelas : B Keperawatan 2019

NIM : (C01419128)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN

SEMESTER GENAP 2021/2022

KATA PENGANTAR

i
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,dan
hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
PELAYANAN DAN KOLABORASI INTERDISIPLIN DALAM KESEHATAN DAN
KEPERAWATAN JIWA

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Gorontalo, 30 Maret 2021

Penulis
Wahyuni Adrian

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... iii
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C.    Tujuan....................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 3


A. Pengertian Pelayanan & Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa........ 3
B. Elemen Penting Dalam Kolaborasi............................................................. 4
C. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Keperawatan Jiwa...................... 5
D. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Dalam Keperawatan Jiwa......... 5
E. Piramida Pelayanan Kesehatan Jiwa......................................................... 5
F. Jenjang Pelayanan Kesehatan Jiwa............................................................. 6

BAB III PENUTUP......................................................................................... 8


A.    Kesimpulan............................................................................................... 8
B. Saran ........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian
dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan
tanggung gugat.

Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan
praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan
lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai
terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk memberikan pelayanan keperawatan
kepada  individu, keluarga dan masyarakat (American MedicalAssosiation (AMA), 1994).

Intinya kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan


yang direncanakan  dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja
bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk
menggambarkan hubungan perawat dengan ahli medis lainnya.

Berdasarkan uraian diatas kami sangat tertarik untuk memperjelas materi tentang
pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa?
C.  Tujuan penulis
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam
keperawatan jiwa.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara
maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena
tidak produktif. Menurut penelitian (HAWARI 2010)

Pelayanan kesehatan jiwa yang kompherensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada
pelayanan kesehatan jiwa primer, sekunder, dan tersier. Dan pelayanan kesehatan jiwa yang
holistik yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spritual
dengan perawatan mandiri individu dan keluarga. Pelayanan kesehatan berperan penting
untuk menjalankan konsep kesehatan jiwa masyarakat. yang bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien dalam memelihara kesehatan jiwa.

Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan kesehatan


yang dilakukan oleh sekelompok tim kesehatan professional (perawat, dokter, tim kesehatan
lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang medis, dorongan moral dan
kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi
adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada
pasien sakit jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, sokter, fisioterapi,
pekerja social, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin
hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggumgjawab dan saling menghargai
antar sesame anggota tim. (stikesypib, 2019)

2
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa

Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan kesehatan


yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan profesional (perawat, dokter, tim kesehatan
lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang
jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan moral dan
kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi
adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada
pasien sakit jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin
hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai
antar sesama anggota tim.

Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar
dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari anggota
tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-tindakan yang telah
ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka disinilah peran
perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah yang paling sering
berkomunikasi dan kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping
pasien selam 24 jam sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan
banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik.

Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada
situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan

3
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat
referal pemberian pengobatan.

B. Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak
dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi interdisiplin yang efektif
meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, kewenangan dan kordinasi
seperti skema di bawah ini.

 Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
 Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan
keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan
konsensus untuk dicapai.
 Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil
konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
 Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi
informasi penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan issu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis.
 Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan tindakan
pertolongan namun tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah disepakati.
 Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
 Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien sakit
jiwa, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
menyelesaikan permasalahan.
 Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki tujuan
untuk kesehatan pasien sakit jiwa.
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :
 Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
 Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
 Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
 Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung
dalam tim.

4
C. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,


kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan
pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari
pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.

Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa antara lain :

 Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian


unik profesional untuk pasien sakit jiwa
 Produktivitas  maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
 Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
 Meningkatnya kohesifitas antar profesional
 Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
 Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.

D. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa

Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah. Ada banyak
hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :

 Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim


 Struktur organisasi yang konvensional
 Konflik peran dan tujuan
 Kompetisi interpersonal
 Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri

E. Piramida Pelayanan Kesehatan Jiwa


 Sepanjang hidup
 Sepanjang rentang sehat-sakit
 Pada setiap konteks keberadaan ( di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di
rumah sakit atau dimana saja )

5
F. Jenjang Pelayanan Kesehatan Jiwa

 Perawatan mandiri individu dan keluarga


Kebutuhan pelayan jiwa terbesar qadalah kebutuhan kesehatan jiwa yang dipenuhi oleh
masing-masing individu dan keluarga. Masyarakat baik individu maupun keluarga
diharapkan dapat secara mandiri memelihara kesehatan jiwanya. Pada tingkat ini sangat
mungkin untuk memberdayakan keluarga dengan melibatkan mereka dalam memilihara
kesehatan anggota keluarganya.
 Dukungan dari sector formal dan informal diluar sector kesehatan
Apabila masalah kesehatan jiwa yang dialami individu tidak mampu diatasi secara mandiri
ditingkat individu dan keluarga maka upaya solusi tingkat berikutnya adalah leader formal
dan informal yang ada di masyarakat mereka menjadi tempat rujukan. Tokoh masyarakat,
kelompok formal dan informal di luar tatanan pelayanan kesehatan merupakan target
pelayanan kesehatan jiwa.kelompok yang dimaksud adalah TOMA (tokoh agama, tokoh
wanita, kepala desa/lurah, RT, RW ).

 Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelan kesehatan dasar


Puskesmas memiliki kesehatan jiwa untuk rawat jalan dan kunjungan ke masyarakat sesuai
wilayah kerja masyarakat. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa
adalah perawat yang telah dilatih CMHN atau perawat plus CMHN dan dokter yang telah
dilatih kesehatan jiwa(dokter plus kesehatan jiwa) yang bekerja secara team yang disebut
team kesehatan jiwa puskesmas.

6
 Pelayanan kesehatan jiwa di RSU atau RSUD
Tim kesehatan yang terdiri dari psikiater, psikolog klinik, perawat jiwa CMHN dan psikolog
(yang telah mendapat pelatihan jiwa) Diharapkan tingkta kabupaten atau kota menyediakan
pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi pasien gangguan jiwa dengan jumlah tempat tidur
terbatas sesuai kemampuan.

 Pelayanan kesehatan jiwa di RSJ


RSJ merupakan pelayanan spesialis jiwa yang difokuskan pada pasien gangguan jiwa yang
tidak berhasil dirawat di keluarga/puskesmas/RSU. Sistem rujukan dari RSU dan rujukan
kembali dari masyarakat yaitu puskesmas harus jelas agar kesinambungan pelayanan di
keluarga dapat berjalan. Pasien yang telah selesai dirawat di RSJ dirujuk kembali ke
puskesmas. Penanggungjawaban pelayanan kesehatan jiwa masyarakat (puskesmas)
bertanggungjawab terhadap lanjutan asuhaan di keluarga.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka keluarga, perawat,
dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada
kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi
memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi
kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara anggota tim
kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang berkualitas.

Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam keperawatan
jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi ketidaksesuaian pendidikan
dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg konvensional, konflik peran dan tujuan,
kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri

B. SARAN

Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

8
Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaboratingfor Optimal
Health, SecondEditions. Apleton andLange. Prenticehall. USA

Dochterman , Joanne McCloskeyPhD, RN, FAAN. 2001 CurrentIssue in Nursing.


6th Editian . MosbyInc.USA

Sitorus, Ratna, DR, S.Kp, M.App.Sc. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit : Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat. EGC. Jakarta

Siegler, Eugenia L, MD and Whitney Fay W, PhD, RN., FAAN , alih bahasa IndratySecillia,
2000. Kolaborasi Perawat-Dokter ; Perawatan Orang Dewasa dan Lansia, EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai