A. PENGERTIAN
C. DAMPAK
• Dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan resiko tinggi
bunuh diri
D. TAHAPAN
• Triggering intcidens
Fase ini ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien.
Beberapa faktor yang mungkin menjadi pemicu agresi meliputi : provokasi ,
respon terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan
frustasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan harapan yang tidak
terpenuhi.
Pada fase ini petugas kesehatan perlu memahami berbagai macam , pemicu
yang menjadi faktor bagi klien untuk melakukan agresi, dan melakukan upaya
meminimalkan faktor pemicu tersebut. Keterangan selengkapnya mengenai
faktor pemicu dan bagaimana agar petugas kesehatan tidak menjadi pemicu
bagi perilaku agresi.
• Ascalation phase
Fase in di tandai dengan kondisi kebangkitan fisik dan emosional,dapat
disetarakan dengan respon flight or flight karena kondisi ini ada kondisi
sebelum tejadinya kekerasana maka diagnose keperawatan yang tepat pada
fase in adalah “ risk for other directed violence” (nanda 2007) atau “
violence/aggressive behaviore risk” (ICNP,2005)
Pada saat in kemarahan klien meningkat dan tujuan utama petugas kesehatan
fase in adalah untuk menurunkan kemarahan dan kecemasan orang yang
berada di escalation phase. Pada klien dengan gangguan psikiatrik, pemicu
dari perilaku agresif lebih berfariasi misalnya karena adanya halusinasi,
gangguan kognitiv, gangguan penurunan zat, kerusakan neurologi, kognitif,
bunuh diri, koping tidak efektif, pengenalan petugas kesehatan terhadap
penyebab dari perilaku kekerasan diperlukan untuk memberikan penanganan
yang tepat sesuai penyebab dari perilaku kekerasan.
• Crisis point
Fase in merupakan fase lanjutan dari escalation phase apabila negosiasi dan
teknik descalation gagal mencapai tujuan. Emosi menonjol yang dutunjukan
oleh klien adalah bermusuhan. Karena kondisi pada saat in klien sedang
melakukan perilaku kekerasan maka diagnosa yang tepat untuk
mengambarkan situasi saat itu adalah diagnosa “ violence /aggressive
behavior actual” ICNP,2005). Sayangnya tidak terdapat reverensi yang tepat
dari nanda untuk mengganbarkan kondisi klien pada saat ini. tujuan utama
penangganan pada fase in adalah petugas melindungi diri sendiri dan orang
lain termasuk klien.Disinilah aktifitas petugas berkaitan dengan physical atau
chemical restraint tepat dilakukan pada klien.
• Setting phase
Fase in adalah fase dimana klien yang melakukan perilaku kekerasan telah
melepaskan energy marahnya.Meskipun begitu,klien mungkin masih merasa
cemas atau marah dan mempunyai resiko kembali ke masa awal.Kondisi in
merupakan situasi yang digambarkan dalam diagnosa sebagai”Risk for other
directed violence”(NANDA,2007) atau”
violence/Aggressive behavior Risk” karena memungkinkan 90 menit setelah
insidan,hormone adrenalin bisa kembali terpicu dan klien kembali ke fase
cricis point.
Petugas kesehatan perlu berhati-hati untuk tidak mencetuskan perilaku
agresif kembali dengan berhati-hati terhadap faktor yang memicu klien untuk
berperilaku agresif.Fase ini juga ditandai dengan pelepasan restraint yang
dilakukan secara berangsur dan pemenuhan kebutuhan klien setelah
dilakukan restraint yang dilakukan untuk membina hubungan saling percaya.
• Post crisis depression
Dalam fase in klien mungkin mengalami kecemasan,depresi dan
berfokus pada kemarahan dan kelelahan.Pada saat in,intervensipetugas
kesehatan berfokus pada debriefing/memperoleh informasi dari klien.Karena
itu diagnosa keperawatan yang mungkin tepa pada fase in adalah “knowledge
deficit(Specify)”(NANDA,2007) atau “Lack of
knowledge”(ICPN,2007).Kesempatan untuk meningkatkan insight seseorang
terhadap perlakunya tepat dilakukan pada fase in.Meskipun begitu,apabila
penyebab perilaku kekerasan adalah karena masalah psikiatrik yang
lain,mungkin diagnosa keperawatan akan menyesuaikan dengan kondisi yang
lain.
• Return to normal functional
Ini adalah fase dimana klien telah kembali kepada keseimbangan normal,dari
perasaan cemas,depresi dan kelelahan.Fase in merupakan kesempatan yang
sangat baik bagi klien untuk melatih kemampuan kognitif,fisik,dan emosi jika
suatu saat klien terpicu untuk menjadi agresif.S
STRATEGI PELAKSANAAN
A. KONDISI
Klien tampak mondar-mandir, berbicara sambil megepalkan tinju, pandangan mata
tajam, wajah merah dan tegang serta sesekali tampak memukul dinding.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku kekerasan
D. RENCANA KEGIATAN