Anda di halaman 1dari 3

Komunikasi Terapeutik pada Anak usia sekolah di

ruang poli klinik


Sasaran : Anak usia 6-10 tahun
Tujuan : Membuat audiens mengerti bagaimana komunikasi terapeutik pada anak
Setting : Klinik kesehatan

Peran : Narator & resepsionis : Indah Cahyasari


Dokter : Nada Naflah
Perawat I : Anastasya Nurcahyani
Perawat II : Norma Amalia
Perawat III : Aulia Afifah Humaira
Anak I (6 tahun) : Hemi Afifah
Anak II (10 tahun) : Latifah Khusnul Khotimah
Ibu : Marsya Nafsa

Pada suatu hari ada seorang ibu yang membawa anaknya untuk diberikan vaksin
difteri dikarenakan wilayah rumahnya sudah status waspada terjangkit difteri. Ibunya
membawa ke Klinik Kesehatan untuk diberikan vaksin.

Resepsionis : “ Selamat sore ibu, ada yang bisa saya bantu?”


Ibu : “ Iya mba, saya ingin mendaftar untuk vaksinasi difteri, mba.”
Resepsionis : “ Nama putri ibu siapa, dan umur berapa?”
Ibu : “ Nama anak saya yang pertama Latifah umur 10 tahun dan anak kedua saya
Hemi umur 6 tahun.”
Resepsionis : “Nama ibunya siapa bu?”
Ibu : “Marsya”
Resepsionis : “Baik ibu, mohon tunggu sebentar ibu bisa duduk disana. Ini nomor
pendaftarannya. Nanti akan kami panggil kembali”
Ibu : “Baik mbak, terimakasih”
Resepsionis : “Sama-sama ibu”

Fase PraInteraksi
Selang beberapa menit kemudian, perawat I datang menghampiri resepsionis untuk
mengambil data. Setelah membaca form pendaftaran dari pasien perawat I segera
menghampiri ibu.
Perawat I : “Ananda Hemi dan Latifah dengan ibu Marsya, silahkan ikut saya”
Ibu dan putrinya segera mengikuti perawat I itu.

Fase Orientasi
Perawat I segara mempersilahkan ibu dan pasien duduk.
Perawat I : “Silahkan duduk ibu, sebelumnya perkenalkan saya perawat Ana . Saya akan
mendampingi ibu dan putri ibu selama pemberian vaksin nanti”.
Ibu : “iya suster.”

Fase Kerja
Setelah memperkenalkan diri, perawat memeriksa tanda-tanda vital pasien dengan mengukur
suhu.
Perawat I : “ Adik, namanya siapa? kakak ukur dulu ya suhunya.”
Anak I : “ Hemi, ka. sakit ga ka?”
Perawat I : “ engga kok. Ini cuma adek jepit saja di ketiak adik.”
Anak I : “ Baik suster.”
Perawat I : “ suhu adeknya 36oC ya, ibu. Ini suhu normal untuk bisa di vaksin, bu. Jadi
setelah ini nanti ada perawat yang mengantar ibu ke ruang vaksinasi.”

Setelah selesai mengukur suhu Ananda Hemi, perawat I bergantian mengukur suhu
Ananda Latifah
Perawat I : “Adik, namanya siapa? Kakak ukur dulu ya suhunya. Dijepit di ketiak ya
adik. ”
Anak II : “ Namanya Latifah “
Perawat I : “ wahh ade suhunya tinggi sekali, bu. 39oC nanti biar ditanyakan dulu ke
dokter apakah boleh untuk melanjutkan vaksinasi ya bu.”

Perawat II bergegas bertanya kepada Dokter. Untuk memastikan perizinan untuk


vaksinasi difteri.
Perawat II : “ Selamat Pagi, dok.”
Dokter : “ Pagi, suster. Ada apa?”
Perawat II : “ ini dok saya mau bertanya. Pasien yang bernama Latifah ingin
melaksanakan vaksinasi tetapi suhunya 39oC setelah saya ukur. Apa
diperbolehkan untuk melanjutkan vaksinasi?”
Dokter : “ wahh... tinggi sekali. Tidak boleh dilanjutkan untuk vaksinasinya karena
akan bahaya jika dilanjutkan.”
Perawat II : “ baik dok.”

Perawat II kembali ke ruangan untuk memberitahu Ibu bahwa vaksinasi tidak boleh
dilanjutkan.
Perawat II : “ Maaf, bu. Dokter bilang Ananda Latifah tidak boleh ikut vaksinasi karena
terserang demam. Jadi, Ananda Latifah tidak bisa ikut vaksinasi karena akan
bahaya jika dilanjutkan.”
Ibu : “ Oh baik suster.”

Hemi yang masih berada di ruangan bersama Ibunya, di minta masuk oleh perawat II
ke tempat vaksinasi. Namun pasien Hemi takut untuk ditinggal oleh ibunya. Lalu perawat
mengalihkannya dengan membawa boneka dan memberitahu bahwa ibunya boleh ikut masuk
ke ruangan.
Perawat II : “ Adikk ikut suster yuuk ”
Anak I : “ Gak Mauuuu…”
Perawat II : “Ehhh kok ga mau sih ? liat ini suster punya 2 boneka loooh … cantik-cantik
lagi bonekanya. Mau ga?”
Anak I : “Mauuu...”
Perawat II : “Mau yang mana?”
Anak I : “yang itu...” (sambil menunjuk ke salah satu boneka yang dibawa perawat)
Perawat II : “ini kaka kasih tapi adik ikut kakak yaaa” (sambil menyodorkan boneka)
Anak I : “ iyaaa.”
Perawat II : “ nahh adik yang ini mau juga ga bonekanya?” (bertanya ke Anak II)
Anak II : “ Ga mau.. “ (sambil bersembunyi di belakang ibunya)
Perawat, Ibu dan kedua putrinya masuk ke ruangan vaksinasi. Dimana Perawat I
sudah menunggu.
Perawat II : “ Selamat Pagi, sus. Ini Ananda Hemi yang akan di vaksin selanjutnya.”
Perawat III : “ ohh baik. Wah, adik bonekanya cantik sekali. Dapat darimana?”
Anak I : “ dikasih suster tadi.”
Perawat III : “ kakak suster boleh pinjam?”
Anak I : “ engga.”
Perawat III : “ baik. Kalau begitu adik udah sekolah belum?” (Sambil menyiapkan
suntikan untuk vaksin)
Anak I : “ udah.”
Perawat III : “ kelas berapa?”
Anak I : “ TK B.”
Perawat III : “ seru ga sekolahnya?” (sambil meng swab area injeksi)
Anak I : “ Seru kok. Enak banyak temen.” (mulai menginjeksi)
Perawat III : “ belajar apa saja di sekolah?”
Anak I : “ diajarin nulis sama berhitung sama bu guru.”
Perawat III : “ wah sudah bisa nulis belum?” (sudah selesai menginjeksi dan menekan area
injeksi)
Anak I : “ sudah sedikit.”
Perawat III : “ wahh bagus. Sudah selesai bu. oiya bu, Jika ananda Hemi nanti demam
segera berikan paracetamol ya, bu.” (sambil menutup jarum injeksi)
Ibu : “ Terima kasih suster.”
Perawat III : “ Sama-sama Ibu.”

Fase terminasi
Ibu berpamitan dan menjemput Latifah yang sedang bermain dengan perawat I.
Ibu : “Nak.. ayoo kita pulang…?”
Anak II : “ Yahh Ibu lagi liat ikan nihh”
Ibu : “Iyaa nanti kita liat lagi di rumah yaaa.. sekarang pulang dulu udah siang”
Anak II : “iyya deeh…”
Ibu : “ayo pamit dulu sama susternya.”
Anak II : “suter nanti kita ketemu lagiyaa… pamit pulang suster dulu sama suster.”
Perawat I : “iyaa kapan-kapan kita liat ikan lagi yaa, ..... cepet sembuh yaa”
Anak II : “Iya suster dadahhh”
Perawat I : “ dadahhh adik.”
Ibu : “ Terima kasih ya suster. Saya pamit pulang dulu.”
Perawat I : “ Iya ibu sama-sama. Hati-hati di jalan.”

Anda mungkin juga menyukai