Anda di halaman 1dari 7

Teknik Komunikasi Dalam Pendampingan Pasien Yang Mengalami Fase

Tawar-Menawar

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SK V.4 Keperawatan Menjelang
Ajal dan Paliatif

Disusun Oleh :

Clara Diana W /201723003

Hilaria Asri N /201723005

Katarina Vita W.K /201723007

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2020
Peran :

Perawat : Clara Diana W /201723003

Pasien : Hlaria Asri N /201723005

Ibu : Katarina Vita W. K /201723007

Narasi :

Nona A usia 20 tahun, dirawat di RS Panti Rapih ruang Monika. 3 hari yang
lalu pasien menjalani operasi amputasi pada ibu jari kaki kanan, yang disebabkan
karena penyakit Diabetes Melitus. Saat ini pasien sedang berada di fase
bargaining/tawar-menawar pasien selalu merasa menyesal dan bersalah karena
menjalani gaya hidup yang tidak sehat seperti makan dan minum yang manis, junk
food dan jarang berolahraga. Selain itu, pasien tidak memperdulikan masalah
kesehatan walau ia tau memiliki riwayat diabetes. Lalu, pada pagi hari ini perawat
Diana akan memberikan insulin dan obat nyeri pada pasien, serta melakukan
intervensi pada fase bargaining/tawar-menawar pasien.

Pasien : “hiks…hiks…Ma, aku sedih kenapa aku harus diamputasi. Ini


semua salahku Ma, bandel gak ikutin nasehat mama dulu. Aku
nyesel mah… Aku juga takut kalau semakin parah penyakit
DMku” (Sambil menangis dan memeluk Mama)

Ibu Pasien : “Sekarang kamu gak usah sedih, yang sudah biarlah berlalu,
jangan menyalahkan dirimu terus menerus. Sekarang fokus dulu
sama pengobatanmu.” (Sambil memeluk pasien)

2
Lalu, perawat Diana datang untuk memberikan obat anti nyeri dan insulin kepada
pasien.

Perawat Diana : “Selamat Pagi, Mbak Asri! Masih ingat dengan saya Suster
Diana?” (Sambil memberi sentuhan)

Pasien : “Pagi Sus, masih sus.” (Sambil lesu, menunduk, dan tampak
sedih)

Perawat Diana : “Okay, kalau begitu saya cek dulu ya gelang identitasnya, bisa
bantu sebutkan nama dan tanggal lahir?” (Sambil memegang
tangan pasien)

Pasien : “Hilaria Asri. 15 Januari 1999 Sus” (Dengan ekspresi lesu dan
sedih)

Perawat Diana : “Baik Mbak Asri, sekarang kita minum obat nyerinya dulu dan
saya akan memberikan suntikan insulin di lengan sebelah kanan.
Waktu yang saya perlukan kurang lebih 10-15 menit. Apakah
sebelumnya ada yang ingin ditanyakan dari ibu atau Mbak
Asri?”

Pasien : “Oh iya suster”

Ibu Pasien : “Tidak ada suster”

(Sambil menyiapkan dan memberikan obat, perawat menanyakan kondisi pasien


saat ini)

Perawat : “Mbak Asri, gimana semalam bisa tidur nyenyak ? Sepertinya


tampak lesu dan sedih, kalau ada masalah bisa diceritakan ke
suster”

3
Ibu Pasien : “Iya itu sus, anak saya susah tidur dari semalam bilang kalau
menyesal, merasa bersalah, dan takut akan penyakitnya”

Pasien : “Mmmmm…. iya suster benar kata Mama, emm aku susah
tidur karena merasa bersalah dan takut sus”

Perawat : “Baik, karena sudah selesai memberikan obat, biar lebih enak
suster izin duduk ya. Kalau boleh tau Mbak Asri merasa
bersalah dan takut karena apa ?”

Pasien : “Saya, merasa bersalah karena saya memiliki pola hidup yang
buruk sus, seperti sering makan dan minum yang manis, makan
junk food, bahkan tidak pernah berolahraga. Padahal…. Saya
tahu saya itu memiliki riwayat diabetes dari keluarga Papa.
Coba saja dulu saya tidak seperti itu sus, pasti saat ini saya tidak
diamputasi, saya menyesal juga suster, saya jarang minum obat
dan ikut perawatan di rumah sakit. Coba saja dulu saya rajin
berobat pasti tidak akan sampai seperti ini. Emmmm…. selain
itu sus, saya juga takut jika nanti penyakit diabetes saya semakin
parah sus” (Sambil terisak menangis)

Perawat : “Oh begitu…. Begini Mbak Asri, rasa bersalah dan takut yang
dialami mbak itu merupakan hal yang wajar, terkadang
penyesalan datang terakhir. Seperti ibarat nasi yang sudah
menjadi bubur. Walaupun sudah menjadi bubur, bubur tersebut
dapat dibuat menjadi bubur spesial seperti bubur manado, bubur
ayam dan bubur lainnya. Sama halnya seperti kondisi Mbak Asri
saat ini, walaupun sudah terkena diabetes dan ibu jari kaki sudah
diamputasi, Mbak Asri tetap bisa mengurangi risiko komplikasi
dari penyakit diabetes dengan cara mengubah pola hidup yang
lebih sehat seperti mengurangi makan dan minuman yang
manis, junk food, berolahraga 1 minggu 3 kali mulai dari
olahraga yang ringan seperti jalan santai, bersepeda, badminton
atau olahraga yang Mbak Asri sukai. Selain itu, Mbak Asri juga

4
harus rutin minum obat dan control ke dokter.” (Sambil
menyentuh tangan pasien)

Pasien : “Baik suster”

Ibu Pasien : “Nah, tuh kak, dengarkan omongan suster. Walau ibu jari kaki
kakak sudah di amputasi dan kena DM, kakak masih bisa
beraktivitas dan selalu sehat jika patuh minum obat”

Pasien : “Iya ma, aku dengerin omongannya suster”

Perawat : “Wah bagus sekali Mbak Asri sudah mau mendengarkan, yang
terpenting Mbak Asri rutin dan telaten menjalankan pola hidup
yang sehat sehingga tidak akan terjadi hal seperti ini lagi. Sama
halnya seperti contoh kebetulan ibu saya juga menderita
diabetes dan sudah diamputasi kaki kirinya namun beliau tetap
semangat dan menjalankan aktivitas serta berolahraga walau
menggunakan kruk, bahkan pola makannya sekarang lebih
teratur. Nah, Mbak Asri jangan mau kalah, kan Mbak Asri
masih muda jadi semangat Mbak Asri lebih besar dalam
menjalani hidup walau Mbak Asri memiliki penyakit diabetes.”
(Sambil tersenyum dan menyentuh tangan pasien)

Pasien : “Iya suster akan saya coba”

Perawat : “Oke Mbak Asri, setelah saya sampaikan beberapa hal tadi,
sekarang apa yang diinginkan Mbak Asri untuk kedepannya?”
(Sambil tersenyum)

Pasien : ”Ya saya pengennya, kedepannya merubah pola kehidupan


saya seperti mengurangi makan dan minum yang manis dan
teratur berolahraga, walaupun kondisi jari kaki saya sudah tidak
lengkap”

Perawat : “Bagus sekali Mbak Asri sudah mulai ada niatan untuk
berubah menjadi lebih baik lagi. Lalu, agar keinginan Mbak
Asri tercapai dengan baik, akan lebih baik ibu dapat

5
mendampingi dan memantau kegiatan yang dilakukan oleh
Mbak Asri, sehingga kondisinya cepat membaik dan stabil”
(Sambil tersenyum dan menyentuh tangan pasien)

Ibu pasien : “Iya suster pastinya saya akan mendukung dan mendampingi
anak saya agar cepat pulih dan tidak drop kembali.”

Perawat : “Baik bu, saya salut dengan ibu, karena sudah mendukung
Mbak Asri agar cepat pulih. Baik Mbak Asri dan ibu, ini saya
sudah selesai. Sebelumnya saya mau bertanya bagaimana
perasaan mbak setelah kita berdiskusi tadi ?”

Pasien : “Ya rasa takut dan bersalah saya mulai berkurang sus, walau
kadang saya masih tawar-menawar sama keadaan saya ini”

Perawat : “Tidak apa-apa Mbak Asri jika kadang merasakan bersalah dan
takut itu wajar, lama kelamaan Mbak Asri dapat berproses lebih
baik lagi. Sekarang, coba Mbak Asri sebutkan kembali apa saja
keputusan dan harapan mbak untuk kedepannya!”

Pasien : “Ya itu tadi suster, saya mau merubah pola kehidupan saya
seperti mengurangi makan dan minum yang manis dan teratur
berolahraga 1 minggu 3 kali, olahraga yang saya akan lakukan
seperti bersepeda dan jalan santai, walaupun kondisi jari kaki
saya sudah tidak lengkap.”

Perawat : “Bagus Mbak Asri nanti kalau sudah pulang kerumah, dan
kondisi luka operasi sudah pulih, Mbak Asri bisa langsung
melakukan olahraga. Karena ini sudah selesai, saya akan
kembali ke ruang perawat, sebelumnya ada yang ingin
ditanyakan terlebih dahulu tidak dari ibu atau Mbak Asri”

Pasien : “Tidak sus”

Ibu pasien : “Tidak ada suster, terimakasih sebelumnya karena sudah


memberikan motivasi kepada anak saya”

6
Perawat : “Sama-sama bu, dan Mbak Asri, kalau begitu saya kembali
dulu ke ruang perawat, kalau ada apa-apa bisa menekan tombol
bell di samping bed pasien. Nanti, saya akan kembali jam 13.00
untuk memberikan obat. Selamat Pagi semoga lekas sembuh!”
(sambil memberikan sentuhan kepada pasien)

Ibu Pasien dan Pasien : “Terimakasih suster, selamat pagi”

Anda mungkin juga menyukai