PASIEN STROKE
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
MARIS MAKASSAR
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena penulis sadar sebagai makhluk
sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dangan orang lain dan tanpa adanya
bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-Nya.
Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai
manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan
koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
Penulis
Kelompok 8
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………………………………………………………………………….i
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………………ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………iii
A. Latar
Belakang……………………………………………………………………………1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………………3
C. Tujuan
Penulisan……………………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………..………………………………4
A. Pengertian Komunikasi
Teraupetik…………………………………………………………………………4
B. Pengertian Penyakit
Stroke………………………………………………………………………………4
G. Naskah Role
Play……………………………………………………………………………17
A.Kesimpulan…………………………………………………………………25
B.Saran………………………………………………………………………..25
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………26
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi (Suryani, 2015). Menurut Purwanto yang dikutip oleh
(Mundakir, 2010) komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan
klien (Fatmawati, S, 2010).Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk berbicara dengan klien,
namun komunikasi antar perawat dan klien memiliki hubungan terapeutik yang bertujuan untuk
menumbuhkan motivasi dalam proses kesembuhan klien. Adanya motivasi akan mampu
mempengaruhi kesembuhan klien, jika tidak didukung adanya motivasi untuk sembuh dari diri
klien tersebut dipastikan akan menghambat proses kesembuhan. Perawat yang memiliki
keterampilan berkomunikasi terapeutik tidak saja akan mudah membina hubungan saling percaya
dengan klien, tetapi juga dapat mencegah terjadinya masalah legal etik, serta dapat memeberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, meningkatkan citra profesi keperawatan dan
citra rumah sakit dalam memberikan pelayanan (Nurjanah, 2009).
Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat
menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau usia. Spesialis
saraf Rumah Sakit Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke
semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan
menduduki urutan pertama di Asia dan keempat di dunia, setelah India, Cina, dan Amerika.
Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas 2013), stroke
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis
oleh nakes. Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat 2 menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler (Israr, 2008). Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes dan
gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah
(16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Terjadi peningkatan prevalensi stroke dari 8,3
per 1000 (2007) menjadi 12,1 per1000 (2013) (Riskesdas, 2013).
Dalam survey awal yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 13 Oktober 2015 di Ruang
Teratai RSU. Dr. Koesnadi Bondowoso, didapatkan keluhan masalah komunikasi terapeutik
perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan bahwa klien merasa kurang nyaman
kepada perawat karena komunikasinya yang cuek, judes, dll. Sehingga membuat klien menutup
diri dan tidak memberikan sebuah komunikasi yang bersifat terapeutik, membangun motivasi
untuk sembuh dan menasehati kepada klien. Berdasarkan data RSU. Dr. Koesnadi Bondowoso di
ruang Teratai jumlah penderita stroke terus meningkat pada tahun 2015. Jumlah penderita stroke
pada bulan Agustus 2015 – Oktober 2015 sebanyak 109 orang.
Pada penelitian Nur Salsabilah (2014) tentang Pengaruh Komunikasi Terapeutik dan
Perilaku Perawat Terhadap Kesembuhan Pasien di Ruang Lontara 1 RSUP. DR.Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Menyebutkan bahwa penelitian ini adalah terdapat pengaruh
komunikasi terapeutik dan perilaku perawat terhadap kesembuhan pasien di ruang lontara 1
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dimana para perawat memiliki pengaruh dominan
terhadap kesembuhan pasien. Yaitu ditandai dengan hasil penelitian dengan cara memberikan
kuesioner kepada pasien terkait komunikasi perawat tergolong baik (42 %), tidak baik (5,0 %).
C. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum
2.Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal
ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik
adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat
(helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
B. Pengertian Stroke
Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena tidak
mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak harus selalu mendapat
pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar tetap hidup dan dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Oksigen dan nutrisi ini dibawa oleh darah yang mengalir di dalam
pembuluh-pembuluh darah yang menuju sel-sel otak. Apabila karena sesuatu hal aliran
darah atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini terhambat selama beberapa menit saja,
maka dapat terjadi stroke. Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3 atau 4
menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Makin lama penghambatan
ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin sukar dipulihkan. Sehingga tindakan
yang cepat dalam mengantisipasi dan mengatasi serangan stroke sangat menentukan
kesembuhan dan pemulihan kesehatan penderita stroke.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
2. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan
intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan
kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil,
kaku kuduk (Wanhari, 2008).
a. Mendengar(Listening)
Tujuan: memberi rasa aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan
menjaga kesetabilan emosi/psikologis klien.
b. Pertanyaan Terbuka(Broad Opening)
TeKnik ini memberi kesempatan klien utuk mengungkapkan perasaan sesuai
kehendak tanpa dibatasi.
c. Mengulang(Restarting)
Untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien.
d. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti
karena malu mengemukakan informasi.
e. Refleksi
Reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi ini ada dua
macam, yaitu:
1. Refleksi isi: memvalidasi apa yang didengar.
2. Refleksi perasaan: memebri respon pada perasaan klien
f. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting serta
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan
berfokus pada realitas.
g. Membagi Persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan.
h. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama
percakapan.
i. Diam(Silence)
Tujuannya untuk memberi kesempatan klien untuk berpikir dan memotivasi klien
untuk bicara.
j. Informing
Tujuannya untuk memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi
klien.
k. Saran
Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat dalam melakukan komunikasi
terapeutik, antara lain sikap perawat dalam komunikasi, pesan isi informasi dan teknik
komunikasi :
1. Sikap perawat dalam komunikasi Sikap menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik yaitu:
a. Berhadapan, arti posisi ini adalah “saya siap untuk Anda”.
b. Mempertahankan kontak mata, kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk kearah klien, posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
d. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan berkomunikasi.
e. Tetap relaks, tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberikan respons pada klien.
f. Berjabat tangan, menunjukkan perhatian dan memberikan kenyamanan pada
pasien serta penghargaan atas keberadaannya.
PERAN :
1. Jeanlina : Narator
2. Vivi : Perawat 1
3. Stevania : Perawat 2
4. Juan : Klien
5. Juwita : Keluarga Klien
Narator:
Pada hari ini perawat vivi hendak melakukan tindakan keperawatan mengajarkan gerakan-gerakan pada
anggota tubuh bapak juan pasien stroke yang sedang dirawat di RS. STELLA MARIS MAKASSAR
perawat vivi pun mendatangi klien diruangannya
Narator:
Didalam ruangan bapak juan ada anggota keluarganya juga yang sedang menemani bapak juan
Keluarga pasien: “iya benar suster saya anaknya dari bapak juan”
Perawat 1 : “oh iya baiklah sebelumnya, perkenalkan saya perawat vivi , saya bertugas dari Pukul 07.00 –
12.00 WITA.”
Klien : “saya sudah merasa lebih baik sekarang, tetapi tangan dan kaki saya masih terasa kaku sus.”
Klien : “ya lumayan nyenyak sus, hanya sesekali saja terbangun saat malam, dan itupun lalu tidur lagi.”
Perawat 1: “baiklah bapak dan adik, hari ini kita akan melakukan latihan pergerakan pada persendian
bapak, kita akan melakukan pelatihannya di ruangan ini saja, pelatihan ini kurang lebih berlangsung 15
hingga 20 menit”
Perawat 1: “pelatihan ini bertujuan untuk melatih persendian bapak supaya tidak kaku. Apakah bapak
bersedia?”
Klien : “ia sus, saya bersedia.”
Narator:
Setelah melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarganya serta menjelaskan maksut dan tujuan
perawat kemudian bersiap-siap untuk memulai tindakan
2.
Perawat 1: “baiklah bapak hari ini kita hanya akan melakukan pelatihan pergerakan pada persendian
pergelangan tangan saja. Nanti bapak ikuti gerakan-gerakan saya, dan bapak beri tahu pada saya jika
bapak merasa kesulitan dalam melakukan pergerakannya.
Perawat : “sekarang kita lakukan pelatihan pergerakan pada pergelangan tangan bapak terlebih dahulu.
Ikuti gerakan saya ya pak, gerakan pertama yaitu (fleksi) gerakan telapak tangan bapak ke sisi bagian
dalam lengan bawah. Seperti ini
Narator:
(perawat memberikan contoh pergerakan kepada klien yaitu gerakan fleksi dan diikuti oleh klien.).
Perawat 1: “ia betul sekali bapak. Bagaimana pak? Terasa sakit atau tidak?”
Klien : “masih terasa kaku sus, tetapi sudah agak lumayan bisa di gerakan.”
Perawat 1 : “ia bagus bapak, ayo terus saja, tetapi jangan terlalu dipaksakan jika bapak merasa sakit.”
Perawat 1: “sekarang kita melakukan gerakan yang ke dua yaitu(ekstensi) gerakan jari-jari, tangan dan
lengan bapak berada di arah yang sama. Seperti ini
Narator:
perawat memberikan contoh pergerakan kepada klien yaitu gerakan (ekstensi) dan diikuti oleh klien.
Perawat 1 : “gerakan ke tiga yaitu (hiperekstensi) lengkungkan tangan bapak ke arah belakang sejauh
mungkin. Seperti ini “
Narator:
perawat memberikan contoh pergerakan hiperekstensi kepada klien dan diikuti oleh klien.
Perawat 1: “ia bapak betul sekali, lengkungkan tangannya sejauh mungkin, tetapi jika sudah terasa sakit,
jangan bapak paksakan. Semampu tangan bapak saja.”
Klien : “ia baiklah sus, saya hanya mampu sampai ini sus.”
Perawat 1 :“ia tidak apa-apa bapak, ini sudah bagus sekali. Sekarang kita ke gerakan yang ke empat ya
pak”
Perawat 1: “gerakan yang ke empat yaitu(abduksi) tekukkan pergelangan tangan bapak ke arah ibu jari.
Seperti ini “
Narator:
perawat memberikan contoh pergerakan Abduksi kepada klien dan diikuti oleh klien.
Perawat 1: “Baiklah, sekarang kita lakukan gerakan ke lima ini gerakan terakhir untuk pelatihan
pergerakan pada tangan. Gerakannya yaitu (adduksi) tekukkan pergelangan tangan Bapak miring ke arah
lima jari. Seperti ini.”
Narator:
perawat memberikan contoh pergerakan adduksi kepada klien dan diikuti oleh klien.
Narator:
Setelah mengajarkan teknik pergerakan untuk tangan kemudian perawat mengevaluasi kembali hasil
tindakan yang dilakukan
Klien : “saya merasa agak enakan sus, tangan saya sudah tidak terlalu kaku seperti tadi sus. Sudah mulai
nyaman untuk di gerakkan.”
Perawat : “ia syukurlah kalau begitu. bapak lebih sering berlatih saja.”
Perawat 1: “nanti anaknya bapak juan tolong mengontrol bapaknya saat hendak melakukan sendiri latihan
pergerakan seperti yang sudah diajarkan yah”
Keluarga klien: “iya suster saya yang akan bantu mengontrol bapak saat melakukan gerakan-gerakan tadi
sendiri”
Perawat 1 : “bapak, pertemuan selanjutnya kita akan melakukan pelatihan pergerakan pada sendi jari-
jari tangan bapak. Apakah bapak bersedia?”
Perawat 1: “bapak, pertemuan selanjutnya akan di laksanakan besok dengan waktu yang sama. Jika
besok saya tidak dapat hadir, maka perawat lain akan menggantikan saya.”
Perawat 1: “baiklah bapak, hari ini cukup sampai di sini saja, saya permisi untuk kembali ke ruangan.
Jika bapak memerlukan sesuatu, bapak bisa memanggil saya atau perawat lain di ruang perawat.”
Narator:
Keesokan harinya perawat Stevania datang untuk melakukan tindakan keperawatan yang sama seperti
yang dilakukan perawat vivi kemarin terhadap bapak juan
Perawat 2 : baik pak, hari ini saya akan membantu bapak untuk melatih persendian bapak seperti yang
diajarkan suster vivi kemarin yah pak
Narator:
Didalam ruangan bapak riski ada anggota keluarganya juga yang sedang menemani bapak juan
Keluarga pasien: “iya benar suster saya anaknya dari bapak juan”
Perawat 2 : “oh iya baiklah sebelumnya, perkenalkan saya perawat Stevania, saya bertugas dari Pukul
07.00 – 12.00 WITA.”
Klien : “saya sudah merasa lebih baik sekarang sus. Tangan saya masih terasa kaku tapi sudah lebih baik
dari sebelumnya sus”
Perawat 2: “baiklah bapak dan ade, hari ini kita akan melakukan latihan pergerakan pada persendian
bapak lagi yah gerakannya sama persis seperti yang diajarkan suster vivi kemarin”
Narator:
Setelah melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarganya serta menjelaskan maksut dan tujuan
perawat kemudian bersiap-siap untuk memulai tindakan
Perawat 2: “baiklah bapak hari ini kita hanya akan melakukan pelatihan pergerakan pada persendian
pergelangan jari-jari tangan saja. Nanti bapak ikuti gerakan-gerakan saya, dan bapak beri tahu pada saya
jika bapak merasa kesulitan dalam melakukan pergerakannya.
Klien : “ia baik sus.”
Perawat 2 : “gerakan pertama yaitu (fleksi) membuat genggaman. Ayo bapak buat genggaman seperti
ini.”
Narrator:
perawat memberikan contoh pergerakan fleksi kepada klien, dan klien mengikuti gerakan perawat
Perawat 2 : “iya pak benar sekali. gerakan yang ke dua yaitu (ekstensi) bapak meluruskan jari-jari tangan
seperti ini”
Narrator:
perawat memberikan contoh pergerakan ekstensi kepada klien, dan klien mengikuti gerakan perawat
Perawat 2: “sekarang kita beralih pada gerakan yang ke tiga yaitu (hiperekstensi) gerakan jari-jari tangan
bapak ke belakang sejauh mungkin. Gerakannya hamper sama persis seperti gerakan yang tadi pak.
seperti ini”
Narrator:
perawat memberikan contoh pergerakan hiperekstensi kepada klien, dan klien mengikuti gerakan perawat
Perawat 2: “ iya pak benar sekali. bagaimana bapak? Apakah ada yang terasa sakit?”
Narrator:
perawat memberikan contoh pergerakan abduksi dan adduksi kepada klien, dan klien mengikuti gerakan
perawat
Perawat 2 : “ ia begitu bapak. Sekarang kita langsung ke gerakan yang ke enam yaitu (ibu jari abduksi)
jauhkan ibu jari bapak ke arah samping (biasanya dilakukan ketika jari-jari tangan melakukan abduksi).
Seperti ini”
Perawat 2: “gerakan selanjutnya, gerakan ke tujuh yaitu (ibu jari adduksi) gerakkan ibu jari bapak ke
depan tangan. Seperti ini. Dan gerakan yang terakhir yaitu (ibu jari oposisi) caranya dengan
menyentuhkan ibu jari bapak pada setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama. Seperti ini
Perawat : “ia bapak betul sekali. Nah, sekarang pelatihannya sudah selesai bapak.”
Perawat : “ia pak, sudah selesai, ibu dapat melakukan pelatihan ini sendiri atau di bantu oleh keluarga
bapak, jadi bisa melatih persendian bapak juga, supaya tidak kaku lagi.”
Klien : “ia baik sus, saya akan sering-sering melakukan pelatihan ini.”
Narator:
Setelah mengajarkan teknik pergerakan untuk tangan kemudian perawat mengevaluasi kembali hasil
tindakan yang dilakukan
3.
Perawat 2 : “ia syukurlah kalau begitu. bapak lebih sering berlatih saja.”
Perawat 2: “nanti anaknya bapak juan tolong mengontrol bapaknya saat hendak melakukan sendiri latihan
pergerakan seperti yang sudah diajarkan yah”
Keluarga klien: “iya suster saya yang akan bantu mengontrol bapak saat melakukan gerakan-gerakan tadi
sendiri”
Narator :
Setelah perawat mengevaluasi kembali hasil tindakan yang dilakukan, perawat kemudian berpamitan
dengan pasien dan keluarga pasien dan kembali ke ruang perawat.
Perawat 2 : “baiklah bapak, hari ini cukup sampai di sini saja, saya permisi untuk kembali ke ruangan.
Jika ibu memerlukan sesuatu, bapak bisa memanggil saya atau perawat lain di ruang perawat.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individu dan
mahluk sosial , diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di bidangnya,
khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan segala tahapan
dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan dan terminasi.
Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat, senantiasa pula
mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan it sendiri.
Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap
pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien . Hubungan yang baik ini akan lebih
bai lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam komunikasi khususnya
komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman.. Kemampuan menerapkan
teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan
karena waktu komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai ,
waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui
dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat. Komunikasi juga akan
memberikan dampk terapeutik bila dalam penggunaannya diperhatikan sikap dan teknik
komunikasi terapeutik . Dimensi ini merupakan faktor penunjang yang sangat
berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik
B. Saran
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan dilakukan
2. Dalam berkomuikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawtan.