Anda di halaman 1dari 4

A.

Pencegahan Risiko Jatuh

Miller (2012) menyatakan jatuh merupakan masalah yang

dikarenakan banyak penyebab dan faktor risiko, sehingga

menimbulkan komplikasi yang membutuhkan suatu pencegahan.

Pencegahan yang dilakukan antara lain :

1. Mengindentifikasi orang-orang yang risiko jatuh.

2. Melakukan tindakan pencegahan yang konsisten.

3. Memberikan pendidikan ke semua staf profesional dan

nonprofessional yang sering bertemu dengan orang yang

risiko jatuh.

4. Memberikan pendidikan ke semua staf professional dan

nonprofessional untuk meningkatkan kesadaran staf untuk

mencegah risiko jatuh

Cara untuk mencegah risiko jatuh menurut (Rhosma, 2014) yaitu :

a. Program latihan

Beberapa penelitian menyebutkan dengan latihan dapat

menurunkan risiko jatuh. Latihan dapat membantu

memperbaiki keseimbangan tubuh, kelemahan otot, gaya

berjalan. Latihan biasanya dilakukan 2-3 kali dalam satu

minggu dan selama latihan dilakukan 1 jam.

b. Modifikasi linkungan

Modifikasi lingkungan adalah salah satu cara untuk


mencegah jatuh pada lansia. Tujuannya agar lansia tidak

terganggu dalam mobilitasnya atau kegiatan sehariharinya. Selain itu, kognitif yang baik pada lansia

membantu lansia dalam menentukan lingkungan yang baik

dan aman untuk dirinya sendiri. Terganggunya kognitif

pada lansia membuat lansia memerlukan bantuan dalam

melakukan modifikasi lingkungan seperti pencahayaan,

lantai yang tidak licin.

mencegah risiko jatuh yang mungkin

terjadi dan memberikan rasa aman bagi

lansia. Selain itu, sebagai edukator

perawat perlu memberikan informasi

terkait dengan faktor yang dapat

menyebabkan risiko jatuh pada lansia

(Potter & Perry, 2017).

Perawatan yang dilakukan perlu dilakukan bersama

dengan keluarga. Keluarga harus memiliki

pengetahuan terkait dengan upaya

preventif yang bisa dilakukan di rumah

untuk menghilangkan risiko tersebut

seperti menempatkan lansia di tempat

yang aman, mendampingi lansia dalam

melakukan aktivitas, dan memodifikasi

lingkungan yang aman disekitar lansia


(Savitri, 2020).

Keterlibatan keluarga beserta perawat dalam memberikan

intervensi perawatan memberikan rasa

semangat dan mendukung kepatuhan

dalam melakukan perawatan (Putri, Wati,

Rekawati, 2018).

Dukungan sosial dari

perawat dan keluarga menjadi faktor

dominan dalam kepatuhan menjalani

pengobatan hipertensi (Putri, 2017)

B. Definisi nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial,

atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. The International

for the Studi of Pain (IASP) mengidentifikasikan nyeri sebagai berikut nyeri

merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan (Wiarto, 2017).

C. Jenis jenis nyeri pada lansia

1. Nyeri akut dan nyeri kroknik

Nyeri akut terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang akut dan

tidak berlangsung lama. Sedangkan nyeri kronik, tetap berlanjut walaupun

lesi sudah sembuh. Ada yang memakai batas waktu 3 bulan sebagai nyeri

kronik. Untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronik secara klinis
ditampilkan seperti tabel 2.

Intensitas nyeri dapat dinilai salah satunya menggunakan Visual

Analogue Scale (VAS). Skala ini mudah digunakan bagi pemeriksa,

efisien dan lebih mudah dipahami oleh pasien. Klasifikasi berdasarkan

intensitas nyeri yang dinilai dengan Visual Analog Scale (VAS) adalah

angka 0 berarti tidak nyeri dan angka 10 berarti intensitas nyeri paling

berat.

Berdasarkan VAS, maka nyeri dibagi atas : 14

b. Nyeri ringan dengan nilai VAS : < 4 (1-3).

c. Nyeri sedang dengan nilai VAS : (4 -7).

d. Nyeri berat dengan nialai VAS : >7 ( 8-10).

Tabel

Anda mungkin juga menyukai