Anda di halaman 1dari 37

TUGAS MODUL OT PADA GERIATRI

“Aplikasi OT pada Elderly: Joint Protection Technique”

Semester VI

KELOMPOK 6

Andita Nurfitri Wicaksono P27228017 177


Fachry Martasetya P27228017 189
Lulu’ Nuryani P27228017 201
Riama Claudia C.L.G P27228017 213

PROGRAM STUDI DIV OKUPASI TERAPI

JURUSAN OKUPASI TERAPI

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

TAHUN 2020
APLIKASI OT PADA ELDERLY :

JOINT PROTECTION TECHNIQUE

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang


yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut
Aging Process atau proses penuaan.
Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena
yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah
bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. Fenomena terjadinya
peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh perbaikan status kesehatan
akibat kemajuan teknologi dan penelitian-penelitian kedokteran, perbaikan status
gizi, peningkatan usia harapan hidup, pergeseran gaya hidup dan peningkatan
pendapatan perkapita. Pertumbuhan lansia yang sangat pesat ini diperkirakan juga
akan terjadi di Indonesia. Berdasarkan data proyeksi yang dikeluarkan BPS,
diperkirakan pada tahun 2045 lansia Indonesia akan meningkat sebesar 2,5 kali
lipat dibandingkan lansia tahun 2018. Pada 2045 nanti berdasarkan prediksi ini
dapat dikatakan bahwa hampir seperlima penduduk Indonesia adalah lansia.
Penderita arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai
angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih
dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit arthritis
rheumatoid,dimana 5-10% adalah merekayang berusia 5-20 tahun dan 20%
mereka yang berusia 55 tahun (WHO, 2012). Sedangkan prevalensi Osteoarthritis
(OA) pada lansia usia > 60 tahun diestimasikan sebesar 10 -15% dengan angka
kejadian 18.0% pada perempuan dan 9.6% pada laki - laki, dari angka tersebut
dapat dilihat bahwa prevalensi OA pada perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan laki - laki (Ireneu et al, 2017). Diperkirakan 8,5 juta orang menderita
penyakit Osteoarthritis sehingga menyebabkan rasa sakit bahkan kecacatan
(Kingsbury et al, 2013). Sehingga dalam hal ini, edukasi mengenai Joint
Protection Technique merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan pada
lansia yang mengalami RA maupun OA yang diharapkan dapat meningkatkan
kualitas hidup pada lansia.

Pada modul pembelajaran ini, Joint Protection Technique akan dijelaskan


lebih detail lagi. Dimana kita akan mempelajari tentang banyak hal mengenai
Joint Protection Technique.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda dapat:
1. Menjelaskan tentang definisi Joint Protection Technique
2. Menjelaskan tentang manfaat Joint Protection Technique
3. Menjelaskan tentang prinsip Joint Protection Technique
4. Menjelaskan tentang aplikasi dan proses Joint Protection Technique
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang optimum, ikutilah semua
petunjuk dalam modul ini dengan cermat. Baca semua uraian materi ini secara
berulang, aplikasikan contoh yang ada ke dalam situasi lain, kerjakan latihan
dengan sungguh-sungguh, dan baca rangkuman sebelum mengerjakan tes
formatif!
Jika Anda melakukan disiplin yang tinggi dalam belajar, Anda pasti berhasil
dan secara berangsur-angsur akan menjadi mahasiswa yang mampu mandiri
dalam belajar.

Selamat Belajar, sukses bagi Anda!


KEGIATAN BELAJAR

APLIKASI OT PADA ELDERLY :

JOINT PROTECTION TECHNIQUE

Pada kegiatan belajar ini akan dijelaskan mengenai Joint Protection Technique.

Kegiatan belajar ini terdiri dari uraian materi, rangkuman, serta tes formatif yang

akan membantu dalam memahami teori mengenai Joint Protection Technique secara

mendalam.

URAIAN MATERI

A. Pengertian
1. Joint Protection Technique
Joint Protection Technique adalah komponen inti dari intervensi

terapi okupasi untuk kondisi muskuloskeletal. Perlindungan bersama

adalah strategi koping yang aktif (atau manajemen sendiri) untuk

meningkatkan persepsi kontrol klien terhadap kondisi, psikologis, dan

kesehatan mereka status, kegiatan sehari-hari, kinerja peran, dan

partisipasi sosial (Hammond, 2004).

 Intervensi perlindungan bersama termasuk mendidik dalam (1)

mengubah metode kerja,(2) penggunaan mekanika sambungan dan tubuh

yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip ergonomis, (3) penggunaan

alat bantu, dan (4) memodifikasi kinerja dan lingkungan. Ini sering

diintegrasikan dengan konservasi energi, belat kerja dan mobilitas, dan

memperkuat latihan tangan.


Joint Protection Tehnik pertama kali dikembangkan pada 1960-an,

berdasarkan peningkatan pemahaman perubahan patofisiologis pada

rheumatoid arthritis (RA), dan pada biomekanik.

Prinsip diperluas ke artropati inflamasi lainnya, osteoartritis (OA),

dan rematik jaringan lunak (Brattstrom, 1987; Chamberlain et al., 1984;

Cordery, 1965; Melvin, 1989; Sheon, 1985). Pada saat itu, klien didorong

untuk secara teratur mempraktikkan perlindungan bersama dengan

harapan bahwa mereka akan menerapkan ini pada pribadi mereka situasi

(Chamberlain et al., 1984; Cordery, 1965). Fokusnya adalah

memperbaiki tubuh struktur dan fungsi, dan mempertahankan

kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Energy Conservation

Energy Conservation bermanfaat untuk membantu mengelola efek

kelelahan dalam kehidupan sehari-hari. Pelatihan energi konservasi

biasanya melibatkan edukasi individu mengenai strategi perilaku spesifik

untuk mengelola kelelahan, seperti menyebarkan pekerjaan berat

sepanjang hari atau mengambil beberapa periode istirahat.

3. Work Simplification

Istilah Work Simplification pertama kali dicetuskan dan

dikembangkan oleh Allan H. Mongensen. Ia mendefinisikan Work

Simplification sebagai suatu usaha pemakaian akal sehat untuk mencari

metoda yang lebih baik dan lebih mudah untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan.
B. Manfaat
1. Secara Umum
a. Joint Protection Technique
Joint Protection Techniques (JPT) adalah strategi self-management

aktif yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan :

1. Kinerja pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari,

2. Kinerja peran dan partisipasi dalam kehidupan sosial,

3. Kontrol persepsi

4. Status psikologis dan kesehatan (Hammond, 2013).

b. Energy Conservation

Secara umum manfaat penerapan Energy Conservation sebagai berikut:

1. Mengurangi kelelahan

2. Mengurangi rasa sakit

3. Meningkatkan toleransi aktivitas untuk mencapai

produktivitas dan kualitas hidup yang lebih baik

secara keseluruhan tanpa memperburuk rasa sakit

dan kelelahan

c. Work Simplification

Secara umum Work Simplification bertujuan untuk membuat

sebuah pekerjaan atau aktivitas menjadi lebih mudah, lebih cepat,

efisien, efektif, menghindari pemborosan material, waktu, dan tenaga.

4. Lansia
Salah satu ciri yang terjadi kepada lansia adalah penurunan

kekuatan dan juga ketahanan seiring bertambahnya umur. Hal ini


dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satunya seperti terdapat

penyakit dan kurangnya nutrisi. Akibatnya lansia memiliki

probabilitas tinggi untuk mengalami kerusakan sendi dan mudah lelah

sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam melakukan Activity

Daily Living (ADL).

Dalam hal ini, tujuan intervensi Terapi Okupasi pada lansia adalah

untuk mempertahankan mobilitas sendi atau stabilitas sendi,

mencegah deformitas sendi, mempertahankan kekuatan,

mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fungsional, menjaga

keseimbangan istirahat dan aktivitas yang sehat, memodifikasi kinerja

kegiatan sehari-hari (Lohman, 2019). Protection Techniques dapat

digunakan untuk mengurangi tekanan pada sendi, ketidaknyamanan,

dan mempertahankan struktur sendi. Teknik ini lebih

direkomendasikan untuk lansia dengan Rheumatoid Athritis (RA).

Sedangkan Work Simplification dan Energy Conservation dapat

digunakan untuk mengurangi kelelahan pada lansia ketika melakukan

ADL, teknik ini lebih direkomendasikan untuk lansia yang mengalami

RA dan penyakit jantung (Lewis, 2002).


LATIHAN 1
`

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai pengertian JPT


dan manfaatnya, kerjakanlah latihan berikut!

1. Jelaskan sesuai pemahaman Anda tentang apa itu Joint

Protection Technique !

2. Sebutkan manfaat penggunaan treatment Joint Protection

Technique bagi lansia !

C. Prinsip

1. Joint Protection Technique

Adapun beberapa prinsip dasar dari Joint Protection Technique,

diantaranya :

1) Respect for pain. Nyeri sendi yang berlangsung lebih dari dua jam

setelah aktivitas dapat mengindikasikan kerusakan sendi. Hentikan

aktivitas tersebut sebelum mencapai titik rasa sakit. Identifikasi dan

batasi aktivitas yang menyebabkan rasa sakit dan jangan diabaikan.

2) Seimbangkan antara beraktivitas dan beristirahat. Ambillah waktu

istirahat secara teratur saat melakukan pekerjaan Anda, campur pekerjaan

yang berat dan ringan dan cobalah untuk menyelesaikan tugas yang lebih

melelahkan saat tubuh dalam kondisi terbaik. Ingatlah untuk beristirahat

sebelum merasa kelelahan. Hentikan aktivitas ketika terasa sakit.


3) Minimalisir penggunaan energi. Saat melakukan aktivitas, sebisa

mungkin untuk meminimalisir usaha tubuh dalam mengeluarkan energi.

 Duduk daripada berdiri jika memungkinkan saat menyiapkan

makanan, mencuci piring, menyetrika, dll.

 Gunakan kereta dorong untuk mengangkut barang-barang di sekitar

rumah atau berbelanja, daripada membawanya.

 Pertimbangkan untuk mempekerjakan profesional, seperti layanan

kebersihan atau perawatan kebun, untuk mengurangi beban kerja.

4) Hindari posisi deformitas. Minimalkan stres pada sendi dan gunakan

otot-otot yang paling cocok untuk suatu keadaan, sebagai contoh ;

dekatkan benda berat ke dada saat membawanya. Gunakan lengan untuk

menahan beban, bukan persendian kecil di jari-jari. Tekuk lutut dan

pinggul saat hendak mengambil barang dari lantai.

5) Menggunakan sendi besar atau yang lebih kuat. Dalam melakukan

sesuatu, gunakan telapak tangan atau pergelangan tangan daripada

menggunakan jari-jari. Gunakan lengan atau siku daripada pergelangan

tangan, dan lengan atau bahu daripada menggunakan siku.

6) Gunakan sendi pada posisi anatomis yang paling stabil. Postur yang

baik dapat membantu mengurangi kelelahan dan stres otot. Semakin

sedikit stres fisik yang diterima persendian maka rasa sakit yang

dihasilkan akan lebih sedikit.

Berjalan dengan posisi berdiri tegak. Lengan harus mengayun dengan

bebas di samping tubuh, hindari membungkuk, dengan mengangkat


kepala, perut ke dalam, dan bahu ke belakang. Cobalah untuk

menghindari membawa barang berat di satu tangan.

7) Hindari posisi tubuh yang sama terlalu lama. Hindari berdiri statis

yang berkepanjangan; geser berat badan ke depan ke kaki. Jaga kaki

dalam posisi yang nyaman dengan lutut lurus tetapi tidak terkunci.

8) Hindari aktivitas yang tidak bisa dihentikan

9) Gunakan Assisstive Devices. Alat bantu digunakan untuk membantu

menyelesaikan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Jika merasa

membutuhkannya segera konsultasikan dengan dokter atau terapis.

2. Konservasi Energi

Teknik konservasi energi dirancang untuk mengurangi besarnya upaya

yang diperlukan untuk melakukan rutinitas keseharian. Berikut adalah

beberapa saran yang dapat Anda gunakan atau adaptasi untuk membantu

kinerja keseharian Anda

a. Seimbangkan antara waktu istirahat dan

beraktivitas. Istirahatlah, tidak ada yang salah dengan istirahat saat

mengalami kelelahan. Hindari kelelahan dengan menjadwalkan periode

istirahat yang sering sesuai kebutuhan.

b. Gunakan metode Work Simplification.

seperti merencanakan aktivitas yang ingin dilakukan terlebih dahulu.

Semua orang akan mengalami stres yang lebih berat jika melakukannya

secara teburu-buru. Aktivitas yang telah direncanakan dapat


mengurangi beban stres baik fisik dan emosional. Bisa juga dengan

memecah-mecah aktivitas sehingga lebih ringan.

c. Hindari melakukan aktivitas yang terlalu

berat atau melampaui kekuatan. Eliminasi atau kurangi aktivitas

yang tidak begitu penting. Cobalah membuat jurnal aktivitas harian

selama beberapa minggu untuk mengidentifikasi waktu sehari atau

tugas tertentu yang menghasilkan lebih banyak kelelahan.

b. Modifikasi lingkungan yang lebih ergonomis dan sesuai

dengan penerapan JPT.

 Bisa dilakukan dengan mengganti barang yang berat dengan yang

lebih ringan; misalnya, gunakan piring dan gelas plastik daripada

porselen dan gelas.

 Pasang gagang panjang pada faucet dan gagang pintu.

 Sesuaikan ruang kerja agar lebih ergonomis, seperti menaikkan

meja, untuk mendapatkan posisi ternyaman; postur tubuh yang

kurang nyaman akan menghabiskan energi lebih banyak.

 Memindahkan tempat tidur ke lantai pertama.

D. Aplikasi dan Proses


Penerapan Joint Protection Technique berfokus tentang bagaimana

menyelesaikan tiga masalah fungsional paling umum dari lansia: (1)

berkurangnya kekuatan dan daya tahan, (2) masalah persendian, dan (3)

peningkatan masalah keamanan.  Seringkali terapis harus merancang atau

mengadaptasi teknik atau peralatan untuk menyelesaikan masalah individu

pasien.  Pelatihan ulang dalam ADL adalah proses yang saling


menguntungkan, dan klien harus dilibatkan secara bebas dalam

mengadaptasi situasi atau peralatan dengan kebutuhan khusus mereka.

1. Joint Protection Technique


a. Pertahankan rentang gerakan aktif penuh

(ROM) di semua sendi.  Selama kegiatan sehari-hari, setiap sendi

harus dipindahkan secara aktif melalui ROM lengkap.  Sebagai

contoh, objek ringan dapat disimpan pada berbagai ketinggian

untuk mendorong ROM penuh ketika mencapai objek tersebut. 

Kegiatan seperti membersihkan atau menyapu lantai dapat

dilakukan dengan gerakan menyapu yang halus dan panjang.  Ini

harus direncanakan sebagai bagian dari program total untuk

mencegah kelelahan yang tidak semestinya. 

b. Hindari tekanan yang tidak perlu pada

sendi.  Gunakan sambungan terbesar jika memungkinkan. 

Misalnya, alih-alih hanya menggunakan jari, gunakan seluruh

telapak tangan untuk mendorong dari kursi sebelum berdiri. 

Benda-benda besar bisa dibawa oleh lengan daripada oleh tangan. 

Peralatan seperti pembuka botol, pembuka kaleng listrik, dan

gagang perkakas yang diperbesar dapat mengurangi tekanan pada

jari yang disebabkan oleh genggaman yang ketat. 

c. Untuk mengurangi ketegangan pada sendi,

gunakan mekanisme tubuh yang tepat saat mengangkat atau

mendorong suatu benda. 


d. Hindari gerakan statis yang membutuhkan

kontraksi otot yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama. 

Posisi seperti itu sangat melelahkan.  Misalnya, pemegang dapat

digunakan untuk memegang buku atau telepon.

2. Energy Conservation
a. Tinjau jadwal kegiatan yang normal dan

hilangkan yang tidak perlu. 

b. Menentukan apakah menggabungkan,

menata ulang, atau menyederhanakan prosedur dapat meningkatkan

efisiensi kerja. 

c. Identifikasi peralatan atau orang yang

diperlukan untuk tugas tersebut. 

d. Rencanakan kegiatan sehingga ada

keseimbangan tugas berat dan ringan sepanjang hari, minggu, dan

bulan. 

e. Sesi kerja alternatif dengan waktu istirahat

yang cukup untuk menghindari kelelahan berlebih. 

f. Hindari bergegas, yang meningkatkan

ketegangan dan kelelahan.  Kecepatan stabil sedang lebih

produktif. 

g. Memanfaatkan mekanisme tubuh yang tepat

setiap saat. 
h. Mengatur penyimpanan dan area kerja

sesuai fungsi.  Kumpulkan semua persediaan dan peralatan yang

diperlukan sebelum memulai tugas. 

i. Pertahankan postur yang baik.  Duduk dan

bukannya berdiri.  Hindari membungkuk dan membungkuk jika

memungkinkan. 

j. Gunakan peralatan ringan dan peralatan

hemat energi.

3. Work Simplification

a. Mengevaluasi klien dan menentukan metode

teraman untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk peralatan yang

diperlukan.  

b. Berikan pelatihan tentang metode dan

penggunaan peralatan.  

c. Tentukan apakah klien dapat tentukan

melakukan kegiatan dengan cara yang aman secara mandiri,

dengan pengawasan, atau dengan bantuan.

d. Mengatur seseorang untuk mengawasi atau

membantu secara teratur dengan tugas-tugas yang tidak dapat

dilakukan klien dengan aman. 

e. Jika orang itu sendirian, bantu mengatur

anggota keluarga atau sukarelawan untuk memeriksa kesejahteraan

orang tersebut secara teratur melalui telepon atau kunjungan. 

Setelah pengaturan dibuat untuk keselamatan klien, profesional


kesehatan dan keluarga harus mendorong klien untuk menjadi

mandiri mungkin dalam pedoman keselamatan yang ditetapkan.

LATIHAN 2

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai aplikasi dan


prosedur pelaksanaan JPT, kerjakanlah latihan berikut!

1. Sebutkan dua prinsip joint protection technique pada lansia!

2. Sebutkan salah satu aplikasi joint protection technique pada

lansia!

RANGKUMAN

Joint Protection Technique adalah komponen inti dari intervensi

terapi okupasi untuk kondisi muskuloskeletal. Perlindungan bersama

adalah strategi koping yang aktif (atau manajemen sendiri) untuk

meningkatkan persepsi kontrol klien terhadap kondisi, psikologis, dan

kesehatan mereka status, kegiatan sehari-hari, kinerja peran, dan

partisipasi sosial (Hammond, 2004).

Joint Protection Techniques dapat digunakan untuk mengurangi

tekanan pada sendi, ketidaknyamanan, dan mempertahankan struktur

sendi. Teknik ini lebih direkomendasikan untuk lansia dengan

Rheumatoid Athritis (RA). Sedangkan Work Simplification dan Energy

Conservation dapat digunakan untuk mengurangi kelelahan pada lansia


ketika melakukan ADL, teknik ini lebih direkomendasikan untuk lansia

yang mengalami RA dan penyakit jantung (Lewis, 2002). Adapun

beberapa prinsip dasar dari Joint Protection Technique, diantaranya :

a) Respect for pain.

b) Seimbangkan antara beraktivitas dan beristirahat.

c) Minimalisir penggunaan energi.

d) Hindari posisi deformitas.

e) Menggunakan sendi besar atau yang lebih kuat.

f) Gunakan sendi pada posisi anatomis yang paling stabil.

g) Hindari posisi tubuh yang sama terlalu lama.

h) Hindari aktivitas yang tidak bisa dihentikan

i) Gunakan Assisstive Devices.

Sedangkan untuk aplikasi Joint Protection Technique pada lansia

dilakukan dengan cara :

1) Pertahankan rentang gerakan aktif penuh (ROM) di semua sendi. 

Selama kegiatan sehari-hari, setiap sendi harus dipindahkan

secara aktif melalui ROM lengkap.  Sebagai contoh, objek ringan

dapat disimpan pada berbagai ketinggian untuk mendorong ROM

penuh ketika mencapai objek tersebut.  Kegiatan seperti

membersihkan atau menyapu lantai dapat dilakukan dengan

gerakan menyapu yang halus dan panjang.  Ini harus

direncanakan sebagai bagian dari program total untuk mencegah

kelelahan yang tidak semestinya. 


2) Hindari tekanan yang tidak perlu pada sendi.  Gunakan

sambungan terbesar jika memungkinkan.  Misalnya, alih-alih

hanya menggunakan jari, gunakan seluruh telapak tangan untuk

mendorong dari kursi sebelum berdiri.  Benda-benda besar bisa

dibawa oleh lengan daripada oleh tangan.  Peralatan seperti

pembuka botol, pembuka kaleng listrik, dan gagang perkakas

yang diperbesar dapat mengurangi tekanan pada jari yang

disebabkan oleh genggaman yang ketat. 

3) Untuk mengurangi ketegangan pada sendi, gunakan mekanisme

tubuh yang tepat saat mengangkat atau mendorong suatu benda. 

4) Hindari gerakan statis yang membutuhkan kontraksi otot yang

berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama.  Posisi seperti itu

sangat melelahkan.  Misalnya, pemegang dapat digunakan untuk

memegang buku atau telepon.

TES FORMATIF

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pemahaman Anda !


Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Apakah yang dimaksud dengan joint protection techniques..

a. Teknik manajemen diri untuk mengurangi rasa sakit dan

mempertahankan kemampuan fungsional melalui perlindungan

sendi.
b. Strategi manajemen stres yang terbukti dan bertujuan untuk

mengurangi rasa sakit dan mempertahankan kemampuan

hidup.

c. Teknik penjagaan diri yang terbukti dan bertujuan untuk

mengurangi rasa sakit dan mempertahankan kemampuan

berpikir.

d. Teknik manajemen diri untuk mengurangi rasa sakit dan

mempertahankan kemampuan kognitif melalui perlindungan

sendi.

e. Strategi manajemen stres pada sendi dan bertujuan untuk

mengurangi gangguan emosional.

2. Apakah tujuan dari penerapan konservasi energi...

a. Teknik konservasi energi dirancang untuk menambah

besarnya upaya yang diperlukan untuk melakukan rutinitas

keseharian.

b. Teknik konservasi energi dirancang untuk mengurangi

besarnya upaya yang diperlukan dalam melakukan rutinitas

keseharian.
c. Teknik konservasi energi dirancang untuk menghilangkan

total besarnya upaya yang diperlukan untuk melakukan

rutinitas keseharian.

d. Teknik konservasi energi dirancang untuk meningkatkan

besarnya upaya yang diperlukan untuk melakukan rutinitas

keseharian.

e. Teknik konservasi energi dirancang untuk menambah

besarnya tenaga yang disimpan saat tidur untuk melakukan

rutinitas keseharian.

3. Berikut ini yang tidak termasuk dalam aplikasi dan proses dari

energy conservation adalah

a. Tinjau jadwal kegiatan yang normal dan hilangkan yang tidak

perlu

b. Mengevaluasi klien dan menentukan metode teraman untuk

melakukan suatu kegiatan, termasuk peralatan yang

diperlukan

c. Menentukan apakah menggabungkan, menata ulang, atau

menyederhanakan prosedur dapat meningkatkan efisiensi

kerja. 
d. Identifikasi peralatan atau orang yang diperlukan untuk

tugas tersebut. 

e. Rencanakan kegiatan sehingga ada keseimbangan tugas

berat dan ringan sepanjang hari, minggu, dan bulan.

4. Berikut ini yang merupakan manfaat dari penerapan Joint

Protection Techniques pada lansia, KECUALI ......

a. untuk mengurangi tekanan pada sendi

b. untuk mengurangi ketidaknyamanan pada sendi

c. untuk mempertahankan struktur sendi

d. untuk mengurangi kelelahan pada lansia ketika melakukan

ADL

e. direkomendasikan untuk lansia yang mengalami

osteoathritis atau rheumatoid athritis

5. Yang tidak termasuk dalam prinsip Energy Conservation adalah?

a. Hindari gerakan yg cepat/melelahkan

b. Membuat prioritas aktifitas

c. Respect Pain

d. Prinsip body mekanik

e. Desain lingkungan kerja yg ergonomis


KUNCI JAWABAN

Latihan 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Joint Protection

Technique adalah komponen inti dari intervensi terapi okupasi

untuk kondisi muskuloskeletal. Perlindungan bersama adalah

strategi koping yang aktif (atau manajemen sendiri) untuk

meningkatkan persepsi kontrol klien terhadap kondisi, psikologis,

dan kesehatan mereka status, kegiatan sehari-hari, kinerja peran,

dan partisipasi sosial

2. Protection Techniques

dapat digunakan untuk mengurangi tekanan pada sendi,


ketidaknyamanan, dan mempertahankan struktur sendi. Teknik ini

lebih direkomendasikan untuk lansia dengan Rheumatoid Athritis

(RA).

Latihan 2
1. Menjawab dua diantara pernyataan dibawah ini :

a. Respect for pain.

b. Seimbangkan antara beraktivitas dan beristirahat.

c. Minimalisir penggunaan energi.

d. Hindari posisi deformitas.

e. Menggunakan sendi besar atau yang lebih kuat.

f. Gunakan sendi pada posisi anatomis yang paling stabil.

g. Hindari posisi tubuh yang sama terlalu lama.

h. Hindari aktivitas yang tidak bisa dihentikan

i. Gunakan Assisstive Devices.

2. Menjawab salah satu dari pernyataan dibawah ini :

a. Pertahankan rentang gerakan aktif penuh (ROM) di semua

sendi.  Selama kegiatan sehari-hari, setiap sendi harus

dipindahkan secara aktif melalui ROM lengkap.  Sebagai

contoh, objek ringan dapat disimpan pada berbagai ketinggian

untuk mendorong ROM penuh ketika mencapai objek

tersebut.  Kegiatan seperti membersihkan atau menyapu

lantai dapat dilakukan dengan gerakan menyapu yang halus dan


panjang.  Ini harus direncanakan sebagai bagian dari program

total untuk mencegah kelelahan yang tidak semestinya. 

b. Hindari tekanan yang tidak perlu pada sendi.  Gunakan

sambungan terbesar jika memungkinkan.  Misalnya, alih-alih

hanya menggunakan jari, gunakan seluruh telapak tangan untuk

mendorong dari kursi sebelum berdiri.  Benda-benda besar

bisa dibawa oleh lengan daripada oleh tangan.  Peralatan

seperti pembuka botol, pembuka kaleng listrik, dan gagang

perkakas yang diperbesar dapat mengurangi tekanan pada jari

yang disebabkan oleh genggaman yang ketat. 

c. Untuk mengurangi ketegangan pada sendi, gunakan mekanisme

tubuh yang tepat saat mengangkat atau mendorong suatu

benda. 

d. Hindari gerakan statis yang membutuhkan kontraksi otot yang

berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama.  Posisi seperti

itu sangat melelahkan.  Misalnya, pemegang dapat digunakan

untuk memegang buku atau telepon.

Tes Formatif

1. A

2. B

3. B

4. D
5. C

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban yang terdapat


diatas. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar ini.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih,. Bagus! Jika
masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar
ini, terutama bagian yang belum dikuasai.

DAFTAR PUSTAKA

Brattstrom , M. (1987) . Joint Protection and Rehabilitation in Chronic

Rheumatic Diseases , 3rd ed. London : Wolfe Medical .

Cordery J, Rocchi M. 1998. Joint protection and fatigue management. In: Melvin

J, Jensen G. (eds.) Rheumatologic Rehabilitation Volume 1: Assessment

and Management. American Occupational Therapy Association,

Bethesda, MD.
Hammond , A. (2004) . What is the role of the OT ? Best Pract Res Clin

Rheumatol , 18 (4) , 491 – 505 .

Hammond, A. 2013. Chapter 8: Joint Protection. In : L Goodacre and M

MacArthur (Eds): Rheumatology Practice in Occupational Therapy:

Lifestyle Management. Edition 1. (pages 111-132). Wiley-Blackwell,

Chichester. ISBN: 9780470655160.

Lewis, Carole Bernstein. 2002. Aging: The Health-Care Challenge (4th edition).

Philadelphia : F. A. Davis Company. ISBN 0-8036-0834-9

Lohman, Helene. Connon, Sue Byers. Padilla, Rene. 2019. Occupational

Therapy with Elder : Strategies for The COTA (4th edition). St Louise,

Missouri : Elsevier. ISBN : 978-0-323-49846-3.

Murray-Leslie , C. (1997) . Driving Independently . In: Goodwill , C.J. ,

Chamberlain , M.A., and Evans , C. , eds. Rehabilitation of the

Physically Disabled Adult, 2nd ed. (pp. 709–726) . Cheltenham, UK :

Stanley Thornes

Sheon, RP. 1985. A joint protection guide for non-articular rheumatic disorders.

Postgraduate Medicine 77:329-337.


REVIEW JURNAL PENELITIAN

A. Jurnal Penelitian 1

1. Judul Penelitian :

Ulasan Efek Pendidikan Perlindungan Bersama Program Untuk Pasien

Dengan Rheumatoid Arthritis

2. Nama Peneliti : Hassan Izzeddin Sarsak (PhD, OT)

3. Latar Belakang Penelitian:


“Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit kronis yang melumpuhkan

ditandai dengan peradangan sendi yang kronis, pada kebanyakan pasien,

mengakibatkan kerusakan sendi progresif dengan kelainan bentuk dan

beragam tingkat keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. "Joint

Protection (JP) dapat membantu sebagai bagian dari perawatan.

Program pendidikan JP termasuk latihan bersama dengan teknik penentuan

posisi sendi yang tepat,konservasi energi, penggunaan orthoses dan alat

bantu dan lainnya. JP membantu mengurangi peradangan sendi, nyeri, dan

menjaga integritas bersama. Penelitian lain oleh Hammond, Lincoln dan

Sutcliffe menyimpulkan bahwa JP adalah program yang efektif untuk

diadopsi secara luas di Indonesia praktik klinis. Namun, untuk membuat

perlindungan bersama mendidik program lebih bermanfaat bagi pasien,

perubahan perilaku positif harus terjadi seiring dengan meningkatnya

pengetahuan mereka tentang penyakit tersebut diri.

4. Metodologi Penelitian :

Subjek yang didiagnosis dengan Rheumatoid Arthritis ringan hingga

sedang. Pasien-pasien ini harus dapat mengikuti instruksi verbal, bergambar,

instruksi tentang teknik JP.

Subjek berusia antara 18 dan 65 tahun yang didiagnosis dengan ringan

hingga sedang. RA sedang, mengalami nyeri tangan selama aktivitas apa


pun, dan riwayat metacarpophalangeal (MCP) atau nyeri sendi pergelangan

tangan dan peradangan.

Pasien akan terlihat selama total 8 jam, 4 sesi 2 jam selama rehabilitasi

rawat jalan.

Langkah-langkah hasil Pasien akan dievaluasi untuk nyeri tangan

menggunakan VAS, diukur menggunakan JPBA. Pegangan kekuatan akan

diukur menggunakan dinamometer Jamar. Berbagai gerakan tangan

dievaluasi menggunakan skala Gerakan Alignment Bersama

5. Hasil Penelitian :

Hasil penelitian melaporkan bahwa subjek mendapat manfaat dari program

JP dan mengurangi rasa sakit dan kecacatan dan dengan demikian

meningkatkan status kesehatan. Peneliti juga menemukan signifikan

perbaikan bagi mereka yang menghadiri program JP dalam penggunaan dan

pengetahuan JP mengenai prinsip, kepatuhan, mengurangi kekakuan di pagi

hari, dan Peningkatan Kegiatan Kemampuan fungsional Daily Living

(ADL)

6. Kesimpulan Penelitian :

Prinsip-prinsip JP menghasilkan pengurangan rasa sakit, sendi yang lebih

baik, dan pengurangan kekakuan dan kemampuan fungsional ADL yang

lebih baik.

Dengan demikian pedoman klinis, rekomendasi, rencana dan alat audit yang

telah dibuat dalam penelitian untuk menerapkan prinsip-prinsip JP


direkomendasikan agar terapis menggunakan pendidikan dan teknik JP

untuk pasien dengan RA.

B. Jurnal Penelitian 2

1. Judul Penelitian :

Self-management approaches for osteoarthritis in the hand: a 2×2 factorial

randomised trial

2. Nama Peneliti :
Krysia Dziedzic, Elaine Nicholls, Susan Hill, Alison Hammond, June

Handy, Elaine Thomas, Elaine Hay

3. Latar Belakang Penelitian :

a. Tempat Penelitian : Salford, UK

b. Waktu : Penelitian ini diterbitkan pertamakali pada tanggal 9 Oktober 2013

c. Responden : Penelitian ini diikuti oleh 257 responden berusia diatas 50

tahun dengan usia rata-rata 66 tahun yang menderita osteoarthritis pada

tangan dan memiliki keluhan pada tangan minimal 12 bulan.

d. Tujuan Penelitian : Mengevaluasi efektivitas Joint protection versus tanpa

joint protection, dan latihan tangan versus tanpa latihan tangan pada orang

dewasa, 50 tahun atau lebih, dengan osteoartritis tangan.

4. Metodologi Penelitian :

a. Penelitian ini adalah RCT factorial trial untuk membandingkan perbedaan

antara joint protection dan tanpa joint protection, dan antara hand exercises

dan tanpa hand exercises. Peneliti meminta responden yang memenuhi

kriteria untuk memberikan persetujuan untuk berpartisipasi dalam

penelitian, lalu responden yang memenuhi kriteria American College of

Rheumatology (ACR) untuk penyakit OA tangan dan kriteria lainnya yang

memenuhi syarat, serta dapat hadir untuk intervensi uji coba di layanan OT.

b. Responden dibagi menjadi 4 intervensi uji coba; (1) menerima joint

protection; (2) menerima hand exercises; (3) menerima joint protection dan

hand exercises; (4) tanpa joint protection dan hand exercises.


c. Data diambil sebanyak 3 kali. Setelah 3, 6 dan 12 bulan setelah pemberian

kuesioner. Hasil utama yang dilihat adalah pada pengambilan data yang ke-

2 yaitu bulan ke-6. Data pemeriksaan bulan ke-6 yang diambil adalah

pemeriksaan AUSCAN pain, stiffenes dan function, global assessment of

change in hand problem, rata-rata nyeri yang dirasakan, masalah fungsional,

dan kepuasan fungsi tangan setelah hari ke-3 menggunakan skala 1-10,

health related quality of life yang diukur dengan SF12v2, dan Arthritis Self

Efficacy pain subscale. Sebagai tambahan, dilakukan juga pemeriksaan grip

strength (JAMAR); pin strength; functional perfomance (Grip Ability Test).

5. Hasil Penelitian:

a. Dalam uji coba faktorial RCT ini, kami mengevaluasi apakah edukasi Joint

Protection yang disampaikan oleh OT lebih efektif dalam mengurangi rasa

sakit dan kecacatan tangan daripada tanpa Joint Protection pada orang

dewasa yang tinggal di komunitas yang lebih tua dengan OA tangan.

b. Pada 6 bulan, titik akhir primer, peserta yang menerima intervensi Joint

Protection secara statistik lebih mungkin untuk diklasifikasikan sebagai

responden untuk pengobatan daripada mereka yang tidak menerima Joint

Protection (33% cf 21%). Ini tidak dipertahankan selama 12 bulan.

c. Kami juga mengevaluasi apakah hand exercises lebih efektif dalam

mengurangi nyeri tangan dan kecacatan daripada tanpa hand exercises, dan

menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam

jumlah 'responden' antara mereka yang menerima dan tidak menerima hand

exercises. Peserta yang menerima edukasi Joint protection gabungan

melaporkan peningkatan self-efficacy nyeri pada 3-, 6- dan 12 bulan.


d. Pada bulan ke 6, 33% responden yang menerima JPT dibandingkan dengan

21% tanpa JPT (p=0.03). lalu pada 28% responden yang menerima hand

exercises dibandingkan dengan 25% responden yang tidak menerima hand

exercises. Perbedaan pada hasil pemeriksaan yang kedua tidak begitu

signifikan secara statistik, kecuali untuk meningkatkan pain self-efficacy

dengan Joint protection (3 m p=0.02; 6 m p=0.001; 12 m p=0.03

6. Kesimpulan Penelitian :

Penelitian ini telah membuktikan bahwa dukungan untuk manajemen diri,

melalui program edukasi Joint Protection yang disampaikan oleh OT,

memberikan pendekatan yang efektif untuk orang tua dengan OA pada

tangan.

C. Jurnal Penelitian 3

1. Judul Penelitian :

Joint Protection Education: What are We Doing?

2. Nama Peneliti :

Alison Hammond

3. Latar Belakang :
a. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Inggris

b. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Juli 1995

c. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah 127 anggota National Association of

Rheumatology Occupational Therapists

d. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah ntuk mengidentifikasi konten khas, metode

edukasi dan durasi edukasi JP di Inggris

4. Metodologi Penelitian :

Kuisioner dibuat dengan dua bagian di konten dan struktur edukasi JP. Isi

dari kuesioner diambil dari tinjauan literatur dan dari temuan wawancara

yang dilakukan dengan enam terapis okupasi reumatologi tentang

penyediaan edukasi JP.

5. Hasil Penelitian :

Selama edukasi JP, orang-orang dengan RA biasanya disediakan informasi tentang

proses penyakit dan prinsip-prinsip JP, diberikan demonstrasi cara menerapkan

beberapa di antaranya dalam praktek dan didorong untuk berlatih dengan terapis.

Terapis menghabiskan lebih banyak waktu per pasien dalam edukasi JP saat

praktik. Terapis juga menggunakan beragam materi audiovisual untuk

mendukung pengajaran mereka

Edukasi JP telah terbukti efektif dalam meningkatkan ingatan pasien RA akan

metode JP setelah sesi edukasi individu selama satu jam (Barry et ai, 1994) dan

enam 'pelajaran' program belajar di rumah (Neuberger et ai, 1993). Metode dan
durasi mengajar bisa mempengaruhi jumlah recall yang terjadi dari program

pendidikan pasien.

6. Kesimpulan Penelitian :

Terapis harus menyediakan kurang lebih satu jam untuk edukasi JP, tanpa

demonstrasi praktis atau praktik yang diawasi oleh pasien, membuat pasien

tidak cukup mampu mengembangkan motorik keterampilan yang

dibutuhkan untuk mengintegrasikan metode JP ke dalam kehidupan sehari-

hari.

Temuan-temuan survei menjadi perhatian karena durasi yang saat ini

disediakan kemungkinan tidak cukup untuk memungkinkan pasien untuk

mengadopsi metode JP dalam kehidupan sehari-hari mereka. Karena itu ini

bisa menjadi tidak efisien menggunakan waktu terapis. Komentar anekdotal

ditambahkan ke kuesioner menunjukkan bahwa sejumlah terapis khawatir

bahwa mereka memberikan pendidikan yang tidak memadai. Alternatif bisa

dengan mengurangi jumlah sesi edukasi dengan mengubah ke arah

ketentuan yang lebih besar seperti memberi catatan untuk dipelajari pasiendi

waktu sendiri, sehingga mengurangi waktu kontak dengan terapis.

D. Jurnal Penelitian 4

1. Judul Penelitian :

The effect of a joint protection education programme for people with

rheumatoid arthritis

2. Nama Peneliti :

A Hammond dan K. Freeman


3. Latar Belakang :

a. Tempat penelitian

Inggris

b. Waktu

Tahun 2001

c. Responden

65 pasien dengan RA mengikuti program JPT dan 62 lainnya mengikuti

program standar

d. Tujuan penelitian

Untuk mengevaluasi pengaruh JPT pada pasien dengan RA dalam masa

awal

4. Metodologi Penelitian :

Randomsized Control Trial dimana membandingkan dua metode terapi

yaitu terapi yang menerapkan JPT dan terapi pada umumnya. Evaluasi

dilakukan 6 bulan dan 12 bulan setelah proses terapi dilakukan.

5. Hasil Penelitian :

Dibandingkan dengan kelompok standar, kelompok JPT meningkat secara

signifikan sehubungan dengan kepatuhan terhadap program perlindungan sendi (P

= 0,001), nyeri tangan (P = 0,02), nyeri umum (P = 0,05), kekakuan dini hari (P =

0,01), jumlah penyakit yang dilaporkan sendiri (P = 0,004), kunjungan ke dokter

untuk radang sendi (P <0,01), dan aktivitas AIMS2 (Skala Pengukuran Dampak

Arthritis) dari skala hidup harian (P = 0,04). Sebuah tren untuk meningkatkan

jumlah sendi bengkak diidentifikasi (P = 0,07). Analisis dalam kelompok juga

menunjukkan peningkatan efikasi diri artritis dan kontrol yang dirasakan. Skor

deformitas tangan terus meningkat pada kedua kelompok.


6. Kesimpulan Penelitian :

Ada peningkatan yang signifikan dalam kepatuhan, rasa sakit, status penyakit dan

kemampuan fungsional di antara mereka yang menghadiri JPT. Manfaat menjadi

lebih jelas seiring berjalannya waktu, menunjukkan bahwa JPT dapat membantu

memperlambat perkembangan dari efek RA melebihi dan di atas efek terapi obat.

Anda mungkin juga menyukai