RETARDASI MENTAL
OLEH:
DENPASAR
2021
i
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi.............................................................................................................3
2.2 Etiologi.............................................................................................................4
2.2 Klasifikasi........................................................................................................5
2.3 Kriteria Diagnosis............................................................................................6
2.4 Faktor Resiko...................................................................................................7
2.5 Patofisiologi.....................................................................................................9
BAB III PROSES ASUHAN FISIOTERAPI
3.1 Assesment........................................................................................................10
3.2 Diagnosis.........................................................................................................21
3.3 Prognosis..........................................................................................................22
3.4 Planning...........................................................................................................22
3.4 Intervensi.........................................................................................................24
3.5 Evaluasi............................................................................................................26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
4
mengalami retardasi mental. Keadaaan lain yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan
retardasi mental pada fase perinatal adalah Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan
intraventrikular, kernikterus, dan meningitis yang dapat menimbulkan kerusakan otak
secara ireversibel.
Penyebab retardasi mental pada fase post natal adalah infeksi, trauma, malnutrisi,
intoksikasi, dan kejang yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya
menimbulkan retardasi mental. Infeksi yang terjadi pada post natal biasanya adalah
meningitis tuberculosis, meningitis purulenta , morbili dan pertusis. Hal ini dapat dicegah
dengan mengadakan sanitasi yang baik disekitar lingkungan bayi serta keluarga.
Intoksikasi pada bayi yang paling banyak adalah intoksikasi timbal dan timah hitam, yang
juga dapat di cegah dengan memberikan mainan yang aman bagi bayi serta sebisa mungkin
menghindarkan bayi dari polusi udara.
(membaca, menulis) dan melakukan pekerjaan praktis sederhana dapat dilakukan dengan
supervisi yang cukup.
Severe retardation (retardasi mental berat) atau yang biasa disebut juga dengan
mental subnormal berat dan oligofrenia berat, secara klinis hampir menyerupai keadaan
retardasi mental sedang tetapi disertai dengan gangguan motorik yang jelas disertai adanya
kerusakan atau gangguan perkembangan susunan saraf pusat.
Profound retardation (retardasi mental sangat berat) atau biasa juga disebut dengan
idiot, mental subnormal sangat berat dan oligofrenia sangat berat. Individu pada kelompok
ini sangat terbatas dalam memahami atau menurut permintaan dan suruhan orang lain
mobilitas sangat terbatas, inkontinen, tidak mampu mengurus kebutuhan dasarnya, dan
komunikasinya bersifat nonverbal. Kelompok ini sangat membutuhkan pertolongan dan
supervisi secara terus – menerus.
menarik perhatiannya, tidak berusaha ingin mengambil mainan yang jatuh atau dijauhkan,
serta kurang responsif.
Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan
pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan
fisis secara umum (adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu
dilakukan pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada anak yang
berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia. Tes intelegensi yang sering di gunakan
untuk mengukur fungsi intelegensi anak ada beberapa macam dan digunakan diberbagai
negara sesuai dengan kinerja khas perkembangan anak tersebut. Macam – macam tes
intelegensi antara lain Tes Binet – Simon yang mengukur usia mental anak dengan
berbagai item yang diseusaikan dengan perkembangan umur, Intelligent Quotinent yang
membandingkan usia mental anak dengan usia kronologisnya, serta Skala Wechsler yang
menyajikan tiga skor inteligen, yaitu IQ verbal, IQ performance dan IQ gabungan.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya
kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam
amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom
dilakukan bila dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental
tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu seperti
pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI. Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita
masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak
yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta
perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami
keterlambatan motor dan bahasa.
- Pelvis sempit
- Malnutrisi
- Adanya penyakit penyerta, seperti Diabetes Melitus, nefritis, flebitis, hipertensi
renal, kelaian kelenjar tiroid
- Riwayat abortus
- Komplikasi kehamilan, seperti syok hemoragik, polihidramnion, dan pendarahan
per vaginam saat trisemester kedua dan ketiga
2) Faktor perinatal
- Seksio caesaria setelah gagal melakukan persalinan normal
- Adanya sianosis, prematuritas, hipoksia, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan
toksemia kehamilan
- Lahir sungsang
3) Faktor neonatal
- Cara menghisap yang abnormal
- Adanya anomali didaerah muka, asimetris ektremitas, hiperbilirubinemia,
hipotonia dan adanya jejas
- Adanya riwayat pemakaian oksigen, inkubator, kejang, muntah, demam dan
berat badan yang kurang berkembang.
9
2.6 Patofisiologi
Kecemasan Gangguan
Fungsi intelektual
keluarga komunikasi
Kurang verbal
pengetahuan Gangguan bermain
Koping keluarga Risiko
Isolasi social ketergantungan
tak efektif
Kerusakan
interaksi sosial Risiko cedera
BAB III
PROSES ASUHAN FISIOTERAPI
3.1 Assessment
A. Anamnesis
Data pasien :
a. Nama : AK
b. Umur : 2 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Tanggal lahir : 14 Mei 2019
e. Anak ke : Kedua
f. Jumlah saudara kandung : 1 orang (kakak)
g. Agama : Hindu
h. Alamat : Jalan Nusa Indah
i. Tanggal Pemeriksaan : 29 Mei 2021
Data-data medis
a. Diagnosa Medis : Suspect Retardasi Mental
b. Terapi : Vitamin A dan B6
B. Kesan umum
Kesan pertama saat dilakukannya pemeriksaan pasien digendong oleh ibunya,
dengan ekspresi datar, dan sesekali pasien mengoceh tetapi tidak jelas. Ketika
pasien diberdirikan pasien mampu berdiri secara mandiri, namun ketika pasien
berjalan 2 langkah, pasien kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
32
33
Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan digendong oleh ibunya dengan keluhan pasien belum
bisa berjalan tanpa pegangan, belum mampu memegang sendok sendiri untuk
makan, dan gangguan keseimbangan. Dimana ketika pasien diberdirikan
pasien mampu berdiri secara mandiri, namun ketika pasien berjalan 2
langkah, pasien kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Orang tua pasien
mengaku bahwa dahulu sempat ingin menggugurkan bayinya karena kondisi
ibunya sedang sakit dan tidak ingin membebaninya. Sebelumnya orang tua
pasien sudah melakukan pemeriksaan di RSUD. Setelah dilakukan
pemeriksaan, pasien disuspect mengalami Retardasi Mental. Lalu pasien
dirujuk ke fisioterapi untuk melakukan terapi.
Prenatal: Pada saat kehamilan, kondisi ibu pasien yang sebelumnya sakit,
orang tua pasien menginginkan agar menggugurkan bayi yang dikandungnya,
agar tidak membebani ibu pasien. Setelah menceritakan keinginan mereka di
bidan, bidan tersebut memberikan dua jenis obat dimana ibu pasien lupa nama
obatnya, seingat pasien itu merupakan obat penggugur kandungan. Tetapi
setelah meminum obat tersebut, ibu pasien tidak mengalami keguguran, dan
kehamilan terus berlangsung hingga pasien lahir.
34
Natal: Pasien dikatakan lahir dengan umur kehamilan 8 bulan 2 hari secara
normal. Setelah dilahirkan, dikatakan pasien lahir dengan tidak menangis dan
leher terbelit tali pusat, lalu pasien ditepuk dan di cubit pada bagian pantatnya
dan akhirnya pasien menangis, tetapi tidak sekencang tangisan bayi lainnya
(seperti kakak pasien). Anak lahir dan langsung mendapatkan ASI ekslusif,
dengan kondisi bayi, BBL: 2,8 kg, PBL: 50 cm.
Postnatal: Pasien pernah pengalami riwayat kejang-kejang 1 kali pada umur 1
tahun. Tidak pernah mengalami kecelakaan, dan tidak memiliki riwayat alergi
pada makanan maupun pada obat-obatan
f. Riwayat Imunisasi
- BCG
- Hepatitis B dan Hepatitis A
- Polio
- DPT
- Campak
- HiB
- Pnemokokus
- Influenza
h. Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Absolut Tambahan*
HR : 95x/min Lingkar kepala : 46 cm
RR : 22x/min Tinggi Badan : 85 cm
BP : 100/60 mmHg Berat Badan : 15 kg
Suhu : 36,40Celcius Kesadaran : Compos Mentis
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Hasil
Gross Motor Function Ability :
Usia 4 bulan
-
Mengangkat kepala setinggi 450
-
Dada ditumpu lengan saat tengkurap
-
Menggerakan kepala ke kiri, kanan, atau tengah.
Usia 7 bulan
-
Berbalik dari telungkup ke telentang
-
Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan
stabil.
Usia 11 bulan
-
Duduk sendiri dalam sikap bersila.
-
Merangkak meraih mainan atau mencari
seseorang
Usia 15 bulan
-
Mengangkat badannya ke posisi berdiri
-
Bisa berdiri selama 30 detik atau dengan bantuan
pegangan
-
Mampu berjalan dengan bantuan
Usia 24 bulan
-
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
Disability :
37
-
Belum mampu berjalan tanpa berpegangan
-
Belum mampu berjalan mundur sampai 5 langkah
Fine Motor Function Ability
Usia 5 bulan
- Menggapai mainan yang digerakan
Usia 10 bulan
- Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
Usia 18 bulan
- Memegang tanggannya sendiri
- Memasukan benda ke mulut.
Disability
- Belum mampu menahan barang yang dipegangnya
- Belum mampu menggenggam erat pensil
- Belum mampu makan menggunakan sendok
Sensori System Visual:
- Terlihat pasien tidak tertawa saat diberikan
rangsangan yang lucu
- Tidak tertarik saat diberikan mainan
Auditory:
- Pasien kadang tidak menoleh saat dipanggil
Vestibular:
- VOR : Pasien dapat memandang benda yang
menarik dan berada di depan jangkauan mata
sejauh lapang pandang (adanya pergerakan mata)
- VCR : Pasien tidak memandang benda yang
menarik dan menoleh kearah benda tersebut
dengan menggerakan head dan neck apabila benda
tersebut melampaui jarak pandang anak (tidak
adanya pergerakan leher)
- VSR : Pasien tidak memutar badan kearah benda
yang di lihat apabila benda melampaui jarak
pandang anak (tidak adanya pergerakan trunk)
Gustatory:
- Tidak ada kesulitan pada pasien saat mengecap
(mampu merasakan)
Olfactory:
38
4. Associated problem
Intepretasi:
41
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Brain Evoked Response BETA merupakan pemeriksaan pendengaran yang
Auditory (BETA) dilakukan pada anak umur 1-3 tahun. Bertujuan untuk
mengetahui apakah anak mengalami gangguan
pendengaran atau tidak. Apabila terdapat gangguan
pendegaran akan dapat menyebabkan gangguan bicara
berbahasa kognitif masalah social dan emosional.
Hasil tes BERA ditunjukan dengan respons otak yang
dibaca dan direkam melalui computer.
7. Algoritma Pemeriksaan
Fungsi bermain :
- Melihat objek (-) anak tidak memberikan respon
saat diberikan mainan
- Meraih objek/mainan (-) anak tidak meraih mainan
Cognitive Function dengan kedua tangannya
- Bisa memegang mainan baik tangan kiri maupun
kanan
- Dapat mencari sumber bunyi yang dibunyikan
- Tidak dapat membedakan warna
Pengukuran Hasil
Lingkar Kepala 40,5 cm
Pengukuran Antropometri Lingkar Lengan
Panjang Tungkai
9 cm
45 cm
Tinggi Badan 85 cm
Berat Badan 18 kg
IMT Normal
-
Kekuatan Otot Kekuatan otot dengan menggunakan skala Children’s
Memorial Hospital Usa (XOTR) pada semua region
mendapat nilai “X” yang artinya kekuatan otot nornal.
3.2 Diagnosis
ICF Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)
Body Structure
- Structure of brain (s110)
Body Function :
- Orientation functions (b114)
- Intellectual functions (b117)
- Attention functions (b140)
- Basic cognitive function (b163)
- Voice and speech functions other specified (b398)
- Control of voluntary movement function (b760)
II. Activity Limitation and Disability
- Copying (d130)
- Learning through actions with objects (d131)
- Applying knowledge (d160-d179)
- Speaking (d330)
- Fine foot use (d446)
- Walking (d450)
b. Environmental Factor
Diagnosis Fisioterapi
3.3 Prognosis
Quo ad vitam
Bonam
Quo ad sanam
Dubia ad bonam
Bonam
Quo ad cosmeticam
Quo ad Fungsional
Dubia ad bonam
3.4 Planning
a. Jangka Pendek :
46
b. Jangka Panjang :
Retardasi Mental
Contextual Factor
3.5 INTERVENSI
I. Tabel Intervensi
II. Edukasi
III.5 Evaluasi
Tanggal Evaluasi: 20 Juni 2021
Vital Sign
Absolut Tambahan*
HR : 90x/min Lingkar kepala : 46 cm
RR : 20x/min Tinggi Badan : 85 cm
BP : 100/60 mmHg Berat Badan : 15 kg
Suhu : 360Celcius Kesadaran : Compos Mentis
Pemeriksaan Hasil
Gross Motor Function Ability :
-
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
-
Mampu berjalan tanpa berpegangan
Disability :
-
Belum mampu berjalan mundur sampai 5 langkah
Fine Motor Function Ability
- Mampu menahan barang yang dipegangnya
- Mampu makan menggunakan sendok
50
Disability
- Belum mampu menggenggam erat pensil
Sensori System Visual:
- Mulai tertawa saat diberikan rangsangan yang
lucu dan mulai tertarik saat diberikan mainan
Auditory:
- Pasien kadang tidak menoleh saat dipanggil
Vestibular:
- VOR : Pasien dapat memandang benda yang
menarik dan berada di depan jangkauan mata
sejauh lapang pandang (adanya pergerakan mata)
- VCR : Pasien mulai memandang benda yang
menarik dan menoleh kearah benda tersebut
dengan menggerakan head dan neck apabila benda
tersebut melampaui jarak pandang anak (tidak
adanya pergerakan leher)
- VSR : Pasien memutar badan kearah benda yang
di lihat apabila benda melampaui jarak pandang
anak (tidak adanya pergerakan trunk)
Gustatory:
- Tidak ada kesulitan pada pasien saat mengecap
(mampu merasakan)
Olfactory:
- Pasien merespon ketika diberi sesuatu yang
berbau wangi
Taktil:
- Pasien bisa merasakan sensasi saat diberikan
rangsangan (tajam, tumpul)
Perkembangan Ability:
Bahasa - Mampu mengulang konsonan atau kata dengan
jelas
Disability:
- Mengoceh dengan kata-kata tidak jelas
Cognitive Function Fungsi bermain :
51
- Stepping (-)
- Crawling (-)
- Swimming (-)
- Head and Body Righting (-)
- Parachuting (-)
- Labyrinthine (-)
Pemeriksaan Denver - Anak mampu mencuci tangan dan menggosok gigi
II (DDST) sendiri
- Anak mampu menggunakan sendok dan garpu
- Anak mampu memakai dan melepas baju kemeja
- Anak mampu berbicara dengan benar
- Anak mampu menunjuk gambar
- Anak belum mampu melompat
- Anak mampu berjalan tanpa pegangan, namun
belum mampu naik turun tangga dan berjalan
mundur
- Anak belum mampu berlari
Hip Fleksi X
Ekstensi X
Abduksi X
Adduksi X
Internal Rotasi X
Eksternal Rotasi X
Knee Fleksi X
Ekstensi X
Plantar Fleksi X
Dorso Fleksi X
Eversi X
Inversi X
Intepretasi:
Kekuatan otot dengan menggunakan skala Children’s
Memorial Hospital Usa (XOTR) pada semua region
mendapat nilai “X” yang artinya kekuatan otot nornal.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah suatu kedaan gangguan fungsi intelektual yang dapat
diukur dengan menggunakan kriteria IQ sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam
bersosialisasi.
Perkembangan mental seorang anak selaras dengan tumbuh kembangnya, dan
faktor – faktor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis besarnya terdiri dari
beberapa faktor, antara lain faktor genetik / heredokonstitusional dan faktor lingkungan.
Adapun yang di maksud dengan faktor lingkungan disini adalah suasana yang tersedia
selama proses tumbuh kembang anak tersebut.
54
Anonim. 2017. Retardasi Mental – Ilmu Anak. Diakses pada tanggal 06/06/2020, dari :
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/NR05_Mental-
Retardasi-Q.pdf
Hazmi, D. F., Tirtayasa, K., & Irfan, M. (2013). Kom-binasi Neuro Developmental
Treatment dan Sensory Inte-gration Lebih Baik Daripada Hanya Neuro Developmen-
tal Treatment untuk Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Anak Down
Syndrome. Jurnal Fisioterapi Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013, 8-57.
Lisnawati, L., Shahib, M. N., & Wijayanegara, H. (2014). Analisis keberhasilan terapi
bermain terhadap perkembangan potensi kecerdasan anak retardasi mental sedang
usia 7–12 tahun. Majalah Kedokteran Bandung, 46(2), 73-82.
Sularyo, Titi Sunarwati, and Muzal Kadim. "Retardasi mental." Sari Pediatri 2.3 (2016):
170-7.
Sularyo, TS. 2016. Retardasi Mental – Sari Pediatri. Diakses pada tanggal 06/06/2020, dari
: https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1036/966